13 0 256 KB
LAPORAN PENDAHULUAN CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)/ GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah Dosen Pembimbing : Ns. Hendra Adi Prasetya, M.Kep
Disusun oleh : EKA YULIYANTI SK. 319. 007
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)/ GAGAL JANTUNG KONGESTIF
A. Definisi Congestive Heart Failure (CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan Tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (Marulam, 2014). Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untukmengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013). Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010). Kesimpulan yang diambil dari pengertian tersebut adalah bahwa gagal jantung congestive adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme jaringan, oksigen dan nutrien.
B. Etiologi Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013) 1. Meningkatkan preload : regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel 2. Meningkatkan afterload : stenosis aorta, hypertensi sistemik 3. Menurunkan kontraktilitas ventrikel : IMA, kardiomiopati 4. Gangguan pengisian ventrikel : stenosis katup antrioventrikuler, pericarditif
konstriktif, tamponade jantung 5. Gangguan sirkulasi:
Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui respon mekanis 6. Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung
untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat 7. Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejaksi
ventrikel kanan
C. Manifestasi Klinis Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut: 1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme kontrol pernapasan. Tanda dan gejala: a. Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau di cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. b. Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur. c. Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan bercak darah. d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk. e. Ronkhi f.
Gelisah dan Cemas Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik Tanda dan Gejala :
a. Oedem perifer b. Peningkatan BB c. Distensi vena jugularis d. Hepatomegali e. Asites f. Pitting edema g. Anoreksia h. Mual 3. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan rendah,
sehingga menimbulkan gejala: a. Pusing b. Kelelahan c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas d. Ekstrimitas dingin 4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi aldosteron dan
retensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. D. Patofisiologi Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole). Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik. Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner. Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator. E. Pathway Terlampir F. Kolmplikasi Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu: 1.
Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2.
Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan otak)
3.
Episode trombolitik Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4.
Efusi perikardial dan tamponade jantung Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena kejantung menuju tomponade jantung.
G. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai berikut: 1.
Foto thorok dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang disertai adanya pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal. Tempat adanya infiltrat precordial kedua paru dan efusi pleura
2.
Laboratorium mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah lekosit meningkat, bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung. Keadaan asam basa tergantung pada keadaan metabolisme, masukan kalori, keadaan paru dan fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit menurun walaupun kadar natrium total bertambah. Berat jenis urine meningkat. Enzim hepar mungkin meningkat dalam kongesti hepar. Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksi dengan peningkatan PCO2. BUN dan kreatinin menunjukan penurunan perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan sintesis proteindalam hepar mengalami kongesti. Kecepatan sedimentasi menunjukan adanya inflamasi akut.
3.
Ultrasonography (USG) merupakan gambaran cairan bebas dalam rongga abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar dan lien kadang sulit diperiksa secara manual saat disertai asites.
4.
EKG mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik ( jika meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadarnatrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi daran dari adanya kelebihan retensi air,K, Na, CI,ureum,gula darah )
H. Penatalaksanaan Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi: 1.
Terapi non farmakologi a.
Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b.
Oksigenasi
c.
Dukung diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema
2.
Terapi farmakologi a.
Glikosida jantung Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penuruna tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
b. Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalenia. c. Terapi vasodilator : Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
I.
Proses Keperawatan 1.
Pengkajian Keperawatan Pengkajian Primer a.
Airways 1) Sumbatan atau penumpukan sekret 2)
Wheezing atau krekles
b.
Breathing 1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat 2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal 3) Ronchi, krekles 4) Ekspansi dada tidak penuh 5) Penggunaan otot bantu nafas
c.
Circulation 1) Nadi lemah , tidak teratur 2) Takikardi 3) TD meningkat / menurun 4) Edema 5)
Gelisah
6) Akral dingin 7) Kulit pucat, sianosis 8) Output urine menurun Pengkajian Sekunder Riwayat Keperawatan a.
Keluhan 1) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat). 2) Palpitasi atau berdebar-debar. 3) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah. 4) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah. 5) Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan) 6) Insomnia 7) Kaki bengkak dan berat badan bertambah 8) Jumlah urine menurun 9) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
b.
Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
c.
Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
d.
Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
e.
Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
f.
Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
g.
Postur, kegelisahan, kecemasan
h.
Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik a.
Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
b.
Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
c.
Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
d.
Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang kronis
e.
Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
f.
Konjungtiva pucat, sklera ikterik
g.
Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit pucat, dan pitting edema.
2.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul a. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas c. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli d. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung. e. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC :
Cardiac care:
Keperawatan 1
Penurunan curah jantung b/d
-
respon
Cardiac
Pump
-
Monitor
effectiveness
jantung
gejala CO
fisiologis otot
-
Circulation Status
termasuk
jantung,
-
Vital Sign Status
yang
peningkatan frekuensi, dilatasi,
peningkatan isi sekuncup
Tanda
Vital
Dapat
mentoleransi
aktivitas,
tidak
tinggi,
Tidak ada edema paru,
-
Tidak
ada
penurunan
HR distensi
yang vena
kesadaran dan adanya edema. -
Auskultasi bunyi jantung ,cacat
perifer, dan tidak ada asites
ekstremitas,RR
jungularis,penurunan
ada
kelelahan -
perifer
kualitasnya
,dispneu,
darah, Nadi, respirasi) -
nadi
dan
dalam
rentang normal (Tekanan
hipertrofi atau
menurun
menurun, kulit dingin
Kriteria Hasil: -
gagal
frekuensi
dan
ritme -
Observasi bingung,pusing
kesadaran
dan
kurang tidur -
Observasi adanya nyeri dada
-
Jika
ada
nyeri
dada,baringkan klien -
Monitor
intake
dan
output per 24 jam -
Catat hasil EKG dan XRAY
-
Posisikan klien dalam posisi semi fowler
2
Ktidakefektifa n
bersihan
-
NOC: -
jalan nafas
Respiratory
status
:
memaksimalkan
Ventilation -
Respiratory
ventilasi status
:
Airway patency -
Posisikan pasien untuk
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada
Vital sign Status
jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk atau Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama…. Pasien
suction -
Auskultasi suara nafas,
menunjukan keefektifan pola
catat
napas, dibuktikan dengan :
tambahan
Kriteria Hasil: -
Mendemonstrasikan
Berikan bronkodilato
-
Monitor
mengeluarkan
-
-
dan
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
respirasi
status O
ada sianosis dan dyspneu (mampu
suara
-
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
adanya
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-
Monitor
adanya
pursed lips)
kecemasan
pasien
Menunjukkan jalan nafas
terhadap oksigenasi
yang paten (klien tidak
-
Monitor vital sign
merasa tercekik, irama
-
Informasikan
nafas,
frekuensi
pernafasan rentang ada
normal, suara
abnormal)Tanda vital
dalam
dan
keluarga
dalam
tentang teknik relaksasi
tidak
untuk memperbaiki pola
nafas
nafas
Tanda
-
rentang
normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
pasien
pada
Ajarkan
bagaimana
batuk secara efektif -
Monitor pola nafas
3
Perfusi
NOC :
NIC :
jaringan tidak
-
Circulation status
efektif
-
Tissue
b/d
menurunnya curah jantung,
-
(Manajemen
sensasi perifer) -
Kriteria Hasil : -
Sensation
: Management
Prefusion
cerebral
hipoksemia jaringan,
Peripheral
Monitor adanya daerah
mendemonstrasikan
tertentu yang hanya peka
status sirkulasi
terhadap
Tekanan
panas/dingin/tajam/tump
systole
asidosis dan
dandiastole
kemungkinan
rentang yang diharapkan
-
Monitor adanya paretese
Tidak
-
Instruksikan
thrombus
-
atau emboli -
ul
dalam
ada
ortostatikhipertensi
untuk
Tidak ada tanda tanda
kulit jika ada lsi atau
peningkatan
laserasi
tekanan
intrakranial (tidak lebih
-
mendemonstrasikan
-
Gunakan sarun tangan
Batasi
gerakan
pada
leher
dan
kemampuan
kognitif
kepala,
yang
ditandai
dengan
punggung
berkomunikasi
dengan
-
jelas dan sesuai dengan
menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi memproses
informasi
membuat
keputusan
dengan benar menunjukkan
fungsi
sensori motori cranial yang
utuh
kesadaran tidak
ada
:
tingkat
mambaik, gerakan
gerakan involunter
Monitor
kemampuan
BAB -
kemampuan
-
mengobservasi
untuk proteksi
dari 15 mmHg) -
keluarga
Kolaborasi
pemberian
analgetik -
Monitor
adanya
tromboplebitis -
Diskusikan
menganai
penyebab
perubahan
sensasi
4
Gangguan
NOC: - Respiratory Status : Gas
pertukaran gas
Airway Management
b/d
-
exchange - Respiratory
kongesti paru,
Status
mengakibatk
dan
an
adekuat
dan
ventilasi
- Mendemonstrasikan peningkatan
asidosis
Posisikan pasien untuk memaksimalkan
perifer yang
laktat
-
Kriteria Hasil:
penurunan
nafas,
atau jaw thrust bila perlu
- Vital Sign Status
pulmonal,
jalan
guanakan teknik chin lift
:
ventilation
hipertensi
Buka
ventilasi
oksigenasi
-
Identifikasi perlunya
yang
pasien pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Memelihara
kebersihan
penurunan
paru paru dan bebas dari
curah
tanda
jantung.
pernafasan
tanda
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
distress -
batuk atau suction
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
-
dan
(mampu
mengeluarkan
adanya
suara
tambahan
dyspneu -
Lakukan suction pada mayo
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
Auskultasi suara nafas, catat
yang bersih, tidak ada sianosis
Keluarkan sekret dengan
Respiratory Monitoring
pursed lips) - Tanda tanda vital dalam
-
rentang normal
Monitor
rata
–
rata,
kedalaman, irama dan usaha respirasi -
Catat
pergerakan
dada,amati kesimetrisan, penggunaan
otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan
intercostal -
Monitor pola nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne AcidBase Managemen -
Monitro IV line
-
Pertahankanjalan
nafas
paten -
Monitor AGD, tingkat elektrolit
-
Monitor
status
hemodinamik(CVP, MAP, PAP) -
Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
-
Monitor pola respirasi
-
Lakukan terapi oksigen Monitor status neurologi
5
Kelebihan
NOC :
volume cairan
-
b/d berkurangnya
-
Fluid management Electrolit and acid base
-
intake dan output yang
Fluid balance
akurat -
retensi cairan Kriteria Hasil: natrium
oleh
ginjal,
hipoperfusi ke
-
-
jaringan perifer
dan
-
Pasang urin kateter jika diperlukan
Terbebas
dari
edema,
-
Monitor hasil lAb yang
efusi, anaskara
sesuai
Bunyi nafas bersih, tidak
cairan (BUN , Hmt ,
ada dyspneu/ortopneu
osmolalitas urin )
Terbebas dari distensi
hipertensi
vena
pulmonal
hepatojugular (+) -
catatan
balance
curah jantung,
dan
Pertahankan
jugularis,
Memelihara
reflek
-
dengan
Monitor
retensi
status
hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan
tekanan
PCWP
vena kapiler
-
sentral,
tekanan
-
Monitor vital sign
paru,
output
-
Monitor indikasi retensi /
jantung dan vital sign
kelebihan
dalam batas normal
(cracles, CVP , edema,
Terbebas dari kelelahan,
distensi
kecemasan
asites)
atau -
kebingungan -
Menjelaskan
indikator
kelebihan cairan
Kaji
cairan
vena
lokasi
leher,
dan luas
edema -
Monitor
masukan
makanan / cairan dan hitung
intake
kalori
harian -
Monitor status nutrisi
-
Berikan diuretik sesuai interuksi
-
Batasi masukan cairan pada hiponatrermi
keadaan dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l -
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
DAFTAR PUSTAKA Amin, Hardi. (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NICNOC. Yogyakarta: Mediaction Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengibatannya. Yogayakarta: Nuha Medika Marulam M. Panggabean. (2014). Penyakit Jantung Hipertensi: Aru W.Sudoyo., Bambang S., Idrus A. Editor: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Vol II). Jakarta: Interna Publishing. Hal 1777-1778 Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Wijaya, A. S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dalam Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.