LP Harga Diri Rendah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • novi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Pada Departemen/Stase Jiwa



Disusun oleh : Ayu Mutia Rahayu JNR0190011



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU) TAHUN AJARAN 2020



LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)



A. Kasus (Masalah Utama) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah B. Definisi, Etiologi, Tanda dan Gejala 1. Definisi Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (Yosep,2009) Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. (Towsend,2008) Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. (Keliat BA, 2006) 2. Etiologi Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. (Yosep,2009) 3. Tanda dan Gejala Menurut



Carpenito



dalam



keliat



(2011)



berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :



perilaku



yang



a. Mengkritik diri sendiri b. Menarik diri dari hubungan sosial c. Pandangan hidup yang pesimis d. Perasaan lemah dan takut e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri g. Hidup yang berpolarisasi h. Ketidakmampuan menentukan tujuan i. Merasionalisasi penolakan j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan ) Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu : a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri c. Merendahkan martabat d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri e. Percaya diri kurang f. Menciderai diri C. Faktor Predisposisi 1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. 2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. 3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)



D. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus



dioperasi,



kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. (Yosep,2009) Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal. (Townsend,2008) E. Pohon Masalah Isolasi Sosial (Effect)



Harga Diri Rendah Kronik (Core Problem)



Koping Individu Tidak Efektif (Causa)



F. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji 1. Masalah Keperawatan a. Isolasi Sosial : menarik diri b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah c. Gangguan citra tubuh 2. Data yang Perlu Dikaji a. Isolasi sosial : menarik diri 1) Data Obyektif Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam. 2) Data Subyektif Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas. b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 1) Data Subyektif Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri 2) Data Obyektif Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup. c. Gangguan citra tubuh 1) Data subyektif Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat 2) Data obyektif Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangis



G. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d koping individu tidak efektif 2. Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis 3. Gangguan citra tubuh b.d gangguan psikososial H. Rencana Asuhan Keperawatan



NO 1.



DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan konsep diri : harga diri rendah b.d koping individu tidak efektif



TUJUAN



INTERVENSI



Tujuan Umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.



1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik: 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. b. Hindari memberi penilaian negatif setiap bertemu klien. c. Utamakan memberi pujian yang realistik. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi



klien. c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri rendah. b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat. c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah. 2.



Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis



Tujuan Umum : 1. Klien dapat membina klien mampu hubungan saling percaya bersosialisasi a. Bina hubungan saling Tujuan Khusus : percaya: salam terapeutik, 1. Klien dapat memperkenalkan diri, membina jelaskan tujuan interaksi, hubungan saling ciptakan lingkungan yang percaya tenang, buat kesepakatan 2. Klien dapat dengan jelas tentang topik, menyebutkan tempat dan waktu. penyebab menarik b. Beri perhatian dan diri penghaargaan: temani klien 3. Klien dapat walau tidak menjawab. menyebutkan c. Dengarkan dengan empati: keuntungan beri kesempatan bicara, berhubungan jangan terburu-buru, dengan orang lain tunjukkan bahwa perawat dan kerugian tidak mengikuti pembicaraan berhubungan klien. dengan orang lain. 2. Klien dapat menyebutkan 4. Klien dapat penyebab menarik diri melaksanakan a. Kaji pengetahuan klien



hubungan sosial 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga



tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu f. Motivasi klien untuk



mengikuti kegiatan ruangan g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku menarik diri c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga 3.



Gangguan Citra Tujuan umum : 1. Klien dapat membina tubuh b.d gangguan klien tidak terjadi hubungan saling percaya psikososial gangguan konsep diri : a. Bina hubungan saling harga diri rendah percaya : salam terapeutik,



/klien akan meningkat perkenalan diri, jelaskan harga dirinya. tujuan interaksi, ciptakan Tujuan Khusus : lingkungan yang tenang, 1. Klien dapat buat kontrak yang jelas membina (waktu, tempat dan topik hubungan saling pembicaraan) percaya b. Beri kesempatan pada klien 2. Klien dapat untuk mengungkapkan mengidentifikasi perasaannya kemampuan dan c. Sediakan waktu untuk aspek positif yang mendengarkan klien dimiliki d. Katakan kepada klien 3. Klien dapat bahwa dirinya adalah menilai seseorang yang berharga kemampuan yang dan bertanggung jawab dapat digunakan serta mampu menolong 4. Klien dapat dirinya sendiri menetapkan 2. Klien dapat mengidentifikasi /merencanakan kemampuan dan aspek positif kegiatan sesuai yang dimiliki dengan a. Diskusikan kemampuan kemampuan yang dan aspek positif yang dimiliki dimiliki 5. Klien dapat b. Hindarkan memberi melakukan penilaian negatif setiap kegiatan sesuai bertemu klien, utamakan kondisi dan memberi pujian yang kemampuan realistis 6. Klien dapat c. Klien dapat menilai memanfaatkan kemampuan dan aspek sistem pendukung positif yang dimiliki yang ada 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat menetapkan /merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki a. Rencanakan bersama klien



aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan b. Beri pujian atas keberhasilan klien c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga



I. Trend Issue Keperawatan Jiwa Di Masa Pandemi Covid-19 Terapi



pada



gangguan



jiwa



skizofrenia



dewasa



ini



sudah



dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi : 1. Psikofarmaka Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat



yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone



(untuk



ansietas),



Aripiprazole



(untuk



antipsikotik)



(Hawari,2001). 2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama (Maramis,2005). 3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014). 4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5 joule/detik. (Maramis, 2005). J. Daftar Pustaka Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.



Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC. Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta : Nuhamedika. Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. jakarta: EGC. Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.Trans Info Media.