Laporan Pendahuluan Abortus Poli Kandungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS



Di Susun Oleh: Wahyu Eka Wijayanti,S.Kep 163220075



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2019



LEMBAR PENGESAHAN Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Ny.I dengan diagnosa Nyeri di Ruang Poli Kandungan RSUD Dr. Sayidiman Magetan, telah disetujui dan disahkan sebagai laporan praktek klinik yang di laksanakan pada tanggal 27 maret 2019 s/d 29 maret 2019.



Magetan, 27 Maret 2019 Mahasiswa



WAHYU EKA WIJAYANTI,S.Kep 163220075



Mengetahui Kepala Ruang IRNA III



Pembimbing Ruang IRNA III



RSUD Dr. Sayidiman Magetan



RSUD Dr. Sayidiman Magetan



Wawan Mariatun,Sst



Wawan mariatun,Sst



Nip :



Nip :



Pembimbing Pendidikan INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG



2



LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS



A. KONSEP DASAR ABORTUS 1. Definisi Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006) Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010) Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi medis. 2. Etiologi 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang



3



sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus. 2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun. 3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. 4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim. 5. Trauma Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali. 6. Faktor-faktor hormonal Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon. 7. Penyebab dari segi Janin a. Kematian janin akibat kelainan bawaan. b. Mola hidatidosa. c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.



4



3. Manifestasi Klinik Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009) Secara umum terdiri dari: 1.



Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.



2.



Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,



tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. 3.



Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.



4.



Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang



akibat kontraksi uterus. 4. Klasifikasi a. Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi : 1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut). 2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit) 3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan)Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan). b. Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.



5



c. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya. d. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan. Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain : a.



Abortus Komplet Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.



b. Abortus Inkomplet Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal. c. Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim. d. Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim. e. Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam



6



kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan. f. Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih. 5. Patofisilogi Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti



7



daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus) Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006). 6. Penanganan 1. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral. 2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak 3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan 4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu. 5. Jika anemia berat berikan transfusi darah. 6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.



8



7. Pemeriksaan Pemeriksaan Ginekologi 1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva. 2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. 3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus. 2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup. 3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital. 4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea. 7. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan



9



8. Komplikasi 1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. 3. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat. 4. Infeksi Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,



jamur,



Trichomonas



vaginalis,



sedangkan



pada



vagina



ada



lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,



Streptococci



anaerob,



Staphylococcus



aureus,



Streptococcus



hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah



10



Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas. 9. Patways



11



KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat 1. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang 2. Riwayat kesehatan , a. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. b. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya. c. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. d. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya



12



e. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 3. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 4. Pemeriksaan fisik, meliputi : Inspeksi Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya Palpasi Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal Perkusi Auskultasi 5. Pemeriksaan laboratorium : Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.



13



6. Data lain-lain : Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.



B.



Diagnosa Keperawatan Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam jumlah berlebih 2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin



C. Intervensi Keperawatan No



1.



Diagnosa



Tujuan dan Kriteria Intervensi



Keperawatan



Hasil



Kekurangan volume Tujuan: cairan dengan



Observasi TTV



berhubungan Setelah



selama



Mengetahui



dilakukan



kehilangan tindakan



vaskuler berlebih



Rasional



keperawatan 3



x



terpenuhi



umum klien Posisikan



ibu



Menjamin keadekuatan



24 jam dengan tepat (semi darah cairan fowler)



volume



panggul Berikan cairan



Pasien mengungkapkan tidak



14



harian



yang



tersedia



untuk otak, peninggian



dengan



kriteria hasil:



keadaan



sejumlah pengganti



menghindari



kompresi vena Pendarahan



dapat



berhenti dengan reduksi



lemah,



dan



tidak



Laporkan serta catat aktivitas



merasa haus lagi



jumlah



dan



sifat



Mukosa bibir lembab



kehilangan darah Untuk



Turgor kulit normal



mengetahui



perkiraan banyak nya



Mata tidak cekung



kehilangan darah 2.



Nyeri



berhubungan Tujuan:



dengan dilatasi



Setelah



Observasi TTV dilakukan



serviks,



trauma tindakan 3 x 24 jam



jaringan



dan nyeri teratasi dengan



Untuk



mengetahui



keadaan umum klien Meningkatkan koping Lakukan



pengkajian



klien dalam mengatasi nyeri



kontraksi uterus



kriteria hasil:



nyeri



Pasien tidak mengeluh



Untuk



mengetahui



nyeri lagi



lokasi nyeri, skala, dan



Skala nyeri berkurang



intensitasnya



(