Laporan Pendahuluan Fraktur Maxilla [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS JEMBER LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR MAXILLA DI RUANG 19 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG



OLEH: Yogie Bagus Pratama, S. Kep NIM 182311101027



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER OKTOBER, 2018



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abses Hepar di Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang telah disetujui dan disahkan pada: Hari, Tanggal : Oktober 2018 Tempat: Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang



Malang,



Oktober



2018



Mahasiswa



Yogie Bagus Pratama, S.Kep. NIM 182311101047 Pembimbing Akademik Fakultas Keperawatan Universitas Jember



Pembimbing Klinik Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang



Ns. Mulia Hakam S., M.Kep., Sp.Kep.MB NIP. 19810319 201404 1 001



Maria Christiana, S.Kep., Ners NIP. 19680625 198902 2 001



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR MAXILLA



A. Konsep Teori tentang Penyakit 1. Review Anatomi Fisiologi Maxilla adalah tulang besar pada wajah yang membentuk rahang atas manusia. Maxilla terletak pada bagian kanan dan kiri rahang atas yang ditandai dengan adanya tulang berbentuk tidak beraturan yang dapat bergabung bersma di tengah tengkorak, dibawah hidung, dan didaerah yag dikenal sebagai jahitan intermaksilaris. Maxilla memiliki beberapa fungsi utama, yaitu : a. Merekatkan gigi bagian atas pada tempatnya b. Membuat tengkorak mudah digerakkan c. Meningkatkan volume dan kedalaman suara manusia Selain fungsi tersebut, maxilla adalah bagian dari viscerocranium dimana, tulang ini mengandung tulang dan otot sehingga manusia dapat mengunyah,tersenyum, berbicara, dan bernapas serta terdapat syaraf penting yang dapat melindungi mata, otak, dan organ lain selama cedera wajah. Secara konseptual kerangka wajah terdiri daro empat pasang dinding (buttress) vertikal dan horizontal. Buttress merupakan daerah tulang yang lebih tebal yang menyongkong unit fungsional wajah yaitu otot, matam oklusi dental, dan airway. Vertikal buttress terdiri dari sepasang maxilla lateral (dinding orbital lateral), maxillari medial (dinding orbital medial), pterygomaxillary buttress, dan posterior vertical buttress. Horizontal buttresses juga terdiri dari sepasang maksilari transversal atas (lantai orbital), maksilari transversal bawah (palatum), mandibular transversal atas dan mandibuular transversal bawah.



Gambar 1. Anatomi Maxilla 2. Definisi Fraktur adalah hilangnya atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur maxilla terjadi ketika maxilla menjadi retak atau patah. Fraktur maxilla terjadi karena seseorag mengalami cedera pada wajah akibat dari jatuh, kecelakaan mobil, tertusuk, atau berlari ke suatu objek. Fraktur maxilla dan fraktur lainnya yang terjadi di depan wajah juga dikenal sebagai fraktur wajah tengah. 3. Epidemiologi Menurut penelitian yang dilakukan oleh Demirdover cenk (2018) tercatat sebanyak 1.266 kasus trauma maxsilla yang dioperasi sejak tahun 2003 hingga 2017 dengan 25,5% diantaranya adalah kecelakaan lalu lintas. Angka kejadian fraktur maxilla lebih rendah dibandingkan dengan fraktur midface lainnya (Uud, 2016). Di Indonesia pasien fraktur maxilla dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 81,73% (Muchlis, 2011).



4. Etiologi Fraktur maksilofasial dapat diakibatkan karena tindak kejahatan atau penganiayaan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga dan industri, atau diakibatkan oleh hal yang bersifat patologis yang dapat menyebabkan rapuhnya bagian tulang (Fonseca, 2005). 5. Klasifikasi Fraktur maxillaris dibedakan Le Fort dengan tiga kategori, antara lain: a. Le Fort I : Fraktur terjadi pada garis di atas bibir atas, memisahkan gigi dari rahang atas, dan melibatkan bagian bawah dari saluran hidung. b. Le Fort II : Fraktur yang berbentuk segitiga yang melibatkan gigi di pangkal dan jembatan hidung di titik atas, serta rongga mata dan tulang hidung. c. Le Fort III : Fraktur yang terjadi di seluruh jembatan hidung, melalui rongga mata dan keluar ke arah sisi wajah. Fraktur le Fort III adalah fraktur maxilla yang paling parah sering diakibatkan trauma besar pada wajah



Gambar 2. Klasifikasi Le Fort



6. Patofisiologi/Patologi Gaya yang menyebabkan ciera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau low impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya gravitasi. Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, gigi dan tulang maksila, zygoma, nasoorbital-ethmoid (NOE) komplek, dan struktur-struktur supra orbital



7. Manifestasi Klinis



Rahang yang patah biasanya menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan rahang, dan kebanyakan orang sering merasa bahwa gigi mereka sakit biasa. Seringkali, mulut tidak dapat dibuka lebar, atau bergeser ke satu sisi saat membuka atau menutup. Fraktur maxilla sering menyebabkan pembengkakan dan deformitas wajah. Pembengkakan jarang menjadi cukup berat untuk menyebabkan seeorang mengalami gangguan pada saluran pernapasan. Gejala fraktur maxilla yang dapat terjadi : a. Mimisan; b. Memar di sekitar mata dan hidung; c. Bengkak pada pipi; d. Bentuk di sekitar hidung tidak beraturan; e. Mengalami kesulitan dalam penglihatan; f. Memiliki penglihatan ganda; g. Terjadi mati rasa di daerah rahang atas; h. Mengalami kesulitan mengunyah, berbicara atau makan; i. Saat mengunyah, berbicara, atau makan akan terasa sakit di bibir j. Terdapat gigi yang patah 8. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Pada pasien fraktur maxillaris yang terjadi perdarahan jarang sekali menimbulkan masalah yang serius, tetapi karena diperlukan untuk pembedahan maka penting untuk dilakukan pemeriksaan golongan darah untuk keperluan transfusi darah. a) Hemoglobin / haemoglobin (Hb) nilai normal dewasa pria 13.518.0 gram/dL, nilai normal dewasa wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL, dikatakan Hb rendah apabila nilainya