Analisa Kualitas Air Limbah Ammonium Dan Nitrit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri ini tepat pada waktunya yang berjudul “Analisa Kualitas Air Limbah : Ammonium dan Nitrit-” Laporan praktikum ini berisikan informasi tentang cara Penetapan Kadar NH4+ dan NO2- Dalam Air. Laporan praktikum ini dapat saya selesaikan berkat tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini, saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan praktikum ini. Saya menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh saya. Akhirnyasaya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Akhir kata saya sampaikan terima kasih. Medan, 28 November 2018



( Penulis )



i



DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv DAFTAR TABEL......................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 1.1. Tujuan Praktikum...................................................................... 1 1.2. Landasan Teori.......................................................................... 1 1.2.1. Uji Kinerja Membran Nanofiltrasi Zeolit Untuk Menapis Nitrat Dan Amonium Air Limbah Produksi Tahu ....................................................................................... ....................................................................................... 1 1.2.2. Air ................................................................................ 1.2.3. Karakteristik Air............................................................ 1.2.4. Pengolahan Air Menjadi Air Minum............................ 1.2.5. Ammonium dan Nitrit................................................... 1.2.6. Siklus Nitrogen..............................................................



14 15 16 17 18



BAB II METODOLOGI............................................................................. 19 2.1. Alat dan Bahan.......................................................................... 19 2.2. Tahapan Pengolahan Air dan AnalisaNH4+ dan NO2-................ 20 2.2.1. Perancangan Alat ........................................................... 2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen................................. 2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air....................................... 2.2.4. Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam Air..................... 2.2.5. Prosedur Kerja Penentuan NO2- dalam Air...................... 2.2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2-.....



20 21 21 21 23 25



BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA.......................................... 26 3.1. Data Pengamatan....................................................................... 26 3.2. Pengolahan Data........................................................................ 30 3.2.1.Pembuatan Reagen........................................................... 3.2.2. Perhitungan Kadar NH4+................................................. 3.2.3. Perhitungan Kadar NO2-.................................................. 3.2.4. Reaksi ............................................................................. ii



30 30 31 32



DAFTAR ISI (Lanjutan) Halaman BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 34 BAB V KESIMPULAN............................................................................... 35 5.1. Kesimpulan............................................................................... 35 5.2. Saran.......................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 36 LAMPIRAN



iii



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Reaktor Membran ......................................................................



4



Gambar 1.2. Membran Zeolit Nanofiltrasi.......................................................



5



Gambar 1.3. Nilai Fluks (J) pada Ukuran Partikel Zeolit 40 mesh, Waktu Durasi Centrifuge 10 dan Volume Air Limbah 25% ..............



10



Gambar 1.4. Penampang melintang membran zeolit nanofiltasi pada ukuran 40 mesh, durasi centrifuge 10 menit pada 75% volume limbah dengan 25% volume aquadest. Sebelum (a) dan sesudah (b) uji kinerja dalam reaktor ...................................................... 11 Gambar 1.5. Penampang permukaan membran zeolit nanofiltrasi ukuran 40 mesh, durasi centrifuge 10 menit pada 75% volume limbah dan 25% volume aquadest.(Perbesaran 5000 kali). Sebelum (a) dan sesudah (b) uji kinerja pada reaktor....................................... 13 Gambar 1.6. Siklus Nitrogen............................................................................. 18 Gambar 2.1. Perancangan Alat.........................................................................



20



Gambar 2.2. Pembuatan larutan stock NH4+...................................................



22



Gambar 2.3. Penentuan kadar NH4+.................................................................



22



Gambar 2.4. Pembuatan larutan stock NO2-....................................................



23



Gambar 2.5. Penentuan Kadar NO2-................................................................



23



Gambar 2.6. Bagan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2-..................



25



v



DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Variasi Uji Membran.......................................................................... 4 Tabel 1.2. Hasil Analisis Awal Kadar Nitrat...................................................... 5 Tabel 1.3. Hasil Analisis Awal Kadar Amonium............................................... 5 Tabel 1.4. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge dan Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal Nitrat................ 7 Tabel 1.5. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge dan Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal Amonium......... 8 Tabel 1.6. Nilai Fluks (J) pada Volume Air Limbah 25% dan Aquadest 75%.............................................................................. 9 Tabel 3.1. Data Pengamatan NH4+...................................................................... 27 Tabel 3.2. Data Pengamatan Larutan Stock NH4+............................................... 27 Tabel 3.3. Data Pengamatan NO2-....................................................................... 29 Tabel 3.4. Data Pengamatan Larutan Stock NO2-............................................... 29



vi



vii



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Percobaan Adapun tujuan praktikum adalah : 1. Menganalisa/menentukan kadar NH4+ menggunakan pereaksi nessler dan garam Rochelle dalam sampel. 2. Memahami metode analisis kadar NH4+. 3. Menganalisa/menentukan kadar NO2- dalam sampel. 4. Memahami metode analisis kadar NO2-. 1.2. Landasan Teori 1.2.1. Uji Kinerja Membran Nanofiltrasi Zeolit Untuk Menapis Nitrat Dan Amonium Air Limbah Produksi Tahu Pendahuluan Polutan



organik



yang



terbuang



ke



badan



air



dapat



mengakibatkan menurunnya kualitas air dan daya dukung lingkungan perairan di sekitar industri tahu. Penurunan daya dukung lingkungan tersebut dapat menyebabkan kematian organisme air, terjadinya alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan menimbulkan bau. Karakteristik limbah cair tersebut apabila dibandingkan dengan KepMenLH No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri telah melampaui baku mutu. Pada umumnya, industri tahu mengolah limbah cair yang dihasilkan melalui proses anaerobik. Dengan proses tersebut efisiensi pengolahan sekitar 70%-80%, sehingga air yang diolah masih mengandung kadar pencemar organik cukup tinggi serta menimbulkan bau yang kurang sedap. Maka dari itu limbah yang diolah dengan menggunakan unit anaerobik kurang efektif dan membutuhkan lahan yang cukup besar, selain itu limbah cair yang sudah diolah belum memenuhi baku mutu. Kemudian pada tahun 2007, oleh Kaswinarni, 1



menerapkan sistem pengolahan limbah dengan sistem kombinasi anaerob-aerob dalam penyempurnaan hasil akhir pengolahan limbah cair tahu tanpa menimbulkan bau. Metode arang aktif dengan menggunakan ampas kopi sebagai adsorben atau bahan penyerap yang kemudian oleh Irmanto dan digunakan untuk pengolahan limbah cair tahu dalam menurunkan kadar nitrat dan amonium. Sebelumnya, pada tahun 2007, Irmanto dan Suyata melakukan suatu penelitian dengn menggunakan sistem zeolit teraktivasi dan terimpregnasi TiO2 dalam menurunkan kadar amonium, nitrat dan nitrit pada limbah cair tahu. ABR (Anaerobic Buffled Reactor) dalam penelitian untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair tahu. Penggunaan arang tempurung sebagai absorben dengan enceng gondok secara fitoremediasi dalam pengolahan limbah tahu. Membran dengan pendorong tekanan adalah teknologi membran yang paling banyak digunakan dalam aplikasi pengolahan air Meskipun, penggunaan pemisahan gas, pervaporasi, dan membran electrochemical untuk pemisahan industri dan lingkungan juga telah meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Keunggulan penggunaan membran terdapat pada pengoperasian pengolahan air limbah yaitu tidak membutuhkan energi yang terlalu besar karena tidak melibatkan perubahan fase dan tidak terlalu menggunakan energi dalam bentuk panas sehingga komponen di dalamnya dapat dipertahankan. Akan tetapi masih banyak yang beranggapan bahwa teknologi membran relatif mahal karena berasal dari luar negeri, sehingga perlu dibuat suatu rekayasa membran yang bahan bakunya murah dan mudah didapat seperti zeolit. Akhir-akhir ini membran zeolit banyak memperoleh perhatian para peneliti karena struktur porinya yang beragam, stabilitasnya terhadap panas dan kekuatan mekanisnya yang baik serta tahan terhadap lingkungan kimia yang ekstrim. Struktur pori zeolit yang berbeda-beda membuat zeolit



2



banyak digunakan untuk pemisahan berbagai molekul kecil. Sedangkan untuk jenis membran yang sering digunakan adalah membran nanofiltrasi. Membran nanofiltrasi mempunyai ukuran pori sebesar 0.001 µm dan dapat menyaring air limbah dengan kadar organik yang tinggi. Membran nanofiltrasi yang dihasilkan akan dijalankan pada sebuah reaktor dengan aliran cross flow untuk mencegah fouling dini. Metoda Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, mulai bulan September 2013 – Januari 2014 di Laboratorium Teknik Lingkungan ITS. Prosedur dalam penelitian Pembuatan Membran zeolit nanofiltrasi dengan variasi ukuran partikel awal zeolit 40 mesh dengan metode alkalifussion, kemudian ditambahkan 2-propanol 35 ml dilanjutkan dengan proses centrifuge kecepatan 600 rpm pada masing-masing durasi 10 menit. Selanjutnya, campuran tersebut ditambahkan 3,5 gram NH4Cl sebagai surfaktan kationik yang telah dilarutkan dalam 300 ml aquades. Campuran tersebut kemudian diaduk dengan magnetic stirrer selama 1 jam agar terbentuk pori membran yang berukuran nano. Proses pencetakan membran diawali dengan menambahkan, 5 ml PEG 400 ke dalam campuran. Selanjutnya membran dicetak menggunakan cawan petri dan dijemur di bawah sinar matahari sampai kering selama 30 jam. Membran dioven pada suhu 70ºC selama 1 jam untuk memperkuat struktur membran dan tidak mudah sobek. Reaktor dengan aliran cross flow sebagai alat uji kinerja membran zeolit nanofiltrasi yang telah dibuat. Seperti tampak Gambar 1.1 di bawah ini.



3



Gambar 1.1 Reaktor Membran. Pengujian untuk mendapatkan koefisien rejeksi (R%) dilakukan pada menit ke-80 yaitu hasil permeat pada proses penyaringan. Sedangkan dalam memperoleh nilai fluks dilakukan selama 80 menit, dan setiap selang 20 menit diambil permeatnya dan diukur volumenya. Reaktor dengan aliran cross flow dalam pengujian membran zeolit nanofiltrasi dengan ukuran partikel 40 mesh dengan durasi centrifuge 10 menit pada masing-masing variasi volume limbah cair tahu dengan aquadest , yaitu dengan perbandingan 75%:25% :50%:50%;25%:75%. Variasi uji membran dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Variasi Uji Membran



Analisis morfologi dilakukan dengan metode SEM (Scanning Electron Microscopy). Dengan uji ini dapat diketahui struktur permukaan dan penampang melintang suatu polimer menggunakan mikroskop elektron. Hasil Dan Pembahasan Tahapan



awal



dalam



proses



penelitian



ini,



disamping



menghasilkan membran zeolit nanofiltrasi (Gambar 2.2) yang akan diuji pada reaktor dengan aliran cross flow adalah hasil analisis awal nitrat dan amonium pada limbah dengan variasi persentase volume



4



limbah dengan volume aquadest. Seperti tampak pada Tabel 1. 2 dan Tabel 1.3.



Gambar 1.2. Membran Zeolit Nanofiltrasi Tabel 1.2. Hasil Analisis Awal Kadar Nitrat



Dilihat dari hasil penelitian awal kadar nitrat dalam sampel cair limbah tahu, terdapat perbedaan kadar/konsentrasi baik pada 25% volume limbah sampai pada 75% volume limbah. Dalam proses pengujian membran zeolit nanofiltrasi dari awal hingga akhir, sampel diambil terlebih dahulu dari pabrik produksi tahu yang kemudian disimpan dalam lemari es/frezeer. Tabel 1.3. Hasil Analisis Awal Kadar Amonium



Pada tahap awal pengujian menggunakan 25% volume limbah, diperoleh kadar nitrat yang tinggi yaitu 14.90 mg/l. Kemudian dilanjutkan pada tahap kedua dengan menggunakan 50% volume limbah memperoleh kandungan nitrat 3.20 mg/l. Kadar nitrat mengalami penurunan yang begitu besar, hal ini disebabkan oleh



5



perlakuan/proses yang terjadi dalam limbah cair tahu tersebut. Perlakuan sampel limbah cair tahu antara lain : 1. Menyimpan di dalam lemari es/frezeer dengan suhu berkisar 8oC, 2. Rentang waktu yang cukup lama dalam pengujian membran dengan variasi volume limbah. Sehingga sampel limbah cair tahu dalam kondisi anaerob yang memungkinkan terjadinya proses denitrifikasi, yaitu proses reduksi nitrat menjadi nitrit dan kemudian diubah menjadi gas nitrogen. Tahap anaerobik yang melibatkan pengurangan NO3- untuk gas nitrogen oleh bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi telah terbukti sebagai proses yang terjadi di luar penyaring dengan menggunakan, di mana substrat (nitrat dan organik C) diperlukan untuk denitrifikasi. Hasil analisa awal amonium pada penelitian ini, dengan perlakuan sampel cair limbah tahu disimpan dalam lemari es/frezeer dengan suhu sekitar 8oC pada awal pengujian menunjukkan peningkatan kadar amonium dalam sampel pada 25% volume limbah dan 50% volume limbah. Terjadi peningkatan kadar amonium dengan peningkatan persentase volume limbah. Hal ini disebabkan proses oksidasi tidak terjadi pada amonium atau dalam kondisi ini aktif pada mikroorganisme yang ada serta rentang waktu yang cukup lama dalam pengujian membran pada 50% volume limbah dari 25% volume limbah selama dalam penyimpanan di lemari es. Tetapi kadar amonium pada persentase volume limbah 75% mengalami penurunan dari 50% volume limbah. Hal ini disebabkan antara lain, rentang waktu pengujian membran zeolit pada 50% volume limbah dengan 75% volume limbah pendek dan memungkinkan terjadi proses oksidasi di dalam limbah cair tersebut. Hal ini juga didukung adanya peningkatan kadar nitrat pada 75% volume limbah dari kadar nitrat 50% volume limbah. Terjadi oksidasi pada amonium menjadi nitrat. seperti reaksi dibawah ini : NO2- + 1/2O2



=> NO3-



6



…………….. (1)



NH4+ + 2O2



=> NO3- + 2H++ H2O ….. (2)



Proses nitrifikasi yang terjadi adalah suatu proses konversi dari amonia menjadi nitrit yang kemudian menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri autotropik dan heterotropik. Bahan organik berupa protein yang terdapat dalam limbah cair industri tahu terdekomposisi menjadi amonia dengan bantuan mikroorganisme pengurai yang terdapat dalam limbah cair industri tahu. Pada kondisi aerobik amonia teroksidasi menjadi nitrit, kemudian nitrit dioksidasi lagi menjadi nitrat. Hasil dari perhitungan koefisien rejeksi nitrat pada membran 40 mesh durasi centrifuge 10 menit dengan volume limbah 25% yang terbesar dengan nilai 57.72%. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.4. Dengan Konsentrasi awal atau C25-75 nitrat 14.90 mg/l, pada pengambilan permeat menit ke-80. Tabel 1.4. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge dan Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal Nitrat



Keterangan Tabel 4 : • 25% : 75% => volume limbah 75% dengan volume aquadest 25% • C25-7



=> konsentrasi awal nitrat pada volume limbah 75% dengan volume aquadest 25%



• 10’



=> waktu durasi centrifuge selama 10 menit



• 40 mesh => ukuran partikel 40 mesh • R



=> Koefisien Rejeksi Ukuran partikel dari bubuk awal juga memiliki efek pada sifat



pendukung membran, menyatakan bahwa semakin kecil ukuran partikel serbuk awal, maka semakin kecil pori-pori, permeabilitas



7



serta porositas air rendah. Ukuran pori dan kepadatan kerangka adalah faktor utama yang menjadi perhatian ketika mempertimbangkan zeolit untuk pemisahan air, ukuran pori menentukan selektivitas ion dan kepadatan kerangka menentukan permeabilitas air. Ditinjau dari proses centrifuge, durasi 10 menit memperlihatkan hasil yang optimal pada proses kerja membran dalam menapis ion nitrat. Tabel 1.5. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit, Waktu Durasi Centrifuge dan Volume Air Limbah Terhadap Prosentase Removal Amonium.



Keterangan Tabel 5 : • 75:25



=>



volume limbah 75% dengan volume aquadest 25%



• C75-25



=>



konsentrasi awal nitrat pada volume limbah 75% dengan volumeaquadest 25%



• 10’



=>



waktu durasi centrifuge selama 10 menit



• 40 mesh =>



ukuran partikel 40 mesh



• R



Koefisien Rejeksi



=>



Sehingga durasi centrifuge memberikan hasil yang optimum. Sedangkan pada ukuran partikel 40 mesh diperlukan waktu durasi yang lebih lama yaitu 20 menit, untuk medapatkan kerapatan kerangka yang mempengaruhi selektivitas membran terhadap ion amonium. PEG sebagai anti fouling bekerja lebih optimal pada membran ini. Koefisien rejeksi yang terbaik pada kondisi ini adalah membran 40 mesh durasi centrifuge 10 menit yaitu 98.18%. Dengan konsentrasi awal atau C75-25 amonium 11.00 mg/l, pada pengambilan permeat menit ke-80. Bisa dilihat pada Tabel 1.5. Seperti penjelasan pada penapisan nitrat, bahwa ukuran pori dan kepadatan kerangka adalah faktor utama yang menjadi perhatian ketika mempertimbangkan zeolit



8



untuk pemisahan air, ukuran pori menentukan selektivitas ion dan kepadatan kerangka menentukan permeabilitas air. Ukuran pori ditentukan oleh ukuran partikel serbuk awal sehingga dalam proses penapisan amonium yang optimal dengan menggunakan membran zeolit nanofiltrasi 40 mesh yang memiliki selektivitas terhadap ion amonium. Serta didukung centrifuge yang optimal pada durasi 10 menit. Pada Tabel 1.6 menunjukkan bahwa nilai fluks terbesar didapatkan pada membran ukuran partikel zeolit 40 mesh, durasi centrifuge 10 menit pada pengambilan pertama yaitu menit ke 20 sebesar 3.81 L/m².jam dan terjadi penurunan nilai fluks di setiap pertambahan



waktu.



Dalam



proses



pembuatan



membran,



memungkinkan kerja yang optimal sehingga distribusi pori dengan penambahan NH4Cl sebagai porogen merata serta penambahan PEG dengan yang optimal dalam mengurangi terjadinya proses fouling dini. Pada penelitian ini, Pengaruh fouling serta polarisasi pada mesh 40 dengan durasi 10 menit menunjukkan peningkatan yang cepat dalam proses penapisan. Sehingga permeabilitas membran rendah. Peran PEG sebagai anti fouling tidak bekerja secara maksimal. Tabel 1.6. Nilai Fluks (J) pada Volume Air Limbah 25% dan Aquadest 75%



9



Gambar 1.3. Nilai Fluks (J) pada Ukuran Partikel Zeolit 40 mesh, Waktu Durasi Centrifuge 10 dan Volume Air Limbah 25%. Salah satu cara untuk mengetahui morfologi membran adalah dengan uji SEM. Dengan uji ini dapat diketahui struktur permukaan dan penampang melintang suatu membran menggunakan mikroskop elektron. Analisa SEM menunjukkan bentuk dan perubahan atau morfologi permukaan dari sampel yang dianalisis. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan suatu bahan misalnya perubahan struktur permukaan, maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang telah berubah tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya. Pada penelitian ini, membran zeolit nanofiltrasi yang telah dibuat merupakan jenis membran anorganik berdasarkan morfologinya. Membran ini biasanya multi-lapis, yang berarti bahwa mereka yang terdiri satu atau lebih lapisan pendukung bagi lapisan atas. Lapisan pendukung (PEG) memberikan kekuatan mekanik sedangkan lapisan atas bertanggung jawab atas sifat pemisahan membran. Kekuatan lapisan pendukung harus stabil pada temperatur tinggi dan tahan terhadap pelarut agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Dapat dilihat pada Gambar di bawah ini yang merupakan penampang melintang membran sebelum dan sesudah pengujian pada membran. Hasil SEM penampang melintang membran zeolit



10



nanofiltrasi dengan perbesaran 200 kali. Pada gambar tersebut terdapat rongga-rongga yang sangat kecil dan struktur membran terlihat asimetris. Dari Gambar yang ditampilkan di atas, membran yang dihasilkan dalam penelitian ini sebagai membran anorganik yang memiliki keung- gulan antara lain: 1. Partikel dapat tersebar secara efektif dalam fase cair dengan pengadukan. 2. Pencampuran partikel dapat berlangsung secara homogen. 3. Hasil sentrifuge dalam struktur padat, seragam, bebas cacat dan memiliki permukaan yang halus. Sedangkan kekurangan dalam proses pembuatan membran ini adalah : 1. Waktu produksi lama karena pemisahan partikel cair 2. Segresi yang tidak diingikan akibat gravitasi. Distribusi pori dapat dilihat pada gambar penampang melintang membran, merata pada seluruh bagian membran. Hal ini ditunjukkan adanya serat-serat pada bagian dalam, seperti pada Gambar 1.3. bagian samping (sesudah uji kinerja dalam reaktor) menunjukkan adanya aliran air dalam hal ini adalah sebagai permeat.



(a)



(b



Gambar 1.4. Penampang melintang membran zeolit nanofiltasi pada ukuran 40 mesh, durasi centrifuge 10 menit pada 75% volume limbah dengan 25% volume aquadest. Sebelum (a) dan sesudah (b) uji kinerja dalam reaktor.



11



Sebagaimana



penelitian



yang



dilakukan



Puspayana



dan



Damayanti (2013) dengan penambahan NH4Cl sebagai porogen yaitu pembentuk serta penyeragam pori dan juga penambahan PEG sebagai bahan organik pembentuk pori salah satunya yang dilakukan oleh. Dalam proses pembuatan membran zeolit nanofiltrasi ini untuk membentuk



permukaan



yang



halus



serta



merata



dilakukan



penambahan air serta pengadukan yang stabil sebelum membran dicetak. Serta ditunjang proses centrufuge selama 10 menit yang merupakan durasi optimal dalam membentuk struktur membran yang padat dan seragam. Seperti terlihat pada Gambar di bawah ini, merupakan hasil analisis SEM pada permukaan membran zeolit nanofiltrasi sebelum dan sesudah uji pada reaktor. Dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 1.4 , perbedaan membran sebelum dan sesudah uji pada reaktor menunjukkan adanya zat/partikel yang menempel pada membran. Fouling dapat terjadi pada membran tetapi tidak hanya di bagian permukaan atas atau lapisan luar membran saja, tetapi juga terjadi pada bagian spinger atau lapisan dalam membran. Pengotor yang masuk kedalam lapisan dalam tersebut terjadi akibat adanya tekanan yang diberikan selama proses operasi membran, tekanan akan mendorong deposisi partikel pada permukaan membran atau lapisan atas untuk masuk ke dalam lapisan dalam membran. Hal ini dapat dilihat dari hasil fluks yang mengalami penurunan seiring dengan waktu berjalan. Untuk mengurangi terjadinya fouling, dilakukan penambahan PEG, sebagai anti fouling, seperti terdapat dalam yang menyebutkan bahwa PEG adalah senyawa biocompatible, highly hydrophilic dan anti fouling.



12



Gambar 1.5. Penampang permukaan membran zeolit nanofiltrasi ukuran 40 mesh, durasi centrifuge 10 menit pada 75% volume limbah dan 25% volume aquadest.(Perbesaran 5000 kali). Sebelum (a) dan sesudah (b) uji kinerja pada reactor. Kesimpulan Setelah melalui proses penelitian dalam pembuatan dan menapis nitrat dan amonium pada limbah cair tahu dengan menggunakan membran zeolit nanofiltrasi maka dapat disimpulkan: Membran zeolit nanofiltrasi dapat dibuat pada variasi komposisi ukuran partikel 40 dengan berat 2.00 mg melalui proses alkalifussion dengan penambahan 35.00 ml 2-propanol durasi centrifuge 10 menit, penambahan NH4Cl 1.20% magnet stirer selama 1 jam, penambahan 2.00 ml PEG 400, serta penambahan 30.00 ml aquadest. Hasil pengamatan dengan menggunakan SEM pada penampang melintang dan permukaan, terdapat rongga-rongga yang berdasarkan prinsip pemisahannya merupakan jenis membran asimetris dan berdasarkan morfologinya, merupakan jenis membran anorganik. Kinerja membran zeolit nanofiltrasi sangat baik dan efektif dalam menapis nitrat dan amonium, yaitu : Permeabilitas/fluks membran zeolit tertinggi pada ukuran partikel 40 mesh dengan durasi 10 menit dengan nilai 3.81 L/m2.jam pada volume limbah 25% dan volume aquadest 75%.



13



Permselektivitas/koefisien



rejeksi



(R%)



membran



zeolit



tertinggi dalam menapis amonium pada ukuran partikel 40 mesh dengan durasi 10 menit dengan nilai 98.18% pada volume limbah 75% dan volume aquadest 25%. Permselektivitas/koefisien rejeksi (R %) membran zeolit tertinggi dalam menapis nitrat pada ukuran partikel 40 mesh dengan durasi 10 menit dengan nilai 57.72% pada volume limbah 25% dan volume aquadest 75%. 1.2.2. Air Air merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat vital, sebagai sumber daya alam yang ketersediaannya mutlak diperlukan sepanjang masa, baik bagi manusia sendiri maupun mahkluk hidup lainnya. Tubuh manusia sendiri sebagaian besar berisi air (cairan), yaitu sekitar 60% hingga 70%, sehingga paling tidak manusia membutuhkan air yang masuk ke dalam tubuhnya dua liter per hari. Jumlah kebutuhan manusia akan air pada umumnya mencapai 2,1-3,4 liter per hari. Hal ini bukan hanya karena tubuh manusia secara biologis memang membutuhkan air, namun juga untuk menunjang kebutuhan-kebutahan hidup lainnya sehari-hari. Sebenarnya bumi banyak menyediakan sumber air. Ada air permukaan (sungai, danau,laut), air angkasa ( air hujan,salju) dan ada pula air tanah (air tanah dangkal dan dalam), masing-masing mempunyai kualitas sendiri untuk dapat dikonsumsi oleh manusia. Air yang paling rentan terkena pencemaran adalah air permukaan. Menurut Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang sumber daya air pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah,termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat.



14



1.2.3. Karakteristik Air 1. pH Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana disosiasi senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekur, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. 2. DO (Disolved Oxygen) DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi. 3. BOD (Biological Oxygent Demand) BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencemar) yang terdapat didalam air buangan secara biologi. BOD dan



COD



digunakan



untuk



memonitoring



kapasitas



self



purification badan air penerima. Zat organik + m.o + O2



CO2 + m.o + sisa material



organik (CHONSP) 4. COD (Chemical Oxygent Demand) COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara, kimia. +95% terurai Zat Organik + O2



CO2 + H2O



5. Kesadahan Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar.



Didalam



Pendingin/Pemanas)



pemakaian adanya



15



untuk



industri



kesadahan



dalam



(Air air



Ketel, tidak



dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi didalam air. 6. Senyawa-senyawa kimia yang beracun Kehadiran unsur arsen ( As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu di pembatasan yang agak kuat ( ±0,05 mg/L). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah ( karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia. 1.2.4. Pengolahan Air menjadi Air Minum Tujuan



pengolahan



air



minum



merupakan



upaya



untuk



mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik,kimia, dan biologi air baku agat memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan perjenihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas dianjurkan, penghilangan miktoba patogen, memperbaiki derajad keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat menggangu estetika dan kesehatan. Air tidak jenih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat



dihilangkan



dengan



proses



penyaringan



(filtrasi)



dan



pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses penghilangan residu tersebut perlu ditammbahkan koagulan. Bahan koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Untuk memaksimalkan proses penghilangan residu, koagulan sebaiknya dilarutkan dalam air sebelum dimasukkan ke dalam tangki pengendapan. Penghilangan



mikroba



patogen



dapat



dilakukan



dengan



menggunakan desinfektan. Bahan-bahan desinfektan yang banyak dipakai adalah kaporit dan ozon. Umumnya bahan-bahan desinfektan ini bersifat oxidator, sehingga dapat membutuh mikroba patogen.



16



Dalam mencari kebutuhan kaporit, harus ditentukan besar daya sergap chlornya. Daya sergap klor adalah banyaknya klor aktif yang dipakai oleh senyawa pereduksi yang ada dalam air. Jika daya sergap klor telah dapat ditentukan, maka kebutuhan kaporit dapat ditentukan. Penghilangan gas-gas terlarut yang mengganggu didalam air (misalnya H2S dan CO2) dilakukan dengan proses aerasi. Proses aerasi juga dapat bermanfaat untuk memisahkan besi dan mangan terlarut dalam air. 1.2.5. Ammonium dan Nitrit Ammonium (NH4+) NH4+ adalah ion yang apabila berekasi dengan sodium hidroksida akan menghasilkan ammonia. Ammonia merupakan gas tak berwarna dengan bau yang spesifik (bau air seni), mudah larut dalam air (larutannya bersifat basa), alkohol dan eter. Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah. Amoniak dalam air buangan industri berasalkan dari oksidasi bahan-bahan organik oleh bakteri diubah menjadi CO2, H2O, NH3. Amoniak dalam air limbah sering terbentuk karena adanya proses kimia secara alami. Nitrit (NO2-) Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar melainkan dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaansementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrit. Nitrit bersumber dari bahanbahan yang bersifat korosif dean banyal dipergunakan dipabrikpabrik.



17



1.2.6. Siklus Nitrogen



Gambar 1.6. Siklus Nitrogen



18



BAB II METODOLOGI 2.1. Alat dan Bahan 2.1.1. Alat 1. Pipet tetes



: 1 buah



2. Beaker glass 300 ml



: 1 buah



3. Beaker glass 250 ml



: 2 buah



4. Batang pengaduk



: 1 buah



5. Pipet ukur 5 ml



: 2 buah



6. Pipet ukur 1 ml



: 1 buah



7. Bola hisap



: 2 buah



8. Pipet ukur 10 ml



: 1 buah



9. Tabung Nessler 50 ml



: 5 buah



10. Erlemeyer 100 ml



: 3 buah



11. Gelas ukur 100 ml



: 1 buah



2.1.2 Bahan 1. Air limbah tahu



:2L



2. Air limbah tahu sesudah filtrasi



: 500 ml



3. Larutan Pereaksi Nessler



: 9 ml



4. Larutan Garam Rochelle



: 9 ml



5. Larutan stock NH4+ (10 ppm)



: 30 ml



6. Asam asetat



: 10 ml



7. Larutan stock NO2-



: 11,2 ml



8. Asam sulfonil



: 10 ml



9. Napthyl amine



: 10 ml



10. Aquades



: 135 ml



19



2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO22.2.1. Perancangan Alat 1. Alat dan bahan praktikum disediakan. 2. Dirancang alat dengan menggunakan 1 set toples yang telah dirangkai. 3. Kemudian dicuci bersih bahan yang akan digunakan seperti kapas, pasir silica, kerikil besar, arang, kerikil, dan ijuk. 4. Kolom pertama diisi dengan kapas. 5. Kolom kedua diisi dengan kerikil besar dan biobol dan kapas. 6. Kolom ketiga diisi dengan kerikil kecil dan ijuk. 7. Kolom empat diisi dengan pasir (silica) dan filter aquarium. 8. Kolom kelima diisi dengan arang. 9. Kolom keenam diisi dengan ijuk 10. Kolom selanjutnya terakhir diisi dengan pasir (silica). 11. Kran diair diletakkan dibagian samping bawah toples dank ran dipastikan tertutup saat proses penyaringan. 12.



ijuk pasir Kerikil kecil Kerikil



kran Gambar 2.1 Perancangan Alat



Kapas



20



2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen a. Prosedur kerja pembuatan reagen NH4+ 1. Pereaksi Nessler Larutkan 10 gram HgI2 dan 7 gram KI dengan aquadest, campurkan larutan 50 ml NaOH 30% tambahkan aquadest jadi 100 ml, simpan dalam botol warna gelap. 2. Larutan garam Rochelle Larutkan 50 gram KNaTartrat dalam 100 ml aquadest. b. Prosedur kerja pembuatan reagen NO21. Timbang teliti 2,5 gr napthyl amine dalam 150 ml asam asetat pekat dan diencerkan dalam 300 ml aquadest. 2. Larutkan asam sulfonil 4 gram dalam 300 ml aquadest . 3. Timbang 0,375 gram NaNO2 dalam 1 liter aquadest. 2.2.3 Prosedur kerja pengolahan air 1. Alat dan bahan disediakan. 2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk membersihkan bahan filtrasi hingga benar–benar bersih sebanyak 3 kali. 3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air sungai dimasukkan kedalam alat filtrasi lalu ditampung pada beaker glass secukupnya. 2.2.4 Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam air a. Pembuatan larutan stock 1.



Larutan NH4+ 10 ppm dipipet sebanyak 0 ml, 1 ml dan 5 ml, masukkan kedalam tabung nessler.



2.



Tambahkan 1 ml garam rochelle ke dalam masing-masing tabung nessler.



3.



Tambahkan 1 ml pereaksi nessler ke dalam masing-masing tabung nessler.



4.



Tambahkan aquades sampai 50 ml .



21



Gambar 2.2 Pembuatan larutan stock NH4+ b. Penentuan kadar NH4+ dalam air 1. Pipet air limbah tahu sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 1 ml garam rochelle kedalam sampel. 2. Tambahkan 1 ml garam rochelle ke dalam masing-masing tabung nessler. 3. Tambahkan 1 ml pereaksi nessler ke dalam masing-masing tabung nessler. Tambahkan aquades sampai 50 ml 4. Percobaan diulangi dengan cara yang sama untuk sampel air tahu setelah filtrasi 5. Bandingkan warna standar dengan warna sampel



Gambar 2.3. Penentuan Kadar NH4+ 2.2.5



Prosedur Kerja Penentuan NO2- dalam air a. Pembuatan larutan stock 1.



Larutan NO2- 10 ppm dipipet sebanyak 0 ml, 1 ml dan 5 ml, masukkan kedalam tabung nessler.



2.



Tambahkan 1 ml asam sulfonil ke dalam masing-masing tabung nessler.



3.



Tambahkan 0,5 ml asam asetat ke dalam masing-masing tabung nessler dan diamkan selama 5 menit. 22



4.



Tambahkan aquades sampai 50 ml .



5.



Percobaan diulangi dengan cara yang sama untuk sampel air tahu setelah filtrasi Gambar 2.4 Pembuatan larutan stock NO2-



b. Penentuan kadar NO2- dalam air 1.



Air limbah tahu diambil sebanyak 10 ml dengan pipet ukur dan dimasukkan kedalam tabung nessler



2. Tambahkan 1 ml asam sulfonil ke dalam masing-masing tabung nessler. 3. Tambahkan 0,5 ml asam asetat ke dalam masing-masing tabung nessler dan diamkan selama 5 menit. 4. Tambahkan 1 ml naphtyl amine ke dalam masing-masing tabung reaksi. 5. Tambahkan aquades sampai 50 ml . Bandingkan warna sampel dengan warna larutan stok 6. Percobaan diulangi dengan cara yang sama untuk sampel air tahu setelah filtrasi



Gambar 2.5 Penentuan Kadar NO2-



23



2.2.6. Bagan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2-



Gambar 2.6. Bagan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2-



BAB III



24



DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Data Pengamatan 3.1.1. Data Pengamatan NH4+ Tabel 3.1. Data pengamatan NH4+ No Sampel



Volume Volume



Volume Sampel yang



sampel



Rochelle



nessler



sesuai larutan



1



Air limbah tahu



(ml) 10



(ml) 1



(ml) 1



stock Larutan stock 1



2



sebelum filtrasi Air limbah tahu



10



1



1



Laruta stock 0



sesudah filtrasi Pengamatan : 1.



Air limbah tahu sebelum filtrasi + garam Rochelle



larutan tidak berwarna



Larutan tidak berwarana + pereaksi nessler Larutan kuning + aquadest 2.



larutan kuning



larutan kuning



Air limbah tahu sesudah filtrasi + garam Rochelle



larutan tidak berwarna



Larutan tidak berwarana + pereaksi nessler Larutan kuning muda + aquadest



25



larutan kuning muda



larutan kuning muda



3.1.2. Data Pengamatan larutan stock NH4+ Tabel 3.2. Data pengamatan larutan stock NH4+ No



1 2 3



Sampel



Volume



Volume NH4



Volume



Volume



sampel



10 ppm



Rochell



Nessller



(ml)



(ml)



e



(ml)



-



0 1 5



(ml) 1 1 1



1 1 1



Larutan stock 0 Larutan stock 1 Larutan stock 5



Pengamatan : 1. Larutan Stock 0 Larutan Rochelle + Larutan Nessler



Larutan Kuning muda



Larutan Kuning muda + Aquadest



Larutan Kuning pucat



2. Larutan Stock II Larutan NH4+ + Larutan Garam Rochelle



Larutan Tidak Berwarna



Larutan Tidak Berwarna + Larutan Nessler



Larutan kuning



Larutan Kuning + Aquadest



Larutan Kuning



3. Larutan Stock III Larutan NH4+ + Larutan Garam Rochelle Larutan Tidak Berwarna Larutan Tidak Berwarna + Larutan Nessler Larutan Orange Muda + Aquadest



Larutan Orange



Larutan Orange Muda



26



3.1.3. Data Pengamatan NO2Tabel 3.3. Data pengamatan NO2No



Sampel



1



Air limbah tahu



2



sebelum filtrasi Air limbah tahu



Volume



Volume



Volume



Volume



Sampel yang



sampel



Asam



Asam



Naptyl



sesuai larutan



(ml)



Sulfonil



Asetat



Amine



stock



10



(ml) 1



(ml) 0,5



(ml) 1



Larutan stock



1



1 Larutan stock



10



1



0,5



sesudah filtrasi



0



Pengamatan : 1.



Air limbah tahu sebelum filtrasi + Asam Sulfonil



larutan tidak berwarna



didiamkan Larutan tidak berwarna + Asam Asetat



larutan tidak berwarna 5 menit



Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine Larutan ungu muda + aquadest



larutan ungu muda



larutan lembayung muda



2. Air limbah tahu sesudah filtrasi + Asam Sulfonil



larutan tidak berwarna



didiamkan Larutan tidak berwarna + Asam Asetat



larutan tidak berwarna 5 menit



Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine Larutan ungu + aquadest



larutan ungu



larutan lembayung bening



3.1.4 Data Pengamatan larutan stock NO2-



27



Tabel 3.4 Data pengamatan larutan stock NO2No



1 2 3



Sampel



Larutan stock 0 Larutan stock 1 Larutan stock 5



Volume



Volume



Volume



Volume



volume



sampel



NO2- 10



Asam



Asam



napthyl



(ml)



ppm



sulfonil



asetat



amine



-



(ml) 0 1 5



(ml) 1 1 1



(ml) 0,5 0,5 0,5



(ml) 1 1 1



Pengamatan : 1. Larutan stock I didiamkan Asam Sulfonil + Asam Asetat



larutan tidak berwarna 5 menit



Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine Larutan ungu + aquadest



larutan ungu



larutan lembayung bening



2. Larutan stock II Larutan NO2- + Asam Sulfonil



larutan tidak berwarna didiamkan



Larutan tidak berwarna + Asam Asetat



larutan tidak berwarna 5 menit



Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine Larutan ungu + aquadest



larutan ungu



larutan lembayung muda



3. Larutan stock III Larutan NO2- + Asam Sulfonil



larutan tidak berwarna didiamkan



Larutan tidak berwarna + Asam Asetat



larutan tidak berwarna 5 menit



Larutan tidak berwarna + Naptyl Amine Larutan ungu + aquadest 3.2



larutan ungu



larutan lembayung



Pengolahan Data 3.2.1. Pembuatan Reagen NH4+



28



N1xV1



=



N2xV2



100 ppm x V1



=



10 ppm x100 ml



V1



=



1000 ml /100



V1



=



10 ml



3.2.2. Kadar NH4+ a. Air limbah tahu sebelum filtrasi Volume larutan stock = 1 ml yang sama dengan warna sampel yaitu larutan kuning NH4+ ¿



¿



1 x μg Volume Sampel (ml)



1 x 10 μg NH 4 ¿ 1 μg /ml 10 ml



b. Air limbah tahu sesudah filtrasi Volume larutan stock = 0 ml yang sama dengan warna Sampel yaitu larutan kuning muda NH4+ ¿



¿



1 x μg Volume Sampel (ml)



1 x 0 μg NH 4 ¿ 0 μg/ml 10 ml



29



3.2.3. Kadar NO2Pengenceran larutan NO2- dari larutan NO2- 25 ppm V1 x N1 = V2 x N2 V1 =



10 ppm x 50 ml 250 ppm



= 2 ml NO2



=



μg NO 2 Volume sampel (ml)



1 ml larutan stock ~ 2.5 μg NO2 a. Air limbah tahu Sesudah Filtrasi Volume larutan stock 1 ml sama dengan warna air limbah tahu sebelum filtrasi. NO2- ¿



μg Volume Sampel (ml)



= ¿ 0,25 ppm b. Air limbah tahu Sebelum filtrasi Volume larutan stock 0 ml sama dengan warna air limbah tahu sebelum filtrasi.



NO2- ¿



μg Volume Sampel (ml) ¿



¿ 0 ppm



30



3.2.4. Reaksi Kimia a. Reaksi Pembentukan NO2-



31



b. Reaksi pembentukan NH4+ NH4+ + C4HKNaO6.4H2O



NaNH4C4H4O6.4H2O + K+



NaNH4C4H4O6.4H2O + 2K2HgI4 + 4NaOH C4H4KN4O6.4H2O + 4NaI + 3KI + 3H2O



32



HgOHg(NH2)I +



BAB IV PEMBAHASAN Air merupakan senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hydrogen yang bersenyawa dengan unsur oksigen, dalam hal ini membentuk senyawa H2O. Dalam pengolahan dari air kotor menjadi air bersih perlu dilakukan beberapa uji kualitas salah satunya uji kualitas kadar NH4 dan NO2 pada air. Ammonium adalah ion yang apabila dihidroksida menghasilkan ammonia. Nitrit merupakan senyawa nitrogen yang terbentuk dari hasil ikatan nitrogen dan oksigen melalui siklus nitrogen dengan bantuan bakteri nitrosomonas dan nitrobacter. Pengertian lain dari ammonium yaitu merupakan besi bermuatan positif yang cukup mampu eksis ion ialah sebagai bebas didalam larutan, sebagai senyawa garam ionik yang membentuk struktur kisi dengan ananion. Nitrit atau NO2 merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia apabila didapati dalam air minum atauoun air kemasan. Dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) kadar nitrit yang diperbolehkan hanya sebesar 0,005 mg/L. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Amonium dan nitrit yaitu jenis sampelyang digunakan, jenis alat filtrasi yang digunakan, dll. Jika sampel yang difiltrasi akan semakin membuat kadar amonium dan kadar nitrit semakin rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kadar ammonium dan nitrit pada air minum adalah pH, suhu, salinitas, kesadahan, dan jumlah oksigen terlarut dalam air. Dan kadar ammonium dalam ar limbah tahu sebesar 1 μg / ml dan kadar nitrit nya sebesar 0,25 ppm



33



BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan 1. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kandungan nitrit (NO 2) pada air limbah tahu sebelum dan sesudah filtrasi masing-masing sebesar 0,25 ppm, 0 ppm . 2. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai kandungan ammonium (NH4+) pada air lindi sebelum fitrasi, air limbah tahu sesudah filtrasi masing-masing sebesar larutan stock 1 ml , larutan stock 0 ml. 3. Dari hasil analisa kadar ammonium (NH 4+) dan nitrit (NO2) pada air limbah tahu sebelum filtrasi mengandung ammonium dan nitrit dengan pembanding pada larutan stock 1 ml 5.2 Saran Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan dengan hati-hati agar praktikum berjalan dengan lancar, dan pada saat pengamatan warna antara sampel dan larutan stock dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat.



34



DAFTAR PUSTAKA Nugroho.Andriono Sapto. 2014. Uji Kinerja Membran Nanofiltrasi Zeolit Untuk Menapis Nitrat Dan Amonium Air Limbah Produksi Tahu. Surabaya : U\Institut Teknologi Sepuluh November Budiyono,dkk. 2013. Teknik Pengolahan Air. Yogyakarta : Graha Ilmu Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air.Yogyakarta : PT Kanisius Sihombing, Juna. 2018. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri. Medan: PTKI



35