Laporan Kimia 7 Analisa Kualitas Air [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA



Disusun oleh : Nama



: Ridoi pangondian manalu



Npm



: E1J020119



Prodi



: Agroekoteknologi



Hari/Jam



:



Tanggal



:



Dosen



: 1. Dra. Devi Silsia, M.Si



Ko-Ass



: Auliya Rahma Dhita



(E1G017016) Objek praktikum



: ANALISA



KUALITAS AIR



LABOTORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN FALKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Air yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Apabila



kandungan



zat-zat



kimia



tersebut



terlalu



banyak



jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung



di



dalam



air



sehingga



dapat



diketahui



air



tersebut



membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum. 1.2Tujuan Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia air secara kualikatif dan kuantitatif.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Pencemaran air diukur dengan menganalisis sampel air. Tes fisik, kimia, dan biologis dapat dilakukan. Pengendalian pencemaran air membutuhkan infrastruktur dan rencana pengelolaan yang tepat. Infrastruktur dapat mencakup instalasi pengolahan air limbah. Instalasi pengolahan limbah dan instalasi pengolahan air limbah industri biasanya diperlukan untuk melindungi badan air dari air limbah yang tidak diolah. Pengolahan air limbah pertanian untuk pertanian, dan pengendalian erosi dari lokasi konstruksi juga dapat membantu mencegah polusi air. Solusi berbasis alam adalah pendekatan lain untuk mencegah pencemaran air (Jambeck et al, 2015).



Beberapa fasilitas industri menghasilkan air limbah yang mirip dengan limbah domestik dan dapat diolah oleh pabrik pengolahan limbah. Industri yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi tinggi bahan organik (mis. Minyak dan lemak), polutan beracun (mis. Logam berat, senyawa organik yang mudah menguap) atau nutrisi seperti amonia, membutuhkan sistem pengolahan khusus. Beberapa industri memasang sistem pra- pengolahan untuk menghilangkan beberapa polutan (mis., Senyawa beracun), dan kemudian membuang air limbah yang diolah sebagian ke sistem got kota (Drinan et al, 2015).



Oksigen terlarut atau oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah konsentrasi oksigen terlarut di dalam udara. Oksigen terlarut dalam air dari hasil proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air lain dan berbeda dari atmosfir. Sementara dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai 0 (anaerobik). Semakin tinggi suhu akan meningkatkan tingkat kelarutan oksigen Selanjutnya ditambahkan kadar kalsium terlarut di suplemen yang dimanfaatkan untuk respirasi dan untuk proses perombakan bahan organic (Anggraini, 2015).



Curah hujan rendah menyebabkan volume air menurun. Hal ini dapat menghilangkan nitrogen, baik yang terlarut maupun yang dalam bentuk partikel seperti plankton dan bahan organik yang mati akan terakumulasi. Sebaliknya, pada musim hujan terjadi pengenceran dan kandungan nitrogen terbawa oleh aliran udara keluar, sehingga kandungan total nitrogen menjadi turun kembali. Kandungan nitrogen dalam perairan dapat hilang antara lain karena terbawa aliran udara keluar danau. Keberadaan N-nitrat yang lebih tinggi di perairan juga memerlukan oksigen terlarut di laut tersebut. Konsentrasi nitrat yang tinggi diikuti dengan konsentrasi oksigen terlarut rendah. Hal ini karena penggunaan oksigen terlarut dalam proses nitrifikasi (Aisyah, 2016).



Kondisi perairan yang bersifat asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Kondisi asam basa/pH merupakan salah satu hal penting dalam menentukan kualitas perairan. pH umumnya mengalami peningkatan akibat dari perairan yang sudah tercemar oleh aktivitas manusia, banyaknya limbah, ataupun bahan organik dan anorganik yang mencemari perairan tersebut. Nilai pH atau derajat keasaman berkisar antara 5,3 7,3. Nilai tersebut masih cukup layak untuk kehadiran ikan lompa di perairan Pantai Apui. Kehidupan dalam air masih dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang, dan pasang surut (Mainassy, 2017).



BAB III METODELOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan : Gelas ukur 50 ml Corong kaca Gelas ukur 100 ml Penjepit tabung reaksi Gelas ukur 50 ml Erlemeyer Pipet tetes Kompor listrik/gas Pipet volume 5 ml Buret dan statif Pipet volume 10 ml Corong Lampu spritus Neraca Analitik



Tabung reaksi + rak Botol semprot Batang pengaduk Termometer Bahan yang digunakan : KMnO4 Aquades H2SO4 Kertas lakmus merah Asam oksalat (H2C2O4)



3.2



Prosedur Kerja



1. Suhu/temperatur - Siapkan sampel (buka tutup botol sampel) - Celupkan alat pengukur suhu (termometer atau O2 meter) ke dalam sampel, pastikan tangan anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut. - Baca angka yang tertera pada alat tersebut.



2. Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi - Ambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan ke dalam gelas piala dan panaskan. - Perhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap! - Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut, sedangkan jika terjadi endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.



3. Warna - Ambil sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi. - Bandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.



4. DO (Disolve Oxygen)



- 100 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala yang bervolume 100 ml. - Celupkan O2 meter ke dalam sampel - Tekan mode untuk mendapatkan nilai DO - Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen yang dikandung sampel.



5. Amoniak (NH3) - Masukkan 10-15 ml sampel ke dalam tabung reaksi. - Lipatkan kertas lakmus merah di mulut tabung reaksi. - Panaskan di atas lampu spritus. - Amati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak. - Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah berubah manjadi warna biru. 6. COD secara kuantitatif - Pipet 10ml sampel dengan pipet volume dan masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. - Encerkan sampel tersebut dengan aquades sampai volume 100 ml. - Ditambah 5 ml H2SO4 4 N, panaskan sampai mendidih. - Ditambah lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 N dan didihkan selama 10 menit (terbentuk warna merah muda) - Jika selam dididihkan warna merah muda hilang tambah 10 ml KMnO4 0,01 N lagi, sampai warna merah muda tidak hilang lagi. - Tambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N warna merah muda hilang. - Selagi panas segera titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang terpakai (= r) Faktor koreksi : - Larutan yang telah dititrasi diatas ditambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4) 0,01



N. - Titrasi lagi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang terpakai (= n) - Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti, ulangi lagi percobaan ini sekali lagi.



BAB IV HASIL PENGAMATAN



4.1 HASIL PENGAMATAN No Parameter



Hasil Pengamatan Air Sumur



Air limbah



1



Suhu



-



-



2



Zat Padat Terlarut



Terdapat zat padat terlarut



-



3



Zat padat tersuspensi



-



-



4



warna



bening



kuning



5



DO



-



-



6



Amoniak



-



-



BAB V PEMBAHASAAN



Di dalam percobaan kali ini yang bertujuan untuk menentukan kualitas suatu air didapati beberapa cara yaitu: pertama cara menentukan kualitas air dengan cara melihat suhu yang dimiliki, dari setiap benda yang ada di dalam permukaan bumi ini memiliki beberapa perbedaan suhu. Selain dari suhu ada beberapa penentu suatu kulitas air di permukaan bumi ini.Cara lain penentu kualitas suatu air yaitu melihat zat padat yang dimiliki atau yang dikandung di dalam air tersebut. Di dalam suatu air ada dua jenis zat padat yang kemungkinan dimiliki yaitu zat padat terlarut atau pun zat padat tersuspensi. Dari jumlah maupun jenis suatu zat padat yang dimiliki akan bisa ditentukan apakah layak atau tidak nanti nya suatu air tersebut dikonsumsi. Untuk melihat zat padat yang ada di dalam air tersebut digunakan cara yaitu pemanasan air, dari pemanasan ini akan ditemukan beberapa bukti di dalam air yang memiliki zat padat terlarut ataupun zat padat tersuspensi. Dari kedua sampel tersebut ditemukan adanya air yang memiliki zat padat terlarut sedangkan zat padat tersuspensinya tidak ditemukan.Selain melihat temperatur suhu atau zat padat yang dimiliki suatu air untuk melihat apa kualitas air itu baik ataupun tidak nya di dalam percobaan ini juga dilakukan percobaan membandingkan air yang menjadi sebuah sampel dengan suatu air yang menjadi acuaan perbandingan yang mana suatu air tersebut sudah mengalami pemurnian. Di dalam percobaan ini juga dilakukan suatu pengujian untuk menentukan bahwa apa suatu sampel tersebut memiliki suatu unsur yang berupa amoniak. Biasanya suatu air apabila memiliki amoniak akan terdapat suatu bau yang agak tengik di dalamnya selain itu untuk memastikan di dalam air itu memang pasti memiliki suatu unsur amoniak digunakan kertas lakmus. Suatu amoniak dapat terbukti apabila kertas lakmus tersebut yang berwarna merah akan mengalami perubahan menjadi warna biru. Dalam hasil pengamatan DO diketahui bahwa semakin tinggi suhu air mengakibatkan oksigen yang terlarut dalam air rendah.Sebaliknya jika



suhu air normal,maka kelarutan oksigen tinggi. Kelarutan oksigen dalam air sangat dipengaruhi oleh temperature,tekanan,udara,dan gerak pada air.Oksigen dalam air sangat di butuhkan untuk tanaman yang ada di air dan juga hewan yang ada di air.



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan makhluk hidup.Ada jenis-jenis air yang tidak dapat dikonsumsi karena memiliki zat logam yang berbahaya.Dari hasil pengamatan yang telah saya lakukan bahwa air sumur merupakan air yang aman untuk digunkan dalam kehidupan sehari-hari karena tidak memiliki zat yang berbahaya,sedangkan air danau memiliki zat yang berbahaya bagi tubuh,contohnya ialah amoniak.



6.2



Saran Saran Saya pada praktikum agar praktikan sebelum praktikum di



mulai sebaiknya mempelajari materi terlebih dahulu agar praktikum dapat berjalan dengan bagus.



DAFTAR PUSTAKA  Aisyah, Siti dan Sulung N. 2016. Distribusi Nutrisi Spasial dan Temporal di Danau Tempe, Sulawes Selatan. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 1 (2): 31–45.  Anggraini, Nia., et al. 2015. Dissolved Oxygen Concentration from the Water around the Floating Cage Fish Culture Area and from the Area with No Cage, in the DAM site of the Koto Panjang Reservoir. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.  Drinan, Joanne E. dan Frank S. 2015. Water and Wastewater Treatment: A Guide for the Nonengineering Professional (2nd ed.). CRC Press. America.  Jambeck, Jenna R., Roland G., dan Chris W. 2015. Plastic Waste Inputs from Land into The Ocean. Science. 347 (6223): 769  Mainassy, Meillisa C. 2017. Pengaruh Parameter Fisika dan Kimia terhadap Kehadiran Ikan Lompa (Thryssa baelama Forsskal) di Perairan Pantai Apui Kabupaten Maluku Tengah.Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada. 19 (2): 61



LAMPIRAN