Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH



Disusun Oleh : Abdul Muis 2011102412020



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2021



A. Masalah Utama Ganggun konsep diri : Harga Diri Rendah B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi. Harga diri rendah merupakan kondisi dimana seseorang merasa bahwa dirinya tidak diterima di lingkungan dan gambaran – gambaran negatif tentang dirinya (Keliat A. B., 2011). Berdasarkan tiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain. Menurut Fitria (2009) harga diri dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan) 2) Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama Tanda dan gejala menurut Carpenito, L.J (1998); Keliat, B.A (1994), yaitu: 1) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri. 2) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa 3) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. 4) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. 5) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan. 2. Tanda dan gejala Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998).



Tanda dan gejala : Subyektif : a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain Data Obyektif : a. Kurang spontan ketika diajak bicara b. Apatis c. Ekspresi wajah kosong d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara 3. Rentang respon Respon Adapptif



Aktualisasi diri



Respon Maladaptif



Konsep-diri



Harga diri



Kerancuan



positif



rendah



identitas



depersonalisasi



a. Respon adaptif Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya 1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. 2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. (Eko, 2014: 102) b. Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu krtika dia tidakmampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi. 1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain. 2) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.



3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain. (Eko, 2014:102) 4. Penyebab Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara: a. Predisposisi 1) Faktor yang mempengaruhi harga diri Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. 2) Faktor yang mempengaruhi peran. Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial. 3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri. Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya, 4) Faktor biologis Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.



b. Presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal: a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan. b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. 5. Sumber koping Menurut stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunnya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi : a. Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah b. Hobi dan kerajinan tangan c. Seni dan ekspresif d. Kesehatan dan perawatan diri e. Pendidikan atau pelatihan f. Pekerjaan, vokasi atau posisi g. Bakat tertentu h. Kecerdasan i. Imajinasi dan kreativitas j. Hubungan interpersonal 6. Mekanisme koping Mekanisme koping menurut Deden (2013) : Jangka pendek : a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,



kerja keras, nonoton tv terus menerus.



b. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan, politik. c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes



popularitas. d. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan obat-



obatan. Jangka Panjang : a. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-



orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. b. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.



Mekanisme Pertahanan Ego: Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. 7. Batasan Karakteristik Batasan karakteristik menurut Nanda – I (2012), yaitu : 1. Bergantung pada orang lain 2. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri 3. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup 4. Produktivitas menurun 5. Enggan mencoba sesuatu yang baru 6. Perilaku bimbang 7. Kontak mata kurang 8. Pasif 9. Sering kali mencari penegasan 10.



Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri



11.



Ekspresi rasa bersalah



12.



Ekspresi rasa malu



C. Pohon masalah



Isolasi sosial Effect



Harga diri rendah kronik Core problem



Koping individu tidak efektif Causa Sumber : Damaiyanti (2012) D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul 1. Isolasi sosial 2. Harga diri rendah kronik 3. Koping individu tidak efektif E. Data yang perlu dikaji 1. Masalah utama Gangguan konsep diri : harga diri rendah Data subyektif : a. Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya b. Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli c. Mengungkapkan tidak bisa apa-apa d. Mengungkapkan dirinya tidak berguna e. Mengkritik diri sendiri Data obyektif :



a. Merusak diri sendiri b. Merusak orang lain c. Menarik diri dari hubungan sosial d. Tampak mudah tersinggung e. Tidak mau makan dan tidak tidur



2. Masalah keperawatan : Penyebab gangguan citra tubuh Data subyektif : a. Mengkritik diri sendiri b. Mengungkapkan perasaan main terhadap diri sendiri c. Mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu d. Perasaan tidak mampu e. Perasaan negatif mengenai dirinya sendiri Data obyektif :



a. Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan b. Wajah tampak murung c. Klien terlihat lebih suka sendiri d. Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan 3. Masalah keperawatan Akibat Isolasi sosial : menarik diri Data subyektif : a. Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi b. Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain c. Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain Data obyektif :



a. Ekspresi wajah kosong b. Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara c. Suara pelan dan tidak jelas F. Diagnosis Keperawatan 1. Harga diri rendah kronik 2. Koping individu tidak efektif 3. Isolasi sosial G. Rencana Tindakan Keperawatan No. Dx



SDKI Harga Diri Rendah Kronik ( D.0087) Definisi : Evaluasi atau perasaan negative



SLKI Harga Diri ( L.09069) Perasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan sebagai respon terhadap situasi saat ini.



SDKI Promosi Koping (I.13493) 2.1 Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan



terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini.



Kriteria Hasil : a Penilaian diri positif terhadap cukup meningkat b Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri cukup meningkat c Minat mencoba hal baru cukup meningkat d Perasaan malu cukup menurun e Perasaan bersalah cukup menurun f Perasaan tidak mampu melakukan apapun cukup menurun



2.2 Identifikasi kemampuan yang dimiliki 2.3 Identifikasi sumber daya yang tersedia 2.4 Identifikasi pemahaman proses 2.5 Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan 2.6 Identifikasi metode penyelesaian masalah 2.7 Diskusikan perubahan peran yang dialami 2.8 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 2.9 Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri 2.10 Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan malu 2.11 Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis.



Isolasi sosial (D.0121) definisi : ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain



Keterlibatan social Promosi sosialisasi (L.13115) (L.13498) Tindakan : Setelah dilakukan Tindakan Observasi : keperawatan, diharapkan 1. Mengidentifikasi Keterlibatan sosial dapat kemampuan melakukan diatasi dengan kriteria hasil : interkasi dengan orang lain 1. Minat interaksi (5) 2. Mengidentifikasi hambatan 2. Minat terhadap aktivitas melakukan interaksi (5) dengan orang lain 3. Kontak mata (5) Teraupetik : Ket : 1. Memotivasi meningkatkan 1 : Menurun keterlibatan dalam suatu 2 : Cukup menurun hubungan 3 : Sedang 2. Memotivasi berpartisipasi 4 : Cukup meningkat dalam aktivitas baru dan 5 : Meningkat kegiatan kelompok 1. Verbalisasi social (1) Edukasi : 2. Perilaku menarik diri (5) 1. Menganjurkan berinteraksi 3. Afek murung/sedih (5) dengan orang lain secara Ket : bertahap 1 : Meningkat 2. Menganjurkan ikut serta 2 : Cukup meningkat kegiatan social dan 3 : Sedang kemasyarakatan 4 : Cukup menurun 5 : Menurun



3. Menganjurkan berbagai pengalaman dengan orang lain



Strategi komunikasi dan pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan terminasi setiap SP) SP 1 Klien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian. ORIENTASI : “Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Abdul Muis, biasa dipanggil Muis, saya mahasiswa keperawatan UMKT yang sedang praktik diruangan ini., Bagaimana keadaan ibu hari ini ? ”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih” ”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ? KERJA : ” Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki “. ” ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. ”Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur ibu”. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?” “Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan



kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !” ” ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “ Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan ibu ibu (tidak) melakukan. TERMINASI : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat tidur ? Yah, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.” ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00” ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya



DAFTAR PUSTAKA



Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC. Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika Press. 2017. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah HDR (Harga Diri Rendah). Akademi Kesehatan Rustida Prodi D-Iii Keperawatan Krikilan-Glenmore Banyuwangi. Digilib.Unimus.ac.id/download.php?id=1429. Diakses pada tanggal 14 Februari 2021.