Laporan Kompos [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PEMBUATAN KOMPOS Disusun Oleh Kelompok 3 Nama Anggota



: Evidasari



(1504101010022)



Sherlya Wahyuni



(1504101010051)



Azmi Ash Shidqi



(1504101010054)



Nur Afiya



(1504101010064)



Al Kausar



(1504101010069)



Anggun Dian Hardiyanti



(1504101010085)



Siska Amelianda Putri



(1504101010091)



Marini Bravikawati



(1504101010133)



Mata Kuliah



: Rekayasa Lingkungan



Dosen



: Ziana, ST., MT.



JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2017



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai. Semua riset mengatakan bahwa pertambahan jumlah sampah sama dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga, semakin banyak penduduk yang menghuni bumi maka jumlah sampah juga akan semakin bertambah. Menurut Putri dkk (2016) sebagian sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik (sampah basah), yaitu mencapai 60-70% dari total volume sampah, yang berasal dari dapur dan halaman. Sampah organik yang masih mentah, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah, justru akan berdampak menurunkan ketersediaan hara tanah, disebabkan sampah organik langsung akan disantap oleh mikroba. Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan teratur perlu terus ditumbuhkan, salah satunya dalam penanganan sampah dari skala rumah tangga karena sampah juga merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang dimulai secara individual di setiap rumah. Untuk menjaga lingkungan bersih bebas dari sampah salah satu solusinya adalah mengubah kebiasaan membuang sampah untuk mengolah sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah tangga. Banyak metode yang dipakai dalam pembuatan kompos. Tapi yang paling umum digunakan adalah dengan menambahkan larutan EM4 ke dalam proses pembuatan



kompos



secara



anaerob.



Larutan



EM4



ini



mengandung



mikroorganisme fermentasi dan dapat bekerja secara efektif dalam mempercepat proses fermentasi pada bahan organik.



Maka dalam pelakasanaan pembuatan pupuk kompos ini, digunakan larutan EM4 sebagai tambahan dalam mempercepat proses pengomposan secara anaeorbik.



1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengolahan sampah sederhana dengan cara pembuatan kompos menggunakan bahan dasar sampah sayur secara anaerobik dan dengan penambahan larutan EM4?



1.3 Tujuan 



Mahasiswa mengetahui cara pengolahan sampah sederhana melalui pembuatan kompos secara anaerobik dengan menggunakan bahan dasar sampah sayur dengan penambahan larutan EM4







Mahasiswa mampu mengaplikasikan sampah menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan yaitu proses pengomposan sebagi pupuk bagi tanaman.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2. 1 Kompos Kompos merupakan istilah untuk pupuk orgnik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (Yuniwati, 2012). Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan anaerob yang saling menunjang kondisi lingkungan. Sedangkan menurut Elpawati (2015) Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Mengetahui kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu: 1. Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang. 2. Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas – remas akan mudah hancur. 3. Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam – hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih. 4. Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik



bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. 5. Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang. 2. 2 Limbah Organik Limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi. Mengelompokkan sampah atau limbah berdasarkan beberapa faktor yaitu menurut bentuk dan sifatnya. Berdasarkan bentuknya, sampah dibedakan menjadi sampah padat, cair dan gas. Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah yang mengandung senyawa organik yang berasal dari tanaman, hewan dan mikroba dan sampah anorganik yaitu garbage (bahan yang mudah membusuk) dan rubbish (bahan yang tidak mudah membusuk). Limbah organik dapat berasal dari mana saja. Dapat berasal dari rumah tangga, kegiatan industri, hasil pertanian dan sebgainya. Beberapa contoh limbah organik yaitu sisa sayuran, kulit jagung, daging buah, kulit buah, sekam padi, serbuk kayu, daun-daun kering, kotoran ternak,dan sebagainya. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.



2. 3 Aktivator EM4 EM 4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang didalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Mikroorganisme atau kuman yang berwatak “baik “itu terdiri dari bakteri fotosintetik,bakteri



asam



laktat,ragi,aktinomydetes,dan



jamur



peragian.



(https://kusakusi.wordpress.com/2014/11/05/effective-microorganisme-4/). EM4 (Effective Microorganisem 4) ditemukan pertama kali oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryuskus Jepang. Dengan jumlah mikroorgansme yang



sangat banyak, sekitar 80 genus tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang pokok , yaitu bakteri Fotosintetik,Lactobasillus sp, Saccharomyces sp, Actino-myetes sp dan Jamur Fermentasi (Indriani, 2007 dalam Yuniwati, 2012). Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4 juga mempunyai manfaat antara lain: 1.



Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.



2.



Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.



3.



Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga kestabilan produksi.



4.



Menambah unsur hara tanah dengan cara disiram ke tanah, tanaman, atau disemprotkan ke daun tanaman.



5.



Mempercepat pembuatan komos dari sampah organik atau kotoran hewan.



BAB III METODE DAN LANGKAH KERJA



3. 1 Metode Metode yang digunakan yaitu menggunakan larutan EM4 sebagai aktivator dalam proses pembuatan dan pengomposan ini dilakukan secara anaerob. 3. 2 Waktu dan Tempat 



Waktu



: Minggu, 19 November 2017







Tempat



: Lorong Taqwa II, Gampong Menunasah Baet, Ulee



Kareng, Aceh Besar.



3. 3 Alat dan Bahan a. Alat  Tong plastik dengan penutup di atasnya  Gunting  Pisau  Paku  Botol plastik 1 l  Kertas koran b. Bahan  Sampah organik (sisa sayuran, kulit buah, daun kering)  Serbuk kayu  Tanah  Air 1 liter  EM4 10 ml  Gula 20gr, larutkan



3. 4 Langkah-Langkah Kerja 



Siapkan bahan berupa sampah organik (sisa sayuran, daun kering, dan kulit buah).







Potong-potong sisa sayur dan kulit buah kurang lebih sepanjang 1-1,5 cm. Sisihkan.







Gunting daun kering sepanjang 1-1,5 cm. Sisihkan.







Buat campuran starter dengan cara mencampurkan gula yang telah dilarutkan, air, dan EM4. Masukkan ke dalam botol plastik.







Lubangi bagian bawah dari wadah dari tong plastik di lubangi dengan menggunakan paku.







Buat campuran dari serbuk kayu dan tanah dengan perbandingan 1:1. Lalu masukkan kedalam tong. Ratakan.







Masukkan sampah kedalam wadah dengan perbandingan segenggam sampah basah dan dua genggam sampah kering.







Kemudian siramkan sedikit demi sedikit campuran starter.







Aduk perlahan sampai tercampur rata.







Lalu tutup bagian atas bahan dengan menggunakan campuran tanah dan serbuk kayu. Tutup kembali dengan kertas koran dan penutup tong plastik.







Wadah yang berisi kompos diletakkan di suatu tempat yang suhu dan kelembabannya terjaga.







Dilakukan pengecekan kompos empat hari sekali, wadah tersebut dibuka pembungkusnya untuk diaduk kemudian ditutup kembali.







Pada minggu ketiga teksturnya sudah berubah menjadi kehitaman.



BAB IV HASIL



4. 1 Hasil Hasil yang diharapkan setelah kurang lebih 3 – 4 minggu proses pengomposan, agar bahan-bahan mentah dapat mempunyai sifat dan karakteristik kompos yang telah matang. Sifat dan karakteristiknya adalah sebagai berikut. 1. Bau Jika proses pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tidak menghasilkan bau yang menyengat. Walaupun demikian, dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Kompos yang sudah matang dapat diketahui dari baunya yang seperti bau tanah. 2. Warna Warna merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kematangan kompos yaitu cokelat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang 3. Tekstur Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat.Jika proses pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tekstur kompos remah dan tidak menggumpal. pada kompos yang sudah matang, bentuk fisiknya menyerupau tanah yang berwarna kehitaman. Karena pembuatan kompos masih kurang dari waktu yang telah ditentukan, maka kompos belum dapat dikatakan telah matang.



BAB V PENUTUP



5. 1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan pembuatan kompos dari sampah/limbah organik tersebut dapat disimpulkan: 1. Metode pengomposan dilakukan secara anaerob. 2. Aktivator yang dipakai dalam pengomposan ini menggunakan larutan EM4. 3. Hasil belum dapat ditentukan dikarenakan umur kompos masih kurang dari 3 minggu. 5. 2 Saran Pembuatan kompos ini sebaiknya dapat diaplikasikan oleh para mahasiswa dan orang lain. Selain dapat mengurangi sampah-sampah organik, kompos memiliki nilai jual yang tinggi. Dan metode pembuatan kompos ini boleh diganti dengan metode lain yang sesuai keinginan.



DAFTAR PUSTAKA



Elpawati dkk. 2015. Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos dengan Penambahan Effective Microorganism 10 (EM10) pada Produktivitas Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jakarta: Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015. https://kusakusi.wordpress.com/2014/11/05/effective-microorganisme-4/. Diakses tanggal 30 November 2017. Putri, Asri Chairani dkk. 2016. Pembuatan Kompos. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Yuniwati, Murni dkk. 2012. Optimasi Kondisi Pembuatan Kompos dari Samah Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Yogyakarta: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.



LAMPIRAN



Proses Pembuatan Kompos