Laporan Pendahuluan BBL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR (BBL)



Disusun Oleh : Annisa Abidin 2214901006



POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS TAHUN 2022



A. Definisi Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0 - 28 hari (Mega, 2020). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba, 2012). Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Deasy, kk., 2020). Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu, berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance Pulse Grimace Activity Respiration (APGAR) >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik (Armini, 2017). B. Klasifikasi Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Ni Wayan, 2021). yaitu : 1. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya : a) Kurang bulan (preterm infant) : 4000 gram b) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu c) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih 2. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir: a. Berat lahir rendah : 4000 gram b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram c. Berat lahir lebih : >4000 gram 3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) : a. Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB) b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK) C. Anatomi Fisiologi



Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus darikehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus.Beberapa perubahan fisiologi yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu : 1. Sistem Pernafasan Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi (Rahardjo dan Marmi, 2015). Tabel 1 Perkembangan Sistem Pulmonal Sesuai Umur Kehamilan Umur Kehamilan Perkembangan 24 hari Bakal paru-paru terbentuk 26-28 hari Dua bronchi membesar 6 minggu Di bentuk segmen bronkus 12 minggu Differensial lobus 24 minggu Dibentuk alveolus 28 minggu Dibentuk surfaktan 34-36 minggu Maturasi struktur (Paru-paru dapat mengembangkan sistem alveolidan tidak mengempis lagi) Sumber : Rahardjo. Asuhan Neonatus, Bayi, Baluta dan Anak Prasekolah Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru- paru bayi. Rangsangan gerakan pernapasan pertama : a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (Stimulasi mekanik). b) Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi). c) Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus (stimulasi sensorik). Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga tertahan di dalam.Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paruparu kaku sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adannya kelanjutan metabolisme anaerobik. 2. Sirkulasi darah Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir,



3.



4.



5.



6.



7.



paru akan berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama.Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit /m2. Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus arteriosus (Indrayani, 2013). Metabolisme Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.Setelah mendapat suhu < pada hari keenam, energy 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Indrayani, 2013). Keseimbangan air dan fungsi ginjal Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena: a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa b) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal c) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa (Indrayani, 2013). Imunoglobulin Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan Purwoastuti, 2015) Truktus digestivenus Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap dan menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani, 2013). Hati Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar



untuk menghilangkan bekas penghancuran dalam peredaran darah (Rahardjo dan Marmi, 2015). Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu yang lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasihati pada neonatus juga belum sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Indrayani, 2013). D. Tahapan Bayi Baru Lahir 1. Tahap I : terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. 2. Tahap II : di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku. 3. Tahap III : disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. E. Etiologi 1. His (Kontraksi otot rahim) 2. Kontraksi otot dinding perut 3. Kontraksi diagfragmma pelvis atau kekuatan mengejan 4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum F. Tanda Bayi Normal 1. Bb 2500-4000 gr 2. Pb lahir 48-52 cm 3. Lingkar dada 30-38 cm 4. Lingkar kepala 33-35 cm 5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 x/menit, kemudian menurun 6. Sampai 120 x/menit atau 140 x/menit 7. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 180 x/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit 8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi 9. Vernic caseosa 10. Rambut lanugo setelah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna 11. Kuku agak panjang dan lemah 12. Genetalia labia mayora telah menutup, labia minora (pada perenpuan) testis sudah turun (pada anak laki-laki) 13. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik 14. Reflek moro sudah baik, apabila bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk 15. Gerak reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas telapak tangan bayi akan menggenggam atau adanya gerakan reflek



16. Eliminasi baik, urine dan meconium akan keluar dalam 24 jam pertama. Mecoium berwarna kuning kecokelatan. G. Komplikasi 1. Sebore 2. Ruam 3. Moniliasis 4. Ikterus fisiologi 5. Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya reflex mata 6. Kardiovaskular : penurunan tekanan darah secara berangsur 7. Pernafasan : menurunnya konsumsi oksigen 8. Saraf dan otot : tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer H. Patofisiologi Adaptasi fisiologis baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi : 1. Sistem pernafasan Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernafasan pada neonatus biaasanya pernafasan diagfarma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30-60 x/menit. 2. Jantung dan sirkulasi darah Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat. Dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru. Dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat. 3. Saluran pencernaan Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama. 4. Hepar Fungsi hepar janin dalam kandungan setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk menindakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Urin Difosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrigerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. 5. Metabolisme Pada jam -jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. 6. Produksi panas Pada neonatus yang mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran "brown fat" (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa. 7. Kelenjar endokrin Kelenjar tiroid yang sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum akhir.



8. Keseimbangan air dan ginjal Tubuh bayi mengandung banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. 9. Susunan saraf Gerakan menelan pada janin, sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 Minggu dapat hirup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya. 10. Imunologi Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan asi 11. Sistem integumen 12. Sistem hematopoiesis 13. Sistem skeletal Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harus simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis yg telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan. (Armini, 2017). I. Pathway



J. Pemeriksaan Penunjang 1. Sel darah putih 1800/mm. 2. Neutropil meningkat sampai/ hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis). 3. Hemoglobin 15-20 g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia). 4. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar gula menunjukkan anemia/ hemoraghi prenatal). 5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 6. Detrosik : tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata mg/dl, meningkat mg/dl pada hari ke 3.



K. Penatalaksanaan Medis Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS) Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi Asuhan bayi baru lahir meliputi : 1. Pencegahan infeksi (PI) 2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan : a) Apakah kehamilan cukup bulan? b) Apakah bayi menangis atau bernapas/ tidak mengap-mengap ? c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ? jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013). 3. Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013). 4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan



asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013). 5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). 6. Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013). 7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal di paha kiri Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi. Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir. 8. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 9. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4- 7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 10. Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi L. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung Data Etiologi DS : Ketidakadekuatan DO : kulit memerah, pertahanan tubuh sekunder sianosis, bunyi napas



Masalah Risiko Infeksi (D.0141)



menurun, frekuensi napas berubah DS : Tidak ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga DO : bayi berada di dalam incubator, daya hisap lemah, bayi gerak hanya saat tidak nyaman, lapar dan saat ada rangsangan, selebihnya tidur DS : DO : gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah DS : DO : intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus, bayi menangis saat disusui, bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui, menolak untuk menghisap



Kurangnya lapisan lemak subkutan



Risiko hipotermi (D.0140)



Spasme jalan nafas



Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)



Tidak rawat gabung



Menyusui tidak efektif (D.0029)



M. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder 2. Risiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas 4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung



N. Tujuan Rencana Keperawatan dan Kriteria Hasil No. Diagnosis Keperawatan Tujuan 1. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 3x24 jam pertahanan tubuh sekunder maka, diharapkan tingkat infeksi menurun , dengan kriteria hasil : 1. Kebersihan tangan meningkat 2. Demam menurun 3. Kemerahan menurun



2.



Risiko hipotermi berhubungan dengan kurangnya lapisan lemak subkutan



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil : 1. Mengigil menurun 2. Suhu tubuh membaik 3. Suhu kulit membaik



3.



Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka bersihan jalan napas



Intervensi Pencegahan Infeksi Observasi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal Terapeutik - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien - Batasi jumlah kunjungan - Pertahankan teknik aseptic Kolaborasi - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal imunisasi kembali - Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang menyediakan vaksin gratis Manajemen Hipotermia Observasi - Monitor suhu tubuh - Identifikasi penyebab hipotermia - Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia Terapeutik - Sediakan lingkungan yang hangat - Ganti pakaian dalam atau linen yang basah - Lakukan penghangatan pasif - Lakukan penghangatan aktif - Lakukan penghangatan aktif internal Pemantauan Respirasi Observasi - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas - Monitor pola napas



meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Sianosis menurun 2. Frekuensi napas membaik 3. Pola napas membaik



4.



Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka status menyusui membaik, dengan kriteria hasil : 1. Bayi rewel menurun 2. Intake bayi membaik 3. Hisapan bayi membaik 4. Suplai ASI adekuat



- Moniotr adanya sumbatan jalan napas - Auskultasi bunyi napas - Monitor saturasi oksigen Terapeutik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien - Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Promosi ASI Ekslusif Observasi - Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu pada antenatal, intranatal dan postnatal Terapeutik - Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau rooming in - Gunakan sendok dan cangkir jika bayi belum bisa menyusu - Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama kegiatan menyusui berlangsung - Diskusikan dengan keluarga tentang ASI ekslusif Edukasi - Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi - Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI - Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI - Anjurkan ibu memberikan nutrisi kepada bayi hanya dengan ASI - Anjurkan ibu menjaga produksi ASI dengan memerah, walaupun kondisi ibu atau bayi terpisah



O. Daftar Pustaka Armini, N.W., Sriasih, NG.K., dan Marhaeni, G.A. 2017, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Deasy, dkk (2020).Ilmu kuliah : Ilmu kesehatan Anak. Medan : Yayasan kita menulis Dewi, M. P., & Mahmudah, M. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pentingnya Kolostrum Bagi Bayi Baru Lahir Di RB Rahayu Tawangmangu Karanganyar. Maternal, 4(04). https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/article/view/140 Indrayani, T., & Fatimah, S. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu Dan Media Informasi Dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari Pada bayi baru lahir di BPM Hj. Darmis syaiful Jakarta Timur. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(1), 195-204. https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/ Lissauer. (2013). Perawatan tali pusat kering pada bayi. http:Kesehatan RI/2013/12/ infeksi-tali-pusat.html Manuaba, I.B.G. 2012, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta Mega Cahyani, P. N. L. S., Yuni Gumala, S. K. M., Made, N., Suarjana, S. K. M., & Made, I. (2020). Hubungan Konsumsi PUFA Dengan Status Gizi Dan Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Yayasan Bumi Sehat (Doctoral dissertation, Jurusan Gizi). Ni Wayan Metriani, N. W. (2021). Gambaran Kejadian Infeksi Bayi Baru Lahir Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Jurusan Kebidanan 2021). PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. Rahardjo, K., Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Walyani ES dan Purwoastuti E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press