Laporan Pendahuluan Congenital Heart Disease [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tika
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN CONGENITAL HEART DISEASE ( CHD ) ATAU PENYAKIT JANTUNG BAWAAN A.



Definisi Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung Congenital adalah kelainan yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir, tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan bahkan beberapa tahun (Ngastiah) Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam kandungan.Penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah kelainan pada septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect (VSD) dan diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih dikenal dengan namaAtrial Septal Defect (ASD). Masyarakat awam sering melihat kedua kelainan jantung ini dikenal dengan sebutan jantung bocor. Jenis kelainan struktur lainnya dapat berupa patent ductus arteriosus, transposition of great arteries, dan kelaianan katup jantung. Seringkali penyakit jantung bawaan juga timbul dalam bentuk gabungan beberapa kelainan, seperti yang terjadi pada tetralogi fallot, yang mencakup 4 kelainan pada jantung. Di antara berbagai kelainan bawaan yang ada, penyakit jantung bawaan merupakan kelainan yang paling sering ditemukan. Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di mana kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyebab penyakit jantung bawaan sendiri sebagian besar tidak diketahui, namun beberapa kelainan genetik seperti sindroma Down dan infeksi Rubella (campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan ibu berhubungan dengan kejadian penyakit jantung bawaan tertentu. Secara umum terdapat 2 kelompok besar penyakit jantung bawaan yaitu penyakit jantung bawaan sianotik dan penyakit jantung bawaan asianotik.penyakit jantung bawaan sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah.Sementara penyakit jantung bawaan asianotik umumnya memiliki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap saja lebih dari 90% di antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka untuk pengobatannya.Pada penyakit jantung bawaan sianotik, bayi baru lahir terlihat biru oleh karena terjadi percampuran darah bersih dan darah kotor melalui kelainan pada struktur jantung.Pada kondisi ini jaringan tubuh bayi tidak mendapatkan cukup oksigen yang sangat berbahaya, sehingga harus ditangani secara cepat.Sebaliknya pada penyakit jantung bawaan non sianotik tidak ada gejala yang nyata sehingga seringkali tidak disadari dan tidak terdiagnosa baik oleh dokter maupun oleh orang tua.Gejala yang timbul awalnya berupa lelah menyusui atau menyusui sebentar-sebentar dan gejala selanjutnya berupa keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.



B.



Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal : Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. Ibu alkoholisme. Umur ibu lebih dari 40 tahun. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. 2. Faktor Genetik : Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.



C. Klasifikasi Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital : penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskularisasi paru. 1. Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus atrium (DSA) dan duktus arterius parsisten (DAP). 2. Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk ini stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta. 3. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF). 4. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar (TAB). D. Patofisiologi Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekana darah.Normalnya tekanan pada jantu ng kanan lebih besara daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang pulmonal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipiosan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal



sewaktu lahir.Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.



1. 2. 3. 4. E. 1.



PEMERIKSAAN PENUNJANG : Gambaran ECG yang menunjukkan adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukkan striktura. Aortography Peningkatan cardiac iso enzim Rontgen thorax : cardiomegali dan infiltrate paru. Tanda dan gejala Pada saat bayi: Saat lahir dapat dijumpai gangguan pernapasan. Pada yang berat bahkan dapat berakibat kematian. Pada penyakit jantung bawaan biru, anak tampak biru meskipun tidak sesak napas dan aktif. Namun demikian, pada yang kompleks gejala sesak napas dan biru dapat nampak bersamaan Pada beberapa kasus yang berat dan kompleks, bayi baru lahir segera memburuk dan meninggal dalam waktu dua hari bersamaan dengan menutupnya pembuluh arteriosus Botalli. Penyakit jantung bawaan yang terakhir ini disebut sebagai penyakit jantung bawaan yang bergantung pada duktus. Anak menetek tidak kuat, sering melepaskan puting ibu istirahat sebentar kemudian melanjutkan minum lagi. Saat menetek/minum, bayi nampak berkeringat banyak di dahi, napas terengahengah. Minum tidak bisa banyak dan tidak lama. Berat badan tidak naik-naik atau naik kurang dari grafik/pita pertumbuhan yang sesuai pada KMS.



Anak sering sakit batuk dan sesak napas yang sering disebut sebagai pneumonia atau bronkopneumonia. Daya tahan tubuh terhadap penyakit kurang, sebagai akibatnya bayi sering sakitsakitan. Anak yang menderita penyakit jantung bawaan biru, saat lahir nampak kebirubiruan di mulut dan lidah serta ujung-ujung jari, meskipun anak tampak aktif ceria



dan menangis kuat. Pada beberapa anak, warna kebiruan pada mulut, lidah dan ujung-ujung jari tersebut baru nampak setelah berusia beberapa bulan. Serangan biru dapat terjadi pada anak dengan penyakit jantung bawaan biru yang ditandai dengan bayi menangis terus menerus tidak berhenti-berhenti. Anak tampak semakin biru, napas tersengal-sengal. Bila berat, dapat mengakibatkan kejang bahkan kematian. Kelainan jantung sering juga ditemukan secara tidak sengaja oleh dokter pada saat bayi berobat utk penyakit lainnya atau saat datang untuk imunisasi. Dokter mendengar adanya bising jantung saat memeriksa jantung bayi dengan menggunakan stetoskop 2.



Gejala pada anak Berat badan anak naik tidak memuaskan dengan kata lain pertumbuhannya terhambat Perkembangan terlambat Cepat lelah saat bermain, napas terengah-engah, berkeringat banyak lebih dari anak yang lain. Anak yang menderita PJB biru: tampak kebiruan pada mulut, lidah dan ujungujung jari, sering jongkok saat bermain, ujung jari membulat sehingga jari2 tampak seperti pemukul genderang. Serangan biru ditandai dengan napas terengah-engah, anak tampak lebih biru daripada



biasanya,



bila



berat



mengakibatkan



anak



pingsan



bahkan



kematian.Pertumbuhan dan perkembangannyapun terlambat 3.



Pada remaja Tanda-tanda masa remajanya terlambat, misalnya pada anak perempuan terlambat haid, payudara masih rata. Pada anak laki-laki pertumbuhan cepatnya tertunda. Anak tampak kurus Aktivitas tidak mampu berlari jauh atau bermain lama seperti anak lainnya Sering batuk-batuk dan napas terengah-engah Berkeringat banyak pada wajah saat beraktivitas Pada yang sudah diketahui menderita kebocoran jantung, bila sampai remaja tidak ada tindakan koreksi, dapat mengakibatkan sindroma Eisenmenger, yaitu anak



yang semula tidak sianosis (biru), mulai nampak kebiruan seperti penderita PJB sianotik. Kondisi ini sangat berbahaya. F. I.



Pengkajian Riwayat Keperawatan Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita DM dengan ketergantungan pada insulin Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik termasuk menjaga gizi ibu, tidak mengonsumsi obat – obatan dan merokok Proses kelahiran secara alami atau adanya faktor – faktor yang memperlama proses persalinan dan penggunaan alat Riwayat keturunan, dengan memperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung



II. Pemeriksaaan Fisik Pemeriksaan Fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap apasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada CHD ini adalah : Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung jari hiperemik Diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan pada dada kiri Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakosta dan region epigastrium Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik Neonatus menunjukkan tanda – tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi Anak pusing, tanda – tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan dari pada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tapi lemah pada popliteal dan femoral. G. Diagnosa keperawatan o Gangguan perfusi jaringan berdasarkan penurunan cardiac output.



o Inefektif pola nafas berdasarkan akumulasi secret o Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarkan intake yang tidak adekuat o Kecemasan ortu berdasarkan kurangnya pengetahuan tentang kondisi bayinya o Resiko infeksi tali pusat berdasarkan infasi kuman pathogen



H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO



DIAGNOSA TUJUAN (NOC) KEPERAWATAN



PERENCANAAN(NIC)



Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 5x24 jam. Kriteria hasil :  RR 30-60 x/mnt Gangguan perfusi jaringan b.d  Nadi 1201 penurunan cardiac 140 x/mnt. output.  Suhu 36,537 C  Sianosis (_)  Ekstremitas hangat



1. Observasi frekwensi dan bunyi jantung 2. Observasi adanyasianosis. 3. Beri oksigen sesuai kebutuhan 4. Kaji kesadaran bayi 5. Observasi TTV. 6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.



Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Inefektif pola nafas Kriteria hasil :  RR 30-60 2 b.d akumulasi x/mnt secret.  Sianosis (-)  Sesak (-)  Ronchi (-)  Whezing (-)



1. Observasi pola nafas 2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas 3. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi 4. Observasi adanyasianosis. 5. Lakukan suction 6. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah. 7. Beri O2 sesuai program 8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan



klien. 9. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2 10. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.



Resiko gangguan nutrisi kurang dari 3 kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat



Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah 3x24 Jam. Kriteria hasil :  Tidak terjadi penurunan BB>15%  Muntah (-)  Bayi dapat minum dengan baik



Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam Kecemasan ortu b.d waktu 1x24 jam kurang Kriteria hasil : 4 pengetahuan  Orang tua tentang kondisi mengerti tujuan bayinya. yang dilakukan dalam pengobatan therapy.  Orangtua



1. Observasi intake dan output 2. Observasi intake dan output 3. Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum. 4. Pasang NGT bila diperlukan. 5. Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi 6. Timbang BB tiap hari. 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy. 8. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi. 1. Jelaskan tentang kondisi bayi 2. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi. 3. Libatkan orangtua dalam perawatan bayi.



tampak tenang.  Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan



Resiko infeksi tali 5 pusat b.d invasi kuman patogen.



Infeksi tali pusat tidak terjadi dalam waktu 3x24 jam Kriteria hail :  Suhu 36-37 C  Tali pusat kering dan tidak berbau.  Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.



4. Berikan support mental 5. Berikan reinforcement atas pengertian orangtua. 1. Lakukan tehnik aceptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat. 2. Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya. 3. Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat. 4. Observasi adanya perdarahan pada tali pusat 5. Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses. 6. Observasisuhu bayi