Laporan Pendahuluan Hipospadia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOSPADIA



A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). Menurut referensi lain, hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. Hipospadia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.



Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Hipospadia sering disertai kelainan bawaan yang lain, misalnya pada skrotum dapat berupa undescensus testis, monorchidism, disgenesis testis dan hidrokele. Pada penis berupa propenil



skrotum, mikrophallus dan torsi penile, sedang kelainan ginjal dan ureter berupa fused kidney, malrotasi renal, duplex dan refluk ureter. 2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal (untuk menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih (tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh (Nurachmah & Angriani, 2011). a. Ginjal Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada kedua sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri biasanya terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak hati. Ginjal orang dewasa secara rata – rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm, dan ketebalan 2,5 cm. b. Ureter Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal. Biasanya sepanjang 25 – 35 cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan penghubung ekstraperitoneal dan memanjang secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke pelvis. Setelah masuk ke rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk bergabung dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Pada setiap sudut ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding kandung kemih sepanjang 1,5 – 2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung kemih (Black & Hawks, 2014). c. Kandung Kemih Kadung kemih adalah organ kosong yang terletak pada separuh anterior dari pelvis, di belakang simfisis pubis. Jarak antara kandung kemih dan simfisis pubis diisi oleh jaringan penghubung yang longgar, yang memungkinkan.



kandung kemih untuk melebar ke arah kranial ketika terisi. Peritonium melapisi tepi atas dari kandung kemih, dan bagian dasar ditahan secara longgar oleh ligamen sejati. Kandung kemih juga dibungkus oleh sebuah fasia yang longgar (Black & Hawks, 2014). d. Uretra dan Meatus Uretra adalah sebuah saluran yang keluar dari dasar kandung kemih ke permukaan tubuh. Uretra pada laki – laki dan perempuan memiliki perbedaan besar. Uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan sedikit melengkung ke depan ketika mencapai bukaan keluar, atau meatus, yang terletak di antara klitoris dan lubang vagina. Pada laki – laki, uretra merupakan saluran gabungan untuk sistem reproduksi dan pengeluaran urine. Uretra pada lakui – laki memiliki panjang sekitar 20 cm, dan terbagi dalam 3 bagian utama. Uretra pars prostatika menjulur sampai 3 cm di bawah leher kandung kemih, melalui kelenjar prostat, kedasar panggul. 3. Klasifikasi Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus : a. Tipe sederhana/ Tipe anterior (60-70%) Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi. b. Tipe penil/ Tipe Middle (10-15%) Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan peneescrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral



prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya. c. Tipe Posterior (20%) Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun 4. Etiologi Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain : a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama. b. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan variabel. Penelitian  lain adalah turunan autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara sporadis pada pasien dengan hipospadia.



c. Prematuritas Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di antara bayi yang lahir dari ibu dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga lebih sering dikaitkan dengan hipospadia. d. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. 5. Patofisiologi Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis. Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra dalam rahim. Penyebab pasti cacat diperkirakan terkait dengan pengaruh lingkungan dan hormonal genetik (Sugar, 1995). Perpindahan dari meatus uretra biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih. Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi, yang akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK atau hidronefrosis (Kumor, 1992). Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan urethral bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan tidak terkoreksi. 6. Tanda dan gejala Gejala hipospadia yang paling utama yaitu jika ujung uretra tidak berada pada bagian ujung penis. Biasanya muara terletak didekat kepala, tapi pada beberapa kasus lain terdapat pula ditengah dan bawah penis, hingga diarea skrotum atau kantong buah zakar. Selain tanda-tanda yang bisa dilihat secara fisik, penderita juga akan mengalami gejala lain seperti : a. Bagian kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis.



b. Beberapa laki-laki akan memiliki penis melengkung saat ereksi. c. Memiliki aliran kencing yang tidak normal, sehingga harus duduk saat berkemih. 7. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan berikut untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada ginjal sebagai komplikasi maupun kelainan bawaan yang menyertai hipospadia : a. Rontgen b. USG sistem kemih kelamin c. BNO-IVP 8. Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan hipospadia pada biasanya dilakukan dengan prosedur pembedahan. Tujuaan utama pembedahan ini adalah untuk merekontruksi penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga pancaran kencing arahnya kedepan. Keberhasilan pembedahan atau operasi dipengaruhi oleh tipe hipospadia dan besar penis. Semakin kecil penis dan semakin ke proksimal tipe hipospadia semakin sukar tehnik dan keberhasilan operasinya. Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine. a.



Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap: 1) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis 2) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra



(saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang. b. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi. B. ASUHAN KEPERAWATAN 1.



Pengkajian a.



Identitas 1) Usia



: ditemukan saat lahir



2) Jenis kelamin : hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. b.



Keluhan utama Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus duduk. 1) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.



2) Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita



penyakit



tersebut



sehingga



sehingga



diteruskan



penularannya. 4) Riwayat Kongenital a) Penyebab yang jelas belum diketahui. b) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik. c) Lingkungan polutan teratogenik c. Aktivitas sehari-hari 1) Nutrisi : Tidak ada gangguan 2) Eliminasi : anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan insiden ISK. 3) Hygiene Personal : Dibantu oleh perawat dan keluarga 4) Istirahat dan Tidur: Tidak ada gangguan d. Pemeriksaan fisik



1) Sistem kardiovaskuler: Tidak ditemukan kelainan 2) Sistem neurologi: Tidak ditemukan kelainan 3) Sistem pernapasan: Tidak ditemukan kelainan 4) Sistem integument: Tidak ditemukan kelainan 5) Sistem muskuloskletaL: Tidak ditemukan kelainan 6) Sistem Perkemihan : a) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal. b) Kaji fungsi perkemihan c) Dysuria setelah operasi e. Sistem Reproduksi Pengkajian keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis paru menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut : a) Adanya lekukan pada ujung penis b) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi c) Terbukanya uretra pada ventral



2.



d) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage. Diagnosa keperawatan yang sering muncul Pre operasi a. Ansietas Post operasi a. Nyeri b. Defisit pengetahuan



3. Perencanaan Keperawatan Diagnosis Keperawatan Ansietas



Tujuan



Intervensi



Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, terjadi pengurangan ansietas keluarga, dengan kriteria hasil : 1. Perilaku gelisah dari meningkat menjadi



Observasi : 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stersor).



menurun. 2. Perilaku tegang dari meningkat menjadi



2. Identifikasi



kemampuan



mengambil



keputusan.



menurun. 3. Frekuensi



Tindakan :



pernafasan



dari



meningkat



menjadi menurun. 4. Frekuensi nadi dari meningkat menjadi menurun. 5. Tekanan darah dari meningkat menjadi menurun. 6. Tremor dari meningkat menjadi menurun.



3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) Teraupeutik : 1. Ciptakan



suasana



terapeutik



untuk



menumbuhkan kepercayaan. 2. Temani



pasien



untuk



mengurangi



kecemasaan, jika memungkinkan. 3. Pahami situasi yang membuat ansietas. 4. Dengarkan dengan penuh perhatian. 5. Gunakan



pendekatan



yang



tenang



dan



meyakinkan. Edukasi : 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami. 2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama dengan pasien, jika perlu. 3. Anjurkan



mengungkapkan



perasaan



dan



presepsi. 4. Latih tekhnik relaksasi. Kolaborasi : 1. Nyeri akut



Kolaborasi pemberian obat ansietas,



jika perlu. Setelah dilakukan tindakan perawatan Menejemen nyeri : selama .........x24 jam, terjadi pengurangan ansietas Observasi : keluarga, dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1) Keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala 2) Meringis dari meningkat menjadi menurun nyeri 3) Sulit tidur meningkat menjadi menurun 2) Identifikasi skala nyeri 4) Pola nafas dari memburuk menjadi membaik 3) Identifikasi factor yang memperberat dan



meringkan nyeri Terapeutik : 1) Berikan teknik nonfarmakologi napas dalam untuk mengurangi nyeri. Edukasi : 1. Ajarkan teknik norfarmakalogi napas dalam pada pasien untuk mengurangi nyeri Kolaborasi : 1. kolaborasi pemberian obat ansietas. Defisit



Setelah



dilakukan



tindakan



perawatan



pengetahuan



selama .........x24 jam, terjadi pengurangan ansietas



Tindakan Observasi : 1. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima



keluarga, dengan kriteria hasil :



informasi.



1. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu



2. identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan



topik dari menurun menjadi meningkat. 2. Kemampuan



menggambarkan



dan menurunkan motivai perilaku hidup bersih



pengalaman



dan sehat.



sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat.



Trapeutik :



3. Pengetahuan meningkat 4. Pertanyaan meningkat.



tentang



masalah



yang



dihadapi



1. sediakan materi dan media pendidikan kesehatan. 2.



jadwalkan



pendidikan



kesehatan



sesuai



5. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun.



kesepakatan



6. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun.



3. berikan kesempatan untuk bertanya



7. Perilaku membaik.



Edukasi : 1. jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan. 2. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat. 3. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.



DAFTAR PUSTAKA https://id. Sciribd.com, Lapaoran Pendahuluan Hipospadia. https://id. Sciribd.com, Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan. https://www.siloamhospitals.com PPNI, 2016. SDKI, SLKI,SIKI.