Laporan Pendahulua Hidrosefalus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



Konsep Dasar Penyakit 1.



Definisi Menurut



Suriadi,(2016)



Hidrocepalus



adalah



akumulasi



cairan



serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural, Sedangkan menurut Darto Suharso, (2009) Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Menurut Dwita( 2017) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak. Sedangkan menurut Suriadi, (2010) Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruanganruangan tempat aliran cairan serebrospinalis. Menurut pendapat lain Suharso D, (2009) Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Menurut pendapat Nining,(2008) Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular.



Dari beberapa pendapat di atas jadi dapat disimpulkan Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran di ruangan – ruangan tempat aliran cairan serebrospinal. 2.



Epidemiologi Data epidemiologi mengenai hydrocephalus di Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan Isaacs et al., hydrocephalus paling banyak terjadi pada bayi, neonatus dan anak-anak (77%) dibandingkan orang dewasa (10%) dan lansia (13%). Negara maju dengan rerata penghasilan yang lebih tinggi memiliki insidens yang lebih rendah. Selain itu, 80% bayi dengan gangguan neural tube selanjutnya mengalami hydrocephalus. Prevalensi hydrocephalus secara keseluruhan di dunia mencapai 84,7 per 100.000. Insidensi hydrocephalus kongenital mencapai 3-4 per 1.000 kelahiran hidup. Terdapat sekitar 100.000 implantasi shunting dilakukan setiap tahunnya pada



negara-negara



berkembang.



Insidensi normal



pressure



hydrocephalus (NPH) adalah 0,2-5,5 per 100.000 orang per tahun dengan prevalensi 0,003% pada usia 65 tahun. 3.



Penyebab Hidrosefalus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak. Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak dan membuat tekanan dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yang meliputi:



a. Aliran cairan otak yang tersumbat. b. Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya. c. Penyakit atau cedera pada otak, yang memengaruhi penyerapan cairan otak. Hidrosefalus bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan, atau beberapa saat setelah dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi tersebut, di antaranya: a. Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur b. Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, sehingga menyumbat aliran cairan otak. c. Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin, misalnya rubella atau sifilis. Di samping itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada semua usia, yaitu: a. Tumor di otak dan saraf tulang belakang. b. Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke. c. Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis. d. Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak. 4.



Patofisologi Menurut pendapat Harsono (2015). Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel. Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya ke ruang



subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya hidrosefalus, yaitu: a. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari hipervitaminosis vitamin A. b. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab terjadinya keadaan patologis ini, yaitu: 1) Malformasi yang menyebabkan penyempitan saluran likuor, misalnya stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari. 2) Lesi massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor, misalnya tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom. 3) Proses inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal, fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid. c. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri. Dari penjelasan di atas maka hidrosefalus dapat diklasifikasikan dalam beberapa sebutan diagnosis. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, sedangkan hidrosefalus eksterna menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus komunikans adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga subarakhnoid otak dan spinal, sedangkan hidrosefalus non-komunikans yaitu suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke



rongga subarakhnoid. Hidrosefalus obstruktif adalah jenis yang paling banyak ditemui dimana aliran likuor mengalami obstruksi. Terdapat pula beberapa klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktu onsetnya, yaitu akut (beberapa hari), subakut (meninggi), dan kronis (berbulan-bulan). Terdapat dua pembagian hidrosefalus



berdasarkan



gejalanya



yaitu



hidrosefalus



simtomatik



dan



hidrosefalus asimtomatik. 5.



Gejala Klinis Darsono, (2005) mengatakan bahawa Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu : a. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsumnasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena- vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. b. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu



tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena- vena superfisial menonjol, Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon). 6. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum: Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami penurunan kesadaran (GCS