Laporan Pendahuluan Gastritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis , difus atau locak(Nurarif 2015) Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, gastritis akut berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak (memakan makanan yang mengiritasi dan makanan yang terinfeksi (Brunner&Suddart 2014). Gastritis adalah inflamasi pada mukosa lambung yang disertai kerusakan atau erosive pada mukosa(Dilyono & Mulyanti 2013). Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakankerusakan erosi.sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang disebakan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri H.Pylori. Gastritis adalah suatu peraadangan mukosa lambung yang bersifat akut , kronik, diffuse atau local. Menurut penelitian, sebagai besar gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu beberapa bahan yang sering dimakan dapatmenyebabkan rusaknya mukosa pelindung lambung(Wijaya & Putri 2013). B. Etiologi Menurut Nurarif (2015) gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik. C. Klasifikasi Adapun klasifikasi Gastritis menurut Wim de Jong et al.2005 dalam Nurarif (2015) dibedakan menjadi 3 : 1. Gastritis Akut a. Gastritis akut tanpa perdarahan



1



b. Gastritis



akut



dengan



perdarahan



(gastritis



hemoragik



atau



gastritiserosiva) 2. Gastritis kronik Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobaccterpylory (H.pylory). 3. Gastritis bacterial Disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari duedonum. D. Patofisiologi Pada dasarnya mukosa lambung merupakan barier pertama untuk melindungi jaringan lambung itu sendiri. Faktor- faktor resiko di atas menyebabkan injury pada mukosa lambung yang mendorong munculnya proses inflamasi lambung. Proses inflamasi menyebabkan edema lambung dan peningkatan permeabilitas mukosa lambung, sehingga dapat meningkatkan diffuse balik (back diffusion) asam hidroklorik ke dalam mukosa lambung yang akhirnya dapat merusak mukosa dan jaringan parietal dibawahnya. Kerusakan akan semakin berat bila ada kontaminasi bakteri dan kondisi anemia. Iritasi dan erosi mukosa lambung sering diikuti dengan perdarahan dan hilangnya fungsi lambung (Diyono & Mulyanti 2013). E. Manifestasi Klinik Menurut Brunner&Suddart (2014) manifestasi klinis dari gastritis dibagi menjadi dua yaitu: 1. Gastritis akut Gejalan mungkin berlangsung cepat, ketidaknyamanan, sakit kepala, kelesuan, mual, muntah dan cegukan. 2. Gastritis Kronis a. Mungkin tidak bergejala b. Keluhan anoreksi, nyeri ulu hati setelah makan, bersendawa, mual dan muntah c. Pasien gastritis kronis akibat defisiensi vitamin biasanya diketahui mengalami malabsorbsi vitamin B



F. Komplikasi Menurut Darmawan & Rahayuningsih(2010) dan Wijaya & Putri (2013) komplikasi dari gastritis adalah : 1. Ulkus peptikum 2. Perdarahan saluran cerna bagian atas. 3. Perforasi jarang terjadi. G. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Menurut Nurarif (2015) adapun pemeriksaan penunjang Gastritis yaitu: 1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis. 2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung. 3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko



akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. 4. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen. H. Penatalaksanaan Menurut Darmawan & Rahayuningsih (2010) penatalaksanaan gastritis terbagi 2 yaitu: 1. Penatalaksanaan Farmakologi a. Bila perdarahan lambung : Antikoagulan. b. Pemberian obat-obatan anti kolinergik, anti emetik,analgetik dan sedative, antasida, antibiontika. c. Terapi pendukung : intubasi, cairan intravena. d. Pembedahan:



untuk



mengangkat



ganggren



dan



perforasi,



gastrojejunuskopi / reseksi lambung untuk mengatasi obstruksi pilorus 2. Penatalaksanaan Non Farmakologi a. Istirahat baring. b. Mengurangi stress. c. Diet lunak dan tidak merangsang, tidak merokok, dan tidak minum alkohol.



BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Proses Pengkajian Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita Gastritis menurut Wijaya & Putri (2013), meliputi : 1. Riwayat kesehatan a.



Gejala nyeri ulu hati.



b.



Tidak dapat makan



c.



Mual/muntah



d.



Kapan gejala di rasakan: sebelum/sesudah makan. Setelah mencerna makanan pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol.



e.



Apakah gejala berhubungan dengan ansietas , stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat.



f.



Bagaimana gejala hilang



g.



Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani pembedahan lambung.



h.



Pola makan dan riwayat diet.



i.



Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, demgan metode apa pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien.



2. Pemeriksaan fisik. a.



Nyeri tekan abdomen



b.



Dehidrasi(perubahan turgor kulit, membran mukosa kering).



c.



Gangguan sistemik yang dapat diketahui menjadi penyebab gastritis.



B. Penentuan Diagnosa Diagnosis Keperawatan yang lazim muncul dengan Aplikasi NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)



1.



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat.



2.



Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairaan yang berlebihan karena muntah.



3.



Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.



4.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan proses penyakit.



C. Penentuan Intervensi 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat a. Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. c. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi d. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. e. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah f. Monitor lingkungan selama makan g. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan. h. Monitor turgor kulit i. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht. j. Monitor mual dan muntah. k. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva. l. Monitor intake nutrisi m. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi. n. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.. o. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan. p. Kelola pemberan anti emetik:..... q. Anjurkan banyak minum.



r. Pertahankan terapi IV line s. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup dan kehilangan cairaan yang berlebihan karena muntah. a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat b. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein ) d. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam e. Kolaborasi pemberian cairan IV f. Monitor status nutrisi g. Berikan cairan oral h. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam) i. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk k. Atur kemungkinan tranfusi l. Persiapan untuk tranfusi m. Pasang kateter jika perlu n. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam 3. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi. a. Monitor vital sign b. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi c. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyaman d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalam nyeri pasien e. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan daan kebisingan f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi



g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri h. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. 4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan proses penyakit. a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga b. Jelaskan



patofisiologi



dari



penyakit



dan



bagaimana



hal



ini



berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat g. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan j. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat D. Penentuan Implementasi Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan E. Evaluasi Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan



tenaga



kesehatan



lainnya



(Setiadi,



2012).



PENYIMPANGAN KDM



9



DAFTAR PUSTAKA Dermawan & Rahayuningsih (2010). Keperawatan medikal bedah (Sistem Pencernaan). Jogjakarta :Gosyen Publishing Dilyono & Mulyanti (2013). Keperawatan medikal bedah, sistem pencernaan. Jakarta :Kencana Prenada Media Group Nurarif, Amin Huda;. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Nanda NIC- NOC. Jogjakarta :Mediaction Jogja Padila;. (2012). Buku Ajar:Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta :Nuha Medika Setiadi. (2012). Konsep dan penulisan asuhan keperawatan..Yogyakarta:Graha ilmu Smeltzer, Suzanne C. (2014). Brunner & suddarth’s Textbook of medical Surgical Nursing. (Devi Yulianti,Amelia Kimin Penerjemah) Volume II Eight Edition. Philadelphia Lippincott-Raven Publisher. (Sumber Asli diterbitkan 2010) Wijaya, Putri;. (2013).Kepearawtan Medikal Bedah 1(Keperawatan Dewasa)). Jogjakarta :Nuha Medika



10