10 0 447 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOROID DI RUANG BEDAH OTHOPAEDI DAN GIMUL
DISUSUN OLEH FRISCA REHANDANI 190201038
DOSEN PEMBIMBING : Juli Widiyanto, S.kep,M.kes , Epid
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN PRODI DIII KEPERAWATAN 2021
A. Konsep Dasar Hemoroid 1. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid (Smeltzer, 2002). Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna.Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006). Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum (Potter, 2006)
2. Etiologi Hemoroid
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makanmakanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi. (Sudoyo, 2006) Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid. (Oswari, 2003) Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas.Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial
dan
peningkatan
tekanan
intraabdominal),
fisiologis
dan
radang.Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. (Mansjoer, 2000)
3. Anatomi dan Fisiologis
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh).Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima.Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis
Fisiologis
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati).Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga 9merupakan bagian sirkulasi sistemik.Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inverior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif :(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; dan (2) peistaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangang oleh reflek gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan yang pertama kali dimakan pada hari itu. Propulasi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna.Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem saraf voluntary.Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat.Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna.Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang.Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi masa feses.Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan valsalva).Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter eksterna dan levator ani.Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks, dan keinginan defekasi menghilang. Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering ditemukan pada manusia.Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rektum saat terjadi peristaltik masa.Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang. Airtetap terus diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul disatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impakfeses.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena varikosa rektum). (Price, 2005)
4. Patofisiologi Hmoroid
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal.Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna.Hemoroid eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis.Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut.Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujungujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.Kadang-kadang perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005) Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark. (Sudoyo, 2006)
5. Pathway Hemoroid Konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum
Kongesti vena ( gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis )
Hemoroid hemoroidectomy
Efekanestesi
LukaInsisi
perubahan sistem tubuh Resiko infeksi
gastro
kardiovaskuler
intestinal
JaringanPeriferTerputus
sistem pernafasan
peristaltik
nadi ,TD ,
respon
usus
akraldingin
paru
Konstipasi
Nyeri
Gangguan perfusi jaringan perifer
Gangguan Pola Tidur
TakutGerak SpasmeOtot
Ganggua n Mobilitas Fisik
Pola nafas tidak efektif
(Price, 2005) (Sudoyo,2006)
6. Manifestasi Klinis Hemorod Gejala umum dari derajat Hemoroid interna yaitu a. Nyeri yang hebat timbul karena terdapat trombosis yang luas dengan udem danradang. b. Perdarahan biasanya timbul pada hemoroidinterna akibat trauma feses yangkeras. c. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang berulang. d. Prolaps pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi spontan sewaktudefekasi. e. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus pada anus sehingga terjadi rangsanganmukus.
7. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan A. Anamnesis a. Terdapat perdarahan segar pada saatdefekasi. b. Mengeluh gatal-gatal di sekitar anus. c. Terdapat benjolan padaanus.
B. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dapat di lakukan dengan : Inspeksi, colok dubur, anuskopi dan sigmoidoskopi. Hasil pemeriksaan fisik: A. Terdapat pembengkakan vena yang mengalami prolaps. B. Lokasi di atas linea dentata atau di bawah lineadentata. C. Pemeriksaan penunjang A. Pemeriksaan anoskopi di lakukan untuk menilai mukosa rectal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. B. Pemeriksaan sigmoidoskopi untuk mengevaluasi perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti fisura anal, fistula, kolitis, polip rectal dan kanker. D. Diagnosisbanding a.Nyeri
1.
Fisuraanal
2.
Herpesanal
3.
Proktitisulseratif
4.
Proctalgiafugax
b.Massa 1. Karsinomaanal 2. Perianalwarts 3. Skin tags
c.Nyeri danmassa 1. Hematomperianal 2. Pilonidalsinus 3. Abses
d.Nyeri danperdarahan 1. Proktitis 2. Fisuraanal
e.Nyeri, massa danperdarahan 1.Hematom perianalulseratif f. Massa danperdarahan 1. Karsinomaanal g. Perdarahan 1. Polipskolorectal 2. Karsinomaanal 3. Karsinomakolorectal
8. Komplikasi Hemoroid
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005) Komplikasi hemoroid antara lain : 1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus. 2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari selaput lendir usus/anus. 3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia. 4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar.Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010)
9. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakan diagnosis hemoroid adalah anoskopi.Pilihan lainnya dapat dilakukan pemeriksaan sigmoidoskopi maupun kolonoskopi untuk menegakan diagnosis hemoroid sekaligus menyingkirkan diagnosis banding. Anoskopi Anoskopi merupakan pemeriksaan paling akurat dan paling mudah untuk memeriksa kanalis ani dan distal rektum untuk membedakan diagnosis hemoroid interna atau fisura ani.Pemeriksaan ini jarang digunakan semenjak pemakaian endoskopi lebih banyak dilakukan. Sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi Tidak lebih akurat untuk menegakan diagnosis hemoroid, namun dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan inflammatory bowel disease atau kanker. Kolonoskopi terutama dilakukan pada pasien perdarahan rektum dengan tanda bahaya atau kelompok populasi sebagai berikut:
Pasien berusia 50 tahun atau lebih dan belum pernah dilakukan pemeriksaan kolon menyeluruh dalam 10 tahun terakhir
Pasien berusia 40 tahun atau lebih yang belum pernah dilakukan pemeriksaan kolonoskopi dalam 10 tahun terakhir dan memiliki riwayat satu orang keluarga inti dengan kanker kolorektal atau adenoma pada usia 60 tahun atau kurang.
Pasien berusia 40 tahun atau lebih yang belum dilakukan pemeriksaan kolonoskopi dalam lima tahun terakhir dan memiliki riwayat lebih dari satu orang keluarga inti dengan kanker kolorektal atau adenoma pada usia 60 tahun atau kurang.
Pasien dengan anemia defisiensi besi
Pasien dengan hasil pemeriksaan darah samar tinja positif.
Laboratorium Pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia yang mungkin disebabkan oleh perdarahan dari hemoroid. 10. Penatalaksanaan Hemoroid Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satusatunya tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat membantu.Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang. Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid.Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya.Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.Prosedur ini membantu mencegah prolaps. Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya.Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah,dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka kanal. (Smeltzer, 2002)
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan Pasien Hemoroid
a. Pengumpulan Data 1. Pengkajian a. Identitas pasien b. Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi. c. Riwayat penyakit 1. Riwayat penyakit sekarang Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes. 2. Riwayat penyakit dahulu Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis. 3. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut 4. Riwayat sosial Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan. 2. Pemeriksaan Fisik Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
b. Riwayat Penyakit Keluarga Sirkulasi Gejala : kelemahan/nadi periver lemah Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit Eliminasi Gejala : Perubahan pola defekasi Perubahan Karakteristik Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar) Akonstipasi dapat terjadi Nutrisi : Gejala : Penurunan berat badan Anoreksia Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah Pola tidur Gejala : Perubahan pola tidur Terasa nyeri pada anus saat tidur Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap Mobilisasi Gejala : membatasi dalam beraktifitas Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring 3. Diagnosa Keperawatan Pre Operatif 1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB. 2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus. 3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah eksternal.
Postoperasi 1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat 3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
Intervensi No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan
keperawatan
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Observasi tanda-tanda Tanda – tanda anemis diduga
Resiko
Setelah
kekurangan
dilakukan
nutrisi
tindakan
berhubungan
keperawatan
anemis
adanykekurangan zat besi (Hb turun)
Diet rendah sisa atau
Dapat
mengurangi
dengan pecahnya selama 3 x 24 serat selama terjadinya
perangsangan
vena
anus sehingga tidak terjadi
plexus jam,
hemmoroidalis ditandai
resiko perdarahan
kekurangan
Berikan penjelasan
dengan nutrisi
Pendidikan tentang pentingnya diet kesembuhan
membantu
terus - menerus
penyakitnya
pasien
KH:
Beri kompres es pada Tidak terdapat daerah terjadinya
anemis,
perdarahan
daerah
perdarahan.
perdarahan yang terpenuhi. waktu BAB.
pada
tentang keikut
diet, sertaan
dalameningkatkan
keadaan penyakitnya.
Pasien dengan pecahnya vena
perdarahan
plexus hemoriodalis perlu obat yang
terhenti BB tidak turun.
dapat
pencegahan
terhadap
perdarahan
yang
mememrlukan terhadap
Beri obat atau terapi sesuai dengan pesanan
membantu
penilaian
respon
secara
periodik.
dokter Pasien dengan pecahnya vena flexus
hemmoroidalis
perlu
obat yang dapat membantu pencegahan
terhadap
perdarahanyangmemerlukan penilayan terhadap respon obat tersebut secara periodik. 2.
Defisit
personal Setelah
Berikan
hygene pada anus dilakukan
dengan
berhubungan
permagan
dengan
tindakan
massa keperawatan
larutan memudahkan
terjadinya
1/1000% penyembuhan prolaps.
pada pagi dan sore
yang keluar pada selama 2 x 24 hari. daerah eksternal.
bath Meningkatkan kebersihan dan
sit
Lakukan
jam, terjaganya digital(masukan kebersihan anus. prolaps dalam tempat KH:
semula
setelah
di
tidak ada tanda- bersihkan) tanda infeksi. Obserpasi keluhan dan
tidak
terasa adanya tanda- tanda
gatal-gatal pada perdarahan anus daerah anus.
menandakan
pada
anus
adanya
suatu
Beri penjelasan cara infeksi pada anus
rasa gatal pada membersihkan anus berkurang
Peradangan
dan kebersihanya
anus menjaga Pengetahuan tentang cara membersihkan anus membantu keikutsertaan
pasien
dalam
mempercepat kesembuhanya.
Postoperatif No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan
keperawatan
kriteria hasil
Nyeri
Setelah
berhubungan
dilakukan
dengan
adanya tindakan
Intervenasi
Rasional
Beri posisi tidur yang Dapat menurunkan tegangan menyenangkan pasien.
abdomen dan meningkatkan
Ganti balutan setiap rasa kontrol.
jahitan pada luka keperawatan operasi
pagi
sesuai
tehnik
dan selama 2 x 24 aseptik
terpasangnya
jam,
gangguan
cerobong angin.
rasa
nyaman
Melindungi
kontaminasi
pasien silang
dari selama
penggantian balutan. Balutan basah
terpenuhi.
bertindak
penyerap
sebagai
kontaminasi
eksternal dan menimbulkan rasa tidak nyaman. KH:
menurunkan masalah yang
Tidak terdapat Latihan jalan sedini terjadi karena imobilisasi. rasa nyeri pada mungkin
Perdarahan pada jaringan,
luka operasi,. pasien
imflamasi lokal atau terjadinya
dapat
Observasi
melakukan
rektal
apakah
aktivitas ringan.
perdarahan
daerah infeksi dapat meningkatkan ada rasa nyeri.
Meningkatkan
fungsi
skala nyeri 0-1.
fisiologis
klien tampak
memberikan rasa nyaman pada
rileks.
Cerobong
anus
dan
anus daerah anus pasien karena
dilepaskan
sesuai tidak ada sumbatan.
advice
dokter Pengetahuan tentang manfaat
(pesanan)
cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus
untuk
kesembuhan
Berikan penjelasan lukanya. tentang
tujuan
pemasangan cerobong anus (guna cerobong anus
untuk
mengalirkan sisa-sisa perdarahan
yang
terjadi didalam agar bisa keluar). 2.
Resiko terjadinya Setelah
Observasi tanda vital Respon autonomik meliputi
infeksi pada luka dilakukan
tiap 4 jam
TD,
respirasi,
nadi
yang
berhubungan
tindakan
berhubungan
dengan
keperawatan
keluhan / penghilang nyeri .
pertahanan
selama 2 x 24
Abnormalitas tanda vital perlu
primer
tidak jam,resiko
adekuat
di observasi secara lanjut. Deteksi dini terjadinya proses
infeksi teratasi. KH:
infeksi
tidak terdapat tanda-tanda
Obserpasi
dan
/
pengawasan
balutan penyembuhan luka oprasi yang
setiap 2 – 4 jam, ada sebelumnya. terhadap
infeksi
(dolor, periksa
kalor,
rubor, perdarahan dan bau.
Mencegah
fungsiolesa). radang
teknik aseptik
mengerin hasil LAB :
Bersihkan
dan
atau
kontaminasi
silang.
luka
meluas
membatasi penyebaran luas
Ganti balutan dengan infeksi
tumor,
denagan
mengurangi
/
mencegah
area kontaminasi daerah luka.
perianal setelah setiap depfikasi
- leukosit
mengurangi ransangan pada
- trombosit
anus dan mencegah mengedan Berikan diet rendah pada waktu defikasi. serat/ sisa dan minum yang cukup
3.
Kurang
Setelah
Diskusikan Pengetahuan tentang diet
pengetahuan yang dilakukan
pentingnya
berhubungan
penatalaksanaan
dengan
tindakan
kurang keperawatan
rendah sisa.
berguna
untuk
melibatkan
diet pasien dalam merencanakan diet
dirumah
yang
sesuai
informasi tentang selama 3 x 24
dengan yang dianjurkan oleh
perawatan
jam,kurangnya
ahli gizi.
dirumah.
pengetahuan teratas.
Pemahaman
Demontrasikan meningkatkan
kerja
akan sama
perawatan area anal pasien dalam program terapi, KH:
klien
dan
minta
tidak menguilanginya
pasien meningkatkan
penyembuhan
dan proses perbaikan terhadap
banyak bertanya
penyakitnya.
tentang Meningkatkan kebersihan dan
penyakitna.
kenyaman pada daerah anus
Pasien dapat menyatakan atau
rendam (luka atau polaps).
Berikan
mengerti tentang duduk sesuai pesanan
area
anus
terhadap kontaminasi kuman-
perawatan
Bersihakan area anus kuman yang berasal dari sisa
dirumah.
keluarga klien dengan paham
Melindungi
baik
dan defekasi agar tidak terjadi
tentang keringkan seluruhnya infeksi.
proses penyakit.
setelah defekasi.
klien Berikan balutan menunjukkan
Melindungi daerah luka dari kontaminasi luar.
wajah tenang Pengenalan dini dari gejala gejala infeksi dan intervensi segera infeksi luka untuk dapat mencegah progresi dilaporkan kedokter. situasi serius.
Diskusikan
Diskusikan
Mencegah mengejan saat
mempertahankan
difekasi difekasi lunak dengan feces. menggunakan pelunak feces
dan
dan
melunakkan
makanan
laksatif alami. Jelaskan pentingnya Menurunkan tekanan intra menghindari benda abdominal yang tidak perlu dan tegangan otot. berat dan mengejan. mengangkat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Kurnia, Hendrawan. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran.Yogyakarta : Best Publisher, 2009. Lumenta, Nico A., Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya : Manajemen Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia, 2006.
Mitchell, Kumar,Abbas,Fausto. buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih Bahasa Andry Harsono. Editor Inggrid Tania, et al. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2008.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011. NANDA, 2007 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima Medika. Nugroho, Taufan. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.