Laporan Minipro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA LAPORAN MINI PROJECT



PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG PENTINGNYA ASI EKSLUSIF DAN MP ASI DALAM MEMENUHI GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DI POSYANDU KARANG AGUNG PUSKESMAS KARE Oleh: dr. Chairun Nisa Basyarahil Pendamping: dr. Amam Santosa, M.Mkes



PUSKESMAS KARE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MADIUN 2016



1



KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Peningkatan Pengetahuan tentang Pentingnya ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI Dalam Memenuhi Gizi 1000 hari Pertama Kehidupan Melalui Program Penyuluhan Di Posyandu Karang Agung Puskesmas Kare. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1



dr. Amam Santosa, M.Mkes selaku kepala Puskesmas Kare dan dokter pembimbing.



2



Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga



laporan ini bermanfaat bagi pembaca.



Madiun, Juli 2016 Penulis



2



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.........................................................................................



i



KATA PENGANTAR........................................................................................



ii



DAFTAR ISI...................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN................................................................................



1



1.1



Latar Belakang...............................................................................



1



1.2



Rumusan Masalah..........................................................................



2



1.3



Tujuan Penelitian...........................................................................



3



1.4



Manfaat Penelitian.........................................................................



3



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................



4



2.1



Air Susu Ibu (ASI) ........................................................................



4



2.1.1 Pengertian ASI...................................................................



4



2.1.3 Komposisi ASI...................................................................



4



2.1.4 Zat Gizi dalam ASI............................................................



6



2.1.6 Manfaat ASI....................................................................... 11 2.2



Asi Eksklusif................................................................................... 13



2.3



Makanan Pendamping ASI........................................................... 14 2.2.1 Pengertian MP-ASI............................................................ 14 2.2.2 Cara Pemberian MP-ASI................................................... 14 2.2.1 Permasalahan Seputar MP-ASI.......................................... 14



BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 19 3.1



Jenis Penelitian............................................................................... 19



3.2



Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 19



3.3



Desain Penelitian ........................................................................... 19



3.4



Sampel Penelitian........................................................................... 19



3.5



Metode Pengumpulan Data........................................................... 19



3.6



Instrumen Penelitian...................................................................... 20



3.7



Definisi Operasional....................................................................... 20



3.8



Aspek Pengukuran......................................................................... 20



3



BAB IV. HASIL................................................................................................



21



4.1



Profil Komunitas Umum (Puskesmas Kare) .............................. 21



4.2



Data Geografis................................................................................ 21



4.3



Data Demografis............................................................................. 21



4.4



Sumber Daya Kesehatan............................................................... 22



4.5



Sarana Kesehatan yang Ada ....................................................... 22



4.6



Data Kesehatan Primer................................................................. 23



4.7



Karakteristik Responden............................................................... 23



4.8



4.7.1



Umur Responden................................................................ 23



4.7.2



Pendidikan Responden....................................................... 23



Gambaran Pengetahuan Ibu Saat Pre-Test & Post-Test ........... 24



BAB V. DISKUSI.............................................................................................



26



BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................



27



6.1



Kesimpulan..................................................................................... 27



6.2



Saran................................................................................................ 27



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 28 LAMPIRAN....................................................................................................... 29



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan suatu gerakan percepatan perbaikan gizi yang diadopsi dari gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement. Gerakan Scaling Up-Nutrition (SUN) Movement merupakan suatu gerakan global di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal PBB. Hadirnya gerakan ini merupakan respons dari negara-negara di dunia terhadap kondisi status pangan dan gizi di negara berkembang. Tujuan global dari SUN Movement adalah untuk



4



menurunkan masalah gizi pada 1000 HPK yakni dari awal kehamilan sampai usia 2 tahun (Kemenkes, 2012). Periode 1000 HPK ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan seseorang, oleh karena itu periode ini sering disebut sebagai “periode emas” (Kemenko Kesra RI, 2013). Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting. Jika pada rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang optimal maka penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal. Periode 1000 HPK dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu periode dalam kandungan, periode 0-6 bulan dan periode 6- 24 bulan. Dalam penyuluhan ini penulis fokus pada saat periode bayi setelah lahir yaitu pemberian ASI Eksklusif saat usia 0-6 bulan dan Makanan Pendamping ASI saat usia 6-24 bulan (Kemenkes, 2012). Pada tahun 2014 Kementrian Kesehatan (Kemkes) telah menetapkan target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Kenyataannya, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dilaporkan bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapat ASI eksklusif sampai usia 1-2 bulan, dan bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan hanya 27%. Zat gizi pada ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan, untuk itu ketika bayi berusia 6 bulan perlu diberi makanan pendamping ASI dan ASI tetap diberikan sampai usia 24 bulan atau lebih. Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam membantu keluarga dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal (Pudjiadi, 2005). Pemberian MP ASI jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi dan produksi ASI dan bayi dapat mengalami gangguan pencernaan seperti diare dan juga dehidrasi, kenaikan berat badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), dan alergi. Akibat - akibat tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sebailknya, keterlambatan dalam pemberian MP ASI juga akan menghambat pertumbuhan bayi. Energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan. Akibat yang dapat



2



ditimbulkan apabila pemberian MP ASI terlambat adalah terjadinya gagal tumbuh, defisiensi zat besi dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Pudjiadi, 2005). Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif dan kesalahan cara pemberian makanan pendamping ASI yaitu kurangnya pengetahuan ibu. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu diperlukan berbagai upaya, salah satunya melalui program penyuluhan. Penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan MP ASI diharapkan mampu merubah perilaku dan menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dan MP ASI yang baik dan benar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI sebelum dan setelah diberikan penyuluhan di posyandu Karang Agung Puskesmas Kare?



1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan mengenai ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI di posyandu Karang Agung Puskesmas Kare. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI sebelum dan setelah intervensi. 2. Mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif dan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Berperan serta dalam peningkatan program kerja Puskesmas dan sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan program. 3



2. Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI. 3. Melatih kemandirian dokter dalam mengidentifikasi dan mencari pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Pengertian ASI Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadi, 2005). 2.1.2 Komposisi ASI Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein. ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode



5



menyusui, tetapi kadar lemak meningkat. Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlahhanya 100-200 ml per hari. Tabel 2.1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula



Properti Kontaminasi bakteri Anti Infeksi Faktor pertumbuhan Protein



ASI Tdk ada



Susu Sapi Mgkn ada



Ada Ada



Tidak ada Tidak ada



Susu Formula Ada bila dicampurkan Tidak ada Tidak ada



Jml sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian mdh dicerna sukar dicerna diperbaiki Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn ASI Whey : alfa Whey: betalactoglobulin Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA (ALE), DHA / AA dan AA -Mengandung - Tdk ada lipase lipase Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap dgn baik Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu tambahan Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000 Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam



6



keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005). Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et al., 2008). 2.1.3 Zat Gizi dalam ASI ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula. Zat gizi yang terkandung dalam Air Susu Ibu antara lain yaitu: (Hendarto, 2013). a) Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah 7



melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.



b) Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi. Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah. ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.



8



c) Lemak Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi. ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. d) Karnitin Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.



9



e) Vitamin K Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan. f) Vitamin D Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. g) Vitamin E Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. h) Vitamin A Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung



pembelahan



sel,



kekebalan



tubuh,



dan



pertumbuhan. ASI



mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang



10



baik.



i) Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan seharihari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian. j) Mineral Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.



11



Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi. Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zincASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat (Hendarto, 2013). 2.1.4 Manfaaat ASI ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi, antara lain sebagai berikut: 1.



ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.



2.



ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk : -



menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.



12



-



Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.



-



Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti calsium, magnesium.



3.



ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 0-6 bulan pertama



4.



ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.



5.



ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung anak pada masa dewasa. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan



manfaat pada ibu, yaitu : 1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula. 2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil. 3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu belum haid. 4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi. 5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang. Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain adalah sebagai berikut:



13



1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. 2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. 3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.



2.2 ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamindan mineral). Pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk : a. menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya; b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya; dan c. meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap ASI eksklusif. (Kemenkes, 2015). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga.



14



Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi (Kemenkes, 2015).



2.3 Makanan Pendamping ASI 2.3.1 Definisi Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan mendampingi ASI kepada bayi berusia 6 bulan ke atas atau berdasarkam indikasi medis, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizinya (WHO, 2003). Zat gizi pada ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan, untuk itu ketika bayi berusia 6 bulan perlu diberi makanan pendamping ASI dan ASI tetap diberikan sampai usia 24 bulan atau lebih. Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut : a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi ketika usianya lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi dari apa yang didapatkannya melalui ASI b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energy, protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak. c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik pada saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak. 15



2.3.2 Cara pemberian MP ASI Makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus memenuhi syarat syarat yaitu memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai usia, macam makanan yang diberikan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang digunakan tersedia di daerah setempat. Kebiasaan makan,bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, dengan selalu memperhatikan higienitas makanan maupun lingkungan. MP ASI untuk bayi sebaiknya mempunyai nilai energi, kandungan protein, vitamin dan mineral yang sesuai kebutuhan (Muchtadi, 2004). Pemberian MP ASI diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan mengunyah dan menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya makanan padat (Soenardi, 2006). MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental sampai padat (Arisman, 2004). Berdasarkan petunjuk WHO, kebutuhan energi dari makanan pelengkap untuk bayi dengan rata-rata asupan ASI di negara berkembang adalah sekitar 200 kkal / hari pada usia 6 - 8 bulan, 300 kkal / hari pada usia 9 - 11 bulan, dan 550 kkal / hari pada usia 12 -23 bulan (WHO, 2003). Tabel 2.2 Kebutuhan MP-ASI Sesuai Usia



16



Sumber: WHO, 2003 Gambar 2.1. Makanan Pendamping ASI Sesuai Usia



17



2.3.3 Masalah-Masalah dalam Pemberian MP-ASI Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi pemberian makanan prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi dan menggangu keberhasilan menyusui serta kebiasaan membuang kolostrum padahal kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang. Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) dapat menurunkan konsumsi ASI dan



meningkatkan terjadinya gangguan



pencernaan/diare, dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat mengakibatkan anak menderita kurrang gizi, seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/ tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare ( mencret) dan lain-lain (Depkes, 2000). Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI saja (Depkes RI,2005). Pemberian MP-ASI dini sama halnya dengan membuka gerbang masuknya berbagai jenis penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk, pilek dan panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Pada bayi < 6 bulan beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase belum diproduksi secara sempurna. Sel-sel disekitar usus



18



belum siap menerima kandungan dalam makanan sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadinya alergi. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan. Sebaliknya, keterlambatan dalam pemberian MP ASI juga



akan menghambat pertumbuhan bayi. Energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan. Akibat yang dapat ditimbulkan apabila pemberian MP ASI terlambat adalah terjadinya gagal tumbuh, defisiensi zat besi dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Pudjiadi, 2005). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di posyandu KArang Agung Puskesmas Kare pada Bulan Juli 2016 minggu ketiga. 3.3 Desain Penelitian Jenis peneilitian ini adalah kuasi eksperiment dengan pendekatan one group pretest-postest untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI sebelum dan sesudah penyuluhan di posyandu Karang Agung Puskesmas Kare. 3.4 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi dan balita di posyandu Karang Agung Puskesmas Kare bulan juli 2016 yang diambil secara acak yang berjumlah 48 orang. 3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer



19



Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini didapat dari hasil kuisioner yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah penyuluhan. 3.5.2 Data sekunder Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kare, yaitu data mengenai demografi penduduk, serta gambaran umum mengenai Kecamatan Kare dan jumlah cakupan ibu menyusui dan ASI Eksklusif.



3.6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang di gunakan adalah kuesioner, slide presentasi dan leaflet. 3.7. Definisi Operesional 1. Penyuluhan ASI eksklusif dan MP-ASI adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang ASI eksklusif dan MP-ASI kepada ibu yang memiliki bayi dengan menggunakan metode ceramah, dan leaflet. 2. Pengetahuan ibu adalah adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI sebelum dan sesudah penyuluhan. 3.2. Strategi Kegiatan Untuk mencapai tujuan kegiatan, diperlukan strategi kegiatan yang tepat. Intervensi disesuaikan dengan kondisi ibu yang membawa balita saat dating. Sehingga dipilih intervensi yang dapat diterima dengan mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Intervensi diawali dengan pemberian soal pre test untuk menilai pengetahuan ibu-ibu mengenai ASI Eksklusif dan MP-ASI. Kemudian diberikan penyuluhan mengenai pentingnya ASI Eksklusif dan MPASI dalam memenuhi gizi 1000 HPK dan setelah itu diberikan soal post test untuk membandingan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah intervensi. 3.8 Aspek Pengukuran



20



1. Pengetahuan Kuesioner pengetahuan ibu terdiri atas 8 pertanyaan. Pemberian skor dilakukan berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1,25 , dan jawaban salah diberi skor 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10. Skor yang diperoleh masing-masing responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100. 1. Baik, bila nilai responden lebih dari 80 dari total nilai maksimal 100. 2. Sedang, bila nilai responden antara 60-80 dari total nilai maksimal 100. 3. Kurang, bila nilai responden kurang dari 60 dari total nilai 100. BAB IV HASIL 4.1 Profil Komunitas Umum (Puskesmas Kare) Kecamatan Kare merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Madiun. Kare terdiri dari 8 desa yaitu: Bolo, Bodag, Kepel, Kuwiran, Kare, Cermo, Morang dan Randualas. 4.2 Data Geografis Puskesmas Kare terletak di Kecamatan Kare, dengan batas-batas desa sebagai berikut : Sebelah Selatan



: Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kab. Ponorogo.



Sebelah Utara



: Desa Tawang Rejo, Kecamatan Gemarang.



Sebelah Barat



: Desa Wungu, Kecamatan Wungu, Kab.Madiun.



Sebelah Timur



: Desa Dolo, Kecamatan Sawahan, Kab.Nganjuk.



4.3 Data Demografis Jumlah Penduduk Kecamatan Kare Tahun 2014 dari data proyeksi penduduk Kabupaten Madiun oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun sejumlah 32.131 jiwa. Data Kependudukan 2013



21



Nama Desa



Jumlah Penduduk Pria



Bodag Kepel Kare Bolo Kuwiran Randualas Cermo Morang Jumlah



Wanita 1397 1331 3189 1064 734 3131 2727 2775 16348



Data Sarana Pendidikan Nama Desa Jml.TK Jml.SD/MI Bodag 2 4 Kepel 1 3 Kare 4 4 Bolo 2 Kuwiran 1 1 Randualas 4 4 Cermo 2 5 Morang 1 3 Jumlah 15 26



Jml.SLTP/Mts -/1 -/1 1 1 1 3/2



1364 1291 3107 1029 747 2999 2592 2654 15783



Jml.SLTA/MA -/1 1 1/1



4.4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada Data Ketenagaan No I



Jenis Tenaga Puskesmas Induk Dokter Dokter gigi Bidan Perawat Kesehatan Perawat Gigi Sanitarian Analis Kesehatan AA RO Ahli Gizi Juru Rawat Tenaga Umum Tenaga Teknisi Alkes Pekarya Halaman



Jumlah 2 1 16 23 1 1 1 1 1 1 3 5 1 2



22



Sopir Jurumasak



1



4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada Nama Desa



Bodag Kepel Kare Bolo Kuwiran Randualas Cermo Morang Jumlah



Jml.Pus.Indu k -



Jml.Pustu



Jml.Polindes



Jml.Posyandu



Pos lain



-



-



-



5



-



-



1



5



-



1



-



-



10



-



1



-



3



-



-



-



4



-



1



-



6



-



-



1



-



6



-



-



-



1



4



-



1



3



2



43



-



Unit Layanan di Puskesmas Kare 1. Unit Layanan BP Umum 2. Unit Layanan Gigi 3. Unit Layanan Lansia 4. Unit Layanan Fisioterapi 5. Unit Layanan 24 Jam / UGD 6. Unit Layanan KIA / KB / Imunisasi 7. Unit Layanan Laboratorium 8. Unit Layanan Rawat Inap 9. Unit Layanan PONED 10. Unit Layanan Kamar Obat 11. Unit Layanan Loket 4.6 Data Kesehatan Masyarakat (Primer) Grafik 1. Pencapaian ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Kare Hingga Pertengahan Tahun 2013



23



100.00% 90.00% 80.00% 66.31%



70.00%



69.44% 62.44%



60.00% 50.00% 45.64% 46.50% 44.72% 43.30% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%



Januari Februari Maret



April



Mei



Juni



Juli



Cakupan ASI Eksklusif



4.7 Karateristik Responden 4.7.1 Umur Responden Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur No 1 2 3



Umur (tahun) 18-24 25-31 >31 Total



Jumlah 25 18 5 48



Berdasarkan tabel 4 menunjukkan



Persentase 52% 37.50% 10.50% 100 %



bahwa umur responden terbanyak



adalah usia 18-24 dengan jumlah 25 orang (52,00%), dan yang paling sedikit berumur >31 yaitu 5 orang (10,50%) 4.7.2 Pendidikan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan No 1 2 3



Pendidikan SD SMP SMA Total



Jumlah 10 23 15 48



Persentase 21% 48% 31% 100 %



24



Tabel 5 menjelaskan bahwa umumnya responden berpendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 23 orang (48%), responden yang berpendidikan terakhir SD berjumlah 10 orang (21%) dan ≥SMA berjumlah 15 orang (31%). 4.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI Sebelum (pre- test) dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan Grafik 2. menjelaskan gambaran tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan pada responden. Grafik 2 Gambaran Pengetahuan Ibu sebelum penyuluhan



30 25 20 15 10 5 0



Baik Sedang Kurang



Pre-Test



Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 8 orang (16,67 %) berada pada kategori baik, 32 orang (66,67%) pada kategori sedang dan sebanyak 8 orang (16,67%) berkategori kurang. Dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif dan MP-ASI masuk dalam kategori sedang. Grafik 3 Gambaran Pengetahuan Ibu setelah penyuluhan



25



30 25 20 15 10 5 0



Baik Sedang Kurang



Post-Test



Sementara itu setelah dilakukukan pos-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 44 orang (91,6%), sedang sebanyak 4 orang (8,3%) dan tidak ada yang kurang.. Grafik 4 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Ibu sebelum dan setelah penyuluhan



Axis Title



30 25 20 15 10 5 0



Baik Sedang Kurang Pre-Test



Post-Test Axis Title



Pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik setelah di berikan penyuluhan yang terlihat dari hasil perbandingan nilai pre-test dan post- pada Grafik 4. Hal tersebut menandakan penyuluhan pada responden memiliki pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan tentang ASI Eksklusif dan MP-ASI. BAB V DISKUSI



26



Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983).



Penyuluhan tentang ASI eksklusif dan MP-ASI ini bertujuan untuk meingkatkan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI. Sehingga kedepannya cakupan ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI di kecamatan kare dapat ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan ASI eksklusif dan MP-ASI terhadap pengetahuan ibu. Jumlah ibu yang nilai mendapatkan nilai kategori baik meningkat dari sebelum penyuluhan berjumlah 8 orang (16,67 %) menjadi 44 orang (91,6%), untuk kategori sedang menurun dari 32 orang (66,67%) menjadi 4 orang (8,3%), dan kategori kurang dari 8 orang (16,67%) menjadi tidak ada sama sekali. Sedangkan rata-rata hasil pre-test yaitu 69,41 dan meningkat menjadi 93,08 setelah diberikan penyuluhan. Sehingga didapatkan peningkatan nilai rerata sebesar 23,67. Hal ini menandakan penyuluhan memiliki dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI di posyandu Karang Agung kecamatan Kare. Program peningkatan pengetahuan dengan metode penyuluhan ini diharapkan secara rutin dilakukan. Sebab, penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan dan continue. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak hanya semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Luice, 2005). Penyuluhan menduduki peranan yang sangat penting, yang tidak dilakukan hanya secara verbalistis, melainkan dengan cara praktis.



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



27



6.1 Kesimpulan Dari kegiatan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI di posyandu Karang Agung Kecamatan Kare didapatkan hasil bahwa : 1. Proses intervensi menggunakan metode penyuluhan (slide, leaflet dan flipchart) mampu meningkatan pengatahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI di posyandu Karang Agung Kecamatan Kare. 2. Peningkatan pengetahuan ibu dapat dilihat dari meningkatnya nilai rerata pre-test 69,41 sebelum diberikan penyuluhan menjadi 93,08 untuk nilai rerata post-test setelah diberikan penyuluhan. Sehingga didapatkan peningkatan nilai rerata sebesar 23,67. 6.2. Saran 1. Metode promosi kesehatan berupa penyuluhan menggunakan slide, leaflet dan flipchart bisa menjadi pilihan yang efektif dan mudah diterima oleh masyarakat. 2. Diharapkan kegiatan promosi kesehatan mengenai ASI Eksklusif dan MP-ASI untuk memenuhi gizi 1000 HPK di kecamatan Kare dapat dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.



DAFTAR PUSTAKA Depkes. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) lokal tahun 2006. Jakarta.



28



Depkes. 2012. Penuhi Kebutuhan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. http://www.depkes.go.id/article/print/2014/penuhi-kebutuhan-gizi-pada1000-hari-pertama-kehidupan.html Hendarto, Aryono. Kumala P. 2013. Nutrisi dalam Air Susu Ibu. Buku Ajar ASI. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/nilai-nutrisi-air-susu-ibu. Jumiati. 2014. Pemberian Makanan Pendamping ASI setelah anak usia 6 bulan. Kemenkes. 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Pekan ASI Internasional. INFODATIN. Depkes RI. Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Halaman 111-114. Depkes RI Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC Puskesmas Kare. 2015. Profil Puskesmas Kare. Madiun WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department of Nutrition for Health and Development (NHD)



LAMPIRAN Lampiran 1 SOAL PRE-TEST/POST-TEST 1.



Yang dimaksud dengan inisiasi menyusui dini adalah



29



a. b.



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



Menyusui selama 6 bulan pertama Menyusui bayi dengan meletakkan bayi diatas perut ibu langsung setelah bayi lahir c. Memberikan susu formula setelah bayi lahir d. Memberikan ASI di dalam botol setelah bayi lahir Apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif a. Pemberian ASI saja tanpa penambahan apapun sejak usia 0-1 bulan b. Pemberian ASI saja tanpa penambahan apapun sejak usia 0-3 bulan c. Pemberian ASI saja tanpa penambahan apapun sejak usia 0-6 bulan d. 6 Pemberian ASI saja tanpa penambahan apapun sejak usia 0-24 bulan Manfaat minum ASI untuk bayi, kecuali a. Lebih mudah terkena penyakit infeksi b. Terhindar dari diare c. Meningkatkan perkembangan kecerdasan d. Mudah dicerna dan diserap oleh bayi Manfaat menyusui ASI bagi ibu, kecuali a. Praktis dan menghemat pengeluaran b. Membantu menunda kehamilan c. Mempercepat pemulihan kesehatan d. Meningkatkan risiko terkena kanker payudara Makanan pendamping ASI adalah a. Makanan pendamping yang diberikan saat bayi berusia 1 bulan b. Makanan pendamping yang diberikan saat bayi sudah bisa mengunyah c. Makanan pendamping yang diberikan saat ASI ibu tidak mencukupi d. Makanan pendamping yang diberikan saat bayi berusia 6-24 bulan Yang salah tentang Makanan Pendamping ASI adalah a. ASI di hentikan saat makanan pendamping diberikan b. Harus disesuaikan dengan usia bayi c. Tekstur dan jenis makanan harus bervariasi d. Memenuhi kebutuhan gizi di periode penting kehidupan anak Makanan pendamping ASI jika terlalu cepat diberikan bisa mengakibatkan a. Produksi ASI semakin banyak b. Bayi mengalami gangguan pencernaan/diare c. Mempercepat pertumbuhan dan perkembangan bayi d. Bayi lebih sehat dan gemuk Makanan pendamping ASI jika terlambat diberikan bisa mengakibatkan a. Kekurangan gizi/gangguan perkembangan b. Bayi semakin aktif c. ASI semakin banyak d. Bayi tumbuh lebih sehat



Lampiran 2 FOTO KEGIATAN



30



Lampiran 3 ABSENSI PESERTA KEGIATAN



31