18 0 228 KB
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2015 LAPORAN PENDAHULUAN NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
HARGA DIRI RENDAH I. II.
MASALAH UTAMA Harga Diri Rendah PENGKAJIAN KEPERAWATAN A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta merasa tidak percaya pada diri sendiri. B. Proses Terjadinya Masalah Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis. NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
C. Rentang Respon Konsep Diri Respon adaptif
Aktualisa si diri
Respon maladaptif
Konsep diri positif
Harga diri rendah
Kerancuan identitas
depersonalisasi
D. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya Harga Diri Rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang
mempunyai
tanggung
jawab
personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. 2. Fakor predisposisi (stuart dan Sundeen, 1998) Berbagai faktor menunjang terjadi perubahan dalam konsep diri seseorang, faktor ini dapat dibagi sebagai berikut : a. Faktor yang mempengaruhi harga diri: Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, ketergantungan pada orang lain b. Faktor yang mempengaruhi peran: tuntutan peran kerja, harapan peran kultural. c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri: Ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam struktur sisial. 3. Faktor Presipitasi Faktor prespitasi terjadinya Haga Diri Rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
dioperasi,
kecelakaan,
perkosaan
atau
dipenjara
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Stresor pencetus mungkin ditimbulkan dri sumber internal dan eksternal a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan. b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Baik faktor predisposisi maupun prespitasi di atas bila memengaruhi seseorang dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan memengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan. Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri
rendah.
Menurut
Ceplan,
lingkungan
sosial
akan
memengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah. E. Mekanisme Koping 1. Pertahanan jangka pendek a. Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas, misalnya main musik, bekerja keras, menonton televise b. Akltifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut dalam aktifitas social, keagamaan c. Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik / belajar giat. d. Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan obat. 2. Pertahanan jangka panjang a. Penutupan identitas yaitu adapsi identitas pada orang yang menurut klien penting, tanpa memperhatikan kondisi dirinya. b. Identitas negatif yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang tidak wajar akan diterima masyarakat. 3. Pertahanan yang berorientasi ego : a. fantasi b. disosiasi c. isolasi d. proyeksi e. displacement 4. Sumber-sumber koping : a. aktifitas olah raga b. hobi dan kerajinan tangan c. seni yang ekspresif d. kesehatan e. kecerdasan f. kreativitas g. hubungan interpersonal F. Tanda dan Gejala 1. Mengejek dan mengkritik diri 2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
3. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan 4. 5. 6. 7.
penggunaan zat Menunda keputusan Saat bergaul Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas Menarik diri dari realitas, cemas panik, cemburu, curiga,
halusinasi 8. Merusak diri: haraga diri rendah yang menyokong klien untuk mengakhiri hidup 9. Merusak atau melukai orang lain 10. Perasaan tidak mampu 11. Pandangan hidup yang pesimistis 12. Tidak menerima pujian 13. Penurunan produktivitas 14. Penolakan terhadap kemampuan diri 15. Kurang memperhatikan perawatan diri 16. Berpakain tidak rapih 17. Berkurang selera makan 18. Tidak berani menatap lawan bicara 19. Lebih banyak menunduk 20. Bicara lambat dengan nada suara lemah 21. Marah, sedih dan menagis 22. Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas 23. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul 24. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakapcakap denganklien lain/perawat 25. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas 26. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapanatau pergi jika diajak bercakap-cakap G. Masalah Keperawatan 1. Resiko isolasi sosial: menarik diri. 2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah. 3. Berduka disfungsional. H. Pohon Masalah Resiko isolasi sosial: menarik diri
Efek Core Problem
III. IV.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
DIAGNOSA KEPERAWATAN Etiologi A. Resiko isolasi sosial B. Gangguan konsep diri INTERVENSI KEPERAWATAN
Berduka disfungsional
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
Tujuan umum: sesuai masalah (problem). Tujuan khusus: A. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan: 1. Bina hubungan saling percaya a. Salam terapeutik b. Perkenalan diri c. Jelaskan tujuan inteniksi d. Ciptakan lingkungan yang tenang e. Buat
kontrak
yang
jelas
(waktu,
tempat
dan
topik
pembicaraan). 2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya. 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. 4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. B. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis. 3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki C. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Tindakan: 1.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
2.
setelah pulang ke rumah. D. Klien
dapat
menetapkan/merencanakan
kegiatan
sesuai
kemampuan yang dimiliki. Tindakan : NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. E. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2. Beri pujian atas keberhasilan 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. F. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Tindakan: 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. 2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
DAFTAR PUSTAKA Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia. Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta. Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta. Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia. Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta. Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC http://wadung.wordpress.com/2010/03/21/gangguan-harga-diri-rendah/ http://aswediners.blogspot.com/2012/03/harga-diri-rendah.html
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH No. 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Pasien SPIP
SPIk
Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien (buat daftar kegiatan) Bantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya. Membantu pasien memilih kegiatan Menjelaskan cara-cara yang akan dilatih sesuai dengan merawat pasien isolasi kemampuan pasien sosial Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SPIIP
1.
2.
3.
Keluarga
Mengevaluasi harian pasien
SPIIk jadwal
kegiatan Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah Melatih kemampuan kedua Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SPIIIk
1.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203
2.
rumah termasuk minum obat (discharge planning) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
3.
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP 14.1102.203