17 0 780 KB
LABORATORIUM SATUAN PROSES 2 SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015
MODUL
: Pembuatan Metil Orange
PEMBIMBING
: Ir. Endang Kusumawati, MT
Tanggal Praktikum : 23 September 2014 Tanggal Penyerahan : 7 Oktober 2014 (Laporan)
Oleh :
Kelompok
:
VII
Nama
:
1. Rita Inayah
NIM 131424025
2. Wynne Raphaela
NIM 131424027
Kelas
:
2A Teknik Kimia Produksi Bersih
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
PEMBUATAN METIL JINGGA (Methyl Orange)
I. TUJUAN Mengerti dan memahami prinsip reaksi dan proses substitusi khususnya reaksi penyambungan (coupling reaction) dalam pembuatan zat warna azo. Mampu membuat senyawa azo dalam hal ini senyawa metil jingga skala laboratorium. Mampu menghitung perolehan metal jingga baik dalam garam maupun dalam persen (%yield). Melakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif metil jingga yang dihasilkan seperti titik leleh, tes titrasi asam basa.
II. LANDASAN TEORI Reaksi Diazotisasi Reaksi Diazotizasi adalah reaksi pembentukan garam diazonium ion. Garam ini biasanya adalah senyawa intermediet dalam pembentukan senyawa azo. Senyawa aromatik amina apabila direaksikan dengan asam nitrit pada suhu 0-5°C pada kondisi asam akan menghasilkan garam diazonium ion.
NH2 + HNO2 + HX
Gambar : pembentukan garam diazonium ion
Proses pembentukan garam diazonium ion adalah sebagai berikut; 2HO―N = O
O = N―O―N = O H2O
ArNH2 + N2O3
Dinitrogen trioxide
Ar―NH―N=O Nitrosoamine
N+=NX-+ 2H2O
..
H3O+
..
Ar ―N―N=O H
.. .. Ar―N=N―OH
H3O+
H
+
Ar―N=N―O+
diazotic acid
..
Ar―N≡N + H2O H
diazonium ion
Kation diazonium ion dalam bentuk sebagai berikut di bawah: N≡N+
N=N+
N=N+
Gambar : struktur diazonium ion (kation)
Diazonium ion diatas adalah merupakan elektopil yang lemah (spesies miskin elektron), yang hanya akan mampu bereaksi dengan baik dengan senyawa aromatik yang sangat reaktif seperti phenol dan amina. Senyawa aromatik yang mengandung gugus penarik elektron, pada posisi ortho dan para akan menambah karakter elektropilik pada diazonium kation.
Pada kondisi asam, garam diazonium ion sangat mudah terhidrolisa menjadi senyawa nitrogen dan phenol. Proses hidrolisa garam diazonium ion dapat digambarkan pada persamaan reaksi di bawah:
N+ ≡ NX‾ +
H2O
OH + HX + N2(g)
Gambar : Proses hidrolisa garam diazonium ion menjadi fenol
Sedangkan perlakuan garam diazonium ion dengan larutan potassium iodida akan menghasilkan arenediazonium iodida yang akan mengalami dekomposisi dengan sedikit pemanasan membentuk senyawa aromatik iodida dan nitrogen, seprti pada persamaan rekasi di bawah :
N+≡NX‾ + KI
I + kX + N2(g)
Gambar : Reaksi garam diazonium dengan kalium iodide
Senyawa azo dan Reaksi Penyambungan (Substitusi)
Salah satu aplikasi dari pengunaan garam diazonium ion ini adalah dalam pembentukan senyawa azo. Senyawa azo memiliki formula umum R-N=N-R dimana senyawa azo dapat dengan mudah dibentuk dengan mereaksikan garam diazonium ion dengan senyawa aromatik amina dan turunan phenol dengan reaksi sibstitusi aromatik elektrophilik (SRE). Reaksi akan terjadi antara diazonium ion dengan senyawa amina bebas ataupun dengan ion phenoxida, dan akan memberikan zat warna yang memiliki warna yang bermacam-macam tergantung dari turunannya. Sedangkan warna dari senyawa yang dihasilkan akan bervariasi tergantung dari pH.
Studi kasus pembentukan senyawa azo adalah pembentukan senyawa metil jingga. Metil jingga adalah salah satu senyawa zat warna azo yang biasanya digunakan sebagai indicator asam basa. Senyawa metil jingga ini dibuat dari penggabungan (coupling) senyawa asam sulfanilat yang telah diazotisasi dengan N,N-dimetil anilin.
Struktur Metil Jingga : CH-HC N-C
C-N CH - HC
Mekanisme reaksi : NaNO2 NH3+
O3S
Na+O3S
N+=N:Cl-
HCl
CH3 N: CH3 CH3 Na+O3S
N=N
N
-H+
H CH3
NaoH
Cl-
CH3 Na+O3S
N=N
N
+ NaCl + H2O CH3
Methyl orange Gambar : proses pembentukan Metil Jingga
III. PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan No.
Alat
Spesifikasi
1.
Gelas Kimia 250 ml dan 500 ml
2
2.
Beaker plastik 2000 ml
1
3.
Pipet ukur 10 ml
1
4.
Batang pengaduk
1
5.
Thermometer
1
6.
Hot plate
1
7.
Spatula
1
8.
Penyaring buchner
1
9.
Botol semprot
2
10.
Gelas ukur 100 ml
1
11.
Labu ukur 100 ml
1
12.
Water jet vakum
1
13.
Kertas saring
3
No.
Bahan
Spesifikasi
1.
Asam Sulfanilat
10,5 gr
2.
Natrium karbonat anhidrat
2,65 gr
3.
Natrium nitrit
3,7 gr
4.
HCL dan NAOH 20%
11 ml dan 35 ml
5.
Larutan garam jenuh
35 gr
6.
Natrium klorida
10 gr
7.
Asam asetat glasial
3 ml
8.
Pecahan es
60 gr
9.
N,N Dimetil anilin
6,3 ml
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1
Pembentukan Garam Diazonium ion
Larutan A
10,5 gram asam sulfanilat dihidrat
2,65 gram natrium karbonat + 100 ml aquades Gelas kimia 600 ml
Panaskan hingga semua padatan larut (warna bening)
Dinginkan suhunya sampai 15-20°C Larutan B 3,7 gram Natrium Nitrit
10 ml aquades
Gelas kimia 250ml
Larutan B
Larutan A
Gelas kimia 600 ml
Menambahkan 11 ml HCl & 60 gram pecahan es
Membiarkannya
Terbentuk endapan kristal putih
3.2.2
Reaksi Penyambungan (Substitusi) 6,3 ml larutan N,N dimetil anilin
3 ml CH3COOH glacial
35 ml NaOH 20 %
10 gr garam NaCl
Larutan garam diazonium (larutan A)
Sambil diaduk sampai homogen
Campuran didiamkan 10 menit
Dihasilkan asam metil jingga berwarna merah
Amati
Warna larutan menjadi orange
Panaskan sampai mendidih
Dinginkan 15 menit dengan es
Saring dengan Buchner
Bilas dengan larutan NaCl jenuh (35 gr NaCl + 100 ml air)
T = 80-90 0C sampai semua NaCl larut
3.2.3 Rekristalisasi dan Analisa produk 150 ml air panas (mendidih)
Produk
Saring larutan yang masih panas
Filtrat yang mengandung metil jingga
Garam metil jingga saat dingin
Saring padatan dengan Buchner funnel
Bilas padatan yang tersaring dengan etanol
Keringkan dalam oven 75oC
padatan setengah kering
IV. DATA PENGAMATAN 4.1 Persiapan Nama zat
Rumus
Berat
Molekul
Terpakai
Berat Molekul (g/mol)
Asam sulfanilat
C6H7NO3S
10,5 gram
173
N,N dimetil anilin
C8H12N
6,05 gram /
122
6,3 ml Natrium karbonat
Na2CO3
2,65 gram
106
Natrium hidroksida
NaOH
35 ml
40
Natrium nitrit
NaNO2
3,70 gram
69
4.2 Pembuatan garam Diazonium
No 1.
Reaktan Asam
Pengamatan
Kondisi Proses Tawal = 34oC
sulfanilat
Tcampuran = 45 oC
dihidrat
Takhir = 20 oC pH = 4
warna larutan berubah menjadi kuning bening dan menjadi berbuih ketika
proses
pencampuran
dilakukan
2
T = 19 oC, pH= 2
N, N Dimetil Anilin
Setelah dicampur dengan garam diazo warna larutan menjadi merah
3
Tawal = 34oC
Natrium Karbonat
Tcampuran = 45 oC Takhir = 20 oC pH = 4
Larutan berwarna putih, setelah dicampur dengan asam sulfanilat menjad berbuih dan kekuningan T = 25 oC, pH= 11
4 Natrium Hidroksida
Larutan
berwarna
jingga
kemerahan T = 20oC, pH=5
5 Natrium Nitrit
Larutan berwarna jingga T = 17oC, pH=2
6 Asam Asetat Glasial
Larutan menjadi kemerahan
4.3 Reaksi Penyambungan (Substitusi-SRE) No 1.
Reaktan
Pengamatan
Kondisi Proses T = 19 oC, pH= 2
Asam Sulfanilat + N, N Dimetil Aniliin
Setelah pencampuran warna larutan menjadi merah dan larutan menjadi berminyak dan lama kelamaan larutan menjadi 2 lapisan 2
T = 70 oC, pH= 12
Pencampuran larutan A dan larutan B
Warna larutan berubah dari merah menjadi
kuning
dan
kemudian
berubah menjadi jingga dan terjadi pemisahan antara pasta dengan larutan
3
T = 80 oC, pH= 12
Pasta MO + NaCl
Pada tahap ini pasta dan larutan menjadi terpisah
V.
PENGOLAHAN DATA
Mol asam sulfanilat (HSO3C6H4NH2) o Mol =
=
Mol Natrium Karbonat (Na2CO3) o Mol =
=
Mol Natrium Nitrit (NaNO2) o Mol =
=
Mol N,N Dimetyl anilin (C6H5 N(CH3)2) o Mol =
=
5.1 Berat Metil jingga secara teoritis 5.1.1
Diazotisasi
Asam sulfanilat + Natrium karbonat → Natrium sulfanilat Awal
0,061
0,025
-
Reaksi
0,025
0,025
0,025
Sisa
0,036
0
0,025
Natrium Sulfanilat + Natrium Nitrit
→ Garam Diazonium
Awal
0,025
0,054
-
Reaksi
0,025
0,025
0,025
0
0,029
0,025
Sisa
5.2 Reaksi Penyambungan Garam Diazonium + N,N Dimetil anilin → Metil Jingga Awal
0,025
0,05
-
Reaksi
0,025
0,025
0,025
0,025
0,025
Sisa
0
Mol metil jingga yang dihasilkan = 0.025 mol Berat Metil Jingga
(teoroitis)
= mol metil jingga x BM metil jingga = 0.025 mol x 327.3 g/mol = 8.1825 gram
5.3 Berat Metil jingga hasil percobaan Berat kertas saring 1
= 0,63 gram
Berat kertas saring + metil jingga
= 7,44 gram
Berat metil jingga
= 6,81 gram
Berat kertas saring 2
= 0,59 gram
Berat kertas saring + metil jingga
= 1,50 gram
Berat metil jingga
= 0,91 gram
Berat total metil jingga = 0,91 gram + 6,81 gram = 7,72 gram
5.4 Persen Yield Yield
= = 94,35 %
5.5 Pengamatan Hasil Produk
Berat hasil percobaan
Berat secara Teoritis
% Yield
Metil jingga
7,72 gram
8.1825 gram
94,35%
VI.
PEMBAHASAN Nama : Rita Inayah Nim : 131424025
Pada percobaan ini praktikan membuat metil jingga dari asam sulfanilat yang dasar teorinya mengikuti reaksi azo. Metil jingga adalah senyawa azo, yang dibuat dari mereaksikan asam sulfanilat yang direaksikan dengan Natrium Nitrit dan HCl pekat menghasilkan garam diazonium.Metil jingga adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi asam basa. Pada larutan yang bersifat basa, metil jingga berwarna kuning dan strukturnya adalah:
Pada larutan yang bersifat asam, metal jingga berwarna merah dan strukturnya adalah:
Dalam proses pembuatan Metil Jingga ini ada tiga tahap yaitu: 1.
Reaksi Diazotisasi Tahap pertama dalam praktikum pembuatan metil jingga ini adalah pembuatan garam
diazonium melalui reaksi diazotiasi. Garam ini terbentuk dengan mereaksikan Asam Sulfanilat dan Natrium Karbonat sehingga membentuk larutan bersoda yang berfungsi untuk membantu pembentukan garam diazonium. Penambahan natrium karbonat anhidrat ke dalam asam sulfanilat yang bertujuan untuk deprotonasi gugus amino, dimana pada proton yang didapatkan atau dihasilkan berasal dari disosiasi natrium karbonat tersebut. Larutan tersebut
mengalami pemanasan agar campuran larut sempurna, kemudian campuran mengalami pendinginan hingga suhu 170C. Selanjutnya penambahan larutan natrium nitrit (NaNO2 + air 10 ml ) ke dalam campuran yang telah didinginkan. Setelah penambahan Natrium Nitrit, warna larutan menjadi orange pekat kemerahan. Selanjutnya campuran dua larutan di atas dimasukkan ke dalam gelas kimia 600 ml yang di telah berisi 11 ml HCl 0,1 N dan pecahan es. Penambahan es ini bertujuan untuk ketika pada saat akan mereaksikan dengan larutan HCl, larutan akan mengeluarkan panas (eksoterm). Penambahan Asam Klorida dan Natrium Nitrit yang akan membentuk Asam Nitrit di dalam larutan tersebut. Dehidrasi dari asam nitrit ini akan membentuk ion nitrosonium yang bersama asam sulfanilat akan membentuk ion atau garam diazonium. Proses ini dinamakan diazotisasi, yaitu proses reaksi aniline dengan asam nitrit yang akan menghasilkan garam diazonium. Tetapi dalam percobaan tidak didapatkan adanya endapan Kristal putih hal ini disebabkan karena HCl yang digunakan tidak pekat sehingga tidak terjadi endapan Kristal putih pada larutan. 2.
Reaksi Penyambungan (substitusi-SRE) Reaksi penyambungan (substitusi-SRE) yaitu reaksi yang berlangsung dengan
mereaksikan garam diazonium sebagai nukleofil (ion yang miskin elektron ) dengan senyawa yang kaya akan electron seperti fenol dan turunannya atau amina dan turunannya. Disini, praktikan menggunakan larutan amina yaitu N-N dimetyl anilin yang dilarutkan dalam asam asetat glacial karena N-N dimetyl aniline larut baik didalamnya. Reaksi penyambungan berlangsung hingga terbentuk larutan berwarna kuning-merah ungu dan berubah menjadi pasta. Bagian atas larutan berwarna kuning, dan bagian bawahnya yaitu larutan + endapan Kristal berwarna merah ungu. Kemudian ke dalam campuran (pasta) tersebut ditambahkan larutan NaOH 20% sebanyak 35 ml yang menyebabkan warna larutan berubah menjadi jingga (orange). Hal ini terjadi akibat berubahnya asam metil jingga menjadi garamnya. Larutan mengalami pemanasan pada suhu ±800C dan dilakukan pula penambahan NaCl. Penambahan NaCl secara sedikit-sedikit dilakukan karena proses ini bersifat eksoterm. Yang jika dilakukan secara langsung akan mengakibatkan ledakan (explosive). Adapun penambahan NaCl berfungsi untuk membantu pemisahan padatan dari campuran (pasta). Selanjutnya, campuran didinginkan ke dalam campuran es- air selama 15 menit sehingga dihasilkan produk yang mudah disaring. Pembilasan padatan metil jingga dengan menggunakan NaCl jenuh bertujuan untuk menghindari larutnya metil jingga (ke dalam filtrat). Berikut ini reaksi-reaksi yang terlibat dalam pembentukan metil orange:
Pembuatan garam diazonium dari asam sulfanilat (deprotonasi)
Formasi Ion Nitrosonium
Formasi Asam Sulfanilat yang telah mengalami proses diazoniasasi
Penambahan N-N-dimetil aniline
3. Rekristalisasi Produk yang dihasilkan dari reaksi substitusi, selanjutnya mengalami rekristalisasi dengan melarutkannya ke dalam air (mendidih), karena metil jingga akan larut didalam air panas. Kemudian dilakukan penyaringan (buchner funnel) sehingga akan diperoleh larutan yang mengandung metil jingga di filtrat yang lebih murni. Dari larutan filtrat tersebut akan dihasilkan produk garam metil jingga yang akan membentuk padatan (terpisah dari larutannya) ketika larutan tersebut dingin. Kemudian dilakukan penyaringan kembali, dan padatan dari penyaringan (residu) dibilas dengan etanol. Penambahan etanol ini bertujuan untuk memudahkan penyaringan hingga seluruh kristal dapat tersaring dan untuk membantu pengeringan (penghilangan air) pada endapan. Setelah penyaringan maka tahap selanjutnya padatan dikeringkan didalam oven pada 75oC untuk menghasilkan padatan metil jingga yang kering.Tetapi hal tersebut salah, sehingga tidak didapatkan %yield nya, praktikan akhirnya mengulangi lagi pada proses rekristalisasi, residu yang telah di oven kemudian didapatkan % yieldnya 94,35% dengan berat metil jingga 7,72 gram. Tetapi hasil metil jingga yang didapatkan praktikan tidak layak untuk dijadikan indicator pada titrasi dengan Ph 12 sedangkan praktikan lain Ph 7. Karena pada praktikum ini praktikan menggunakan HCL 0,1 N sedangkan praktikan lain menggunakan HCL pekat sehingga hasil yang didapatkan Ph netral.
Nama : Wynne Raphaela NIM : 131424027 Pada praktikum ini dilakukan pembuatan metil jingga. Metil jingga adalah suatu zat warna yang biasa digunakan sebagai zat warna teksti di industri mapun sebagai indicator pada titrasi asam dan basa. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengerti dan memahami prinsip reaksi dan proses substitusi khususnya reaksi penyambungan (coupling reaction) dalam pembuatan zat warna azo, mampu membuat senyawa azo dalam hal ini senyawa metil jingga skala laboratorium, mampu menghitung perolehan metil jingga baik dalam garam maupun dalam persen (%yield). Praktikum ini terdiri dari tiga tahapan utama yaitu pembuatan garam diazonium, reaksi penyambungan (couping), dan rekristalisasi produk. Tahapan pertama pada pembuatan metil jingga adalah pembuatan garam diazonium ion. Garam diazo adalah senyawa yang dapat memberi warna. Garam diazo terbentuk ketika ada rekasi antara senyawa aromatic amina dengan asam nitrit pada suhu 0-5oC dan pada kondisi asam. Senyawa aromatic amina yang digunakan adalah pencampuran asam sulfanilat dengan natrium karbonat yang dipanaskan hingga suhu 80 oC. Senyawa aromatic amina yang terbentuk didinginkan hingga 17 oC lalu pada larutan tersebut ditambahkan asam nitrit (nantrium nitrit) dengan katalis HCl yang dilarutkan dalam pecehan es. Namun pada pembentukan senyawa diazo ini HCl yang digunakan bukan HCl pekat melainkan HCl 0,1 N. sehingga pada reaksi katalis tidak terlalu asam dan akibatnya kondisi reaksi suasananya menjadi kurang asam dan tidak terbentuk Kristal putih. Reaksi pembuatan garam diazo, adalah sebagai berikut :
NH2 + HNO2 + HX
N+=NX-+ 2H2O
Tahapan selanjutnya adalah reaksi penyambungan, yaitu pencampuran dimetil anilin dengan asam asetat direakssikan dengan garam diazo. Pencampuran dimetil anilin dnegan sam asteta glaial akan mengasilkan asam metil. Ketika asam metil direaksika dengan garam diazo maka akan menghasilkan metil jingga. Prinsip dari reaksi penyambungan adalah menggabungkan reaktan untuk menjadi produk. Produk yang dihasilkan adalah produk tunggal. Mekanisme rekasinya adalah, sebagai berikut :
O O
+
S
N -
O
N
+
N
CH3 diazonium coupling
O O
CH3
S
N -
O
+
Na
CH3 N
N CH3
Asammetil yang reaksikandihasilkan berwarna merah. Kemudian di tambahakan NaOH 20% maka larutan akan berubah menjadi orange karena berubahnya asam metil jingga menjadi garamnya. Kemudian campuran tersebut di panaskan sampai mendidih dan ditambahakan NaCl untuk membantu pemisahan padatan dari campurannya. NaCl diusahakan larut semua, karena jika tidak hasil metil jingga nantinya akan tetap ada di permukaan padatan metil jingga. Tahapan terkahir adalah rekristalisasi produk, Selanjutnya campuran disaring dengan buchner funnel vakum. Filtratnya dibuang padatannya dikeringkan di dalam oven. Namun pada praktikum pertama, praktikum melakukan kesalahan dengan menggunakan filtrate bukan residunya. Sehingga tidak didapat yield karena itu nukan metil jingga. Akhirnya, praktikan menggunakan residu yang sebelumya telah dioven dan didapat berat metil jingga sebesar 7,72 gram dengan % yield 94,35 %. Namun produk metil jingga yang didapat kelompok kami tidak layak untuk dijadikan indicator titrasi. Karena setelah dibandingkan dengan metil jingga kelas 2 A yang memiliki Ph netral karena pada pembuatan senyawa diazo menggunakan HCl pekat dan langsung terbentuk Kristal. Sehingga dapat dikatakan garam diazo kelas 2A terbentuk dengan sempurna. pH metil jingga praktikan tidak netral yaitu 12 padahal sebagai indicator seharusnya memiliki pH yang netral yaitu 7. Hal ini disebabkan praktikan tidak menggunakan HCl pekat pada pembuatan garam diazo melainkan menggunakan HCl 0,1 N sehingga suasana menjadi kurang asam pada pembentukan garam diazo dan akhirnya tidak membentuk Kristal walaupun telah didiamkan selama 30 menit.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum pembuatan metil jingga adalah, sebagai berikut : 1. Metil jingga diperoleh dengan dua tahapan reaksi yaitu reaksi pembuatan garam diazonium dan reaksi penyambungan, dan tahap rekristalisasi. 2. Pembuatan garam diazonium diperoleh dari reaksi asam sulfanilat dan natrium karbonat yang kemudian direaksikan dengan natrium nitrit. 3. Reaksi penyambungan adalah reaksi garam diazonium dan N,N –dimethyl anilin. 4. Yield metil jingga yang dihasilkan adalah 94,35%
DAFTAR PUSTAKA
Andrijanto, Eko. Jobsheet Praktikum Satuan Proses. Proses Substitusi Pembuatan Metil Jingga. Politeknik Negeri Bandung. Anshory, Irfan. 2003. Kimia SMU Untuk Kelas 3. Jakarta : Erlangga. Internet. Anonim, Berbagai Sumber. Purba, Michael. 2000. Kimia 2000 Kelas 2. Jakarta : Erlangga. Vogel. 1978. Text Book Of Practical Organic Chemistry, fourth edition. New York : John Wiley and Sons Inc.
LAMPIRAN MSDS a. Natrium Karbonat Rumus Molekul : Na2CO3 Sifat
:
a. Serbuk kristal atau kristal putih berwarna putih b. Tidak berwarna c. Berat jenis 1,55 d. Larut dalam air dan gliserol, tidak larut dalam alkohol e. Titik leleh 109°C f. Tidak mudah terbakar g. Daya toksik rendah
Penggunaan -
:
Pengontrol pH air, bahan tambahan makanan, pembersih dan pemutih tekstil, pereaksi analitik
b. Natrium Hidroksida Rumus Molekul
: NaOH
Nama Lain
: Caustic soda, Sodium Hydrate, white acustic
Sifat
:
a. menyerap air dan karbondioksida dari udara b. berat jenis 2,3 c. titik leleh 318 °C d. titik didih 1390 °C e. larut dalam air dan alkohol dan gliserol
Pembuatan
:
-
Elektrolisis NaCl,
-
Reaksi kalsium Hidroksida dan Natrium karbonat
Bahaya -
:
korosif terhadap jaringan, iritasi terhadap jaringan (mata,kulit, membran lendir), toleran si di udara 2 mg/m3 udara
Penggunaan : -
Industri kimia, rayon, dan cellophane, agen penetral dalam penyaringan petroleum, aluminium, detergen, sabun, bahan tambahan makanan dan elektroplating.
Indikator Metil Jingga (C14H14N3NaO3S) A. Sifat Fisika berdasarkan literatur 1. Rumus molekul
:
C14H14N3NaO3S
2. Berat molekul
:
327,33 gr/mol
3. Densitas
:
1,28 gr / cm3, padat
4. Titik lebur
:
> 3000C
5. Titik didih
:
terdekomposisi (terurai)
B. Sifat Kimia 1. Trayek pH 3,1 - 4,4 2. Berwarna merah pada suasana asam 3. Berwarna kuning pada suasana basa 4. Larut dalam air panas 5. Lebih banyak digunakan untuk titrasi pada suasana asam