Laporan Maserasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI



Disusun Oleh kelompok R-1



Kinanthi Marsalita Irine Prabandari



132210101002



Qurnia Wahyu Fatmasari



132210101004



Wirawan Deni



132210101006



Fikriatul Hidayah



132210101010



Zulfiah Nur Fajriani



132210101012



Ayunda Nur Hidayatingingsih



132210101014



Mia Rahmaniah



132210101016



Elok Faiqo Hasani



132210101018



Erlita Dinda N. I.



132210101020



Fergi Rizkhaltum F.



132210101022



Wilda Yuniar



132210101024



Meylani Nur Riskiana



132210101026



LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2015



BAB I PENDAHULUAN



1.1



1.2



Tujuan -



Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan ekstrak nabati dengan maserasi.



-



Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan ekstrak nabati dengan maserasi.



Latar Belakang Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut



dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000). Tujuan ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian, 2000). Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan meliputi : -



Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut; dimana umumnya digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang tebal.



-



Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.



Cara-cara ekstraksi, antara lain adalah: a. Maserasi Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (Adrian, 2000).



Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000). Maserasi umumnya dilakukan dengan cara memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya sambil berulangulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring kedalam dalam bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Adrian, 2000). Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan, kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Adrian, 2000). Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya (Adrian, 2000):  Digesti Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisanlapisan batas, daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.  Maserasi dengan mesin pengaduk Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.  Remaserasi



Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienaptuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.  Maserasi melingkar Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan



zat aktifnya. Keuntungan cara ini adalah



aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas, cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil kepekatan setempat dan waktu yang diperlukan lebih pendek.  Maserasi melingkar bertingkat Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatas dengan maserasi melingkar bertingkat. b. Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) (Tobo, 2001). Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi(Tobo, 2001). Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya sambil cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam (Tobo, 2001). Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Tobo, 2001) :



 Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.  Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal (Tobo, 2001). Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan perkolator bergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi (Tobo, 2001). c. Soxhletasi Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan hingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi (Adrian, 2000). Keuntungannya cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan lebih pekat. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari. Kerugiannya : larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok (Adrian, 2000).



Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin (Tobo, 2001). Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh lebih dari pipa sifon). Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas water bath atau heating mantel dan diklem dengan kuat kemudian klonsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan sampel yang ada dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi sirkulasi). Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dilanjutkan hingga terjadi proses ekstraksi zat aktif sampai sempurna (biasanya 20 – 25 kali sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada alat rotavapor (Adrian, 2000). d. Refluks Metode refluks merupakan metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinu akan menyari zat aktif di dalam simplisia. Cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat sambil menyari simplisia, proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Adrian, 2000). Keuntungan metode refluks (Adrian, 2000) :  Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat.  Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak. Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba (Adrian, 2000). Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik misalnya metanol



sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm diatas permukaan simplisia, atau 2/3 dari volume labu kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada water bath atau heating mantel lalu kondensor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem pada statif. Aliran air dan pemanasan (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 3 jam dilakukan penyaringan filtratnya ditampung dalam wadah penampung dan ampasnya ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan sebanyak 3 – 4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan alat rotavapor, kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (Adrian, 2000). e. Destilasi Uap Air Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap (Tobo, 2001). Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu sistem, sehinggga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu proses penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga uap yang bergerak melalui antar fase. Proses ini disebut hidrodifusi (Tobo, 2001). 2.2 Simplisia Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk. Berdasarkan hal tersebut, maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari cemaran, pada umumnya melakukan tahapan kegiatan yaitu seperti, sortasi basah, pencucian, peranjangan, pengeringan, sortasi kering, dan penyimpanan.



2.3 Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel tanaman ditarik oleh cairan hayati. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari tanaman. Sifat dari bahan mentah tanaman merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh metode ektraksi ( Harbone.J.B,1999 ). Pada umumnya peyarian akan bertambah baik apabila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari luas. Metode penyarian yang umum digunakan yaitu maserasi, perkolasi, soxhcletasi, dan sebagainya. Pemilihan disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik ( Anonim, 1986 ). 2.4 Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Penyari dengan etanol dengan cara maserasi atau perkolasi (Anonim, 1979). Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara masih perlu diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat tunggal atau campuran ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat yang siap digunakan oleh konsumen (Anonim, 2000). 2.5 Metode Ekstraksi 2.5.1 Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua pelarut tertarik dengan sempurna ( exhaustive extraction ), umumnya dilakukan pada suhu kamar. Tahapn perkolasi yaitu penetesan pelarut serta penampungan perkolatnya hingga didapat volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus karena dapat pori-pori saringan perkolator (Depkes RI,2000).



Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia, maka pada perkolasi memungkinkan terjadinya ekstraksi total (Voight, 1995). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan cara maserasi, karena : a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meingkatkan perbedaan konsentrasi. 2.5.2 Maserasi Maserasi adalah metode ekstraksi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndam pada simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar, sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi. Kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam jumlah banyak. Sedangkan keuntungannya adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan bahan sejenis yang mudah mengembang. Bila cairan penyari yang digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan pengawet pada awal penyarian. Maserasi dapat dimodifikasi dengan beberapa metode yaitu digesti, maserasi dengan pengaduk, remaserasi, maserasi melingkar. 2.5.3 Soxhlet



Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam kantung ekstraksi. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan diantara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran balik melalui pipet yang berkondensasi di dalamnya. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya (Voight, 1995). 2.5.4 Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000).



BAB II METODE KERJA



3.1. PEMBUATAN EKSTRAK DENGAN MASERASI 



Alat



 Maserator  Corong Buchner  Cawan Porselen  Penangas Air  Rotavapour (Penguap berputar)  Pipa Penghisap  Seperangkat Alat gelas 



Bahan  Simplisia Daun Jambu Biji  Etanol



3.2.



Cara Kerja 250 mg serbuk kering dimasukkan ke dalam maserator, ditambahkan etanol 96 % sebanyak 7½ kali bobot serbuk dan diaduk



Dibiarkan termaserasi selama 5 hari dalam maserator tertutup dengan pengadukan setiap hari



Maserat disaring dari ampas dengan corong buchner, lalu maserat di endapkan selama 2 hari



Maserat dipisahkan dari endapan dengan hati-hati. Maserat di uapkan dalam cawan porselen diatas penangas air atau dengan penguap berputar (rotavapour) sehingga diperoleh ekstrak kental



Ekstrak kental di endapkan kembali dengan ditambahkan etanol berlebih dan didiamkan selama 2 hari



Disari dengan bantuan pipa penghisap



BAB III HASIL PENGAMATAN



Data yang diperoleh pada pembuatan ekstrak dengan maserasi :



MEDIA



JUMLAH



Berat Cawan



51,97 gram



Berat Cawan + Ekstrak



65, 16 gram



Berat Ekstrak



12,19 gram



Perhitungan Rendemen :



Rendemen=



Berat ekstrak x 100 Berat simplisia ¿



12,19 gram x 100 100 gram



¿ 12,19



BAB IV



PEMBAHASAN



Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Prinsip dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama lima hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna. Pada praktikum kali ini, ekstraksi yang dilakukan dengan metode maserasi memiliki beberapa tahapan diantaranya perendaman simplisia, pengadukan, penyaringan dan penguapan maserat. Perendaman simplisia dilakukan dengan cara merendam 250 gram serbuk dengan etanol 96% dalam maserator. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96% karena zat aktif yang akan diambil larut dalam pelarut polar sehingga maserasi yang dilakukan menggunakan pelarut polar. Perendaman dilakukan selama 5 hari bertujuan agar pelarut dapat menarik senyawa yang akan diambil ke luar dinding sel dan larut dalam pelarut etanol 96%. Perendaman dilakukan dengan



cara pengadukan yang bertujuan untuk memperbesar luas permukaan yang bersentuhan dengan serbuk sehingga semua serbuk dapat terkena pelarut dan senyawa aktif dalam larut dalam pelarut yang digunakan. Tujuan lain dari pengadukan adalah untuk memperluas kontak antara serbuk simplisia dengan cairan penyari sehingga timbul gaya adhesi antara serbuk simplisia dan cairan penyari. Adanya gaya adhesi ini menyebabkan cairan dapat membasahi simplisia sehingga melarutkan zat aktif yang terkandung di dalamnya. Maserasi dilakukan selama 5 hari dan kemudian dilakukan penyaringan menggunakan corong Buchner. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan maserat dengan endapan sehingga akan didapatkan maserat yang telah mengandung zat aktif. Maserat kemudian diuapkan dengan rotavapour. Proses ini dilakukan hingga seluruh cairan penyari menguap dan diperoleh ekstrak kental. Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan langkah kerja dalam pembuatan ekstrak dengan maserasi meliputi : 



Pengadukan atau Pengocokan Pengadukan atau pengocokan yang dilakukan sebaiknya dilakukan dengan arah, goncangan, dan kecepatan yang konstan.







Suhu pemanasan Suhu pada saat pemanasan harus sesuai dengan pedoman yaitu sekitar 60 0C agar hasil yang didapatkan bisa optimal.







Pemerasan yang maksimal



Pemerasan yang maksimal mampu mendapatkan hasil ekstrak yang banyak dan mengurangi penambahan air dari luar. 



Serbuk simplisia yang sesuai dengan ayakan Apabila serbuk terlalu kecil maka proses penyaringan tidak maksimal sehingga mempengaruhi hasil ekstrak.







Dalam pengerjaannya harus tetap dijaga Agar dapat mencatat data yang akurat.







Air waterbath harus selalu terisi Air waterbath sangat berperan penting terhadap pemanasan cairan ekstrak, sehingga waterbath harus selalu terisi air.



BAB V



PENUTUP



2.1



Kesimpulan



2.2



Saran Untuk metode penyarian dengan cara maserasi, pengadukan atau pengocokan yang



dilakukan sebaiknya dilakukan dengan goncangan dan kecepatan yang konstan.Suhu pada saat pemanasan harus sesuai dengan pedoman yaitu sekitar 600C agar hasil yang didapatkan bisa optimal. Pemerasan yang maksimal mampu mendapatkan hasil ekstrak yang banyak dan mengurangi penambahan air dari luar. Serbuk simplisia sebaiknya sesuai dengan ayakan, apabila serbuk terlalu kecil maka proses penyaringan tidak maksimal sehingga mempengaruhi hasil ekstrak. Dalam pengerjaannya harus tetap dijaga dan diperhatikan, agar dapat mencatat data yang akurat. Air dalam waterbath harus selalu terisi, karena air waterbath sangat berperan penting terhadap pemanasan cairan ekstrak, sehingga waterbath harus selalu terisi air.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim 1999 : Senna siamea – a widely used legume tree. Fact Sheet J. B. Harbone. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Senjaya, Y. A dan Surakusumah, W. 2008. Potensi Ekstrak Daun Pinus (Pinus merkusii jungh. et de Vriese) Sebagai Bioherbisida Penghambat Perkecambahan Echinochloa colonum l. dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial. 4(1) : 1-5. Tobo, Fachruddin, (2001), Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.