Laporan Pendahuluan CA Esofagus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN “CARSINOMA ESOFAGUS” I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Esofagus merupakan organ berupa tabung muskular yang berfungsi dalam transport bahan-bahan yang di telan. Panjangnya kira-kira 24 cm, menghubungkan faring yang terletak sekitar vertebral servikal 6, dan esophagogastric junction yang berada tepat di bawah diafragma pada ketinggian vertebra torakal 11. jika dihitung dari gigi seri ( incisivus ) panjang esofagus ini kira-kira 40 cm. Untuk kemudahan, biasanya esofagus dibagi menjadi tiga daerah anatomis yaitu sepertiga atas, tengah dan bawah. Sepertiga atas adalah bagian esofagus sampai vena pulmonalis inferior, dan sepertiga bawah adalah esofagus sampai esophagogastric junction. Mukosa esofagus terdiri atas epitel berlapis gepeng ( stratified squamous epithelium ) yang merupakan kelanjutan dari mukosa faring, lamina propria berupa jaringan ikat longgar yang berada langsung di bawah epitel, dan lamina muskular mukosa. Daerah esophagogastric junction ditandai dengan perubahan mendadak epitel berlapis gepeng yang berwarna pucat pada esofagus menjadi epitel torak yang berwarna merah tua pada kardia yang mudah dikenali. Daerah perbatasan ini tampak sebagai garia yang iergular atau bergerigi, disebut Zig-Zag line atau Z-line yang dalm keadaan normal berada pada lower esophageal sphincter ( LES ).



Di bawah mukosa terdapat lapisan submukosa yang terdiri atas serat elastik dan kolagen. Lapisan muskular pada 50% sampai 60% bagian bawah esofagus merupakan otot polos, pada 5% bagian proksimal adalah otot skelet, sisanya berupa campuran otot polos dan otot skelet. Karsinoma esofagus adalah kanker pada daerah esofagus yang merupakan pembuluh terselubung karena pada stadium awal tidak menimbulkan keluhan sedangkan pada saat ada keluhan umumnya sudah terjadi metastasis. Harapan terbaik untuk pengelolaannya adalah jika tumor ditemukan pada seseorang yang mengalami ovulasi untuk suatu sebab. Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi. B. Etiologi Pada karsinoma esofagus tidak diketahui adanya satu faktor tunggal tertentu sebagai terjadinya kanker ini. Aneka ragam faktor penyebab diperkirakan berperan dalam etoipatogenesis kanker tersebut yaitu faktor lingkungan, faktor diet, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, iritasi kronik pada mukosa, dan kultural. Faktor resiko terjadinya karsinoma esofagus : 1. Lingkungan: Lokasi geografis Kadar molibdium dalam tanah yang rendah



Kadar garam dalam tanah Suhu 2. Diet Aflatoksin Asbestosis Defisiensi vit. A, vit. E dan vit C, riboflavin, niasin, dan zink 3. Kebiasaan Alkohol Rokok 4. Iritasi kronik pada mukosa oleh faktor fisis Radiasi Akalasia Skleroterapi injeksi 5. Kultural Status ekonomi – sosial Ras C. Tanda dan Gejala Walaupun belum ada gejala sama sekali, gejala-gejala adanya esofagus dapat dideteksi secara dini dengan cara mengukur kandungan protein yang diambil dari cairan lendir esofagus. Esofagus salah satu organ tubuh berupa saluan termasuk saluran cerna atas. Bagian ini merupakan saluran tersempit dari pencernaan dan yang masih menyempit lagi. Bagian – bagian saluran yang menyempit seperti ini penting diperhatikan, Terutama ketika memasukkan instrumen untuk endoskopi.



Kanker esofagus biasanya sulit untuk didiagnosa pada tahap dini. Kesulitan ini disebabkan oleh sedikitnya gejala yang ditemui. Kesulitan menelan bukan merupakan gejala ini walaupun spesifik untuk kelainan saluran cerna atas. Jika keluhan itu disertai dengan adanya heartburn (perasaan panas atau terbakar ketika makanan masuk ke dalam saluran esofagus) dan refruk 9 efek panas akibat pengaruh dari enzim-enzim pencernaan maka ini dapat mengarahkan dugaan adanya kanker tersebut. Keluhan yang uncul pada kasus tumor esofagus jinak adanya kesulitan menelan dan pendarahan. Sedangkan pada kasus tumor esofagus malignan (jenis ganas) adalah kesulitan menelan yang terus bertambah parah atau progesif. Awal gejala biasanya disertai rasa takut terdesak saat menelan, dan rasa nyeri menjalar yang diikuti dengan penurunan berat badan karena nafsu makan berkurang. Gejala lainnya adalah nyeri dalam bentuk tekanan pada heartburn, turunnya berat badan, neri atau rasa tak nyaman dalam kerongkongan atau punggung, dan nyeri di belakang tulang dada atau di antara tulang belikat, odinofagia, muntah, suara menjadi serak, batuk, reguitasi, sindrom horner, sindrom vena kava superior, efusi pleura maligna, asites maligna, pembesaran kelenjar supraklavikula / sevikal. Disfagia merupakan gejala paling sering ditemukan, esofagus mudah berdistensi sehingga pasien baru menyadari adanya kelainan jika hampir separuh diameter lumen esofagus sudah terkena. Odinofagia (nyeri saat menelan) ditemukan lebih jarang dibandingkan disfagia. Nyeri terasa



terus-menerus, tidak bersifat tajam / seperti ditusuk, nyeri menyebar ke punggung. Adanya suara serak menandakan invasi ke N. Laringeus rekurens atau aspitasi kronik. Batuk kronik dapat terjadi karena aspirasi kronik atau fistula trakeoesofageal yang pada gilirannya juga mengakibatkan batuk batuk selagi menelan. D. Patofisiologi Komplikasi pulmonal lainnya yang sering terjadi adalah pneumonia. Perdarahan pada tumor mengakibatkan anemia defisiensi besi, atau hematemesis dan melena. Terjadi akibat invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor. Selain itu, komplikasi dapat timbul karena terapi terhadap tumor. Invasi oleh tumor sering terjadi ke struktur di sekitar mediastinum. Invasi ke aorta mengakibatkan perdarahan nasif, ke perikardium terjadi tamporade janung, atauvena superior. Invasif ke serabut saraf menyebabkan suara serak atau disfagia. Invasi ke saluran nafas mengakibatkan fistula trakeoesofageal dan esofagopulmonal, yang merupakan komplikasi serius dan pogresif mempercepat kematian. Sering terjadi obstruksi esofagus dan menimbulkan komplikasi yang paling sering terjadi yaitu pneumonia aspirasi yang pada gilirannya menyebabkan abses paru – paru dan empiema. Selain itu, juga dapat terjadi gagal nafas yang disebabkan oleh obstruksi mekanik atau darah.



Perdarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan anemia defisiensi besi sampai perdarahan akut masif. Pasien sering tampak malnutrisi, lemah, emasiasi, dan gangguan sistem imun yang kemudian akan menyulitkan terapi. Pada



kanker



esofagus,



adanya



limfadenopati,



hepatomegali,



pneumonia, dan sindrom horner menunjukkan bahwa kankernya sudah stadium lanjut. Lifodenopati dijumpai di daerah servikal. E. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD) dengan biopsi dan sikatan. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker tellah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esofagus ujung bawah mungkin berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yng meluas ke atas esofagus. F. Penatalaksanaan Hasil pemeriksaan jasmani jarang dapat membantu menegakkan diagnosis kanker esofagus, tetapi penemuan adanya kelainan fisis akan bermanfaat dalam menentukan prognosis. Di dalam menentukan diagnosis dapat dilakukan dengan :



Pencitraan Pada foto dada, air-fluid level di daerah mediastinum menunjukkan adanya cairan yang tertahan di dalam lumen esofagus yang berdilatasi. Mungkin terdapat kelainan lain berupa metastasis tumor di paru-paru, metastasis ke tulang, pneumonia, pneumoperikardium, deviasi trakea, efusi pleura dan limfadenopati. Esofagografi memakai barium sering merupakan prosedur pertama dan penting dalam diagnosis dan penentuan stadium kanker. Lokasi tumor, panjangbesi, dan kelainan – kelainan sekitar tumor dapat dinilai melalui pemeriksaan esofagus dengan memggunakan barium. CT scan memperlihatkan



stadium,



resektabilitas



dan



perencanaan



terapi



endoskopik paliatif. Endoskopi Pemeriksaan ini mutlak untuk dikerjakan pada kasus yang diduga kanker esofagus terutama jika esofagogram normal. Pada saat endoskopi juga dilakukan biopsi jarinngan. Dan untuk penatalaksanaan karsinoma esofagus dapat dilakukan beberapa terapi : 1. Terapi Fotodinamik: ke dalam pembuluh darah disuntikkan sejenis fotosentsitif khusus.Obat itu dapat secara selektif berkumpul di dalam jaringan kanker. Setelah 48 jam, melalui endoskopidengan laser 630 nm tumor itu disinari, hingga muncul molekul oksigen tunggal yang toksik di dalam tumor, akibatnya tumor akan dirusak. Selain itu pembuluh



darah yang memberi makan jaringan tumor tersumbat hingga tumor nekrosis. Sedangkan jaringan sehat tidak terpengaruh. Metode terapi ini jelas efektif untuk kanker esofagus stadium dini, angka keberhasilan 90% pada kanker esofagus stadium lanjut, metode ini merupakan terapi paliatif yang efektif, terutama sesuai bagi pasien yang tidak dapat dioperasi. Biasanya dalam 48 – 72 jam keluhan sulit menelan pasien membaik, yang semula tak dapat makan menjadi dapat menelan makanan. 2. Terapi radiasi: radioterapi paliatif dapat membuat 60 – 85% pasien yang tidak dapat menelan membaik, tapi lebih dari separuhnya dapat kambuh, maka tidak dianjurkan sebagai terapi tunggal. 3. Kemoterapi dan infus local kemoterapi: obat yang paling efektif untuk kanker esofagus termasuk DDP, 5FU, bleomisin, gemsitabin, MMC, dll. Biasanya digunakan kemoterapi kombinasi dengan obat utama DDP, efektivitas mencapai sekitas 60%. Kemoterapi infus selektif arteri esofageal, yaitu melalui kateter disuntikkan obat kemoterapi ke dalam arteri pemasok kanker, dapat meningkatkan konsetrasi obat di dalam jaringan kanker, hasilnya lebih baik dari kemoterapi sistemik, efek sampingnya ringan. 4. Pemasangan sten dalam esofagus: ini merupakan terapi paliatif dengan endoskopi yang paling sering digunakan. Di bawah pantauan sinar-X atau melalui endoskop dipasang sten dari karet atau ali di daerah yang digunakan. Di bawah pantauan sinar-X atau penyempitan esofagus,



ini dapat meredakan gejala obstruksi dalam jangka waktu cukup lama, terutama sesuai untuk kasus dengan fistl esofago-trakea, tapi tidak sesuai untuk kanker segmen atas esofagus dan diperbatasan esofagus dan lambung. Sten radioaktif adalah sten yang dinding luarnya terdapat biji



radioktif,



biladipasang



ke



daerah



kanker



esofagus



dapat



meregangkan esofagus sekaligus meradiasi kanker, sama seperti radiasi internal. 5. Terapi ablasi atau injeksi melalui endoskopi: dengan laser, gelombang mikro, elektrokoagulasi bipolar dll. Menyebabkan jaringan kanker koagulasi panas dan nekrosis; atau ke dalam jaringan kanker disuntikkan zat sklerotik seperti etanol absolut atau obat anti kanker agar kanker nekrosis



II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Aktivitas / istirahat Gejala : gelisah. Tanda : kesulitan dalam istirahat. 2. Intergritas Ego Gejala : Perasaan takut, gelisah, perilaku berhati-hati, Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dankeuangan Tanda : ansietas, depresi, menolak. 3. Makanan / Cairan Gejala : Kesulitan menelan. Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi. 4. Nyeri/Kenyamanan Tanda : Kesulitan menelan karena adanya massa d.daerah tenggorokan (disfagia) 5. Interaksi social Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; 6. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Penggunaan makanan kurang serat, vitamin ,tanpa adanya informasi



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik). b. Gangguan menelan b.d obstruksi partial mekanik c. Ansietas b.d perubahan status kesehatan d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang e. Resiko infeksi C. INTERVENSI KEPERAWATAN NO



Diagnosa



Tujuan dan Kriteria hasil



Intervensi



NOC :



NIC :



Keperawatan 1



Nyeri Akut



 Lakukan



Pain Level,



pengkajian



nyeri



pain control,



secara komprehensif termasuk



comfort level



lokasi, skala, karakteristik ,



Setelah dilakukan tinfakan



durasi.



keperawatan selama 3x24 jam



 Monitor vital sign



Pasien tidak mengalami



 Ajarkan teknik relaksasi



nyeri, dengan kriteria hasil:



 Berikan posisi nyaman



Mampu mengontrol nyeri(tahu  Berikan analgetik penyebab nyeri,mampu mengurangi nyeri. menggunakan tehnik nonfarmakologi



untuk



mengurangi



nyeri,mencari



bantuan) Melaporkan



bahwa



nyeri



berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri



untuk



Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda



vital



dalam



rentang



normal 2



Gangguan menelan



3



Ansietas



NOC:



NIC:



 Pencegahan aspirasi  Status menelan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jampasien menunjukkan perbaikan dalam proses menelan dengan kriteria hasil:  Menunjukkan kemampuan menelan  Menunjukkan kemampuan mengosongkan rongga mulut  Menunjukkan kenyamanan dengan menelan  Peningkatan upaya menelan



NOC:



1. Kaji



tingkat



kesadaran,



refleks batuk, refleks muntah, dan kemampuan menelan 2. Pantau



adanya



penutupan



bibir saat makan, minum dan menelan 3. Berikan perawatan mulut jika di perlukan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang



makanan



yang



mudah di telan



NIC:



Setelah



dilakukan



keperawatan



selama



tindakan Penurunan cemas 2x24jam



diharapkan:



tenang dan menyakinkan



1. Pasien mencari informasi tentang kesehatan 2. Pasien menyesuaikan



1. Gunakan pendekatan yang



2. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan



mampu perubahan



dalam status kesehatan



Berikan terkait



informasi



faktual



doagnosis,



perawatan



3. Pasien



menunjukkan dan prognosis



kegembiraan. Kriteria hasil: 



Pasien mampu menangani ansietasnya







Pasien



mampu



mengungkapkan



dan



menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas 4



Resiko



nutrisi NOC:



kurang



dari



kebutuhan



5



NIC:



Resiko Infeksi



 Status nutrisi:asupan makanan  Manajemen nutrisi dan cairan 1. Tentukan status gizi dan kemampuan pasien untuk Setelah dilakukan tindakan memenuhi kebutuhan gizi keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan asupan cairan intravena bimbingan terhadap dipertahankan pada skala 3 (cukup pilihan makanan yang lebih sehat adekuat) kemudian ditingkatkan ke 3. Ciptakan lingkungan skala 5 (sepenuhnya adekuat) yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan dengan kriteria hasil 4. Anjurkan pasien untuk -Klien tidak lemas duduk pada posisi tegak, jika memungkinkan NOC: Setelah



NIC: dilakukan



tindakan



 Kontrol Infeksi



keperawatan selama 3x24 jam



1. Lakukan



klien tidak mengalami infeksi,



sebelum



diharapkan klien akan:



kontak/merawat



 Sistem kekebalan tubuh



degan



 Kontrol infeksi



antiseptic



cuci dan



tangan sesudah pasien



menggunakan



 Kontrol resiko



 Pengendalian Infeksi



 Tidak ada tanda-tanda dan



2. Monitor adanya tanda



gejala infeksi



dan



Tidak terjadi peningkatan jumlah leukosit



gejala



infeksi



sistemik dan lokal 3. Ajarkan



klien



dan



pengunjung teknik cara mencuci



tangan



yang



benar sewaktu masuk dan



meninggalkan



ruangan 4. Perawatan



luka



dan



ganti verban 6



Gangguan istirahat tidur



setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi lagi



1. Monitor/catat pola tidur dan jam tidur pasien 2. Catat kondisi fisik pasien



ganggua pola tidur.



misalnya



Kriteria hasil : pola tidur kembali



nyeri/ketidaknyamanan



normal, jam tidur 7-8 jam/hari.



3. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit. 4. Terapkan



langkah-langkah



kenyamanan seperti pijat, pemberian



posisi



dan



sentuhan afektif. 5. Diskusikan dengan pasien dan



keluarga



mengenai



tehnik untuk meningkatkan tidur.



DAFTAR PUSTAKA



Johnson,Marion dan Maridean mass.2012.NOC.USA:Mosby - year book Long, B.C., 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lab / UPF Ilmu Bedah, 2009. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo. Mc Loskey,Joanne C dan Gloria M.Bulechec.2013.NIC.USA:Mosby-year book NANDA-1. 2018-2020. Diagnosa Keperawatan, defenisi dan klasifikasi. Edisi 11. Nursing Outcome classification (NOC). Edisi keenam Nursing Intervention classification (NIC) Edisi keenam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI: Jakarta Price dan Wilson. 2011. Patofisiologi. EGC: jakarta Wed.2004.Deteksi kanker Esofagus. http//www.republika online.com