Laporan Lengkap PKL Ekologi Hewan Afni [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN EKOLOGI HEWAN Analisis Komposisi dan Persebaran serta Penentuan Indeks Nilai Penting Spesies Hewan pada Kawasan Hutan Desa Ara Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan



DISUSUN OLEH



AGUNG GUNAWAN NIM. 1614142001 KELOMPOK VIII BIOLOGI SAINS



PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2019



HALAMAN PENGESAHAN



Laporan lengkap praktikum lapangan Ekologi Hewan dengan judul “Analisis Komposisi dan Persebaran serta Penentuan Indeks Nilai Penting Spesies Hewan pada Kawasan Hutan Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba” yang disusun oleh: nama



: Nurafni Khaer Fatha



NIM



: 1414142001



kelas



: Biologi Sains 2014



kelompok



: III



telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan/atau Koordinator Asisten, maka dinyatakan diterima.



Makassar,



Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab



Dr. Ir. Muhammad Wiharto, M. Si NIP. 1966 0930 1992 031 004



Mei 2017



ABSTRAK Praktikum ini dilakukan dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Ekologi Hewan. Praktikum lapang dilakukan di Desa Ara Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Pengamatan dengan menggunakan metode transek untuk menentukan jumlah persebaran dan keanekaragaman spesies hewan dalam suatu areal tertentu. Areal tersebut memiliki keberagaman spesies yang terdiri dari artropoda, insecta dan beberapa spesies annelida. Ditemukan jenis spesies yang memiliki keberagaman jenis Diantaranya ulat Tanah, laba-laba, Semut Hitam, Kumbang, Cacing, semut besar, Ulat putih, Jangkrik, Kecoa, dan Kaki seribu, dan spesies lainnya. Adapun hasil analisis data diperoleh hasil bahwa densitas tertinggi ditemukan pada spesies Semut Hitam dengan jumlah densitas sebesar 254. Sementara frekuensi tertinggi ditemukan pada spesies Semut Hitam dengan jumlah frekuensi sebesar 10. Adapun total Indeks Nilai Penting yang diperoleh yaitu sebesar 200. Di mana spesies C dengan INP tertinggi 64.84848 dan spesies J (kaki seribu), G (ulat putih), D (kumbang), dan spesies A (ulat) dengan INP terendah 9.69697.



Kata Kunci : Indeks Nilai Penting (INP), Frekuensi, Densitas, Spesies, Keanekaragaman



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hewan dapat didefinisikan sebagai kelompok makhluk hidup multiseluler yang berevolusi dari organisme eukariot yang memilki nenek moyang “protista” sebagai organisme heterotrof sel tubuh hewan telah mengalami spesialisasi dan mempunyai bermacam-macam fungsi terutama untuk pembentukan struktur tubuh metabolisme, menerima rangsangan, pergerakan, dan reproduksi. Indonesia memiliki alam yang kaya akan sumber daya alam, termasuk diantaranya yaitu kelimpahan faunanya. Indonesia tercatat sebagai salah satu Negara dengan keberagaman spesies hewan terbesar di dunia, sebab Indonesia memiliki daerah-daerah strategis yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut merupakan bentuk keberagaman komunitas hewan yang saling berinteraksi dan bekerja sama dalam membangun keseimbangan alam. Berbagai hewan hidup secara alami di suatu tempat membentuk kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Organisme termasuk hewan membentuk kelompok yang hidup secara bersama, telah menyesuaikan diri dan menghuni suatu tempat alami yang disebut komunitas. Hal yang paling mencolok dalam suatu komunitas yaitu karakteristik komunitas. Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragam komponen biotik, maka makin tinggi keanekaragaman. Sebaliknya makin kurang beranekaragaman maka dikatakan keanekaragaman rendah. Keanekaragaman hewan merupakan keanekaragaman spesies hewan yang menempati suatu ekosistem. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan tahun



2010 tercatat 38.000 spesies tumbuhan termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga. Kepadatan populasi suatu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa perunit. Atau persatuan luas atau persatuan volume. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lain. Keberadaan dan kepadatan popuasi suatu jenis hewan bergantung dari faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik bagi hewan itu sendiri yaitu lingkungan dan organisme lain yang terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan jenis hewan lainnya. Pada komunitas itu jenis-jenis organisme saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi itu dapat berupa predasi, parasit, kompetensi, simbiosis dan interaksi yang lainnya. Interaksi antara populasi merupakan interaksi yang terjadi antara populasipopulasi dari berbagai spesies yang berbeda yang hidup bersama dalam suatu komunitas. Dapat dikatakan bahwa populasi dari berbagai spesies berbeda yang terdapat dalam suatu komunitas yang hidup berdampingan satu sama lain. Beberapa ciri statistik penting pada populasi adalah kerapatan, natalitas, mortalitas, sebaran umur, potensi biotik, pancaran dan bentuk pertumbuhan. Di samping itu populasi itu juga memiliki karakteristik genetik yang langsung berhubungan dengan egologinya, adalah keadaptifan, ketegaran reproduktif, dan persistensi meninggalkan keturunan dalam waktu yang lama. Perhitungan populasi



bertujuan untuk mengetahui keragaman dan



kemelimpahan jenis hewan yang tinggal di suatu tempat. Untuk mengamati pola persebaran dan keanekaragaman hewan di suatu daerah tertentu, maka dilakukan praktikum ekologi hewan ini. Melalui teknik sampling dan pembuatan plot serta perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) diharapkan dapat terjawab pertanyaan tentang analalisis keanekaragaman dan pola persebaran komunitas hewan pada suatu areal tertentu, yang dalam praktikum ini dilaksanakan di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.



B. Tujuan Praktikum Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui analisis keanekaragaman hewan melaui perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) yang terdapat di Desa Ara Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. C. Manfaat Praktikum Manfaat praktikum ini adalah mahasiswa dapat menerapkan metode sampling dan pembuatan plot dalam menentukan keberagaman spesies hewan di suatu area tertentu melalui analisis komunitas dan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Tetapi jauh sebelumya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan (Hadisubroto, 1989). Hewan sebagai komponen penyusun komonitas biotik dalam suatu ekosistem mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah faktor-faktor di luar makhluk hidup yang berpengaruh langsung pada kemungkinan hewan untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Lingkungan ada yang berhubungan langsung dan ada yang tidak langsung dengan suatu organisme. Kondisi-kondisi lokal yang berhubungan langsung dengan suatu organisme disebut lingkungan mikro, sedang seluruh kondisi abiotik yang ada di luar lingkungan mikro disebut lingkungan makro. Di dalam habitatnya organisme sudah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada seingga mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak (Rahardjanto dan Abdulkadir, 2001). Ekologi hewan mengenal suatu komunitas yang berarti kumpulan suatu populasi yang terdiri dari spesies hewan yang berlainan dan menempati daerah tertentu. Komunitas tidak selalu berupa daerah dengan hewan yang biasanya bersifat rumit. Struktur dan peranan jenis hewan di dalam komunitas hewan merupakan pencerminan dari faktor ekologi jenis hewan yang berinteraksi dengan masa lalu, kini dan yang akan datang. Oleh karenanya dalam mempelajari



populasi pada suatu habitat dapat diketahui masa lalu daerah atau habitat tersebut, mengerti keadaan sekarang yang terjadi dan menduga perkembangannya dimasa mendatang. Hewan berinteraksi baik dengan lingkungan abiotik maupun dengan lingkungan. Hadirnya individu lain baik dari jenis yang sama maupun dari jenis yang berbeda dari suatu hewan pada lokasi yang berdekatan, melahirkan suatu interaksi baik secara positif maupun negatif. Kompetesisi antara suatu individu hewan dengan individu lain cenderung merupakan suatu bentuk interaksi yang negatif, dalam pengertian satu sama lain bersaing untuk memperoleh lebih banyak nutrisi, air, cahaya, dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya sumber daya lingkungan bagi hewan tetangganya (Supardi, 1994). Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok kolektif organismeorganisme dari spesies yang sama yang menduduki ruang atau waktu tertentu dengan pola tertentu. Kumpulan dari beberapa populasi disebut dengan komunitas. Proses identifikasi suatu komunitas dalam suatu habitat tertentu salah satunya bisa dengan metode pitfalltraps. Metode pitfall traps merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap, khususnya untuk hewan yang hidup dipermukaan tanah contohnya serangga. Jumlah dan jenis spesies di suatu komunitas tergantung pada kondisi suatu daerah misalnya faktor biotik dan abiotik. Kemudian suatu spesies yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan sesamanya akan dapat bertahan di lingkungan tersebut. Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas suatu spesies antara lain adalah: suhu, kelembaban, pH. Metode pitfall traps ini digunakan untuk mendapatkan cerminan komunitas binatang tanah dan indeks diversitas dari data yang diperoleh. Serangga tanah merupakan fauna yang mempunyai jenis dan jumlah paling besar yang secara berhasil menempati berbagai habitat, serta mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas (Soetjipta, 1992). Peranan serangga di alam sangat penting, diantaranya sebagai penghasil bahan pangan dan papan, sebagai penyerbuk tumbuhan, sebagai hama penyakit dan parasit serta tidak kalah penting yaitu sebagai dekomposer atau pengurai. Peranan serangga sebagai decomposer pada tahap-tahap awal yang secara tidak



langsung merupakan sarana penting bagi terciptanya keseimbangan ekosistem alam. Serangga memindahkan dan memakan dauntumbuhan serta bagian lain dari tumbuhan yang jatuh ke tanah, sehingga mempercepat proses hancurnya bahan organik tersebut. Hasil hancuran selanjutnya diuraikan kembali oleh mikroflora dan fauna tanah lainnya (Suin, 1997). Mikroorganisme mempunyai peranan yang besar dalam mineralisasi dan peredaran kembali elemen-elemen mineral. Melalui proses mineralisasi inilah akan terbentuk garam-garam mineral (hara) yang dapat digunakan oleh tumbuhan Manusia memperoleh banyak manfaat dari serangga dengan banyak cara. Tanpa mereka manusia tidak dapat ada dalam kehidupan seperti sekarang. Penelitian mengenai serangga telah menolong ahli-ahli pengetahuan memecahkan banyak masalah dalam keturunan. Morfologi serangga sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, dan warna tubuh atau bagian tubuh lainnya. Umumnya serangga hidup di hampir semua lingkungan, di air, tanah, dimana struktur dan tingkah laku serta siklus hidupnya mengalami modifikasi penyesuaian serta mempunyai daerah penyebaran yang luas (Supardi, 1994). Suatu komunitas terdiri dari berbagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu dalam komunitas berarti ada keanekaragaman jenis-jenis ynag terkumpul membentuk populasi dan saling berinteraksi antar populasi tersebut membentuk komunitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam komunitas salah satu ciri utama adalah adanya keanekaragaman jenis. Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam komponen tropik atau dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh jenis yang jarang, dominan, atau umum (Odum, 1971). Untuk mengetahui keanekaragaman suatu organisme maka kita harus mengetahui kemelimpahan suatu individu, kemelimpahan dapat di ketahui dengan menggunakan beberapa metode yaitu CMRR (Capture, Mark, Release, dan Recapture), Pit Fall Trap, dan Transek. Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat



juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan



adanya



interaksi-interaksi



tersebut,



suatu



ekosistem



dapat



mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru (Darmawan, 2005). Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru. Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi (Campbell, 2004). Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang menekan keteraturan yang ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat apapun. Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain namun mengandung komposisi kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan tropik dan metabolik yang tertentu. Konsep komunitas sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk mendorong atau membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah memodifikasi komunitas dan bukannnya menanganinya secara langsung. Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari oganisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya namun oleh jumlh, ukuran, poduksi dan hubungan lainnya (Michael, 1990). Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasakan pada pembedaan zona atau



gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungan. Angka perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam dengan komunitas berbeda. Keragaman sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia (Bayu, 2011). Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individuindividu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993). Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhipertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia. Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor (Michael, 1990). Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah. Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak,



menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi. Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak. Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi (Hadisubroto, 1989). Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973). Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologi (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan



kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara (Soetjipta, 1992).: 1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya. 2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi. Pada suatu tempat atau area tertentu terdapat berbagai macam spesies serangga yang hidup atau yang menempati, untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang hidup di area tertentu maka dapat mengunakan perhitungan menggunakan rumus Shanon Wiener (H’) dan Indeks Dominansi (D). Indeks Dominansi D = ∑ (ni/N)2 Keterangan D : Indeks Domonansi Simpson ni : Jumlah Individu tiap spesies N : Jumlah Individu seluruh spesies Indeks Shanon Wienet (H’) H’ = -∑ pi log pi Keterangan H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon Wiener pi = ni/N = Kelimpahan relative spesies Adapun secara topografi, di kabupaten Bulukumba terdapat daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0- 25 meter di atas permukaan laut yang meliputi tujuh kecamatan pesisir, yaitu kecamatan Gantarang, kecamatan Ujungbulu, kecamatan Ujung Loe, kecamatan Bontobahari, kecamatan Bontotiro, kecamatan Kajang dan kecamatan Herlang. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25-100 meter dari permukaan laut, meliputi bagian dari kecamatan Gantarang, Kindang, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang, Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Wilayah kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran rendah sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai



bergelombang dan dataran tinggi hampir berimbang, yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72%. Daerah perbukitan di kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan ketinggian 100-500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale (Massinai, 2013). Menurut Arungceppaga (2012), Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C hingga 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basah. Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober - Maret dan musim rendengan antara April - September. Bulukumpa memiliki delapan buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari, stasiun Bulo– bulo dan stasiun Herlang. Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah. Curah hujan di Kabupaten Bulukumba meliputi: -



Curah hujan antara 800-1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.



-



Curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.



-



Curah hujan antara 1500- 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.



-



Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang. Sementara itu, jenis tanah di kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah



latosol dan mediteran. Secara spesifik terdiri atas tanah alluvial hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk endapan liat pasir terdapat dipesisir pantai dan



sebagian di daratan bagian utara. Sedangkan tanah regosol dan mediteran terdapat pada daerah-daerah bergelombang sampai berbukit di wilayah bagian barat. Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang adalah sungai Sangkala yang panjangnya 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yang panjangnya 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha (Wikipedia, 20015).



BAB III METODE PRAKTIKUM



A. Waktu dan Lokasi Praktikum Hari/tanggal



: Sabtu/29 April 2017 – 1 Mei 2017



Waktu



: 08.00 – 16.00 WITA



Tempat



: Sekitar Hutan di Desa Ara



B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Patok bambu 10 buah b. Parang 1 buah c. Sekop semen ukuran kecil 1 buah d. Termometer tanah 1 buah e. Soil tester 1 buah f. Busur 1 buah g. GPS h. Alat tulis i. Papan pengalas 2. Bahan a. Tali rapiah 100 meter b. Tali rapiah 5x5 meter c. Tali rapiah 1x1 meter d. Trashbag ukuran kecil e. Plastik sampel secukupnya f. Sampel hewan C. Prosedur Kerja 1. Untuk Serangga Tanah dan Serasah a. Metode pengumpulan data Praktikum Keanekaragaman dan kemelimpahan hewan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi, dimana data yang diperoleh di hitung berdasarkan keberadaan plot, serasah (di atas



permukaan tanah), di bawah tanah.dalam setiap transek di bagi dalam 10 plot yang lebar nya 1x1 m dan setiap plot dilakukan pengumpulan data dengan dua tipe : 1) Serasah, data di kumpulkan dengan menghitung hewan yang berada dalam 5 titik sampel di atas permukaan tanah yang di tentukan dalam satu plot, penentuan sampel terlihat dalam bagan berikut :



2



1



5



3



4



2) Di bawah tanah, data di kumpulkan dengan menghitung hewan yang berada dalam 5 titik sampel di atas permukaan tanah yang di tentukan dalam satu plot, tanah yang di ambil kemudian di saring untuk menentukan jenis dan jumlah hewan. penentuan sampel sama seperti tipe serasah. b. Analisis data Dalam Praktikum ini di lakukan analisis data sebagai berikut : 1) Analisis deskriptif, dimana data yang diperoleh akan di analisis secara deskriptif dengan melihat faktor abiotik yang mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan hewan tanah (kelas insecta). Di antaranya - Ketebalan serasah - Kemiringan lereng - Ketinggian tempat - Koordinat tempat - Luas penutupan tajuk pohon



- Tekanan Udara - Kondisi vegetasi 2) Analisis inferensial, dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan hewan melalui indeks nilai penting sebagai berikut Densitas Mutlak (Kerapatan Mutlak/KM) KM =



jumlah individu suatu spesies luas total areal sampel



a) Densitas Relatif (Kerapatan Relatif/KR) KR =



densitas mutlak suatu suatu spesies x 100% total densitas seluruh spesies



b) Dominansi Mutlak (DM) DM =



jumlah dominansi suatu spesies luas total areal sampel



c) Dominansi Relatif (DR) DR =



dominansi mutlak suatu spesies x 100% total dominansi mutlak seluruh spesies



d) Frekuensi Mutlak (FM) FM =



jumlah plot suatu spesies yang hadir total jumlah plot



e) Frekuensi Relatif (FR) FR =



frekuensi mutlak suatu spesies total frekuensi mutlak seruluh spesies



f) Indeks Nilai Penting (INP) INP = DR + FR + KR g) Indeks Diversitas Shannon Wiener (H’)= H’ = -∑ pi ln pi h) Indeks Kemerataan (e)



𝐻′ E=



log(𝑠)



i) Indeks Kekayaan



𝑆 R=



√𝑛



Teknik analisis akan diolah melalui Micrososft Excel. 2. Untuk Serangga Pada Tumbuhan, yang harus dilakukan adalah: a. Metode pengumpulan data Praktikum Keanekaragaman dan kemelimpahan hewan dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi, dimana data yang diperoleh di hitung berdasarkan keberadaan plot, dimana di ambil sampel 5 pohon/semak/anakan pohon kemudian pohon digoyangkan untuk menentukan jenis dan jumlah spesies yang berada di pohon tersebut menggunakan kain yang di letakkan di bawah pohon. penentuan sampel terlihat dalam bagan berikut : 1



2



5



3



4



b. Analisis data Dalam Praktikum ini di lakukan analisis data sebagai berikut : 1) Analisis deskriptif, dimana data yang diperoleh akan di analisis secara deskriptif dengan melihat faktor abiotik yang mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan serangga pada tumbuhan. Diantaranya - Ketebalan serasah - Kemiringan lereng - Ketinggian tempat - Koordinat tempat - Luas penutupan tajuk pohon - Tekanan Udara - Kondisi vegetasi



2) Analisis inferensial, dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan hewan melalui indeks nilai penting sebagai berikut : Densitas Mutlak (Kerapatan Mutlak/KM) KM =



jumlah individu suatu spesies luas total areal sampel



a) Densitas Relatif (Kerapatan Relatif/KR) KR =



densitas mutlak suatu suatu spesies x 100% total densitas seluruh spesies



b) Dominansi Mutlak (DM) DM =



jumlah dominansi suatu spesies luas total areal sampel



c) Dominansi Relatif (DR) DR =



dominansi mutlak suatu spesies x 100% total dominansi mutlak seluruh spesies



d) Frekuensi Mutlak (FM) FM =



jumlah plot suatu spesies yang hadir total jumlah plot



e) Frekuensi Relatif (FR) FR =



frekuensi mutlak suatu spesies total frekuensi mutlak seruluh spesies



f) Indeks Nilai Penting (INP) INP = DR + FR + KR g) Indeks Diversitas Shannon Wiener (H’)= H’ = -∑ pi ln pi h) Indeks Kemerataan (e)



𝐻′ E=



log(𝑠)



i) Indeks Kekayaan



𝑆 R=



√𝑛



Teknik analisis akan diolah melalui Microsoft Excel 2007.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Pengamatan 1) Hasil Pengaamatan Spesies Transek I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I II II II II II II



Plot 1 1 1 2 3 4 4 4 4 5 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 1 1 2 3 3 3



Spesies



Ulat Bulu Abu-abu Ulat Bulu Hitam Rayap Putih Nyamuk Semut Hitam Besar Nyamuk Kaki Seribu Merah Semut Merah besar Semut Besar Hitam Nyamuk Semut Merah besar Cacing Putih Jangkrik Semut hitam besar Semut Hitam Semut Hitam besar Semut Hitam Cacing Tanah Nyamuk Semut Hitam Besar Semut Merah Cacing Tanah Nyamuk Kaki Seribu Hitam Semut Hitam Besar Semut Hitam Kecil Semut Hitam Cacing Tanah Laba-Laba Hitam Nyamuk Semut Merah Cacing Tanah



JUMLAH 1 6 5 5 25 5 3 20 10 6 15 10 6 25 25 15 20 6 6 15 20 7 18 5 17 50 38 7 2 17 35 2



II II II II II II II II II II II II II II II II II III III III III III III III III III III III III III III III III III III III III III III



4 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 9 9 9 10 10 10 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 7 7 7



Semut Hitam Kaki Seribu Hitam Semut Hitam Nyamuk Semut Merah Cacing Tanah Nyamuk Kaki Seribu Kecil Semut Hitam Kaki Seribu Semut Hitam Kaki Seribu Semut Merah Cacing Tanah Nyamuk Kaki Seribu Cacing Tanah Semut Hitam Kecil Laba - Laba Hitam Kaki Seribu Merah Semut Hitam Kecil Kaki Seribu Merah Kumbang Berbintik Hitam Semut Putih Orange Laba - Laba Hitam Kumbang Putih Laba - Laba Besar Kumbang Hitam Semut Hitam Kecil Semut Merah Kecil Kumbang Putih Laba - Laba Hitam Putih Semut Hitam Kecil Semut Putih Orange Laba - Laba Hitam Semut Hitam Kecil Kumbang Hitam Semut Hitam Kecil Kaki Seribu Putih



10 4 21 7 20 5 9 5 50 2 20 6 13 3 7 3 5 200 1 1 200 1 1 100 1 1 1 100 200 200 2 2 200 110 1 100 120 200 1



III III III III III IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV



8 8 9 10 10 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 10



V V V V V V



1 1 1 1 1 1



Kumbang Hitam Kuning Semut Merah Besar Semut Merah Besar Kumbang Hitam Kuning Semut Hitam Kecil Laba - Laba Putih Laba - Laba Hitam Semut Merah Besar Rayap Putih Kumbang Putih Jangkrik Semut Merah Besar Semut Hitam Kecil Rayap Putih Laba - Laba Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Kelabang Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Merah Semut Hitam Kecil Rayap Putih Semut Merah Semut Putih Orange Semut Hitam Kecil Semut Hitam Kecil Nyamuk Belalang Nyamuk Walang sangit Lalat kupu-kupu hitam



1 20 25 2 50 30 15 70 80 50 20 60 145 50 15 90 25 10 45 20 50 35 40 35 60 30 50 55 30 70 2 70 80



2 2 9 1 2 5



V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V



1 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 5 6 7 7 8 8 9 10 10 1 1 1 1 1 2



V V V V V V V V V



2 3 3 4 4 4 5 5 5



Kumbang Belalang Sembah Serangga kupu-kupu putih Lalat biasa kupu-kupu hitam Nyamuk Kupu-kupu hitam putih Belalang coklat Kumbang hitam Nyamuk Kupu-kupu Orange hitam Serangga tidak diketahui Lalat Kupu-kupu kuning Nyamuk Lalat buah Nyamuk Kupu-kupu Nyamuk Kumbang Kupu-kupu Lebah Ulat daun (S/P) Ulat bulu (tanah) Semut merah Kaki Seribu hitam (tanah) Semut Hitam (Pohon/S) Kaki seribu (Pohon) Serangga badan orange (semak) Semut (Pohon) Semut Hitam (Pohon) Laba-laba Kaki seribu Semut hitam (pohon) Ulat daun (pohon/semak) Semut (pohon) Kaki seribu (Pohon)



1 7 1 1 2 47 39 2 3 48 35 1 3 34 20 50 43 1 45 46 1 1 32 6 58 1 1 1 1 48 67 1 1 2 61 24 54 21



V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V



5 5 6 6 6 6 6 7 7 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 1 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 5 6 6 7 7 7



Ulat daun (semak) Semut merah (tanah) Kaki seribu laba-laba Laba-laba merah Semut Merah (tanah) Semut hitam (tanah) Kaki seribu Ulat Semut Ulat daun Laba-laba Semut hitam (tanah) Semut Merah (tanah) Kaki seribu Kaki seribu Semut merah Semut hitam Ulat daun Semut hitam Semut merah Semut hitam Kecil Semut hitam besar Semut hItam kecil SpesIes A Cacing Semut hitam besar Semut hitam kecil Semut merah besar Kutu tanah Semut hitam besar Semut hitam kecil Semut merah kecil Belatung Semut hItam kecil Semut merah besar Semut hitam kecil Semut merah kecil Kutu tanah



22 1 1 25 36 53 1 44 1 1 2 26 29 2 5 23 43 3 3 54 3 25 8 39 2 1 4 29 15 2 5 50 63 44 62 5 72 23 3



V V V V V V V VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI



8 8 9 9 10 10 10 1 1 1 1 2 2 2 3 4 4 5 5 5 6 6 7 8 10 10 1 1 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4



Semut hitam kecil Semut merah kecil Semut hitam kecil Semut merah kecil Semut hitam kecil Semut merah kecil Kutu tanah Belalang Jangkrik Kupu-kupu Nyamuk Serangga Kupu-kupu Lalat besar kuning Nyamuk Nyamuk Nyamuk Kupu-kupu Kupu-kupu Serangga Kupu-kupu Jangkrik Semut hitam Serangga kupu-kupu putih Kupu-kupu hitam Semut hitam Semut merah Kaki seribu Semut hitam Kaki seribu Laba-laba Semut hitam Semut merah Kaki seribu Kaki seribu Semut merah Semut hitam Laba-laba



33 57 56 33 78 45 7 1 1 33 1 12 3 4 33 3 74 23 32 3 1 20 3 17 18 14 55 55 1 43 21 2 43 2 2 19 65 44 2



VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI VI



5 5 6 6 6 6 6 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 10 10 1 2 2 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 7



Semut merah Semut hitam Ulat daun Kaki seribu Laba-laba Semut merah Semut hitam Semut hitam Kaki seribu Semut merah Semut hitam Kaki seribu Semut merah Semut hitam Laba-laba Semut merah Semut merah Kaki seribu Ulat daun Semut merah besar Semut hitam besar Semut merah besar Semut hitam kecil Kutu tanah Semut merah kecil Kutu tanah Lipan Semut hItam kecil Semut merah kecil Semut hItam besar Kutu tanah Semut hitam besar Semut merah besar Semut hItam besar Kutu tanah Semut hitam kecil Semut merah kecil Lipan Kutu tanah



21 1 2 21 26 53 1 3 18 54 46 18 60 57 22 2 1 1 1 21 11 3 89 1 85 4 6 90 73 15 9 65 6 69 21 63 91 6 13



VI VI VI VI VI VI VI VI



8 8 8 9 9 9 10 10



Semut merah kecil Semut hitam besar Kutu tanah Lipan Semut besar kecil Kutu tanah Semut merah besar Semut hItam besar



57 5 12 5 11 21 17 3



VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII



1 1 1 1 2 2 3 3 4 4 4 5 6 7 8 9 10



A C D E F G A B H D I D D D D D D



2 1 30 1 2 1 3 2 1 25 1 18 17 15 10 8 10



1 2 2 3 4 5 6 7 8 8 9 10



D T U A U V V U U A W T



27 1 1 2 5 1 1 2 3 1 6 4



1 1 1 1



P Q S M



1 1 10 15



VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII



2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 8 8 9 10 10 10 1 2 3 3 3 3 4 4 4 5



Y M Z AA S BB Z S M Y CC L M DD Y CC EE M Y CC DD J M DD BB P Q CC P M EE M Y D D D K I N D A N D



2 10 1 1 1 1 1 8 6 1 1 1 10 2 1 1 1 30 1 1 1 4 10 1 1 1 1 1 1 27 1 12 1 37 26 23 20 3 3 19 1 2 19



VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX



6 6 6 7 7 8 8 9 9 9 10



A D K D M D M D R D D



3 15 14 7 2 15 2 8 1 14 5



1 2 3 4 4 5 6 7 8 9 10



X U U A X T D W A U U



1 3 2 1 1 1 5 2 1 3 4



2 2 2



Z S M



1 1 25



1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4



Laba - Laba Putih Laba - Laba Hitam Semut Merah Besar Rayap Putih Kumbang Putih Jangkrik Semut Merah Besar Semut Hitam Kecil Rayap Putih Laba - Laba Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Kelabang Semut Hitam Besar Rayap Putih



30 15 70 80 50 20 60 145 50 15 90 25 10 45 20



IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX IX X X X X X X X X X X XI XI XI XI XI



5 5 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 4 8 9 10



XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII



1 1 1 2 3 3 4 4 4 5 5



Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Hitam Besar Rayap Putih Semut Merah Semut Hitam Kecil Rayap Putih Semut Merah Semut Putih Orange Semut Hitam Kecil Semut Hitam Kecil Rayap Rayap Kaki Seribu Hitam Rayap Rayap Rayap Kaki Seribu Hitam Rayap Rayap Rayap Kaki Seribu Hitam Rayap Semut Merah Kaki Seribu Kuning Rayap Semut Putih Semut Hitam Besar Semut Hitam Kecil Semut Hitam Kecil Semut Hitam Besar Kumbang Semut Hitam Besar Semut Merah Semut Hitam Kecil Semut Hitam Kecil Kumbang



50 35 40 35 60 30 50 55 30 70 2 70 80 15 14 1 31 26 23 1 17 24 16 1 26 51 2 22



14 5 7 11 4 1 6 16 11 27 3



XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII XII



5 6 6 6 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10



Semut Merah Semut Hitam Kecil Semut Merah Rayap Semut Hitam Kecil Nyamuk Rayap Cacing Tanah Hitam Semut Merah Kaki Seribu Hitam Kecil Jangkrik Semut Hitam Kecil Rayap Semut Merah



11 7 4 21 24 6 5 1 9 3 2 16 8 19



2) Data Abiotik



B. Analisis Data Terlampir. C. Pembahasan Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah makrofauna tanah. Bagi



ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan melalui akar-akarnya (Hardjowigeno, 2007). Makrofauna tanah merupakan kelompok hewan- hewan besar penghuni tanah yang merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas lingkungan yang baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan dan hewan mati, pengangkutan materi organik dari permukaan ke tanah, perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan tanah. Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada ekosistem binaan, keberadaan dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi sistem budidaya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aeresi tanah dan sebagainnya. Tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah tergantung pada faktor lingkungan yang mendukungnya, baik berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun keadaan lingkungan fisika-kimia (Irwan, 1992). Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 2006). Temperatur sangat mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur di bawah 10ºC, laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30ºC. Nitrifikasi berlangsung



optimum pada temperatur sekitar 30ºC. Pada suhu diatas 30ºC lebih banyak unsur K-tertukar dibebaskan pada temperatur rendah (Hanafiah, 2007). Pengukuran pH tanah juga sangat di perlukan dalam melakukan penelitian mengenai makro fauna tanah. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban tanah serta kondisi-kondisi serasi (Leksono, 2007). Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut adalah faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau sesuai dengan komunitas bersangkutan. Dengan keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti populasi dari serangga akan berkurang begitu pula dengan keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya pencemaran lingkungan, aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga serangga banyak yang melakukan emigrasi.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di daerah sekitar Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. ditemukan 10 jenis spesies yang masing - masing adalah spesies ulat, laba-laba, semut, kumbang, cacing, semut besar, ulat putih, jangkrik, kecoa, kupu-kupu, lebah, dan lain-lain. Adapun hasil analisis data diperoleh hasil bahwa frekuensitertinggi ditemukan pada spesies semut hitam dan nyamuk dengan jumlah frekuensi sebesar 10. Sementara densitas tertinggi ditemukan pada spesies semut hitam kecil dengan jumlah frekuensi sebesar 1848. Adapun total Indeks Nilai Penting yang diperoleh yaitu sebesar 200. Nilai E = 0,7946, Nilai R = 1, 7402, dan Nilai e = 1, 8297. B. Saran Saran untuk praktikum selanjutnya sebaiknya kerja sama antar anggota kelompok lebih ditingkatkan lagi. Baik dalam proses pemasangan plot, perhitungan sampel hingga pengolahan data.



DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Darmawan, Agus. 2005.Ekologi Hewan.Malang: UM Press. Hadisubroto, Tisno (1989) dalam Dewi Suryani. 2011. Azas-azas dan Konsep mengenai Organisasi pada Tingkat Populasi. Padang : Universitas Negeri Padang. Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia : Jakarta. Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta. Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta. Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. UMM Press: Malang. Soetjipta.1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. DeptDikBud DIKTI : Jakarta. Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Alumni. Bandung.



UCAPAN TERIMA KASIH Selama penyusunan laporan praktikum ini, banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada: 1. Allah SWT, Tuhan Maha Esa yang telah memberi kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan praktikum hingga selesainya pembuatan laporan praktikum lapangan Ekologi Hewan ini. 2. Bapak Muhammad Wiharto Caronge, selaku dosen mata kuliah Ekologi Hewan yang telah membimbing kami selama kegiatan praktikum ini dan memberikan penjelasan tentang semua hal terkait pelaksanaan dan pembuatan laporan hasil praktikum. Semoga Bapak selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT. 3. Abdul Hafid dan Andi Patmawati Sagala, selaku orangtua yang selalu meberikan dukungan kepada penulis. 4. “Teman-teman” yang telah menyempatkan waktu untuk mendiskusikan hasil praktikum hingga pengolahan data.