Laporan Pemicu 3 Blok 10 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU BLOK 10 SISTEM STOMATOGNASI PEMICU 3 ” NGGAK PE-DE BICARA DENGAN ORANG LAIN”



Disusun Oleh: Devita Alamanda 190600079



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



LATAR BELAKANG Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik



hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Angka kejadian Diabetes mellitus meningkat dalam beberapa dekade. Secara umum diperkirakan sebanyak 422 juta dewasa terdiagnosis Diabetes mellitus pada tahun 2014, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 1980 (sebanyak 108 juta jiwa). Hal ini mungkin disertai dengan peningkatan faktor risiko seperti obesitas dan gaya hidup sedentary (kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seseorang yang tidak banyak melakukan aktifitas fisik atau tidak banyak melakukan gerakan). Di Indonesia sebanyak 2,1 % terdiagnosis DM (RISKESDAS 2013) dengan prevalensi usia paling banyak terdiagnosis pada usia 55 – 64 tahun. Gejala klasik dari DM meliputi 3P , yaitu poliuri (banyak buang air kecil terutama malam hari), polidipsi (mudah haus), poliphagi (mudah lapar). Gejala tidak spesifik lain yang juga dapat muncul pada penderita DM antara lain penurunan berat badan secara cepat, mudah lelah, kesemutan pada kaki dan tangan, gatal – gatal, penglihatan menjadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, atau penyakit kulit akibat jamur terutama pada daerah lipatan kulit.



1.2.



DESKRIPSI TOPIK



Narasumber : Dr. Filia Dana T, drg., M.Kes.; Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., Sp. PMM; Rehulina, drg., M.Si. Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke praktik dokter gigi, dengan keluhan gusi sering mengalami pembengkakan, berdarah, nafas berbau dan tidak nyaman, gigi goyang, mulut kering dan selalu terasa haus, serta sering buang air kecil. Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 32-3141-42 mobility grade 2, mulut kering dan kebersihannya buruk. Terlihat adanya plak supra dan 1



subgingiva, gingiva berwarna merah, mudah berdarah dan sakit. Terlihat juga adanya atrofi papila lidah. Hasil pemeriksaan laboratorium didapati kadar gula darah 400 mg/dL. Dokter mencurigai adanya kelainan patologis klinis. Untuk mendukung pemeriksaan klinis dilakukan foto rontgen; dari pemeriksaan tersebut ditemukan adanya resesi tulang alveolar pada regio rahang bawah anterior. Pertanyaan : 1. Jelaskan penyakit sistemik yang diderita pasien pada kasus di atas. 2. Apakah ada hubungan antara penyakit sistemik tersebut dengan saliva ? Jelaskan. 3. Apakah ada hubungan antara penyakit sistemik tersebut dengan gigi ? Jelaskan. 4. Bagaimana patogenesis kekurangan saliva pada kasus di atas ? Apa namanya ? 5. Bagaimana hubungan antara saliva dengan TLA/ TLM pada kasus di atas ? Beri alasan. 6. Jelaskan pengaruh kondisi penyakit sistemik tersebut dengan sensitivitas pengecapan. 7. Jelaskan pengaruh usia pasien terhadap kondisi saliva dan kelainan gigi pada kasus di atas. 8. Bagaimana gambaran perubahan histopatologi jaringan mukosa oral pasien tersebut di atas. Jelaskan !



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1.



PENYAKIT SISTEMIK YANG DIDERITA PASIEN PADA KASUS DI ATAS. Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan



gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Penyakit ini ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl. Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut diabetes melitus yaitu : poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus yaitu : kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien tersebut, dapat diketahui bahwa kadar gula darah 400mg/dl (hiperglikemia). Selain itu, pasien juga sering membuang air kecil (poliuria) dan sering merasa haus. Dapat diketahui juga bahwa pasien menderita xerostomia, gingiva pasien tersebut mengalami pembengkakan, resesi pada tulang alveolar, serta atrofi pada papila lidah. Hal tersebut merupakan indikasi dari adanya penyakit sistemik yaitu Diabetes Melitus Tipe II.1



2.2.



HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SISTEMIK TERSEBUT DENGAN SALIVA ? Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang dikarakteristikkan oleh



tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin, atau kombinasi keduanya. Berdasarkan beberapa penelitian, terlihat bahwa pasien penderita penyakit diabetes melitus juga akan mengalami berbagai macam komplikasi pada kesehatan rongga mulutnya, yaitu berupa inflamasi (peradangan) seperti gingivitis, periodontitis, dan masalah terhadap sekresi aliran saliva berupa xerostomia.



3



Xerostomia merupakan keluhan subjektif berupa mulut kering yang terjadi akibat penurunan laju aliran saliva yaitu kurang dari atau sama dengan 0,15 ml/menit, biasanya penderita mengeluh kesulitan mengunyah, menelan, berbicara, gangguan pengecapan dan rasa sakit pada lidah.6,7 Xerostomia juga dapat mengakibatkan gigi karies, erythema mukosa oral, pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis, inflamasi atau ulser pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi pada rongga mulut. Xerostomia terjadi sekitar 40-80% pada pasien diabetes melitus yang dikaitkan dengan penurunan laju aliran saliva, dikarenakan adanya peningkatan diuresis yang berhubungan dengan penurunan cairan ekstraseluler akibat dari hiperglikemia sehingga berefek langsung pada produksi saliva.2,3



2.3.



HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT SISTEMIK TERSEBUT DENGAN GIGI ? Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh dimana hormon insulin



tidak bekerja sebagai mana mestinya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi. Beberapa manifestasi diabetes mellitus pada rongga mulut adalah gingivitis dan periodontitis. Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien 4



mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas. Menurut teori yang saya dapatkan hal tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah berdarah.4



2.4.



PATOGENESIS KEKURANGAN SALIVA PADA KASUS DI ATAS ? Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom dari kedua sistem saraf, parasimpatis dan



simpatis dan melalui reseptor spesifik yang terdapat pada kelenjar saliva. Stimulasi pada saraf simpatis akan mempengaruhi kadar dan komposisi protein, tetapi stimulasiparasimpatis bekerja meningkatkan volume sekresi saliva.Sistem saraf otonom baik parasimpatis dan simpatis bekerja secara sinergis pada kelenjar saliva mengatur sekresi cairan dan protein. Serostomia adalah istilah yang digunakan untuk sensasi mulut kering secara subjektif. Serostomia ini merupakan kombinasi tanda dan gejala yang terkait dengan penurunan sekresi kelenjar saliva. Penyebab serostomia yang paling umum adalah penggunaan obat-obat xerogenik, radioterapi kepala dan leher, dan penyakit sistemik. Salah satu penyakit dan obat yang dapat menyebabkan penurunan aliran saliva adalah diabetes dan obat-obatan antidiabetes. Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronisyangdikarakteristikkan dengan hiperglikemia yang disebabkan gangguan produksi insulin, aksi insulin atau keduanya. Diabetes melitus dan obatobatan antidiabetes dapat mempengaruhi mulut dan kelenjar saliva. Umumnya, perubahan stomatologi pada penderita DM tipe 2 meliputi serostomia dan hiposalivasi. 5 Dehidrasi yang disebabkan oleh hiperglikemia berkepanjangan dan poliuria diduga sebagai penyebab utama serostomia dan hipofungsi kelenjar saliva pada pasien DM. Dua komplikasi degeneratif yang sering terjadi pada pasien DM, yaitu neuropati saraf otonom dan mikroangiopati diduga juga berkontribusi kepada berkembangnya perubahan struktur jaringan kelenjarsaliva sehingga hipofungsi kelenjar ini dipengaruhi oleh inervasi saraf otonom dan perubahan mikrosirkulasi pada jaringan kelenjar saliva.5



2.5.



HUBUNGAN ANTARA SALIVA DENGAN TLA/ TLM PADA KASUS DI ATAS ? Traffic Light Matrix adalah suatu model tabel pemeriksaan isyarat lampu lalu lintas dengan



warna merah, kuning dan hijau pada kolomnya. Hasil pemeriksaan dicatat pada kolom sesuai 5



dengan kriteria yang sudah disediakan, misalnya pH saliva tanpa stimulasi didapatkan