Laporan Pendahuluan Ispa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asingyang terjadi secara tiba-tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun. (Whaley and Wong; 1991; 1418). ISPA banyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegaramaju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting dan cukup berbahaya karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Berdasarkan penelitian setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % – 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % – 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.Penyakit ini tidak mengenal musim, baik kemarau, pacaroba atau hujan tetap bisa menyerang warga. Di Jakarta Pusat (Jakpus) selama 2010 tercatat 55.307 warga terkena penyakit ini.Sesuai data, sejak Januari hingga April 2010 tercatat 55.307 warga terkena ISPA, mereka berobat di puskesmas yang ada di deklapan kecamatan. Rinciannya Januari 16.094, Febuari 19.252, Maret 17.859 dan April 2.102. Sedangkan tertinggi penderitanya, Kec. Cempaka Putih 14.314, Kec. Johar Baru 10.254, Kec. Kemayoran 8.073, Kec. Senen 6.960, Kec. Tanah Abang 5.555, Kec. Sawah Besar 4.815, Kec. Menteng 2.983 dan Kec. Gambir 2.353. Cara penularan virus influenza ini melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasanyang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.Tiga hari setelah itu, bilamana daya tahan tubuh menurun maka suhu badan naik (suhu badan dapat meningkat dari 39,50C sampai 40,50C). Terasalah badan panas/demam dan bersin-bersin. Hidung mengeluarkan cairan (ingus), sakit tenggorokan, batuk-batuk (mula-mula tidak berdahak tapi kemudian berdahak), pusing, badan terasa lemah, mual, muntah, sakit perut, serta diare. 1



Kebetulan, ciri-ciri tersebut dirasakan pula oleh warga masyarakat RT 13 Desa Cengkeh Rajabasa, Bandar Lampung. Namun, warga masyarakat tidak mengetahui penyakit apa yang dideritanya. Selain itu, warga masyarakat hanya beberapa orang yang sudah berkonsultasi ke pelayanan kesehatan untuk mengetahui penyakit yang dideritanya, sisanya belum. Hal ini juga berdampak pada kegiatan rutinitas dari setiap orang, yang semestinya harus bekerja namun karena sedang sakit terpaksa harus beristirahat di rumah. Oleh karena itu, penting sekali membekali pengetahuan bagi masyarakat untuk memahami tentang ruang lingkup bahkan informasi lainnya mengenai ISPA. Maka dari itu, akan diadakannya promosi kesehatan ataupun pendidikan kesehatan bagi masyarakat untuk mengembangkan pola pikir mengenai kesehatan khususnya mengenai penyakit ISPA agar ISPA bisa dicegah ataupun diatasi.



B. Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan keperawatan komunitas



pada kasus penyakit Infeksi



saluaran nafas Atas (ISPA) ? C. Tujuan Untuk mengetahui



Asuhan keperawatan komunitas



pada kasus penyakit



Infeksi saluaran nafas Atas (ISPA).



2



BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ISPA



A.



DEFINISI ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak



dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153). ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut: a) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas. c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57). Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418). B.



ETIOLOGI Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri



penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembangstreptococcuspneumonia dan haemophylusinfluenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus (Suriadi,Yuliani R,2001)



3



C.



TANDA DAN GEJALA



a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut: 1. Batuk 2. Nafas cepat 3. Bersin 4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung 5. Nyeri kepala 6. Demam ringan 7. Tidak enak badan 8. Hidung tersumbat 9. Kadang-kadang sakit saat menelan b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA 1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. 2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. 3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. 4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak(Naning R,2002)



D.



KLASIFIKASI



Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: 1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.



4



Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : 1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. 2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu : 1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). 2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. 3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).



E.



PATOFISIOLOGI Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.



Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa 5



yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980). Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994). Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,yaitu: 1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apaapa. 2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. 3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. 4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.



6



F.



PATHWAY



7



G.



KOMPLIKASI 1. Penemonia 2. Bronchitis 3. Sinusitis 4. Laryngitis 5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)



H.



PEMERIKSAAN PENUJANG Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, 2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan, 3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)



I.



PENATALAKSANAAN Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya



kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452). Prinsip perawatan ISPA antara lain : 1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari 2. Meningkatkan makanan bergizi 3. Bila demam beri kompres dan banyak minum 4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih 5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.



8



6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek 7. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). 8. Mengatasi



batuk



Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.



J. Analisa data Symptom 1.



Etiologi



Biasanya pasien ditandai



Problem



1. Penupukan secret



Bersihan jalan nafas



2. Kongesti hidung



Pola nafas tidak efektif



3. Ventilasi pervusi



Gangguan pertukaran



dengan adanya secret, suara ronchi/wising, pernafasan,



otot



cuping



bantu hidung,



dada terasa sesak. 2.



Adanya



penupukan



secret, infeksi pada saluran pernafasan, adanya otot bantu pernafasan 3.



Ditandai



adanya,



sianosis, otot bantu pernafasan,



gas



expansi didinding dada, suara ronchi/wising 4.



Ditandai dengan penuran



BB sebnyak 20%, kulit kriput, klien



terlihat



kurus,



4. Input/autput tidak Gangguan nutrisi adekuat



nafsu



kurang dari kebutuhan tubuh.



makan menurun, mual muntah, nyeri abdomen 5.



Adanya



tanda-tanda



infeksi seperti: tumor, dolor,



5. Agen



Resiko infeksi



bakteri/virus



calor, rubor, dan disfusilaesa.



9



Dan cek leukosit tinggi/ rendah 6.



Ditandai dengan adanya



6. Proses infeksi



Hipertermi



panas lebih dari 37,6°C, akral panas,



bibir



merah,



wajah



tampak merah.



K.



Diagnose yang mungkin muncul 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus (secret) 2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi 4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri 6. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit



L. Rencana intervensi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus (secret) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret klien dapat bernafas dengan lancer, tidak ada pernafasan menggunakan cuping hidung. Rencana tindakan: 



Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan







Bersihkan jika ada sumbatan







Berikan posisi semi fowler







Anjurkan klien untuk minum yang hangat







Ajarkan batuk efektif







Masase punggung dan dada klien







Kalaborasi pemberian O2







Kalaborasi pemberian obat



10



2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pola nafas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Rencana tindakan: 



Berikan posisi semi fowler







Kalaborasi pemberian O2







Kalaborasi pemberian obat



3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Rencana tindakan: 



Berikan posisi semi fowler







Anjurkan klien untuk minum yang hangat







Ajarkan batuk efektif







Masase punggung dan dada klien







Kalaborasi pemberian O2







Kalaborasi pemberian obat



4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Tujuan : setelah dilakukan tidak keperawatan diharapkan masalah gangguan nutrisi teratasi dengan kreteria hasil: nafsumakkan klien meningkat, klien tidak mual dan muntah, peningkatan BB, wajah terlihat segar. Rencana tindakan:  Observasi adanya gangguan nutrisi  Observasi pola makan  Njurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali  Anjurkan diit yang sehat  Kalaborasi dengan tim gizi 11



 Kalaborasi pemberian obat 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah resiko tinggi infeksi dapat teratasi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi, pemeriksaan leukosit dalam batas normal. Intervensi  Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor, color, dan disfusilaesa.  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan  Menggunakan APD untuk proteksi diri dank lien  Kolaborasi dalam pemberian obat



6. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah hipertermi klien dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu dalam rentang normal 36,5°C-37,5°C, akral tidak panas, bibir tidak kering, turgor kulit elastic. Intervensi:  Observasi adanya peningkatan dan penurunan suhu  Observasi vital sign  Berikan kopres pada lipatan tubuh  Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat  Lakukan kalaborasi pemberian obat



12



BAB III PEMBAHASAN A. KASUS Di RT 1 RW 5 Kelurahan Parak Gadang Timur terdapat penduduk yang menderita ISPA berjumlah 300 orang, 65% laki-laki yaitu 254 oramg dan 35% wanita yaitu 46 oramg. Dari jumlah penduduk yang menderita ISPA sebanyak 150 orang (50%) usia dewasa dan sebayak 60 orang lansia (20%) serta sebanyak 30 orang ibu hamil (10%) dan anak – anak sebanyak 30 orang (10%) . Dari penduduk yang menderita ISPA sangat sedikit yang rutin memeriksa kesehatan. Asuhan keerawatan ini menggunakan pendekatan proses menggunakan keperawatan melalui: pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, dan tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.



B. PENGKAJIAN Data inti komunitas meliputi ; 1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas  Lokasi :  Provinsi



: Sumatera Barat



 Kabupaten / kotamadya



: Padang



 Kecamatan



: Padang Timur



Kelurahan



: Parak Gadang Timur



 Rw



: 05



 Rt



: 01



 Luas wilayah



: 6950 m2



 Batas wilayah / wilayah  Utara



: Jalan raya semanggi



 Selatan



: RT 05 / RW 09



 Barat



: RT 01 / RW 02



 Timur



: RT 07 / RW 06



 Keadaan tanah menurut pemanfaatanya  Pemukiman



: 4721 m2



1. Data demografi 13



1) Jumlah penderita ISPA



: 300 orang



2) Jumlah penderita DM



: 20 0rang



3) Jumlah penderita TB paru



: 40 orang



4) Jumlah penderita Asma



: 90 orang



 Berdasarkan kelompok penderita ISPA  Anak – anak



: 30 orang ( 10 % )



 Dewasa



: 150 orang ( 50 % )



 Lansia



: 60 orang ( 30 % )



 Ibu hamil



: 30 orang ( 10% )



 Berdasarkan agama  Islam



: 40 orang ( 80 %)



 Kristen



: 10 orang ( 5 % )



 Hindu



: 15 orang ( 4 % )



 Budha



: 10 orang ( 5 % )



 Konghucu



:-



 Katolik



:-



 Berdasarkan suku bangsa  Jawa



: 200 orang ( 80 % )



 Madura



: 50 orang ( 10 % )



 Sunda



: 30 orang ( 15 % )



 WNI keturunan



: 10 orang ( 5 % )



 Jumlah penderita ISPA



: 100 orang



 Status perkawinan  Kawin



: 180 orang ( 70 % )



 Tidak kawin



: 75 orang ( 30 % )



 Duda



: 25 orang ( 10 % )



 Janda



: 16 orang ( 7 % )



14



C. Data sub sistem 1. Data lingkungan fisik a. Sumber air dan air minum  Penyediaan Air bersih  PAM



: 210 orang ( 70 % )



 Sumur



: 90 orang ( 30 % )



 Sungai



:-



 Penyediaan air minum  PAM



: 150 orang ( 50 % )



 Sumur



: 75 orang ( 25 % )



 Sungai



:-



 Lain – lain / air mineral



: 75 orang ( 25 % )



 Pengolahan air minum  Masak



: 300 orang ( 100 % )



 Tidak memasak



:-



 Pengelolaan air minum  Selalu dimasak



: 300 orang ( 100 % )



 Air mentah



:-



b. Saluran pembuangan air / sampah  Kebiasaan membuang sampah  Diangkut petugas



: 30 %



 Dibuang sembarangan



: 70 %



 Pembuangan air limbah  Got/parit



: 45 %



 Sungai



: 55



 Keadaan pembuangan air limbah  Baik/lancar



: 30 %



 Kotor



: 70 %



c. Jamban  Kepemilikan jamban  Memiliki jamban



: 90 %



 Tidak memiliki jamban



: 10 % 15



 Macam jamban yang dimiliki  Septitank



: 80 %



 Disungai



: 20 %



 Keadaan jamban  Bersih



: 65 %



 Kotor



: 35 %



d. Keadaan rumah  Tipe rumah  Tipe A / permanen



: 165 orang ( 55 % )



 Tipe B / semipermanen



: 90 orang ( 30 % )



 Tipe C / tidak permanen



: 45 orang ( 15 % )



 Status rumah  Milik rumah sendiri



: 225 orang ( 75 % )



 Kontrak



: 75 orang ( 25 % )



 Lantai rumah  Tanah



: 15 orang ( 5 % )



 Papan



: 105 orang ( 35 % )



 Tegel / keramik



: 180 orang ( 60 % )



 Ventilasi  Ada



: 270 orang ( 90 % )



 Tidak ada



: 30 orang ( 10 % )



 Luas kamar tidur  Memenuhi syarat



: 180 orang ( 60 % )



 Tidak memenuhi syarat



: 120 orang ( 40 % )



 Penerangan rumah oleh matahari  Baik



: 150 orang ( 50 % )



 Cukup



: 105 orang ( 35 % )



 Kurang



: 45 orang ( 15 % )



e. Halaman rumah  Kepemilikan pekarangan  Memiliki



: 240 orang ( 80 % )



 Tidak memiliki



: 60 orang ( 20 % ) 16



 Pemanfaatan pekarangan  Ya



: 222 orang ( 74 % )



 Tidak



: 188 orang ( 26 % )



2. Fasilitas umu dan kesehatan a)fasilitas umum 1. saran kegiatan kelompok 



Karang taruna



: 1 kelompok







Pengkajian



: 2 kelompok







Ceramah agama



: 1 kelompok







PKK



: 1 kali peebulan



2.tempat perkumpulan umum 



Balai dsa



: ada (1 bulan )







Duku



: ada (1 bulan )







RW



: ada (1 bulan )







RT



: ada ( 1 bulan)







Masjid /mushola



: ada (2 bulan )



b) fasilitas kesehatan 1. pemanfaatn fasilitas kesehatn 



Puskesmas



: 96 orang (32 %)







Rumah sakit



: 90 orag ( 30%)







Para dokter swasta



: 78 orang (26%)







Praktek kesehatan lain



: 36 orang ( 12%)



2.kebiasaat check up kesehatan 



Rutin tiap bulan



: 30 orang (10%)







Jarang



: 270 orang ( 90%)



17



3. Ekonomi a.karakteristik pekerja 



PNS/ABRI



: 15 orang (5%)







Pegawai swasta



: 60 orang (20%)







Wirasuasta



: 105 orang (35%)







Buruh tani / pabrik



: 120 orang (40%)



b. penghasilan rata-rata perbulan  < dari UMR



: 120 orang (40%)



 UMR – 1.000.000



: 150 orang ( 50%)



 > UMR



: 30 orang (10%)



c. pengeluaran rata-rata perbulan 



< dari UMR



: 120 orang (40%)







UMR – 1.000.000



: 150 orang (50 %)







> dari UMR



: 30 orang (10%)



d. kepemilikan usaha 



Toko



: 36 orang (12%)







Warung makanan



: 15 orang (5%)







UKM



: 48 orang (16%)







Tidak punya



: 201 orang (67%)



4. Kemanan dan tranportsi a.keamanan 1. Diet makan 



Kebiasaan makan makanan manis



: 120 orang (40%)







Kebiasaan makan makanan berlemak



: 150 orang (50%)







Lain-lain



: 30 orang (10%)



2. Kepatuhan tehadap diet  Patuh



: 75 orang (25%)



 Kadang-kadang



: 105 orang (35%)



 Tidak patuh



: 180 orang (60%)



18



3. Kebiasaan berolahraga 



Sering



: 45 orang (15%)







Kadang-kadang



: 105 orang (35%)







Tidak pernah



: 150 orang (50%)



4. Kebiasaan sehari-hari 



Merokok 



Setiap saat



: 180 orang (60%)







Kadang – kadang



: 90 orang (30%)







Tidak pernah



: 30 orang (10%)



5. Kebiasaan mngosok gigi sebelum tidur  Setiap saat



: 15 %( 35orang)



 Kdang-kadang



: 17% (37 oarang)



 Tidak pernah



: 70% (150 orang)



b. transportasi 1) Fasilitas transportasi 2) Alat tranfortasi yang dimiliki  Sepeda



: 90 orang (30%)



 Motor



: 120 orang (40%)



 Mobil



: 60 orang (20%)



 Lain-lain



: 30 orang (10%)



3) Penggunaan tranportasi  Angkutan umum



: 150 orang (50%)







: 150 orang( 50%)



Kendaraan pribadi



5.politik dan pemerintahan a) Struktur organisasi : Ada  Terdapat kepala desa dan perangkatnya  Ada organisasi karang taruna



19



b) Kelompok layanan kepada masyarakat (ppk, karag taruna,panti,posyandu) : Ada yaitu puskesmas c) Kebijakan pemerintahan dalam pelaynan kesehatan : Ada yaitu puskesmas d) kebijakan pemerintahankhusus untuk penyakit ispa : Belum ada e) peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : Belum ada 6. sistem komunikasi a. Fasilitas komunikasi yang ada  Radio



:210 orang (70%)



 TV



:159 orang (53%)



 Telepon /handphone



:120 orang ( 40%)



 Majalah/koran



:105 orang (35%)



b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok ispa  Pamflet tentang penanganan ispa



: Ada



 Leaflet tentang penanganan ispa



: Ada



c. Kegiatan yang menunjang kegiatan ispa  Penyuluhan oelh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatn dari puskesmas



: Ada tapi jarang



7. Pendidik Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal 



SD



: 120 orang (40%)







SLTP



: 90 orang (30%)







SLTA



: 60 orang (20%)







Perguruan tinggi



: 30 orang (10%)



8. Rekreasi 



Tempat wisata yang biasanya dikunjungi teman kota dan alin-alun







Ada program setahun sekali diadaka program wisata bersama kader kesehatn RT 05 RW02 kelurahan margajaya 20



D. Analisa Data No



Pengelompokan data



Etiologi



1.



Ds :



Pengetahuan



Dari



hasil



wawancara



Masalah



didafat kurang



yang Ketidak



tahuan



oleh masyarakat



tingkat pendidikan ada 50% Warga masyarakat



tentang terhadap



yang tida pahan tentang bahaya ispa



roko di



merokok



RW 01



bahaya RT 05



Do: -data menyebutkan bawa tingkat pendidik SD sebanyak 120 orang (40%) -penyuluhan kader dari masyarakat dan



petugas



kesehatan



dari



puskesmas jarang ada -kebisaan merokok



masyarakat sebanyak



210



yang orang



(70%)



2.



Ds: Dari



Faktor hasil



wawancara



penghasilan Ketidak



didafat yang rendah



patuhan



masyarakat



ketidak patuhan masyarakat untk



perokok



cek up sebnyak 240 orang (80% )



/penderita



Do:



melaksanakan cek



-sebanyak 200 orang jarag cek up



up kesehatn



ispa



perbulan -lulusan SD sebanyak 100 orang -lulusan SLTP sebanyak 75 orang -penghasilan < UMR 120 orang -penghasilan >UMR 50 orang 3.



Ds : Dari



Kurangnya hasil



wawancara



didapat pengetahuan



jumlah penderita ispa sebanyak 300 masyarakat



Resiko peningkatan tentang penderita ISPA di



21



orang



bahaya ISPA



Do : -



RT 05 RW 01 kelurahan



distribusi



berdasarkan



penderita tingkat



ISPA



Parak



Gadang Timur



pendidikan



sebanyak SD



: 120 orang (40%)



SLTP



: 90 orang (30%)



SLTA



: 60 orang (20%)



PT



: 30 orang (10%)



-Kebiasaan sehari-hari penderita ISPA Merokok setiap saat



: 180 orang (60 %)



Kadang – kadang



: 90 orang (30%)



Tidak pernah



: 30 orang ( 10%)



E. PRIORITAS MASALAH Diagnosa



Pentingnya



Perubahan



Keperawatan



penyelesaik



positif untuk untuk



an masalah



penyelesaian



peningkatan



1 : Rendah



di komunitas



kualitas hidup



2 : sedang



0 : Tidak ada



0 : Tidak ada



3 : tinggi



1 : Rendah



1 : Rendah



2 : Sedang



2 : Sedang



3 : Tinggi



3 : Tinggi



1



1



Ketidak



tahuan 2



Penyelesaian



Score



4



masyarakat terhadap roko di



bahaya RT



05



RW 01



22



Ketidak



patuhan 2



1



1



4



0



0



3



masyarakat perokok /penderita ispa melaksanakan cek up kesehatn Resiko peningkatan 3 penderita ISPA di RT



05



RW



kelurahan



01



Parak



Gadang Timur



F. PERENCANAAN Diagnosa



Tujuan



Intervensi



Sasaran



Metode



Bina



Kader



KIE



hubungan



kesehatan



( ceramah,



Setelah



saling



masyaraka



tanya



terhadap



dilakuakn



percaya



t



bahaya roko



asuahan



Dengan



masyaraka



di



keperawatan



masyarakat



t



Lakukan



menderita



pendidikan



ispa



kesehatan



Semua



Untuk



penderita



penderita



ispa di RT



ispa



05 RW 01



Berikan



margajaya



penyuluhan



Semua



tentang



penderita



Warga yang panjang



pentingnya



ispa di RT



tida



kepatuhan



05 RW 01



Keperawata n Ketidak



Tujuan jangka pendek



tahuan



:



masyarakat



RT



-



05



RW 01



Ds : Dari



-



selama



satu



minggu



di



-



harapakan hasil



penderita ispa



wawancara



:



didafat



terhadap



tingkat



pengobatan



50% Tujuan



pahan



-



patuh



pendidikan ada



-



jangka



-



dan jawab, diskusi,



yang demonstra si)



23



tentang



-



Masyarakat



pengobatan



Kelurahan



bahaya



mengetahui



terhadap



margajaya



merokok



tentang



penderita



Do:



penyakit ispa



ispa



-data



-



Masyarakat



menyebutka



mengetahui



n



tentang



bawa



tingkat



pentingnya



pendidik SD



kepatuhan



sebanyak



pengobatan



120



orang



(40%) -penyuluhan kader



dari



masyarakat dan petugas kesehatan dari puskesmas jarang ada -kebisaan masyarakat yang merokok sebanyak 210



orang



(70%)



Ketidak



Masyarakat penderita Berikan



masyaraka



patuhan



ispa



mengetahui penyuluhan



t



masyarakat



tentang



resiko tentang



faktor menderita



perokok



ketidakpatuhan untuk resiko



/penderita



melaksakan cek up ketidakpatuhan



Leptop,



yang LCD,



tentang ispa Semua



materi, screen dan



24



ispa



kesehatan



penderita



melaksanaka



tentang



n



kesehatan



cek



up



kesehatn



ispa penderita cek



Leafleat



up ispa di RT 05 RW 01 margajaya Semua



Ds:



penderita



Dari



hasil



ispa di RT



wawancara



05 RW 01



didafat



Kelurahan



ketidak



margajaya



patuhan masyarakat untk cek up sebnyak 240 orang (80% ) Do: -sebanyak 200



orang



jarag cek up perbulan -lulusan SD sebanyak 100 orang -lulusan SLTP sebanyak 75 orang -penghasilan < UMR 120 orang -penghasilan >UMR



50



orang



25



Resiko



Setelah



dilakuakn - Berikan



peningkatan



asuhan



keperawatan



education



pada t



penderita



selama satu minggu



penderita



ispa menderita



tanya



ISPA di



tidak



tentang



cara ispa



jawab,



terjadi



health masyaraka



KIE



yang ( ceramah,



RT 05 RW peningkatan penderita



pencegahan dan Semua



diskusi,



01



ispa



penyebab



penderita



demonst



kelurahan



Tujuan jangka pendek



terjadinya ispa



ispa di RT



rasi)



Parak



-



Penderita ispa - Ajarkan



pada 05 RW 01



Gadang



mengetahui



penderita



dan margajaya



Timur



cara



keluarga



ispa Semua



pencegahan



tentang



penderita



Penderita ispa



perawatan ispa



ispa di RT Leptop,



Ds : Dari



hasil



-



wawancara



mengetahui



didapat



perawatannya



tentang



aan



05 RW 01



LCD,



Kelurahan



materi,



Penderita ispa



pentingnya cek margajaya



screen



penderita



mengetahui



up



dan



ispa



penyebab



ispa



sebanyak



terjadinya ispa



jumlah



-



300 orang



Tujuan



Do :



panjang



-



Leafleat



dilakuakn



penderita



asuhan



ISPA



selama satu minggu di



berdasarkan



harapkan



tingkat



masyarakat penderita



pendidikan



ispa



sebanyak



dalam melaksanakan



120



penderita



jangka



distribusi Setelah



SD



- Penyuluhan



Pelaksana



keperawatan



dapat



semua



patuuh



: cek up kesehatan orang



(40%) SLTP 90



: orang



(30%)



26



SLTA 60



: orang



(20%) PT



:



30



orang



(10%) -Kebiasaan sehari-hari penderita ISPA Merokok setiap



saat



: 180 orang



(60 %) Kadang







kadang :



90 orang



(30%) Tidak pernah : 30 orang ( 10%)



27