Laporan Modul II Kedokteran Keluarga GIZI BURUK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MODUL 2 MASALAH KESEHATAN KELUARGA



KELOMPOK VIII ANGGOTA : MUHAMMAD FAJRI JAMIADI



10542 0299 11



ABU SALAM HAMZAH



10542 0257 11



ANDI FARAHNISA MAPPASISSI 10542 0264 11 ASRIMA



10542 0277 11



MUSFIRAH HATTA



10542 0302 11



KHAERUNNISA HIDA



10542 0292 11



PUTRI AMALIYA ALIYANI S.



10542 0319 11



ST. RAMLAH ANDARIAS



10542 0332 11



UMMU KALZUM MUSLIMIN B. 10542 0343 11 ADEK SULISTYONO



10542 0235 10



RUSLAN



10542 0239 10



DYAH SASMI KURNIA



10542 0252 10



PEMBIMBING : dr. M.Ikhsan Madjid,Ms,PKK



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014



BAB I PENDAHULUAN Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer



yang



komprehensif,



kontinyu,



mengutamakn



pencegahan,



koordinatif,



mempertimbangkan keluarga, komunitas, dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.1 Dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional dokter keluarga menempati ranah pelayanan primer sedangkan dokter spesialis menempati ranah pelayanan sekunder. Dokter keluarga sebagai penyelenggara pelayanan primer, harus bekerja keras agar dapat menyelesaikan semua jenis masalah kesehatan yang diderita pesiennya tanpa memandang jenis kelamin, sistem organ, jenis penyakit, golongan usia, dan status sosialnya. Dokter keluarga terutama bertugas meningkatkan taraf kesehatan pasien, mencegah timbulnya penyakit, segera membuat diagnosis dan mengobati penyakit yang ditemukan, mencegah timbulnya cacat, serta mengatasi keterbatasan akibat penyakit.2 Salah satu keadaan yang harus ditangani oleh dokter keluarga adalah gizi buruk yaitu keadaan gizi anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut, yaitu sangat kurus, edema minimal pada kedua punggung kaki, BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan atau LiLa < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan). Selain gizi buruk, terdapat juga keadaan balita yang disebut BGM (Bawah Garis Merah) yaitu berat badan balita hasil penimbangan yang dititikkan dalam KMS berada di bawah garis merah.3 Fenomena gizi buruk, busung lapar, dan marasmus mayoritas dialami keluarga miskin. Kemiskinan membuat orang tidak sanggup memberikan asupan gizi yang cukup terhadap bayi sehingga bayi tersebut mengalami kekurangan gizi. Masalah gizi juga dipengaruhi oleh pola asuh dan pemahaman gizi orang tua.4 Faktor-faktor lain penyebab gizi buruk adalah penyakit menular, lingkungan, akses terhadap layanan kesehatan, dan pola asuh.



Interaksi antara lingkungan dan faktor sosial seperti pendidikan, pekerjaan, perilaku merokok, menikah usia muda, dan cakupan pelayanan kesehatan yang belum optimal juga menyebabkan masalah gizi menjadi kronis.5 Riskesdas tahun 2013 menyatakan prevalensi berat-kurang pada anak balita di Indonesia menurut indikator BB/U adalah 19,6 % terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Berdasarkan indikator BB/TB prevalensi anak balita yang kurus dan sangat kurus sebesar 6,8% dan 5,3%.6 Data dari Direktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, jumlah balita yang menderita gizi buruk di Indonesia adalah 363 balita dengan jumlah penderita di Sulawesi Selatan sebanyak 132 balita, dimana terdapat 11 balita penderita gizi buruk di Kota Makassar. Dengan adanya pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu diharapkan dapat menangani masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita sehingga dapat menurunkan angka kejadiannya.



BAB II



Kasus: Seorang anak laki-laki bernama Andriansyah berusia 1 tahun 7 bulan dengan diagnosis gizi buruk. Berdasarkan berat badan dan tinggi badan terakhir yaitu masing-masing 7 kg dan 76 cm. Riwayat persalinan normal pada tanggal 14 Maret 2013 di Kota Makassar, Kelurahan Bara-baraya dengan bantuan dukun beranak.



BAB III KESEHATAN KELUARGA IDENTITAS PASIEN



No.



Nama



Umur



Jenis



Pekerjaan



Kesehatan



Kelamin 1



Andriansyah 1 Tahun 7 Laki-Laki



Gizi Buruk



Bulan



A. ANAMNESIS



1) Allo Anamnesis (Ibu kandung Andriansyah) 



Keluhan Utama : sejak 3 bulan terakhir berat Badan Andriansyah BGM di lihat dari KMS







Keluhan lain : Demam 3 hari yang lalu, muntah, mual, batuk, pilek, rewel, nafsu makan menurun, susah tidur







Tidak mendapat ASI sejak usia 4 bulan



2) Riwayat penyakit sebelumnya: 



Tidak ada



3) Riwayat penyakit keluarga : 



kakek su spek TB



4) Riwayat minum obat: 



Paracetamol



5) Riwayat pola makan 



Tidak teratur



6) Life- style 



Aktifitas fisik : Baik







Hygiene : kurang baik







Pengetahuan pasien tentang penyakit : tidak ada



7) Harapan 



Ibu berharap anak-anak nya sehat



8) kekhwatiran







ibu kurang khwatir dengan gizi serta kebersihan anaknya



9) Pemeriksaan Fisik : 



Kesadaran baik atau apati







Berat badan : 7 kg







Tinggi badan : 76 cm







IMT : 12,2 kg/m2



B. GENOGRAM



Solle



Cawang



Bakri, 25 Tahun



Mantang



Jumantang



Mia, 28 Tahun



Alif, 6 Tahun Keterangan: : Laki-laki



: Perempuan



Andriansyah, 1 Tahun



: Kakek Suspek TB



: Pasien Gizi buruk



C. FAMILY CIRCLE



Cawang



Bakri Mia



Adriansyah Alfi



D. FAMILY STRUKTUR Menurut Sussman, bentuk keluarga ini ialah traditional family yaitu keluarga yang pembentukannya sesuai atau tidak melanggar norma-norma kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersama. Sedangkan menurut GoldenBerg keluarga ini merupakan keluarga besar yang terdiri dari ibu, ayah, anak kandung serta sanak saudara lain yang tinggal bersama (nenek)



Kepala keluarga



Pasangan



Kakak



Nenek



Nama



Bakri



Mia



Alfi



Cawang



Umur



25 Tahun



28 Tahun



6 tahun



Jenis Kelamin



Laki-Laki



Perempuan



Laki-laki



Perempuan



Agama



Islam



Islam



Islam



Islam



Bangsa/Suku



Makassar



Makassar



Makassar



Makassar



Pekerjaan



Tukang Becak



Ibu Rumah



Saudara



Nenek



Tangga (IRT) Pendidikan



SD



SD



Ayah



Ibu



terakhir Hubungan keluarga



kandung andriansyah



Alamat



Bara-Baraya Utara



Bara-Baraya



Bara-baraya



Bara-baraya



Utara



Utara



utara



E. SIKLUS KELUARGA Menurut Duvall, siklus keluarga ini berada pada tahap ketiga yaitu keluarga dengan anak usia prasekolah yaitu Alfi (6 Tahun) dan Andriansyah (1 Tahun)



F. APGAR KELUARGA Penilaian



No



1



Komponen Penilaian



Adaptasi



Pernyataan



Selalu (2)



Kadang -kadang (1)



Saya puas dengan bantuan yang diberikan oleh keluarga saya jika saya berada dalam kesulitan?







Hampir tidak pernah (0)



2



Kemitraan



Saya puas dengan cara-cara yang dilakukan oleh keluarga saya dalam memberikan atau menyelesaikan masalah-







masalah, membagi kesenangan terhadap sesuatu dengan saya 3



Pertumbuhan Saya menemukan bahwa keluarga saya menerima keinginan saya untuk bertumbuh







dan berkembang atau melakukan perubahan pada diri saya 4



Kasih saying



Saya puas dengan cara keluarga saya menyatakan kasih sayang kepada saya dan cara keluarga merespon perasaan







(kegembiraan,kesedihan, dan kemarahan) saya 5



kebersamaan



Saya merasa puas dengan jumlah waktu yang kami habiskan bersama-sama dengan keluarga



Hasil penilaian: Skor 5 (keluarga kurang sehat)







G. THE MANDALA OF HEALTH



Gaya hidup Kurang



Perilaku kesehatan : hygiene keluarga dan lingkungan kurang, malas pergi berobat



Pelayanan kesehatan : jarak rumah dengan puskesmas dekat



FAMILY



Pasien menderita Gizi buruk,demam 3 hari yang lalu,muntah, mual, batuk, pilek, nafsu makan menurun.



Lingkungan,psiko sosio ekonomi: pendapatan rendah,kehidupan sosial baik,



Lingkunga kerja : tidak ada ada



Pemfis: kesadaran baik(apati). IMT : pemfis:susah tidur



Lingkungan fisik: ventilasi dalam rumah Faktor biologi: kurang, banyak barang kakek suspek bekas disembarang TB tempat,jarak kamar mandi dengan kamar mandi dengan ruang utama 2 m. Komunitas : Pemukiman padat Dan kumuh, sanitasi air buruk, anak dilingkungan sekitar juga ada yang mengalami gizi buruk



No



Masalah



1



Fungsi Biologis







Penyuluhan, pengobatan











Pemeriksaan anggota keluarga lain







Mencari penghasilan tambahan



kakek pasien menderita suspek



Upaya Penyelesaian



TB 2



Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan



dengan memanfaatkan waktu







luang



Pendapatan keluarga yang masih rendah ( kurang lebih Rp. 30.000







Motivasi untuk menabung



/ hari, kadang-kadang tidak







Menggunakan uang sesuai



menentu) 



kebutuhan



Pendapatan dalam 1 hari tidak cukup untuk membeli sembako







Keluarga tidak memiliki tabungan



3.



Faktor Perilaku Kesehatan Keluarga 



Higiene keluarga “anak” dan lingkungan kurang







4.







dan sehat 



Edukasi untuk rajin memeriksakan



Malas pergi berobat karena tidak



kesehatan anak karena komplikasi



memiliki kartu JKN



gizi buruk



Lingkungan Rumah 



Rumah yang berukuran 5x5 m,







Memperbaiki ventilasi



dan ventilasi di dalam rumah







Membuang barang yang tidak



kurang 



Banyak barang bekas di sembarang tempat







Jarak kamar mandi dengan ruang utama yaitu 2 m



5.



Edukasi mengenai perilaku bersih



Pelayanan kesehatan : 



jarak rumah dengan puskesmas dekat



terpakai 



Membersihkan rumah secara rutin



6.



Lingkungan kerja : 



7.



tidak ada ada



Komunitas 



Pemukiman padat dan kumuh







Sanitasi air yang buruk







Anak sekitar juga ada yang







Mengadakan kerja bakti minimal 1 kali seminggu







PHBS



mengalami gizi buruk



H. DIAGNOSIS HOLISTIK 1. Aspek Personal : 



Keluhan utama : Pasien mengalami gizi buruk







Keluhan lain : -



Demam sejak 3 hari yang lalu;



-



muntah 2 kali sejak 2 hari yang lalu;



-



batuk sudah dialami sejak 2 minggu;



-



beringus;



-



rewel;



-



kurang nafsu makan



2. Aspek Klinis : 



Diagnosis Klinis : ISPA dan Gizi Buruk



3. Aspek Resiko Internal 



Pola makan : pola makan pasien dan keluarga baik. Dari riwayat keluarga yang lain tidak ada yang mengalami gizi buruk







Riwayat Penyakit Keluarga : kakek pasien menderita suspek TB







Aktifitas Keluarga : Keluarga dekat kurang memperhatikan Andriansyah pada waktu sehat atau sakit



4. Aspek Resiko Eksternal 



Lingkungan : Kondisi lingkungan di dalam dan di luar rumah yang kotor



5. Aspek Derajat Fungsional 



Kualitas hidup pasien bergantung dari perawatan dan tindakan dari orang tua



I. PENENTUAN MASALAH a) Dari Segi Fungsi Keluarga Keluarga dari orang tua Andriansyah kurang memperhatikan dan memberikan dukungan moril maupun materil saat keluarga Andriansyah dalam masalah. b) Dari Segi Penyakit/Fisis Andriansyah mengalami gizi buruk dan dalam 3 hari terakhir mengalami ISPA c) Dari Segi Makanan Nafsu makan Andriansyah yang kurang, serta asupan makanan yang diberikan seperti mie instan oleh orang tuanya. Makanan tambahan dari Puskesmas berupa bubur kacang hijau dan susu kurang membantu mengatasi masalah gizi buruk yang dialami oleh Andriansyah. Hal ini memperlihatkan bahwa pengetahuan tentang gizi buruk dan asupan nutrisi masih kurang, sekalipun bertempat tinggal di kota besar.



J. RENCANA PENATALAKSANAAN a) Follow Up Pengukuran berat badan, tinggi badan dan LLA Andriansyah setiap 2 minggu di Puskesmas untuk memantau perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya. b) Pengendalian 



Langkah paling awal adalah memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet gizi buruk untuk keluarga Andriansyah







Memberikan penyuluhan gizi atau kesehatan serta melakukan demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk Andriansyah







Memberikan penyuluhan peran Puskesmas sebagai unit layanan primer adalah gratis kepada orang tua Andriansyah karena keluarga ini termasuk golongan berpendapatan rendah.



c) Tindakan 



Menyediakan tablet gizi khusus untuk Andriansyah







Pemberian makanan pendamping untuk Andriansyah oleh Posyandu







Pengaturan pola makan yang sehat untuk Andriansyah







Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan asupan makanan







Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis minimal 1 kali/bulan



d) Tindakan yang telah diberikan Puskesmas : 



Pemberian makanan pendamping (bubur kacang hijau, biskuit, dan susu)







Pemberian obat untuk penyakit ISPA yang dialami Andriansyah







Pengukuran BB dan TB







Edukasi kepada keluarga



K. DISKUSI Kelompok mendapat topik tentang gizi buruk. Wilayah yang kami kunjungi adalah bara-baraya utara. Disana terdapat sebuah keluarga yang memiliki anak yang menderita gizi buruk bernama Andriansyah. Kami melakukan anamnesis serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi bada, hasil yang didapatkan masingmasing 7 kg dan 76 cm. Dari anamnesis, selain mengalami gizi buruk, Andriansyah juga mengalami beberapa gejala dari ISPA dan sudah diberi obat. Kemudian dari Genogram, Andriansyah memiliki hubungan yang dekat dengan ibu, ayah, dan kakak, serta terdapat riwayat penyakit keluarga (kakek menderita suspek TB). Dari family circle, Andriansyah memiliki Ibu yang merupakan orang penting dan berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari struktur keluarga, Andriansyah memiliki keluarga besar yang terdiri dari ibu, ayah, kakak, dan nenek. Siklus keluarga ini berada pada tahap 3 yaitu keluarga dengan anak usia prasekolah. Dari Apgar keluarga, keluarga ini memiliki skor 5 yang menunjukkan disfungsi keluarga yang moderate, dilihat dari jawaban mengenai pertanyaan tentang kepuasaan dalam keluarga. Pada Mandala of Health, keluarga ini memiliki beberapa masalah, yaitu pada keluarga terdapat anggota keluarga yaitu pendapatan keluarga yang masih rendah sehingga keluarga tidak cukup untuk membeli sembako; higiene keluarga dan lingkungan kurang; rumah yang kurang kondusif, malas berobat dengan alasan tidak memiliki JKN, dan sanitasi air buruk. Untuk itu diperlukan upaya penyelesaian meliputi, edukasi mengenai hidup sehat dan bersih, serta pergi memeriksakan kesehatan anak di Puskesmas jika sakit. Dari diagnosis holistik, pada aspek personal dan Klinis, Andriansyah mengalami gizi buruk dan ISPA. Pada aspek resiko internal , keluarga memiliki pola makan yang baik dan tidak ada keluarga lain yang memiliki riwayat gizi buruk. Kemudian



keluarga dekat kurang memperhatikan Andriansyah pada waktu sehat atau sakit. Pada aspek resiko eksternal kondisi lingkungan di dalam dan di luar rumah kotor. Pada aspek derajat fungsional, kualitas hidup pasien bergantung dari perawatan dan pola asuh dari orang tua. Dilihat dari segi fungsi keluarga , keluarga dari orang tua Andriansyah kurang memperhatikan dan memberikan dukungan moril maupun material. Adapun rencana penatalaksanaan meliputi follow up, yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan dan LLA Andriansyah setiap 2 minggu di Puskesmas untuk memantau perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya. Lalu Pengendalian meliputi, penyuluhan gizi dan konseling diet gizi buruk, melakukan demonstrasi cara menyiapkan makanan, memberikan penyuluhan mengenai peran Puskesmas sebagai unit layanan primer bahwa pelayanan Puskesmas gratis untuk golongan berpendapatan rendah. Kemudian tindakan berupa, menyediakan tablet gizi khusus, pemberian makanan pendamping oleh Posyandu, pengaturan pola makan yang sehat, melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan asupan makanan dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis minimal 1 kali/bulan. Adapun Tindakan yang telah diberikan Puskesmas yaitu, pemberian makanan pendamping (bubur kacang hijau, biskuit, dan susu), pemberian obat untuk penyakit ISPA yang dialami Andriansyah, pengukuran BB dan TB.



L. KESIMPULAN



Status Gizi, terutama pada balita merupakan salah satu indicator untuk menilai pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Makanan yang dikonsumsi



secara



normal



melalui



proses



digestif,



absorbsi,



transportasi,



penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup, pertumbuhan dan perkembangan otak serta fisik akan lambat. Oleh karena itu, balita yang mengalami gizi kurang-buruk sebaiknya mendapat perhatian khusus terutama dari keluarga dalam pola asuh dan konsumsi. Pelayanan



kesehatan dari pemerintah seperti, Rumah Sakit, Puskesmas, dokter, dan petugas kesehatan lainnya juga memainkan peran penting dalam pengobatan pasien.



LAMPIRAN



Gambar : Ketika penimbangan BB dan pengukuran TB Andriansyah



Gambar : Tampak kondisi dalam rumah Andriansyah



Gambar : Tampak kondisi di lingkungan sekitar rumah Andriansyah



DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2014. Dokter Keluarga. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2. Wonodirekso, Sugito. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga Meningkatkan Kadar Kesejahteraan dan Profesionalisme. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedomen Pelayanan Anak Gizi Buruk 4. Anonim. 2014. Indonesia Masih Dihantui Kasus Gizi Buruk. Indonesia Fight Poverty. Diakses tanggal 12 November 2014. 5. Kementerian Kesehatan Republik indonesia. 2010. Anak Dengan Gizi Baik Menjadi Aset dan Investasi Bangsa Di Masa Depan. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Dipublikasikan pada Selasa, 14 Desember 2010. 6. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI