10 0 146 KB
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI
Disusun Oleh : ERNI SUSIANTI 2015.1055
AKADEMI KEPERAWATAN MAMBU’UL ‘ULUM SURAKARTA
LAPORAN PENDAHULUAN EPILEPSI
A. Pengertian Epilepsi adalah suatu menifestasi lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron syaraf pusat, keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak. (Ngastiyah, 2005: 175). Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karakteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reresibel. (Jarwoko, 2007: 147). Kejang merupakan ciri khas epilepsy yang tidak bisa dipisahkan namun tidak setiap kejang merupakan gangguan epilepsy. Epilepsi merupakan gangguan kejang kronis dengan serangan yang berulang dan tanpa provokasi. (Wong, 2008: 215). B. Etiologi Penyebab epilepsy dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Idiopatik Jenis
epilepsy
yang
tidak
dapat
diketahui
dengan
jelas
penyebabnya diduga dengan faktor genetik. 2. Non Idiopatik Trauma lahir, anoksia, cidera pola masa parinatal, tumor otak, meningitis, ensefalitor, abses otak, cedera framatik, toksin, stroke dan adanya gangguan kejang beberapa keluarga. (Bitota, 2011: 222).
C. Manifestasi Klinis 1. Kejang Parsial 2. Kejang parsial kompleks 3. Jeang tonik – tonik (grand mal) 4. Serangan epileksi tanta kejang (petil mal) 5. Kejang otonik dan akinetik 6. Kejang middonik 7. Spasme infaltil (Wong, 2008: 1252) D. Patofisiologis Kejang terjadi akibat lepas muatan parokksismal yang berlebihan dari sebuah focus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktifitas kejang sebagian tergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut. Aktifitas kejang sebagian tergantung pada
lokasi muatan yang
berlebihan tersebut lesi diotak tengah, thalamus dan kateks serebrum. Kemungkinan besar bersifat apileptigenik, sedangkan lesi diseberum dan batang otak umumnya tidak memacu kejang ditingkat membrane sel – sel fokus kejang memperlihatkan beberapa fenoma biokimiawi termasuk yang berikut: 1. Instabilitas membrane sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Neuron – neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepas muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan. 2. Kelainan polarisasi yang disebabkan oleh kelebihan asekilkolin atau defisiensi asam gamaamino batiral (GABA). 3. ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit yang mengganggu hemoerlans kimiawi neuron gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan neurotransi militer. (Rastiti, 2010: 121)
E. Pathway Idiopalik, trauma lahir, anoksia, abnomalitas genetic, tumor otak, meningitis, ensekalitas, abses otak cidera traumatic, stroke, dll. Epilepsi Muatan paroksismal berlebihan Ketidak seimbangan neurotransmiter otak
Asetilkolin
Aklivas GAB
Depolarisasi
Hiperpolarisasi
Kanal NBDA
Homeostatis kimiawi Neuron terganggu
Dihambat ion mg
kelainan depolatisasi neutron
Neurotians misisinapsi
penyakit
Penurunan aktifitas
hilang kesadaran
kejang
Silia Produksi sekrel
penolakan dari lingkungan
Suplai O2
Risti cidera
Perubahan apolis dan menghindar
Obstruksi jalan nafas
hipoksia jaringan Serebral
Ketidak efektifan jalan napas Jaringan
penurunan peruse
harga diri rendah
F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium 2. Pemeriksaan fisik dan neurologi 3. Pemeriksaan diagnostik, meliputi : -
Foto rontgen, MRI, EEE, CTScan
G. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanan medis a. Pengobatan kausal (kuratif) b. Pengobatan rumat (prerantif) 2. Penatalaksanaan keperawatan Untuk menentukan masalah keperawatan perlu mengetahui berlebihan terlebih dahulu diagnosis jenis epilepsy yang mana dihadapi karena masing-masing bentuk epilepsy mempunyai resiko yang berbeda-beda. Hanya pertolongan pada saat terjadi bangkitan kerjang tindakannya sama. (Ngastiyah, 2005: 182) H. Komplikasi 1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan letardasi mental dapatterjadi setelah kejang yang berulang. 2. Depresi dan ansietas yang dijelaskan sebelumnya, solusi social jangka panjang dapat terjadi I. Fokus Pengkajian 1. Akhfas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktifitas Tanda : Perubahan tonus/ kekuatan otot 2. Sirkulasi Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis
3. Integritas Ego Gejala : Stresor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan/ penanganan perasaan tidak ada harapan /tidak berdaya 4. Eliminasi Gejala : Inkanlinensia episodic Tanda : Peningkatan tekanan kandungan kemih dan tunas speingter 5. Masukan makanan / minuman Gejala : Mual/muntah yang berhubungan dengan aktifitas kejang Tanda : Kerusakan jaringan lunak /grasi (cidera selama kejang) 6. Neurosansori Gejala : Riwayat sakit kepala aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing, anoreksia Tanda : Adanya perubahan pada reaksi emosi /respon efektif yang tidak menentu. 7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Sakit kepala, nyeri otot/punggung pada periode posikal Tanda : Tingkah laku yang sehari-hari, perubahan pada tunos, otot, tingkah laku distriksi / gelisah 8. Pernapasan Gejala : Gigi mengatup, sianosis pernafasan menurun / cepat, peningkatan secret, mukosa Tanda : Apnea 9. Interaksi Sosial Gejala : Masalah dengan hubungan interpersonal dalamkeluarga / lingkungan sosialnya, pembatasan terhadap kontak social. J. Fokus Intervensi 1. Resiko ketidakpastian bersihan jalan nafas s.d relaksasi lidah dan reflek muntah sekunder akibat gangguan persarafan otak Tujuan : Mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas pelan
KH
: nafas normal (16-18k/menit) tidak terjadi aspirasi, tidak ada
disphea. Intervensi Anjurkan
1. untuk
Rasional pasien 1. Menurunkan resiko
mengosongkan
mulut
dari benda / zat tertentu. 2.
aspirasi
/masuknya suatu benda asing ke taring
Letakkan
pasien 2. Meningkatkan
aliran
posisi miring, perukaan datar,
mencegah
miringkan
menyumbal jalan nafas.
kepala
selama
serangan kejang 3.
3. Untuk
Tinggalkan pakaian
lidah
secret,
jatuh
menfasilitasi
dan usaha
bernafas.
pada daerah leher atau dada dan abdomen 4.
4. Untuk Masukkan
spates
lidah atau jalan nafas buatan. 5.
Berikan
tambahan
oksigen.
mencegah
tergigitnya
lidah 5. Dapat serebial
menurunkan sebagai
hipoksia
akibat
dari
sirkulasi yang menurun.
2. Resiko Cidera b.d Gerakan Tarik / klonik terkontrol selama episot kejang Tujuan : Klien dapat mengidentifikasikan factor presipitasi seragan dan dapat meminimalkan, menghindarinya adanya cidera fisik, menghindari jatuh. KH
: Klien tidak dapat cidera fisik
Intervensi 1. Mengamankan klien
Rasional diantar, 1. Mencegah resiko yang dapat
klien dalam kondisi aman
mengakibatkan trauma kapilis
2. Longgarkan pakaian yang ketat
2. Pakaian yang berada di sekitar klien yang mengalami kejang
3. Jika
klien
ditempat
tidur, 3. Petabotan yang berada disekitar
singkirkan semua perabot yang
klien yang mengalami kejang
dapat menciderai klien
dapat menciderai klien
4. Masukan
spatel
lidah
yang 4. Mencegah lidah tergigit saat
diberi
bantal
(kasa)
untuk
terjadi kejang
mencegah lidah tergigit 5. Beri obat anti konsultan sesuai 5. Mengurangi advis dokter
yang
aktifitas
berkepanjangan
kejang yang
dapat mengurangi suplai O2 ke otak. 3. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan TB sistemik Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi sensorik /motoric KH
: Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran
Intervensi Rasional 1. Catat status neurologis secara 1. Mengkaji adanya kecenderungan teratur 2. Frekuensi bradikardi,
pada tingkat kesadaran jantung,
catat 2. Meningkatkan aliran balik vena
takikardi
atau
bentuk disritmen lainnya
dari kepala sehingga mengurangi resiko terjadinya
peningkatan
TIK 3. Tinggikan kepala pasien
3. Meningkatkan perubahan pada ritme dan disritmia dapat timbul
4. Kasi respon verbal
4. Mengukur
kesadaran
dalam
berbicara dalam menunjukkan tingkat kesadaran 5. Beri oksigen sesuai indikasi
5. Menurunkan maka
dapat
hipoksia,
yang
meningkatkan
vasadilatasi. 4. Harga diri rendah b.d sigma bekenaan dengan kondisi Tujuan : Adanya peningkatan harga diri dalam hubungan dengan diagnosis KH
: Klien dpaat mengidentifiasi perasaan, pola koping yang positif.
Intervensi 1. Diskusikan perasaan klien mengenai diagnostic, persepsi
Rasional 1. Reaksi yang ada bervariasi di antara individu dan pengetahuan
diri terhadap penanganan yang
2. Merahasiakan Sesuatu adalah
dilakukan
merusak diri
2. Anjurkan pasien untuk tidak
3. Partisipasi dalam sebanyak
merahasiakan masalahnya
mungkin pengalaman dapat
3. Hindari pemberian
mengurangi depresi
perlindungan yang amat
4. Kadang mempunyai pengaruh
berlebihan
yang paling besar pada harga
4. Diskusikan rujukan orang
diri seseorang dan orang
terdekat
terdekat
5. Diskusikan rujukan kepada psikoterapi dengan pasien / orang terdekat (Doenges, 2000) K. Discharge Planning 1. Tekankan pada keluarga tentang pentingnya pemberian obat secara teratur tanpa menghentikannya selama pengobatan tersebut diperlukan. 2. Orang tua/ keluarga harus mengetahui efek samping yang umumnya terdapat
pada
obat
dan
mengamati
tanda-tanda
yang
mungkin
menunjukkan reaksi yang tidak terkendali. 3. Orang tua juga harus diingatkan tentang kemungkinan terjadinya perubahan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, Termberly,A.J. 2011. “Kapita Selekta Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC Dongoes, Marilyn E. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoma Untuk Perencanaan dan Pendokumentasi Perawatan Pasien Edisi 5”. Jakarta: EGC Ngastiyah. 2005. “Perawatan Pasien Sakit Edisi 2”. Jakarta : EGC Rastiti. 2010 “Laporan Asuhan Keperawatan Dengan Edisi”
(Online)
https://rastirainia.wordpress.com/2010/02/08/laporan-asuhan-keperawatananak-dengan-epilepsi/ . diakses 21 Maret2015 Wong. Donna. 2008 “Buku Ajar Keperawatan Redioltrik edisi 26”. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN EPILEPSI
DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Oleh : ERNI SUSIANTI 2015.1055
AKADEMI KEPERAWATAN MAMBU’UL ‘ULUM SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN EPILEPSI
DI BANGSAL ANGGREK 2 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Maret 2015 jam 11.00 WIB data diperoleh dari keluarga dan tim medis. 1. Biodata a. Biodata pasien 1) Nama
: Ny. S
2) Umur
: 45 tahun
3) Jenis Kelamin
: Perempuan
4) Alamat
: Jaten 01/02 Taryo Sukoharjo
5) Agama
: Islam
6) Pendidikan
: SMP
7) Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
8) Suku
: Jawa
9) Bangsa
: Indonesia
b. Biodata Penanggung Jawab 1) Nama
: Tn. S
2) Umur
: 48 tahun
3) Jenis kelamin
: laki-laki
4) Alamat
: Jaten 01/02 Taryo Sukoharjo
5) Agama
: Islam
6) Pendidikan
: SMP
7) Pekerjaan
: Buruh
8) Suku / Bangsa
: Jawa, Indonesia
9) Hubungan dengan pasien
: Suami
c. Tanggal masuk pasien 1) Hari / Tanggal
: Jumat, 13 Februari 2015 jam 16.00
2) Diagnosa
: Epilepsi
3) No. RM
: 01.89.04.16
B. Riwayat Penyakit 1. Keluhan utama Pasien mengatakan kejang-kejang 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dating ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 16-02-2015 dengan keadaan kejang, 6 detik kemudian pasien pingsan sesaat dan sesak nafas saat kejang. Sebelum dirawat di RSUD Dr. Moewardi pasien mendapatkan terapi infus asering 20 tpm, inj Ranilidin 50 mg, inj. Keterolak 30 mg, inj. Vit B12, lalu pasien dibawa ke bangsal Anggrek 2 untuk mendapatkan perawatan. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga pasien mengatakan ± 5 tahun terakhir ini pasien mengalami penyakit seperti ini, dan pasien juga pernah mondok di RSUD Sukoharjo 4. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit seperti ini dan juga tidak mempunyai penyakit keluarga yang menurun seperti DM, Hipertensi dan hepatitis.
X Genogram
X
X
: Laki-laki : Perempuan X : Laki-laki meninggal : Pasien : Garis pernikahan : Garis keturunan : Tinggal 1 rumah C. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran
: Compos mentis, E4 M6 VS
2. TTV
: ID : 100/mmHg RR : 24 x / menit N : 80 x / menit
S : 36oC
3. BB / TB
: 70 kg / 165 cm
4. Kepala
: Tidak ada benjolan, rambut sedikit beruban dan bau
5. Mata
: Simetris kanan dan kiri, kunjuntiva tidak anemis
6. Hidung
: Tidak ada secret dan tidak ada polip, terpasang O2
7. Mulut
: Tidak sariawan, tidak ada secret, lidah kidal, bibir lembab
8. Telinga
: Pendengaran normal / baik, tidak ada serumen
9. Leher
: Arteri karolis terbaba, tidak ada pembesaran vena jagularis.
10. Dada a. Paru-paru
Inspeksi
: Pengembangan dada simetris, tidak ada jejas, RR : 20 x / menit
Perkusi
: Sono
Parpasi
: Tidak ada nyeri telam
Auskultasi : Wezing b. Jantung Inspeksi
: Icus Cordis tidak terlihat
Perkusi
: Redup
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, IC tidak terlihat
Auskultasi : Pekat c. Abdomen Inspeksi
: Simetris dan tidak ada jejas
Auskultasi : Peristaltik lisus 18 x / menit, bising usus terdengar Perkusi
: Tympani
Palpasi
: Tidak teraba masa, dan tidak ada nyeri tekan.
11. Genetalia
: Tidak terpasang DC
12. Anus
: Tidak dikaji
13. Ekstermitas Atas
: Lengkap tidak ada kelainan, tangan kiri terpasang infus asering 20 lpm, tangan kanan dapat bergerak bebas
Bawah
: Lengkap, tidak ada kelainan, tetapi kaki kiri saat dibuat gerak nyeri
3 3
4 4
14. Kulit : Sawo matang, tugal kulit kering
D. Pengkajian Pola Fungsi Menurut Handarson 1. Pola bernafas
Sebelum sakit
: Pasien
mengatakan
bernafas
spontan
dan
tidak
memakai alat bantu Selama sakit
: Pasien mengatakan bernafas memakai alat bantu O2 (3 liter) RR : 24 x / menit
2. Pola makan Sebelum sakit
: Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan kadang buah.
Selama sakit
: Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan menu yang disediakan oleh rumah sakit.
3. Pola minum Sebelum sakit
: Pasien mengatakan minum ± 7-8 gelas / hari dengan air putih dan teh
Selama sakit
: Pasien mengatakan minum 5-6 gelas / hari dengan air putih dan teh
4. Pola Eliminasi Sebelum sakit
: Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dan BAK 4-5 kali per hari
Selama sakit
: Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dab BAK 3-4 kali per hari
5. Pola Gerak Sebelum sakit
: Pasien mengatakan dapat bergerak dengan bebas, tanpa bantuan keluarga
Selama sakit
: Pasien mengatakan tidak dapat bergerak dengan bebas, karena dibantu dengan keluarga
6. Pola pemeliharaan postur tubuh Sebelum sakit
: Pasien mengatakan terkadang jalan-jalan dipagi hari
Selama sakit
: Pasien mengatakan sekarang tidak dapar berjalan-jalan karena berbaring di tempat tidur
7. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit
: Pasien mengatakan tidur ± 8 jam / hari dan tidur siang ± 1 jam / hari
Selama sakit
: Pasien mengatakan tidur ± 6 jam / hari karena saat buat bergerak kejang dan sering terbangun
8. Pola berpakaian dan kebersihan tubuh Sebelum sakit
: Pasien mengatakan mandi 2 x / hari dan ganti baju 2 x / hari tanpa bantuan orang lain
Selama sakit
: Pasien mengatakan mandi 1 x / hari, sibin dan ganti baju 1 x / hari dengan dibantu dengan keluarga
9. Pola menghindari bahaya Sebelum sakit
: Pasien mengatakan menghindari bahaya tanpa bantuan orang lain
Selama sakit
: Pasien
mengatakan
menghindari
bahaya
dengan
bantuan keluarga karena pasien gerak sedikit langsung kejang Pengkajian Resiko Jatuh Kemungkinan Jatuh No Modifikasi scale morse 1. Riwayat jatuh 2. Mempunyai diagnosis sekunder 3. Menggunakan alat bantu lidah baring 4. Terpasang infus/ obat 5. Gaya berjalan 6.
Saat berjalan pasien langsung kejang Status mental
Orientasi terhadap kemampuan Total Keterangan :
Skor Iya Iya Iya Iya Iya
10 10 10 10 20
Iya
10 70
a. Skor 0-24 rendah resiko b. Skor 25-50 resiko sedang c. Skor ≥ 50 resiko tinggi Total : 70 jadi pasien resiko tinggi 10. Pola Komunikasi Sebelum sakit
: Pasien mengatakan bisa berkomunikasi dengan baik
Selama sakit
: Pasien mengatakan berkomunikais tidak normal karena lidah pelo
11. Pola Beribadah Sebelum sakit
: Pasien mengatakan beribadah 5 waktu
Selama sakit
: Pasien mengatakan beribadah kadang-kadang
12. Pola bekerja Sebelum sakit
: Pasien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga secara mandiri
Selama sakit
: Pasien mengatakan tidak bisa bekerja karena harus beristirahat di tempat tidur
13. Pola rekreasi Sebelum sakit
: Pasien mengatakan mencari hiburan dengan menonton TV dan berbicara dengan keluarga
Selama sakit
: Pasien mengatakan mencari hiburan hanya ngobrol dengan keluarga
14. Pola belajar Sebelum sakit
: Pasien mengatakan sudah tahu penyakitnya karena sudah beberapa kali berobat seperti ini
Selama sakit
: Pasien mengatakan dapat informasi dari tim medis
E. Data Penunjang Laboratorium tanggal 28 Februari 2015 Pemeriksaan 1. Hematologi rutin
Hasil
Satuan
Normal
Hemoglobin
12.2
g/dl
12.0-15.6
Hematokrit
38
%
33-45
Leokosit
8.5
Ribu/ml
4.5-11.0
Trombosit
258
Ribu/ml
150-450
Eritrosit
394
Ribu/ml
4.10-5.10
4.6
%
4.8-5.9
2. Kimia Klinik HB ALC
Gula darah sewaktu
104
Mg/dl
70-116
Glukosa 2 jam PP
101
Mg/dl
80-140
Asam Urate
4.0
Mg/dl
2.4-6.1
Cholesterol total
220
Mg/dl
50-200
Cholesterol CDL
152
Mg/dl
79-186
Cholesterol HDL
35
Mg/dl
34-87
Trigliserida
165
Mg/dl
34-87
Natrium darah
140
Mmol/L
136-145
Kalium darah
3.0
Mmo/L
3.3-5.1
Calsiom ion
1.10
Mmol/L
1.17-1.29
3. Eritrosit
F. Tahap Medis 1. Tanggal 20-03-2015 a. Infus asering 20 tpm b. Inj. Ketorolac 30 gr/12 jam c. Inj. Ranitiding 80 gr/12 jam d. Inj Vit B 300 mg e. Vit B6 271 f. Klp Drazepan 2. Tanggal 03-03-2015 a. Infus asering 20 tpm b. Inj. Ketorolac 50 gr/8 jam c. Parasetamol 2 x 100 mg d. Inj Vit B12 500 mg e. THD 2 z ½ tab f. K PCP 2 + Delladril 3. Tanggal 04-03-2015 a. Infus asering 20 tpm b. Inj Ranitidin 50 mg/8 jam 1 amp c. Inj Vit B12 1 amp
d. Inj Vit B6 1 amp/ 6 jam G. Data Infus 1. Data Subjektif a. Pasien mengatakan kejang 6 detik sekali dan lutut terasa sakit b. Pasien mengatakan dadanya sesak nafas saat kejang c. Pasien mengatakan badannya lemas dan mudah lelah d. Pasien mengatakan kalau buat gerak langsung kejang 2. Data Objektif a. Klien terlihat saat kejang menendang-nendang dan ekstermitas atas dan bawah bergerak b. Klien tampak lemah c. Klien terpasang canul O2 3 liter TTV
: TD : 110 / 80 mmHg N
: 80 x/menit
S
: 36oC
RR
: 24 x /menit
d. Klien tampak sering dibantu keluarga H. Analisa Data No 1.
Tanggal 02-03-2015
Data Etiologi DS: Klien mengatakan Kerusakan
Problem Ketidak
dadanya sesak nafas saat neurogit
efektifan
kejang
pola nafas
DO : Klien terpasang kanul O2 3 liter TD : 110/80 mmHg N : 80 x / menit RR : 24 x / menit 2.
02-03-2015
S : 36oC DS : Pasien mengatakan Kelemahan
Intoleransi
badannya
aktifitas
mudah lelah
lemas
dan umum
DO : -
Pasien tampak lemah
-
Pasien tampak
sering
dibantu keluarga saat 3.
02-03-2015
beraktifitas DS : -
Aktifitas Klien
kejang
Resiko yang cidera
mengatakan jekang 6 tidak detik
sekali
lutut terkontrol
terasa sakit -
(Gangguan Klien
mengatakan bergerak
keseimbangan)
kalau langsung
kejang DO
:
kakinya
Klien
tampak
menendang-
nendang dan ekstermitas atas dan bawah I. Diagnosa Keperawatan No
Diagnosa Tgl. Diterima DX 1. Ketidak efektifan pola 02-03-2015 nafas
b.d
kerusakan
2.
neurogis Intoleransi aktifitas b.d 02-03-2015
3.
kelemahan umum Resiko cidera
b.d 02-03-2015
aktifitas kejang yang tidak
terkontrol
Tgl. Teratasi
Paraf
(gangguan keseimbangan) J. Rencana Keperawatan Tgl/Jam DX 02-03-15 1
Tujuan dan KH Setelah
Intervensi
Rasional
1. Observasi
Paraf
Ku 1. Untuk
dilakukan
dan tanda-tanda
menentukan
tindakan
vital
intervensi
keperawatan
selanjutnya
selama 3 x 24 2. Kasi jam
frekuensi 2. Untuk
bunyi nafas
mengetahui
diharapkan
apakah ada suara
ketidak
nafas tambahan
efektifan pola 3. Beri posisi yang 3. Agar nafas
dapat
teratasi
nyaman
pasien
merasa aman
4. Beri posisi semi 4. Untuk
dengan KH:
flower
melancarkan
-
jalan nafas
Sesak
nafas 5. Kolaborasi
berkurang -
dengan
5. Memaksimalkan
dokter
bernafas
pemberian O2
RR : 20 x / 03/03/15 2.
menit Setelah
1. Kasi
1. Untuk
dilakukan
kemampuan
mempengaruhi
tindakan
klien
pilihan
keperawatan
melakukan
(intoleransi
selama 3 x 24
tugasnya
aktifitas)
jam
untuk
2. Evaluasi
diharapkan
saat
intolerensi
aktifitas
TTV 2. Mengetahui
kemajuan
fungsi
jantung
bila dikaitkan dan
aktifitas dapat teratasi
aktifitas 3. Beri
dengan KH.
istirahat
-
diatur
Pasien
aktifitas
waktu 3. Mendapatkan dan
waktu
yang
waktu
cukup
waktu
resolusi
bagi
mampu
tubuh dan tidak
melakuka
memaksa jantung
n aktifitas secara mandiri Mampu berpindah tanpa 04/03/20 3
bantuan Setelah
15
dilakukan
faktor
tindakan
lingkungan yang
keperawatan
memungkinkan
selama 3 x 24
resiko cidera
jam.
1. Indentifikais
1. Agar
pasien
selalu aman
2. Pantau struktur 2. Untuk
Diharapkan
neutologis setiap
mengetahui
masalah
8 jam
terulangnya
resiko cidera
kejang mendadak
dapat teratasi 3. Jauhkan benda- 3. Agar pasien tidak dengan KH:
benda
-
dapat
kejang-kejang
Tidak terjadi
mengakibatkan
datang
-
yang
cidera ….
terjadinya cidera
Pada klien
pada posisi saat kejang
cidera
saat
Klien
dalam 4. Menyiapkan
4. Agar
kondisi
kain
aman
untuk mencegah
dimulut
tergigitnya lidah
supaya
saat
kejang
tidak
Klien
handuk
bisa
tidak
jatuh
ditempelkan pasien
tergigit 5. Berikan anti
obat 5. Agar kejang
pasien
nyaman
sesuai dokter K. Implementasi Tgl / Jam Dx Implementasi 02-03-2015 1.2.3 Memberikan obat
Respon S : Pasien mengatakan
08.15
“iya”
injeksi Ranilidin
50/mg / 8 jam dan inj. O : Obat masuk melalui B12 500 mg 1.2.3 Mengganti seprai
selang infus. S : Pasien mengatakan “ya”
09.10
1
Mengkolaborasi O2
O : Pasien kooperatif S : Pasien mengatakan “ya”
09.20
3
Menganjurkan
O : O2 terpasang 2-3 rpm S : Keluarga mengatakan
menjauhkan benda-
“ya”
benda yang
O : Pasien kooperatif
08.45
10.00
1
mengakibatkan cidera Memberikan posisi S : Pasien mengatakan “ya” yang nyaman
10.30
P : Pasien kooperatif dan
tampak nyaman Mengobservasi tanda- S : Pasien mengatakan “ya” tanda vital
O :TD : 110/80 mmHg N : 80 x / menit RR : 24 x / menit
03.03.2015 1.2.3 Memberikan injeksi
S : 36o c S : Pasien mengatakan
Paraf
08.00
Ranitian
“Iya” O : Injeksi / obat masuk
08.45
1.2.3 Merapikan tempat tidur
10.00
3
bersedia
O : Pasien tampak nyaman Menganjurkan pasang S : Keluarga mengatakan penghalang tempat
10.30
melalui selang infus S : Pasien mengatakan
tidur 1.2.3 Mengobservasi TTV
“iya” O : pasien tampak nyaman S : Pasien mengatakan “Iya” O : TD : 120 / 80 mmHg N : 84 x / menit RR : 20 x / menit
11.00
11.30
1.2.3 Mengganti infus
2
S : 36,50C S : Pasien mengatakan iya
Asering 20 tpm
O : Infus Asering terpasang
Memberikan
20 tpm S : Pasien mengatakan mau
lingkungan tenang
beristirahat
waktu intirahat di
O : Pasien tampak
antara waktu istirahat beristirahat 04.02.2015 1.2.3 Mengganti infus S : Pasien mengatakan 15.00
Asering 20 tpm
“iya” O : Infus Asering terpasang
16.00
1.2.3 Memberikan injeksi
20 tpm S : Pasien mengatakan mau
Ranitidin 50 mg/8 jam O : Obat masuk melalui 16.30
dan injek B6 selang infus 1.2.3 Mengobservasi tanda- S : Pasien mengatakan tanda vital
“Iya” O : TD : 120 / 70 mmHg N : 80 x / menit
RR : 20 x / menit 20.00
S : 360C 1.2.3 Memberikan obat oral S : Pasien mengatakan THP 2 x ½ tab
“iya” O : Obat tampak diminum
L. Evaluasi Hari/ Tanggal Rabu, 04/03/15
No DX 1
21.00
Evaluasi S : Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang O : Pasien tampak sudah tidak menggunakan Canul O2 TD : 120 / 80 mmHg RR : 20 x / menit N : 80 x / menit
Rabum
2
S : 36,2oC S : Klien mengatakan badannya
04/03/15
masih sedikit lemah
21.000
O : Klien tampak aktifitasnya masih dibantu keluarga A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan -
Mengkaji kemampuan klien dalam aktifitas
-
Menganjutkan pasien untuk melakukan
Rabu, 04/03/15 21.00
3
aktifitas yang ringan S : Klien mengatakan kejang ± 6 detik dan lutut terasa sakit O : Klien tampak menendang-
Paraf
nendang dan ektermitas bawah dan atas A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan -
Monitor status neurologis / 8 jam
-
Memasang penghalang pasien