LAPORAN PENDAHULUAN Hemoroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN KASUS HEMOROID



Oleh: Nirmala Nh0118055



CI Institusi



CI Lahan



(Ns. Amriati Mutmainna, S.Kep.,MSN)



(Hj. Asnaeni, S.Kep,Ns)



NIP/ NIDN 0929069101



NIP/NIDN 197411021998032006



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2022



BAB I Konsep Penyakit/kasus A. Definisi Hemoroid merupakan jaringan normal yang dimiliki oleh semua orang. Hemoroid terdiri dari pleksus arterivena yang berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan Apabila hemoroid mengalami pelebaran dan inflamasi maka akan ditandai dengan perdarahan dan prolaps pada bantalan anal kanal yang mengakibatkan perubahan struktur anatomi, perubahan fisiologis, dan manifestasi klinis dari perubahan tersebut yang memerlukan penanganan lebih lanjut (Pradiantini & Dinata, 2021). Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien,bukan merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena (Agus, 2017) B. Etiologi Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus, seperti (Maulana & Wicaksono, 2020) : 1. Mengedan pada buang air besar yang sulit 2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, lebih lama duduk dijamban sambil membaca,merokok) 3. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen. 4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal) 5. Usia tua 2



6. Konstipasi kronik 7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik 8. Hubungan seks peranal 9. Kurang minum air putih makan makanan berserat (sayur dan buah) 10. Kurang olahraga/imobisasi Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna dibagi atas: a. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus, hanya dapat dilihat dengan anorektoskop b. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. c. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolapse dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. d. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengaladami thrombosis dan infark. Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas: a) Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate) b) Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)



C. Klasifikasi Klasifikasi Derajat Hemoroid (Agus, 2017) : 1. Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-). 2. Derajat II : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara spontan. 3. Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual. Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan Kembali D. Patofisiologi Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolapse sebagaian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk fases



3



mnjadi kecil, yang bias menyebabkan kondisi mengejan selama BAB peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan venous return. Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembekakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma. Trombosis akut biasa berkaitan dengan peristiwa tertentu seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Kondisi hemoroid eksternal memberikan menifestasi kurang higenis akibat kelembaban dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapat feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolapse menetap. Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga 11 menyebabkan dilatasi pada vena, dapat di bagi menjadi 2, yaitu Interna dan Eksterna. Yang pertama Interna (dilatasi sebelum spinter) yang di tandai dengan bila membesar baru nyeri, bila vena pecah BAB berdarah sehingga dapat menyebabkan anemia. Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di tandai dengan nyeri dan bila vena pecah BAB berdarah-trombosit-inflamasi. Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolapse. Diet rendah serat menyebabkan bentuk fases menjadi kecil yang bisa menyebabkan kondisi



mengejan



selama



BAB,



peningkatan



tekanan



ini



menyebabkan



pembengkakan dari hemoroid (Anisa, 2019) E. Manifestasi klinik Menurut (Pradiantini & Dinata, 2021) tanda dan gejala pada hemoroid yaitu : 1.



Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki 10 proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan yang berlangsung sangat singkat.



2.



Pendarahan berwarna merah terang pada saat pada saat BAB. 4



3.



Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut



F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Colok Dubur Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum. Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri 2.



Anoskop Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar



3.



Proktosigmoidoskopi Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi



G. Penatalaksanaan Medis-Non Medis terbaru 1. Penatalaksanan Non medis Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak karena mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid (Sudoyo, 2006). Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan 2. Penatalaksanaan medis 5



Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu pertama : memperbaiki defekasi, kedua : meredakan keluhan subyektif, ketiga : menghentikan perdarahan, dan keempat : menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala. a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). b. Obat simtomatik : bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus c. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan nama dagang “Ardium” atau “Datlon”. Psyllium, Citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah. d. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan dengan Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo. 3. Penatalaksanaan bedah Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan Gelfoan atau kassa oxygel dapat diberikan diatas luka anal (Astuti et al., 2018) H. Komplikasi Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan strangulasi. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Hemoroid



6



strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani (Astuti et al., 2018) I. Penyimpangan KDM Konstipasi Peningkatan intra addomen



Peningkatan tekanan venaHaemorrhoidalis



Nutrisi kurang mengandung serat



Peleburan pembuluh darah vena pada pleksus haemorrhoidalis (pada saluran anus)



Pre op



Post op



Fisokologis Resiko injuri



Trauma defekasi Resiko pendarahan



Fisik



Terombosit Prolap hemoroid



Merangsang Luka



Takut BAB



Resiko infeksi



Pendarahan Resiko kekurangan cairan



7



Resiko nyeri



BAB II Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita post operasi hemoroid: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, alamat, agama, status perkawinan, no. register, tanggal MRS, diagnose keperawatan. a. Umur Pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk yang berusia sekitar 4565 tahun.laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid. b. Pekerjaan Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat defekasi, pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid. c. Keluhan utama Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada anus akibat sesudah operasi. d. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki riwayat penyakit hemoroid. e. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu keluarga. f. Riwayat psikososial a) Pola persepsi dan konsep diri Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit yang diderita. Pasien merasa malu dengan keadaanya, ansietas, dan rendah diri. b) Pola istirahat dan tidur Pada pasien post hemoroid biasanya mengalami gangguan tidur karena nyeri pada anus sesudah operasi. c) Pola aktivitas Pada pasien post hemoroid mengalami keterbatasan aktivitas karena nyeri pada anus akibat sesudah operasi. 8



g. Pemeriksaan fisik a) Tingkat kesadaran : kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmenti-coma) untung mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien. Kesadaran : composmentis tingkat GCS : E : 4, V : 5, M : 6. b) Tanda-tanda vital 1) Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg. 2) Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C. 3) Nadi : normalnya 60-100 x/menit. 4) Respirasi rate : normalnya 16-24x/menit. 18 c) Pemeriksaan kepala dan muka 1) Kepala a) Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara : kasar dan halus. b) Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi. c) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur. d) Muka/wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah. d) Pemeriksaan telinga 1) Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana kiri. 2) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter lubang. 3) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan dan masih dapat bervariasi dengan baik apabila tidak mengalami infeksi sekunder. 4) Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap bisikan atau tes garputala dapat mengalami penurunan. e) Pemeriksaan mata



9



Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dari masing-masing mata (ketajaman menghilang). Inspeksi : 1) Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul eksoftalmikus, strabismus. 2) Alis mata : dermatitis, seborea. 3) Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikterik. Konjungtiva anemis pada penderita yang sulit tidur karena merasakan nyeri setelah operasi. 4) Pupil : miosis, midriasis atau anisokor f) Pemeriksaan mulut dan faring Inspeksi 1) Bibir : sianosis, pucat 2) Mukosa oral : mungkin kering, basah. 3) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis. 4) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan oral hygiene. 5) Faring mungkin terlihan kemerahan akibar peradangan. g) Pemeriksaan leher Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik. h) Pemeriksaan thorak dan paru 1) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara laintakipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke (pada kondis ketoasidosis). 2) Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest dan pigeon chest. 3) Dengarkan pernafasan pasien



10



4) Stidor pada obstruksi jalan nafas. 5) Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat asma atau bronchitis kronik). i) Pemeriksaan jantung 1) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris atau tidak, ictus cordis nampak atau tidak. 2) Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5. 3) Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung pekak (padat). 4) Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ 1 (dup), BJ 2 (lup) dan suara terdengar tunggal. j) Pemeriksaan abdomen 1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ. 2) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan motilitas. 3) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tymphani serta kepekaan. 4) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau massa. k) Pemeriksaan genetalia dan anus 1) Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada preposium dan apakah ada kemerahan pada kulit skrotum. 2) Anus a) Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah ada tanda infeksi, apakah adanya pus (nanah) atau tidak, apakah masih terjadi pendarahan berlebih.



11



b)



Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya pus (nanah) atau tidak.



l) Pemeriksaan ekstremitas Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik ekstremitas atas maupun bawah. Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5) a) : lumpuh. b) : adanya kotraksi otot. c) : melawan gravitasi dengan sokongan. d) : melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan. f) : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit. g) : melawan gravitasi dengan kekuatan penuh B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan resiko pendarahan 2. Ketidakseimbangan nutrisi/ cairan kurang dari kebutuhan tubuh 3. Risiko infeksi C. Intervensi Keperawatan Intervensi



Rasional



1. Lakukan pengkajian nyeri yang Dilakukan



agar



komperhensif meliputi lokasi, mengidetifikasi



pengkajian dan



dapat



mengelola



kualitas, intensitas, dan factor pengalaman sendorik atau emosional pencetus.



yang



berkaitan



dengan



kerusakan



2. Berikan informasi tentang nyeri jaringan atau fungsional dengan onset seperti penyebab nyeri, seberapa mendadak atau lambat dan berinteraksi lama



akan



berlangsung



dan ringan hingga berat dan konstan pada



antisipasi ketidak nyamanan dari 12



prosedur



pasien.



3. Berikan



Teknik



nyeri,relaksasi,



modalitas



distraksi,



dan



kompres 4. Observasi tingkat rasa tidak nyaman pasien 5. Berikan



lingkungan



yang



nyaman 6. Kolaborasi : berikan analgetic pada pasien ketidak efektipan perfusi



jaringan



perifer



b.d



perdarahan



13



DAFTAR PUSTAKA



Agus, M. S. (2017). Hemorrhoids. Complications of Anorectal Surgery: Prevention and Management, 61–108. https://doi.org/10.1007/978-3-319-48406-8_4 Anisa, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. B Dengan Hemoroid Diruang Ambun



Suri



Lantai



1



RSUD



DR



Acmad



Mochtar



Bukittinggi.



http://repo.stikesperintis.ac.id/792/1/4 ANISA NATASA.pdf Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2018). Konsep Tatalaksana Hemoroid. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3(2006), 103–111. Maulana, R. Y., & Wicaksono, D. S. (2020). Efek Antiinflamasi Ekstrak Tanaman Pagoda terhadap Hemoroid. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(2), 131–138. https://doi.org/10.37287/jppp.v2i2.82 Pradiantini, K. H. Y., & Dinata, I. G. S. (2021). Diagnosis dan Penatalaksanaan Hemoroid. Ganesha Medicine, 1(1), 38. https://doi.org/10.23887/gm.v1i1.31704



14