Laporan Pendahuluan Ileus Paralitik Docx Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS PARALITIK



A. DEFINISI OBSTRUKSI USUS Obstruksi



usus



dapat



didefinisikan



sebagai



gangguan



(apapun



 penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.Obstruksi usus terdiri dari akut dan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat  bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi, yaitu: 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh  peristaltik.Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor  polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,  perlengketan, hernia dan abses. 2.  Neurogenik/Fungsional (Ileus Paralitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan  peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.



B. ETIOLOGI ILEUS PARALITIK Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko terjadinya ileus, diantaranya sebagai berikut : 1. Sepsis. 2. Obat-obatan



(misalnya



chlorpromazine).



:



opioid,



antasid,



coumarin,



amitriptyline,



3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia, hipomagnesemia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas). 4. Infark miokard. 5. Pneumonia. 6. Trauma (misalnya : patah tulang iga, cedera spina). 7. Bilier dan ginjal kolik. 8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf. 9. Inflamasi intra abdomen dan peritonitis. 10. Hematoma retroperitoneal. Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada : (1) proses intraabdominal seperti pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis,  pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam). Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus. Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi ter panjang dari ileus tercatat terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.



Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien



dengan



ileus merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi  paru. Ileus juga meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus meningkatkan biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat inap di rumah sakit. Penyakit/keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan seperti yang tercantum dibawah ini: 1.  Neurogenik.  Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis. 2.  Metabolik.  Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia), uremia, komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple. 3. Obat-obatan. 



Narkotik,



antikolinergik,



katekolamin,



fenotiazin,



antihistamin. 4.  Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat lainnya. 5. Iskemia usus.



C. PATOFISIOLOGI ILEUS PARALITIK Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara : pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung norepineprin  pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuronneuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal. Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf



enterik



akan menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastro intestinal, namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf  parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor, kemungkinan intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.



peptide



Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik dimana peristaltic dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik



mula-



mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang tersumbat secara  progresif akan tergang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat  peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorbs dapat mengakibatkan  penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah  pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolik. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan  perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorbs cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin  bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan  bakteriemia. Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologic. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorbs membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltic dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan risiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian.



D. PATHWAY



Illeus paralitik



E. MANIFESTASI KLINIS ILEUS PARALITIK Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang  bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan  perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis. Gejala klinisnya,yaitu : 1. Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik). 2. Mual dan mutah. 3. Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24-48 jam. 4. Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler. 5. Bising usus menghilang. 6. Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara.



F. KOMPLIKASI ILEUS PARALITIK 1.  Nekrosis usus. 2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen. 3. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen. 4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat. 5. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. 6. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi. 7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.



8. Gangguan elektrolit, refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah.



G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ILEUS PARALITIK 1. Pemeriksaan radiologi a. Foto polos abdomen 3 posisi Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola  bagaikan tangga, posisi setengah duduk untuk melihat Gambaran udara cairan dalam usus atau di luar usus, misalnya pada abses, Gambaran udara bebas di bawah diafragma, Gambaran cairan di rongga pelvis atau abdomen bawah.  b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos



abdomen. Pada anak-anak



dengan



intussuscepsi,



 pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi  juga mungkin sebagai terapi. c. CT –S  can Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen



dicurigai



adanya



strangulasi.



CT –S  can



akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT – Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi. d. USG Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.



e. MRI Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis. f.



Angiografi Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis



adanya



herniasi



internal,



intussuscepsi,



volvulus,



malrotation, dan adhesi. 2. Pemeriksaan laboratorium Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin



menunjukkan



dehidrasi.



Analisa



gas



darah



dapat



mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.



H. PENATALAKSANAAN 1. Konservatif a. Penderita dirawat di rumah sakit.  b. Penderita dipuasakan c. Kontrol status airway, breathing and circulation. d. Dekompresi dengan nasogastric tube. e. Intravenous fluids and electrolyte f.



Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.



2. Farmakologis a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.  b. Analgesik apabila nyeri. 3. Operatif a. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.  b. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus. c. Operasi diawali dengan



laparotomi



kemudian



disusul



dengan



teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.



I.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1. Identitas Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup. 2. Riwayat Kesehatan  Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien



pada



saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.  Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari  pertolongan, dikaji dengan



menggunakan



pendekatan



PQRST : P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan. Q : Bagaiman



keluhan dirasakan



oleh klien, apakah



hilang, timbul atau terus- menerus (menetap). R : Di daerah mana gejala dirasakan S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10. T : Kapan



keluhan



timbul, sekaligus factor yang



memperberat dan memperingan keluhan.  Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem  pencernaan.  Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien. 3. Pemeriksaan fisik  Status kesehatan umum



Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan  pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas,  bagaimana mood pasien.  Sistem pernafasan Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal  Sistem kardiovaskuler Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)  Sistem persarafan Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan  Sistem perkemihan Retensio



urine



akibat



tekanan



distensi



abdomen,



anuria/oliguria, jika syok hipovolemik  Sistem pencernaan Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.  Sistem muskuloskeletal Kelelahan, kesulitan ambulansi  Sistem integumen Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)  Sistem endokrin Tidak ada gangguan pada sistem endokrin  Sistem reproduksi Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi  b. Diagnosa Keperawatan 1.  Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrisi. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 4. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi dinding usus



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Nyeri akut berhubungan



NOC :



NIC :



dengan:



 Pain Level,



 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif



Agen injuri (biologi, kimia,



  pain control,



termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,



fisik, psikologis), kerusakan



 comfort level



kualitas dan faktor presipitasi



 jaringan



 Observasi Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: 



Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab



reaksi



nonverbal



dari



ketidaknyamanan  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan



nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 



Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan



menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 



Tanda vital dalam rentang normal







Tidak mengalami gangguan tidur



nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri



Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur  Monitor vital sign sebelum dan sesudah  pemberian analgesik pertama kali







Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab



Tidak mengalami gangguan tidur



nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur  Monitor vital sign sebelum dan sesudah  pemberian analgesik pertama kali



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi Risiko infeksi



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi NIC :



NOC :  Immune Status







Pertahankan teknik aseptif



Faktor-faktor risiko :



 Knowledge : Infection control







Batasi pengunjung bila perlu



- Prosedur Infasif



 Risk control







Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah



tindakan keperawatan



- Kerusakan jaringan dan  peningkatan



paparan



lingkungan



 pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:



- Malnutrisi



 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi



- Peningkatan



paparan



lingkungan patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia,



penekanan



respon inflamasi) - Penyakit kronik - Imunosupresi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……



 Menunjukkan



kemampuan



untuk



mencegah



timbulnya infeksi  Jumlah leukosit dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam  batas normal







Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat



 pelindung 



Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai



dengan petunjuk umum 



Gunakan kateter intermiten untuk



menurunkan infeksi kandung kencing 



Tingkatkan intake nutrisi







Berikan terapi antibiotik 







Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik



dan lokal 



Pertahankan teknik isolasi k/p



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi Risiko infeksi



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi NIC :



NOC : 



Immune Status







Pertahankan teknik aseptif



Faktor-faktor risiko :







Knowledge : Infection control







Batasi pengunjung bila perlu



- Prosedur Infasif







Risk control







Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah



tindakan keperawatan



- Kerusakan jaringan dan  peningkatan



paparan



lingkungan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……  pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:



- Malnutrisi - Peningkatan



paparan







Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi







Menunjukkan



lingkungan patogen



kemampuan



untuk



mencegah



timbulnya infeksi



- Imonusupresi







- Tidak adekuat pertahanan  sekunder (penurunan Hb,  Leukopenia, penekanan respon inflamasi)



Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam  batas normal







Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat



 pelindung 



Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai



dengan petunjuk umum 



Gunakan kateter intermiten untuk



menurunkan infeksi kandung kencing 



Tingkatkan intake nutrisi







Berikan terapi antibiotik 







Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik



dan lokal



- Penyakit kronik







Pertahankan teknik isolasi k/p



- Imunosupresi



- Malnutrisi - Pertahan



 primer



tidak



adekuat (kerusakan kulit, trauma



jaringan,



gangguan peristaltik)



Inspeksi kulit dan membran mukosa



terhadap kemerahan, panas, drainase 



Monitor adanya luka







Dorong masukan cairan







Dorong istirahat







Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan



gejala infeksi 



Kaji suhu badan pada pasien neutropenia



setiap 4 jam



- Malnutrisi - Pertahan



 primer



tidak



terhadap kemerahan, panas, drainase



adekuat (kerusakan kulit, trauma



Inspeksi kulit dan membran mukosa



jaringan,



gangguan peristaltik)







Monitor adanya luka







Dorong masukan cairan







Dorong istirahat







Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan



gejala infeksi 



Kaji suhu badan pada pasien neutropenia



setiap 4 jam



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi Resiko ketidakseimbangan nutrisi



NIC :



NOC :  Nutritional Status : food and Fluid Intake



kebutuhan tubuh







 Nutritional Status : nutrient Intake



Berhubungan dengan :







Weight control



terhadap



yang



dari



Intervensi







Intake



lebih



Tujuan dan Kriteria Hasil



Weight Management 



metabolisme tubuh



bersama



pasien



mengenai



hubungan antara intake makanan, latihan,



berlebihan kebutuhan



Diskusikan



 peningkatan BB dan penurunan BB Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. 



Diskusikan bersama pasien mengani kondisi



Ketidak seimbangan nutrisi lebih teratasi dengan



medis yang dapat mempengaruhi BB



kriteria hasil:











Mengerti badan



factor







Mengidentfifikasi



yang



meningkatkan



berat



bersama



pasien



mengenai



kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB



tingkah



laku



dibawah



kontrol klien 



Diskusikan







yang berhubungan dengan BB berlebih dan



Memodifikasi diet dalam waktu yang lama untuk mengontrol berat badan



Diskusikan bersama pasien mengenai risiko



 penurunan BB 







Penurunan berat badan 1-2 pounds/mgg







Menggunakan energy untuk aktivitas sehari  hari



Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan Perkirakan BB badan ideal pasien Nutrition Management



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi Resiko ketidakseimbangan nutrisi



lebih



dari



Tujuan dan Kriteria Hasil NIC :



NOC :



  Nutritional Status : nutrient Intake



Berhubungan dengan :







terhadap



yang



Weight Management



  Nutritional Status : food and Fluid Intake



kebutuhan tubuh



Intake



Intervensi







metabolisme tubuh



bersama



pasien



mengenai



hubungan antara intake makanan, latihan,



Weight control



berlebihan kebutuhan



Diskusikan



 peningkatan BB dan penurunan BB Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. 



Diskusikan bersama pasien mengani kondisi



Ketidak seimbangan nutrisi lebih teratasi dengan



medis yang dapat mempengaruhi BB 



kriteria hasil: 



Mengerti badan







factor



Mengidentfifikasi



yang



meningkatkan



bersama



pasien



mengenai



kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter



berat



yang tingkah



laku



dibawah



kontrol klien 



Diskusikan



dapat mempengaruhi BB 



Diskusikan bersama pasien mengenai risiko



Memodifikasi diet dalam waktu yang lama



yang berhubungan dengan BB berlebih dan



untuk mengontrol berat badan



 penurunan BB







Penurunan berat badan 1-2 pounds/mgg







Menggunakan energy untuk aktivitas sehari hari







Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan







Perkirakan BB badan ideal pasien



Nutrition Management



Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan  jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan  pasien. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan



Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan  jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan  pasien. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan



Weight reduction Assistance Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan BB Perkirakanbersamapasienmengenai  penurunan BB Tentukan tujuan penurunan BB Beri pujian/reward saat pasien berhasil mencapai tujuan Ajarkan pemilihan makanan



Weight reduction Assistance Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan BB Perkirakanbersamapasienmengenai  penurunan BB Tentukan tujuan penurunan BB Beri pujian/reward saat pasien berhasil mencapai tujuan Ajarkan pemilihan makanan



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi



Tujuan dan Kriteria Hasil



Hipertermia



NOC:



Berhubungan dengan :



Thermoregulasi



NIC : 



Monitor suhu sesering mungkin







Monitor warna dan suhu kulit







Monitor tekanan darah, nadi dan RR







Monitor penurunan tingkat kesadaran







Monitor WBC, Hb, dan Hct







Monitor intake dan output



  Nadi dan RR dalam rentang normal







Berikan anti piretik:







Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada







Kelola Antibiotik



 pusing, merasa nyaman







Selimuti pasien







Berikan cairan intravena







Kompres pasien pada lipat paha dan aksila







Tingkatkan sirkulasi udara







Tingkatkan intake cairan dan nutrisi







Monitor TD, nadi, suhu, dan RR







Catat adanya fluktuasi tekanan darah







Monitor



-



 penyakit/ trauma



-



 peningkatan



Setelah



metabolisme



selama.............pasien menunjukkan :



-



aktivitas  berlebih



-



dehidrasi



yang



Intervensi



dilakukan



tindakan



keperawatan



Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil: 



Suhu 36 – 37C



hidrasi



seperti



turgor



kulit,



Diagnosa Keperawatan/



Rencana keperawatan



Masalah Kolaborasi



Tujuan dan Kriteria Hasil



Hipertermia



NOC:



Berhubungan dengan :



Thermoregulasi



NIC : 



Monitor suhu sesering mungkin







Monitor warna dan suhu kulit







Monitor tekanan darah, nadi dan RR







Monitor penurunan tingkat kesadaran







Monitor WBC, Hb, dan Hct







Monitor intake dan output



  Nadi dan RR dalam rentang normal







Berikan anti piretik:







Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada







Kelola Antibiotik



 pusing, merasa nyaman







Selimuti pasien







Berikan cairan intravena







Kompres pasien pada lipat paha dan aksila







Tingkatkan sirkulasi udara







Tingkatkan intake cairan dan nutrisi







Monitor TD, nadi, suhu, dan RR







Catat adanya fluktuasi tekanan darah







Monitor



-



 penyakit/ trauma



-



 peningkatan



Setelah



metabolisme



selama.............pasien menunjukkan :



-



aktivitas  berlebih



-



dehidrasi



yang



Intervensi



dilakukan



tindakan



keperawatan



Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil: 



Suhu 36 – 37C



kelembaban membran mukosa)



hidrasi



seperti



turgor



kulit,



kelembaban membran mukosa)



DAFTAR PUSTAKA



Ahern, Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Herdman, T. Heather. 2012.  Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: Salemba Medika. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. (2001)  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC



DAFTAR PUSTAKA



Ahern, Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Herdman, T. Heather. 2012.  Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: Salemba Medika. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. (2001)  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC