Laporan Pendahuluan DHF Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA DHF (DENGUE HAEMOROGIC FEVER) DI RUANG SAFIR RSU AVISENA Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah stase KDP (Keperawatan Dasar Profesional) Koordinator: Arieni Ramadhan,. S.Kep,. Ners, MHPE



Kelompok 2 Ade Tri Krismoniska 4121017



Melki Moko Ginta 4121007



Reza Amalia 4121018



Hesti Lestari 4121025



Tevi Ftriani 421019



Rahmat Supriatna 4121036



Lisa Sri Ulina 4121020



Sondang Ester Oktaviani S 412108



Guntur Nuralam 4121021



Siska Oktavia 4121024



Cica Yuliani 4121022



Anisa Shirotu Janah 4121023



Gandar Alief Z 4121034



Winda Sri Nurani 4121055



FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIIKAN PROFESI NERS INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG



2021 DAFTAR ISI



DAFTAR ISI......................................................................................................................2 LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................3 1.1 Definisi DF (Dengue Fever)...............................................................................3 1.2 Etiologi................................................................................................................3 1.3 Tanda gejala........................................................................................................4 1.4 Patofisiologi.........................................................................................................4 1.5 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................6 1.6 Komplikasi..........................................................................................................7 1.7 Penatalaksanaan.................................................................................................7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF.................................................................10 2.1 Pengkajian............................................................................................................10 2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul..................................................11 2.3 Perencanaan..........................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19



LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Definisi DF (Dengue Fever) Demam dengue dan demam berdarah dengue/DBD/DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD tejadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syok syndrom) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo Aru, dkk. Dalam NANDA 2015). Klasifikasi derajat DBD menurut WHO: Derajat 1



Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi



Derajat 2



perarahan adalah uji tourniquet positif. Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.



Derajat 3



Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun ( 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin, penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat. Tanda kebocoran plasma seperti: asites, efusi pleura.



1.4 Patofisiologi Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia,seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran – pembesaran kelenjar – kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF adalah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena penglepasan zat



anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intra vaskular. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.



Plasma merembes selama



perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebi dari 30%. Adanya kebocoren plasma ke daerah ekstravaskular dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopsi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoreksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian plasma / ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional



dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator



farmakologis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah pedarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia



yang dihubungkan



dengan



meningkatnya



megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan



sistem koagulasi disebabkan di antaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivitas sistem koagulasi. Masakah tidaknya DIC pada DHF / DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan. Telah terbukti bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak menonjol dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol. (Hendarwanto: 420).



1.5 Pemeriksaan Penunjang a. Darah Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquetyang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum dan pH darahmungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah. b. Air Seni mungkin ditemukan albuminuria ringan. c. Sumsum Tulang Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal untuk semua sistem. d. Serologi Uji serulogi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok besar, yaitu: 1. Uji serulogi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali. Termasuk dalam uji



ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot. 2. Uji serulogi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya: uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM.



1.6 Komplikasi Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya: a. Perdarahan luas b. Shock atau renjatan c. Effuse pleura d. Penurunan kesadaran 1.7 Penatalaksanaan Setiap pasien tersangka dangue fever sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien penyakit lain, sebaiknya pada kamar yang bebas nyamuk (berkelambu). Penatalaksanaan pada dangue fever yaitu: a. Tirah baring b. Makanan lunak Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam ( susu, air gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja. c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asiminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan. d. Antibiotik diberikan apabila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.



Pasien



dangue fever perlu diobservasi telititerhadap penemuan dini tanda renjatan,



yaitu: e. Keadaan umum memburuk 1. Hati semakin membesar 2. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia Hematokrit meninggi pada pemeriksan berkala, dalam hal ini ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus disiapkan dan terpasang pada pasien. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan ; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada hari-hari pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam. Terapi untuk DSS bertujuan utama untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler dengan pemberian segera cairan intravena. Jenis cairan dapat berupa NaCl faali, laktat Ringer atau bila terdapat renjatan yang berat dapat dipakai plasma atau ekspander plasma. Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan disesuaikan dengan perkembangan klinis. Kecepatan tetesan permulaan ialah 20 ml / kg BB, dan bila renjatan telah diatasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml / kg BB / jam. Pada kasus dengan renjatan berat, cairan diberikan dengan diguyur, dan bila tak tampak perbaikan, di usahakan pemberian plasma atau ekspander plasma atau dekstran atau preparat hemasel dengan jumlah 15-29 ml / kg BB. Dalam hal ini perlu diperhatikan keadaan asidosis yang harus dikoreksi dengan Na – bikarbonas. Pada umumnya untuk menjaga keseimbangan volume intravaskuler, pemberian cairan intravena baik dalam bentuk elektrolit maupun plasma dipertahankan 1248 jam setelah renjatan teratasi. Pasien dengan perdarahan yang membahayakan (hematemesis dan melena). Pasien DSS yang pada pemeriksaan berkala, menunjukkan penurunan kadar Hb dan Ht.



Pemberian kortikolsteroid dilakukan setelah terbukti tidak terdapat



perbedaan yang bermakna antara terapi tanpa atau dengan kortikosteroid. Pada pasien dengan renjatan yang lama (prolonget shock), DIC diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan pemeriksaan hematemesis



terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF



2.1 Pengkajian a. Riwayat keperawatan 1. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan DHF (Demam berdarah). 4. Riwayat Penyakit Keluarga Mencari anggota keluarga yang pernah terkena DHF (Demam berdarah). 5. Riwayat penyakit psikososial Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk b. Pemeriksaan fisik: data focus 1. Aktivitas/istirahat (Malaise) 2. Sirkulasi 3. Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah, takikardi, susah teraba. Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan bawah kulit 4. Eleminasi: Diare atau konstipasi 5. Makanan atau cairan: Anoreksia, mual, muntah, Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine, oligouria, anuria



6. Neurosensori: Sakit kepala, pusing, pingsan, Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium. 7. Nyeri atau Ketidaknyamanan: Kejang abdominal, lokalisasi area sakit 8. Pernapasan: Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu meningkat, menggigil. 9. Penyuluhan atau pembelajaran: Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan c. Pemeriksaan penunjang 1. Trombositopenia (100.000/mm) 2. Hb dan PCV meningkat (20%) 3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis) 4. Isolasi virus 5. Serologi (uji H): respon antibody sekunder 6. Pada renjatan yang berat, periksa Hb, PCV berulang kali, faal hemostatis, foto dada, BUN, creatinin serum. 2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Kekuranagn Volume Cairan b.d Kekurangan Cairan aktif Definisi Penurunan cairan intravascular, interstisial, atau intrasel. Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium. Batasan karakteristik Subjektif: Haus Objektif 1. Perubahan status mental 2. Penurunan turgor kulit dan lidah 3. Penurunan haluaran urine 4. Penurunan pengisian vena 5. Kulit dan membrane mukosa kering 6. Hematokrit meningkat



7. Suhu tubuh meningkat 8. Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan dariah, penurunan 9. Volume, dan tekanan nadi. Konsentrasi urine meningkat 10. Penurunan berat badan dengan tiba-tiba Kelemahan 11. Faktor yang berhubungan 12. Kehilangan volume cairan aktif: (Mengkonsumsi alcohol secara berlebihan secara terus-menerus) Kegagalan mekanisme pengaturan (Seperti, dalam diabetes insipidius, hiperaldosteronisme. (Asupan cairan yang adekuat) b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Mual dan Muntah Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan karakteristik Subjektif: 1. Kram abdomen 2. Nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit) 3. Menolak makan 4. Indigesti (non-NANDA International) 5. Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan 6. Melaporkan perubahan sensasi rasa 7. Melaporkan Kurangnya makanan 8. Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan Objektif: 1. Pembuluh kapiler rapuh 2. Diare atau steatore 3. Adanya bukti kekurangan makanan 4. Kehilangan rambut atau berlebihan 5. Bising usus hiperaktif 6. Kurang informasi, informasi yang salah 7. Kurangnya minat terhadap makanan



8. Salah paham 9. Membran mukosa pucat 10. Tonus otot buruk 11. Menolak untuk makan (non-NANDA International) 12. Rongga mulut terbuka (Inflamasi) 13. Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah 14. Faktor yang berhubungan 15. Ketidakmampuan untuk menelan, mencerna makanan, menyerap nutrient akibat faktor biologis, psikologis, atau ekonomi. c. Nyeri Akut b.d Tekanan Intra Abdomen Definisi: Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Batasan karakteristik Subjektif: Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat. Objektif: 1. Posisi untuk menghindari nyeri 2. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga sampai kaku) 3. Respon autonomik (misalnya; perubahan tekanan darah, pernapasan atau nadi) 4. Perubahan selera makan 5. Perilaku distraksi (misalnya; mondar-mandir, mencari orang atau aktivitas lain, aktivitas berulang) 6. Perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, dll) 7. Wajah Topeng 8. Fokus menyempit



9. Bukti nyeri yang dapat diamati 10. Gangguan tidur 11. Faktor yang berhubungan 12. Agen-agen penyebab cedera (misalnya; biologis, kimia, fisik dan psikologis). d. Hipertermia b.d Peningkatan Laju Metabolisme Definisi: Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal.. Batasan karakteristik Objektif: 1. Kulit merah 2. Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal 3. Kejang atau kovulasi 4. Takikardie 5. takipnea Faktor yang berhubungan 1. Dehidrasi 2. Penyakit atau trauma 3. Ketidak mampuan dan penurunan kemampuan berkeringat 4. Pakaian yang tidak tepat 5. Peningkatan laju metabolisme 6. Obat atau anastesi 7. Terpajan lingkungan panas 8. Aktivitas yang berlebih e. Pola Nafas Tidak Efektif Definisi: inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat Batasan karakteristik: Subjektif: dispneu, nafas pendek Objektif: 1. Perubahan eksrusi dada



2. Mengambil posisi tiga titik tumpu (tripoid) 3. Bradipneu 4. Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi 5. Penurunan ventilasi 6. Nafas cuping hidung 7. Takipnea 8. Penggunaan otot bantu asesoriu untuk bernafas Faktor yang berhubungan: 1. Ansietas 2. Posisi tubuh 3. Deformitas tulang 4. Deformitas dinding dada 5. Hiperventilasi 6. Kerusakan muskuloskletal 7. Nyeri 8. Kelelahan otot-otot pernafasan



2.3 Perencanaan a. Kekurangan Volume Cairan b.d Kekurangan Cairan Aktif Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) 1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam volume cairan tubuh terpenuhi 2. Kriteria Hasil: kebutuhan cairan pasien terpenuhi Intervensi keperawatan dan rasional 1. Kaji keadaan umum klien pucat, lemah, takikardi), serta tanda –tanda vital. R: Menetapkan data dasar, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya. 2. Observasi adanya tanda-tanda syok R: Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami klien. 3. Anjurkan klien untuk banyak minum.



R: Asupan cairan sangat diperluakan untuk menambah volume cairan tubuh. 4. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek). R: Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan. 5. Kaji masukan dan haluaran cairan R: Untuk mengetahui keseimbangan cairan. 6. Kolaborasi: Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi. R: Pemberian cairan intra vena sangat penting bagi klien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk untuk rehidrasi b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Mual dan Muntah Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria) 1. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi 2. Kriteria hasil: tidak adanya tanda-tanda kekurangan nutrisi, nafsu makan membaik Intervensi Keperawatan dan Rasional 1. Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien R: Untuk menetapkan cara mengatasinya. 2. Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien R: Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien. 3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih hangat. R: Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. 4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering R: Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan dalam porsi banyak.



5. Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit R: UntukMeningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat. 6. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien. R: Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien. c. Nyeri Akut b.d Tekanan Intra Abdomen Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC 1. Tingkat kenyamanan: Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis. 2. Pengendalian nyeri: Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri. 3. Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC 1. Manajemen nyeri (relaksasi dan distraksi): meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. 2. Manajemen sedasi: memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostik atau terapeutik. 3. Pemantauan tanda-tanda vital. 4. Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot. 5. Kolaborasi: Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgesik. d. Hipertermia b.d Peningkatan Laju Metabolisme Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC 1. Termoregulasi: keseimbangan antara produksi panas, dan kehilangan panas. 2. tanda-tanda vital: nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah dalam rentang normal Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC 1. Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu: memantau pasien apakah terjadi peningkatan suhu atau tidak..



2. Jelaskan tindakan untuk mencegah peningkatan suhu: memberikan kompres hangat. 3. Melaporkan tanda gejala dini hipertermia: tidak mengalami gawat napas, gelisah atau latergi. 4. Kolaborasi: Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian paracetamol. e. Ketidakefektifan Pola Nafas tidak Efektif Tujuan dan kriteria hasil: berdasarkan NOC 1. Respiratory status: ventilation 2. Respiratory status: airway patency 3. Vital sign status Kriteria hasil: Mendemonstasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu Menunjukkan jalan nafas yang paten 4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC 1. Airway management: Buka jalan nafas, gunakan tehnik chinlift atau jawthrust bila perlu Posisikan klien untuk meminimalkan ventilasi Indentifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas. Catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator bila perlu Monitor respirasi dan atau status O² ovygen terapi Bersihkan mulut, hidung dan sekret trachea Pertahankan jalan nafas yang paten Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi klien Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan klien terhadap oksigenasi 2. Monitor vital sign (TD, N, Rr, S) Catat adanya fluktuasi tekanan darah



DAFTAR PUSTAKA Nabiel Ridha. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan eperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction. Meira.E & Dewi.W. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar; 2016 Https://www.academia.edu/6835578/LP_DHF (Diakses pada tanggal 9 mei 2019) Https://www.academia.edu/9410828/LAPORAN_PENDAHULUAN_Dengue_Ha emoragic_Fever_DHF (Diakses pada tanggal 9 mei 2019) Suhendro. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid : 3. Ed : 4. Jakarta: Peneribit: EGC Wilkinson, Judith. M. (2011). Buku Saku DiagnosisKeperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Alih bahasa: Wahyuningsih. E. Jakarta: EGC