Laporan Pendahuluan KB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN “KELUARGA BERENCANA (KB)”



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Maternitas Di Puskesmas Kepanjen Malang



Oleh: Aliyah Adek Rahmah NIM. 105070200111024



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015



LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BERENCANA (KB) A. DEFINISI KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). Tujuan Keluarga Berencana a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran Program KB a. Sasaran langsung Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. b. Sasaran tidak langsung Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29). Ruang lingkup Program KB Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,meliputi: a. Komunikasi informasi dan edukasi. b. Konseling. c. Pelayanan infertilitas. d. Pendidikan seks. e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan. f. Konsultasi genetik Akseptor Keluarga Berencana



Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran(Barbara R.Stright,2004;78). Jenis - Jenis Akseptor KB a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut – turut dan bukan karena hamil. c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. d. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007). Pasangan usia subur Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2007;66). Definisi kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘melawan’ atau ‘mencegah’ dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008). Syarat - Syarat Kontrasepsi



Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki syarat syarat sebagai berikut : a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya. b. efek samping yang merugikan tidak ada. c. lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan. d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan. e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya. f. cara penggunaannya sederhana. g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas. h. dapat diterima oleh pasangan suami istri. B. KLASIFIKASI Penemuan terkini Alat Kontrasepsi perkembangan teknologi memang terus berkembang dan tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi. beberapa alat kontrasepsi diantaranya : 1. Metode Sederhana a. Metode tanpa alat 1) KBA 2) Metode kalender a)



Mekanisme kerja Metode kalender menggunakan prinsip berkala yaitu melakukan



persetubuhan



pada



masa



subur



tidak



istri.



Untuk



menentukan masa subur istri digunakan tiga patokan, yaitu : 1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang 2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi 3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi Nampaknya



cara ini



mudah dilaksanakan , tetapi dalam



praktiknya sukar untuk menetukan saat ovulasi dengan tepat, karena hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, dan juga dapat terjadi variasi terutama pascapersalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopause. b)



Cara menentukan masa aman Pertama dicatat



lama siklus haid selama tiga bulan



terakhir,



tentukan lama siklus haid terpendek dan terpanjang. Kemudian sikus haid terpendek dikurangi 18 hari, dan



siklus haid



terpanjang dikurangi 11 hari. Dua angka yang diperoleh



merupakan



rentang masa subur. Dalam jangka waktu



tersebut pasangan suami istri



subur



harus pantang melakukan



hubungan seksual, sedangkan diluar waktu tersebut merupakan masa aman. 3) Metode pantang berkala Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam



metode KB pantang



berkala dapat diambil suatu rangkuman sebagai berikut : a)



Prinsipnya adalah



tidak melakukan hubungan seksual pada



masa subur. Patokan masa subur adalah sebagai berikut : 1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yang akan datang 2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi 3. Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi b)



Enam langkah menentukan masa aman dalam pantang berkala 1. Tentukan siklus haid terpendek 2. Tentukan siklus haid terpanjang 3. Siklus haid terpendek dikurangi 18 4. Siklus haid terpanjang dikurangi 11 5. Tentukan masa ovulasi 6. Tentukan masa aman Contoh : haid terakhir tanggal 9 maret 2011, maka perhitungan pantang berkala berdasarkan enam



langkah



tersebut adalah sebagai berikut : 



Siklus terpendek = 29







Siklus terpanjang = 36







29-18 = 11







36-11 = 25



Masa ovulasi mulai dari hari ke 16 sampai dengan hari ke 25 siklus haid, yaitu 19 maret sampai dengan 2 april 2011. Masa aman mulai hari pertama sampai ke-9 siklus haid dan hari ke 26 sampai 9 hari setelahnya yaitu mulai 9-17 maret dan 3-16 april 2011. 4) Metode Suhu Basal Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang



lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Fenomena ini dapat digunakan untuk menentukan waktu ovulasi. Suhu basal dicatat dengan teliti setiap hari. Suhu basal diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas. Penggunaan suhu basal dan



penentuan masa aman akan



meningkatkan daya guna pantang berkala. Namun suhu basal tubuh dapat pula meningkat pada beberapa kondisi seperti infeksi, ketegangan dan waktu tidur yang tidak teratur. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai terlihat suhu tetap tinggi tiga hari (pada waktu pagi) berturut-turut. Panjang siklus haid yang teratur adalah 28-30 hari. Dengan mengenal tandatanda premenstruasi maka saat ovulasi dapat diperkirakan. a)



Efek samping Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet vagina saat berhubungan.



b)



Daya guna Gana guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Daya guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola cara rintangan, misalnya kondom atau spermisida disamping pantang berkala.



5) Metode lendir serviks Metode ovulasi dikembangkan pada tahun 1950-an oleh dua orang dokter warga Negara Australia yaitu DRS. Evelyn dan John Billing. Validasi metode ini dilakukan dengan menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lender servik wanita yang dapat dideteksi di vulva dan peningkatan jumlah estrogen pada fase folikuler siklus menstruasi. Pola yang diidentifikasi menunjukkan bahwa seorang wanita dapat memperkirakan masa ovulasi dengan cukup akurat tanpa harus memperhatikan perubahan basal tubuh. Perubahan lender serviks selama siklus menstruasi merupakan pengaruh estrogen. Pola yang tidak subur dapat dideteksi baik pada fase pra ovulasi maupun pasca ovulasi siklus menstruasi. Perubahan lender serviks selama siklus menstruasi adalah sebagai berikut :



a)



Pada bagan terdapat beberapa hari setelah menstruasi dimana wanita memiliki pola kering pada vulva yang tidak berubah.



b)



Selanjutnya fase praovulasi



c)



Hari-hari tidak subur pasca ovulasi dimulai pada hari keempat setelah masa puncak dan berlanjut sampai menstruasi.



Pasangan yang ingin menghindari kehamilan harus mengikuti beberapa aturan sebagai berikut : a)



Peraturan hari awal 1. Hubungan



seksual



harus



dihindari



selama



hari-hari



perdarahan menstruasi yang berat. Lender serviks dapat tidak terdeteksi karena ada perdarahan menstruasi 2. Hubungan seksual diperbolehkan setiap 2 malam selama hasil



pengamatan



menunjukkan



BIP.



Sehari



setelah



melakukan hubungan seksual dipertimbnagkan sebagai hari subur karena ada cairan semen yang dapat menghalangi pengamatan terhadap lendir. 3. Apabila terlihat perubahan dari BIP, maka pasangan tidak boleh melakukan hubungan pada hari tersebut dan hari-hari berikutnya selama masih terjadi perubahan dan tiga hari kemudian ketika BIP kembali 4. Biasanya perubahan dari BIP mengidentifikasikan dimulainya fase subur, semua perubahan ini berlanjut hingga hari puncak. b)



Peraturan pada hari puncak yaitu hindari hubungan seksual sampai hari keempat setelah hari puncak diidentifikasi.



6) MAL MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian ASI pada bayinya. Akan tetap mempunyai efek kontrasepstif apabila menyusukan secara penuh (eksklusif), belum haid dan usia bayi kurang dari 6 bulan. Mal berfungsi efektif hingga 6 bulan, dan bila tetap belum ingin hamil, kombinasikan dengan metode kontrasepsi lain setelah bayi berusia 6 bulan. Konseling yang dilakukan kepada klien harus jelas dan informatif, sehingga pencegahan kehamilan dapat terjadi, seperti : memberikan ASI (secara penuh) dari kedua payudara sesuai kebutuhan (sekitar 6-10 kali per hari), memberikan ASI paling sedikit satu kali pada malam hari (tidak boleh lebih dari 4-6 jam diantara 2 pemberian), tidak menggantikan jadwal



pemberian ASI dengan makanan/cairan lain, jika frekuensi menyusukan kurang dari 6-10 kali @ 60 ml per hari atau atau bayi tidur semalaman tanpa menyusu (mendapat ASI), maka MLA kurang dapat diandalkan untuk metode kontrasepsi, serta menggantikan jadwal pemberian ASI dengan makanan atau suplemen lainnya maka daya hisap bayi akan berkurang sehingga mengurangi efektifitas mekanisme kerja kontraseptif MLA Mekanisme kerja pada MAL adalah dengan adanya sekresi GnRH yang tidak teratur akan menganggu pelepasan hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (leutinizing hormone) untuk menghasilkan sel telur dan menyiapkan endometrium, penghisapan ASI yang intensif secara berulangkali akan menekan sekresi hormon GnRH (gonadotrophin releasing hormone) yang mengatur kesuburan, sehingga rendahnya kadar hormon FSH dan LH menekan perkembangan folikel di ovarium dan menekan ovulasi. 2. Metode Modern 1) Kondom a. Kondom Pria Kondom adalah sarung karet yang dipakai pada alat kemaluan pria selama melakukan hubungan seksual. Cara menggunakan kondom: 1) Bila seorang pria tidak disunat tarik selaput kulit kepala penis ke belakang. Kemudian masukan ujung penis kedalam mulut kondom dan masukan sampai ke ujung akhir penis yang keras. 2) Dengan terus memencet ujung penis, buka gulungan kondom sampai semua kondom bisa meliputi semua permukaan penis. Bagian ujung kondom yang agak longgar akan menampung cairan sperma. Bila ujung penis tidak berongga, kondom bisa pecah. 3) Setelah pria ejakulasi, maka dia sebaiknya memegang ujung dan pinggiran kondom dan mengeluarkannya dari vagina sewaktu penis masih dalam keadaan tegang. 4) Tarik keluar kondom. Jangan sampai bocor sehingga cairan sperma keluar. 5) Bentuk ikatan pada pangkal kondom kemudian dibuang dengan cara dibakar atau dikubur sehingga jauh dari kemungkinan permainan ank-anak atau binatang. b. Kondom Wanita



Kondom wanita yang bisa pas divagina dan menutupi bibir luar bisa dimasukan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom hanya digunakan sekali pakai, karena akan mudah robek bila dicuci dan digunakan kembali. Kondom wanita merupakan cara KB yang efektif bisa melindungi dari penularan PMS dan kehamilan serta berada dibawah kendali wanita. Cara memakai kondom wanita: 1) Buka bungkusan kondom cari cincin dalam yang berupa cincin yang bertutup. 2) Pencet cincin dalam tersebut dan pegang oleh jari-jari tangan. 3) Masukan cincin ke dalam lubang vagina 4) Dorong cincin sampai betul-betul masuk vagina. Sedangkan cincin luar tetap berada diluar vagina. 5) Bila melakukan hubungan seksual masukan penis sampai masuk ke dalam cincin luar tersebut. 6) Lepaskan segera kondom wanita setelah selesai berhubungan sebelum kita berdiri. Plintir cincin luar kondom supaya cairan sperma masih tetap berada di dalam kondom. 2) Pil kombinasi (cara KB yang mengandung estrogen dan progestin) Cara yang paling meyakinkan dalam mencegah kehamilan adalah pasangan wanitanya menggunakan pil kontrasepsi. Terdapat beberapa jenis pil ini, tetapi masing-masing mengandung hormone esterogen dan progesterone yang menghambat ovulasi. Agar benar-benar efektif maka pil tersebut harus di minum dengan tepat sesuai petunjuk yang tercantum. Ada beberapa jenis pil kontrasepsi, antara lain : a. Kontrasepsi Oral Kombinasi Pil ini mengandung 30-50 µg estrogen dan antara 0,5-2 mg progesterone (noretisteron). Kombinasi estrogen menekan ovulasi dan progesterone di tambahkan untuk mengendalikan siklus menstruasi. Maksud pemberian pil ini adalah untuk mencegah pematangan folikel de Graaf dan pembentukkan korpus luteum. Kombinasi-kombinasi kontrasepsi ini juga: 1) Menyebabkan mucus serviks tidak dapat di tembus oleh sperma dan meningkatkan kekentalannya (viskositasnya). 2) Mengurangi



gerakan



atau



motilitas



tuba



falopi



dengan



cara



mengurangi kerja peristaltik sehingga sperma yang tetap hidup akan sangat mengalami kesulitan bergerak sepanjang tuba falopi untuk sampai uterus.



Siklus menstruasi di tekan, tetapi withdrawal bleeding yang siklis tetap terjadi apabila pil harian tersebut di ganti dengan placebo. Metode ini dapat di terima karena mengurangi gangguan siklis dan secara estetik dapat di terima, karena metode ini tidak berhubungan dengan masalah hubungan seksual. Efek Samping Walaupun demikian, metode ini mempunyai kerugian, mempunyai efek samping seperti : 



Efek karena kelebihan estrogen Ada rasa mual, kadang di sertai muntah, diare dan rasa perut kembung. Selain itu menyebabkan retensi cairan karena kurangnya pengeluaran air dan natrium. Retensi cairan ini dapat menyebabkan bertambahnya berat badan. Oleh karena itu, pada akseptor di anjurkan untuk kurangi konsumsi garam. Efek samping lainnya berupa sakit kepala, nyeri pada mamae. Konsumsi pil yang cukup lama dengan dosis estrogen yang tinggi dapat menyebabkan pembesaran mioma uteri, akan tetapi biasanya pembesaran itu berhenti jika pemakaian pil di hentikan. Rendahnya dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan spotting dan withdrawal bleeding dalam masa intermenstruum.







Efek karena kelebihan progesterone Karena hal ini dapat menyebabkan nafsu makan meningkat disertai bertambahnya berat badan. Dapat menimbulkan jerawat dan alopesia karena efek androgenic dari jenis progesterone yang di pakai dalam pil.







Efek samping yang berat Dapat terjadi trombo-emboli, trombo-emboli ini dapat terjadi apabila di dukung oleh faktor-faktor predisposisi seperti merokok, hipertensi, diabetes mellitus dan obesitas.







Menstruasi tidak teratur atau bercak-bercak. Pil kombinasi sering membuat datang bulan lebih pendek dan lebih ringan.



Kontraindikasi Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi. Kontraindikasinya antara lain : 



Kontraindikasi mutlak



-



Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen



-



Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun



-



Pernah



mengalami



trombo



phlebitis,



trombo-emboli,



kelainan



serebrovaskular







-



Diabetes mellitus



-



Kehamilan



Kontraindikasi relatif -



Depresi



-



Migraine



-



Mioma uteri



-



Hipertensi



-



Oligomenorea dan amenorea



Kelebihan dan Kekurangan pil kombinasi 



Kelebihan -



Efektivitasnya dapat di percaya



-



Frekuensi koitus tidak perlu di atur



-



Siklus haid tidak teratur



-



Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali







Kekurangan -



Pil harus di minum setiap hari



-



Motivasi harus kuat



-



Adanya efek samping walaupun efeknya sementara



-



Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang persisten



-



Harganya relative mahal



Cara pemakaian pil kombinasi: Pil tersedia dalam paket berisi 21 atau 28 tablet. Bila memakai paket 28 tablet, minumlah pil setiap hari selama sebulan. Segera setelah selesai 1 paket, mulailah dengan paket yang baru dan seterusnya. Bila memakai paket 21 pil, minumlah pil setiap hari selama 21 hari, kemudian tunggu 7 hari sebelum mulai dengan paket yang baru. Pil yang terlambat diminum atau lupa akan menyebabkan perdarahan sedikit, seperti datang bulan yang ringan. 1. Pil Progesteron



Karena jenis pil ini tidak mengandung estrogen maka pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok pil kombinasi dan bagi wanita timbul efek samping pada pemakaian pil kombinasi. Pil ini juga lebih baik bagi ibu menyusui karena tidak mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI. Penggunaan pil ini sangat efektif bagi ibu-ibu menyusui. Pada beberapa wanita pil ini menekan ovulasi secara sempurna. Pada beberapa wanita yang lain folikel mengalaman pematangan secara normal, tetapi terjadi fase luteal yang dipersingkat dan tidak terjadi produksi progesterone. Kerja kontrasepsi pil progesterone saja terletak pada kerjanya pada mucus serviks dengan membuat mukus ini lebih kental dan sulit dilewati sperma, dan dengan mengurangi kerja peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup sangat sulit atau tidak mungkin mencapai uterus. Efek samping yang umum terjadi:  Perdarahan tidak teratur atau bercak-bercak  Datang bulan terlambat  Sering pusing 2. Pil sekuensial Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah pertama siklus mentruasi dan kemudian selama setengah siklus yang kedua diberikan pil yang mengandung baik estrogen maupun progesterone. Efek keseimbangan hormone ini ialah penekanan ovulasi, dan karena kadar estrogen tinggi, maka juga akan menekan laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat badan, perubahan payudara, mual, sakit kepala dan penurunan libido. Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi oral, yaitu mencakup sebagai berikut : A – Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau kandung empedu. C – Chest pain atau sesak napas, mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh darah pada paru atau jantung. H – Headaches, disebabkan oleh gangguan kardiovaskular atau hipertensi. E – Eye problem, mengindikasikan gangguan vascular atau hipertensi. S – Severe leg pain, mengidikasikan proses trombo-emboli. 3) Implant



Pengertian Kontrasepsi Implan a



Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).



b



Kontrasepsi



Implan



adalah



sistem



norplant



dari



implan



subdermal



levonorgestrel yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic, masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima tahun (Varney, 1997). Cara Kerja Kontrasepsi Implan : a



Lendir serviks menjadi kental Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.



b



Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.



c



Mengurangi transportasi sperma Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.



d



Menekan ovulasi Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.



Jenis – jenis Kontrasepsi Implan a



Norplant Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30 – 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.



b



Implanon Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada



permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya. c



Jadena dan Indoplant Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.



d



Uniplant Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama kerja 1 tahun.



e



Capronor Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.



Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan 1



Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi : a



Daya guna tinggi Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.



b



Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun) Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.



c



Pengembalian kesuburan yang cepat Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode



kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat. d



Tidak memerlukan pemeriksaan dalam Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.



e



Bebas dari pengaruh estrogen Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.



f



Tidak mengganggu kegiatan sanggama Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.



g



Tidak mengganggu ASI Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.



h



Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan



i



Dapat dicabut setiap saat



j



Mengurangi jumlah darah haid Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.



k



Mengurangi / memperbaiki anemia Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.



Kerugian Kontrasepsi Implan, meliputi : Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea. Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kirakira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari



10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti : a



Nyeri kepala Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala; kira-kira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.



b



Peningkatan berat badan Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).



c



Jerawat Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan. d



Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness) Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan menghadapinya dengan berbagai derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan



merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan. Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai proses pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya. e



Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. Implan



harus



dipasang



(diinsersikan)



dan



diangkat



melalui



prosedur



pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau



menghentikan



metode



tersebut



tanpa



bantuan



klinisi.



Insiden



pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta pencabutan implan. f



Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS. Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.



g



Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi. Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.



h



Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat). Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini, penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah.



i



Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah 0,28 per 1000 wanita per tahun penggunaan. Walaupun risiko terjadinya kehamilan ektopik selama menggunakan implan rendah, jika kehamilan memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira 30% kehamilan pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik.



4) KB Suntikan



Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama),



yang tidak



membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersanggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah : 1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo Provera a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan smapai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. 2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita. b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3x suntikan pertama), kemudin selanjutnya sekali setiap 12 minggu. Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif dengan angka kegagalan untuk : DMPA



: < 1 per 100 wanita pertahun



NET EN



: 2 per 100 wanita pertahun



Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain kecil sekali, antara lain : 



Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA).







Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 bulan setelah menghentikan suntikannya.



Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi suntikan tidak menambah risiko terjadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau serviks, progesteron, termasuk DMPA digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium. Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan DMPA



:



1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline. 2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali. 3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih. 4. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah/serum.



NET EN : 1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkulasi darah dapat sangat bervariasi. 2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan dengan DMPA. 3. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET) sebelum ia menjadi aktif secara biologis. 4. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5 – 4 bulansetelah disuntikkan. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan 1. Primer: Mencegah ovulasi Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons



kelenjar



hypofisis



terhadap



gonadotropin-releasing



hormon



eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipothalamus daripada kelenjar di hypofisis. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypofisis. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan hipo-estrogenik. Pada pemakaian PDMA, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan kelenjarkelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi edematous. Pemakaian jangka panjang, endometrium dapat menjadi sedemikian tipisnya, sehingga tidak dapat atau sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA terakhir. 2. Sekunder: a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga dapat menjadi barier terhadap spermatozoa b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi c. Kemungkinan besar mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii Kontra-Indikasi Suntikan



WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada:  Kehamilan  Ca Mammae  Ca Traktus Genitalia  Pendarahan Abnormal Uterus Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk:  Mempertimbangkan kontra indikasi yang berlaku untuk POK  Pada wanita dengan DM atau riwayat DM selama kehamilan, harus dilakukan follow up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium, ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolism karbohidrat. Efek Samping Suntikan  Gangguan haid; ini yang paling sering terjadi dan paling sering mengganggu. a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi: 



Amenore







Perdarahan ireguler







Perdarahan bercak







Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang



b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. c. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan dalam kadar hormone atau histologi endometrium. d. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan- bercak dan amenore dibandingkan dengan NET EN, dan amenore pada DMPA tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan berat badan tinggi e. Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya insidens anemia f. Untung bahwa perdarahan yang hebat, yang dapat membahayakan diri akseptor, jarang terjadi.  Berat badan yang bertambah a. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara < 1kg- 5 kg pada tahun pertama



b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh c. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hypothalamus, yang menyebabkan ekseptor makan lebih banyak dari pada biasanya.  Sakit Kepala Inseden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi pada kurang dari 1-17% akseptor  System kardiovaskular a. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system pembekuan darah maupun system fibrinolitik. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa DMPA maupun NET EN menambah resiko timbulnya bekuan darah atau gangguan sirkulasi lain. b. Perubahan dalam metabolism lemak, terutama penurunan HDL kolesterol, baik pada DMPA maupun NET EN dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL kolesterol rendah menyebabkan timbulnya arterosklerosis. Sedangkan terhadap trigliserida dan kolesterol total tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan. Jenis kontrasepsi berdasarkan waktu pemberian: a. Kontrasepsi suntikan jangka panjang yang baru WHO meneliti dua macam kontrasepsi suntikan yang baru, yang merupakan senyawa ester berasal dari NET atau Levonorgestrel. Ester adalah kombinasi streroid dengan suatu asam: 1) HRP002 Berisi levonorgestrel butanoate, dosis 20mg akan mencegah ovulasi untuk 3 bulan, beredar tahun 1992 2) HRP011 Berisi levonorgestrel 3-oxime cyclopentyl carboxylate, yang secara kimiawi serupa dengan progestin lain yaitu norgestimate. Senyawa tersebut kurang mengakibatkan perubahan-perubahan endometrium. Dosis yang sedang diteliti 20, 40, dan 60 mg. jangka penyuntikan 6 bulan beredar pada pertengahan dasawarsa 1990. Keuntungan dari kontrasepsi suntikan senyawa ester ini lebih banyak dibandingkan kontrasepsi suntikan yang sudah ada atau standar:



 Pelepasan hormon dari tempat suntikan berjalan hampir konstan, tanpa pelepasan-awal yang tinggi seperti yang terjadi pada DMPA dan NET EN  Diberikan dalam larutan mikrokristaline yang aqueous seperti yang dipakai pada DMPA, sehingga pembuatannya lebih mudah dan biaya nya lebih murah. b. Kontrasepsi suntikan sekali sebulan Banyak digunakan di Negara-negara latin dan RRC terdiri dari kombinasi dari estrogen dan progesteron. Kontrasepsi sekali sebulan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kontrasepsi biasa atau standar, yaitu: 1) Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan 2) Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan irregular lainnya 3) Kurang menimbulkan amenore 4) Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan Adapun kekurangan dari kontrasepsi sekali sebulan adalah: a. Penyuntikan lebih sering b. Biaya keseluruhan lebih tinggi c. Kemungkinan efek samping karena estrogen Efek Non-Kontraseptif Kontrasepsi



suntikan



juga



mempunyai



efek



non-kontraseptif



yang



menguntungkan, yaitu: a. DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium (primer maupun mestatik) b. Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI c. Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia, baik pada DMPA maupu NET EN d. Pada penderita penyakit sickle cell (suatu penyakit genetic di afrika), DMPA mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal. e. DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus genitalia/PID f.



DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasis



g. DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium



h. DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai pada karsinoma ginjal (sebagai pengobatan paliatif) i.



DMPA kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas praecox



j.



DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar testosterone pada pria dengan kelakuan seksual yang abnormal.



5) Alat dalam rahim IUD (IUCD, COPPER-T, SPIRAL) Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila dibandingkan dengan metode tersebut diatas. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya spermatozoa /sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (BKKBN, 2002). Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Bari, 2006) : a. Copper-T Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. b. Copper-7 Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T. c. Multi load Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. d. Lippes loop



Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Cara Kerja IUD Cara kerja dari IUD antara lain yaitu (Bari, 2006) : 1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. 2. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri. 3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi. 4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. Keuntungan dan Kelemahan IUD Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi IUD yakni (Bari, 2006) : a. Sangat efektif. 0,6-0,8 kehamilan /100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). b. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan. c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. e. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. f.



Meningkatkan kenyamanan seksual karena karena rasa aman terhadap risiko kehamilan



g. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A. h. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI i.



Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).



j.



Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).



k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. Kelemahan dari penggunaan IUD yaitu (Bari, 2006):



a. Efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit. b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar). c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan. e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas. f.



Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam pemasangan IUD.



g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari h. Pencabutan IUD hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan) yang terlatih. i.



Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan).



j.



Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.



Waktu Penggunaan IUD Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat (Bari, 2006) : 1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. 2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid. 3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). 4. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. 5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi. Waktu Kontrol IUD Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah (Bari, 2006) :



a.



1 bulan pasca pemasangan



b.



3 bulan kemudian



c.Setiap 6 bulan berikutnya d.



Bila terlambat haid 1 minggu



e.



Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya



6) Sterilisasi Terdapat beberapa cara operasi yang bisa membuat pria atau wanita hampir tidak mungkin bisa mempunyai anak lagi. Karena hasil operasi ini bersifat permanen, maka tindakan ini hanya tepat bagi ibu atau bapa yang betul-betul telah yakin tidak ingin mempunyai anak lagi. Untuk mendapatkan pelayanan tindakan operasi ini, ibu atau bapa harus pergi ke RS yang mampu melayani operasi tersebut. Operasi ini cukup cepat dan aman yang jarang menimbulkan efek samping. a. Vasektomi (operasi pria) Adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana dimana dilakukan pemotongan saluran yang membawa sperma dari buah pelir ke penis. Buah pelirnya sendiri masih tetap utuh, tidak dipotong sama sekali. Operasi ini dilakukan di Puskesmas, dimana petugas kesehatan telah dilatih untuk melakukannya. Tindakan operasi ini hanya berlangsung beberapa menit. Operasi ini tidak mengubah kemampuan untuk melakukan hubungan seksual ataupun untuk merasakan kenikmatan hubungan seksual. Pria masih mampu untuk ejakulasi cairan sperma atau semen tetapi cairan tersebut tidak mengandung benih sperma. Setelah operasi, pria tersebut harus terlebih dahulu ejakulasi sampai 20 kali sebelum benih sperma betul-betul telah bersih. Selama menunggu pakailah cara-cara kb yang telah biasa dipakai. b. Tubektomi (operasi wanita) Pemutusan saluran telur wanita sedikit lebih rumit dari pada vasektomi, tetapi tetap merupakan tindakan bedah yang aman hanya berlangsung sekitar 30 menit. Petugas kesehatan membuat sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung telur kerahim. Tindakan ini tidak akan mengubah kemampuan wanita untuk melakukan hubungan seksual ataupun menikmati hubungan seksual. Penting: sterilisasi tidak melindungi terhadap PMS, termasuk AIDS. Kita harus tetap memikirkan cara untuk perlindungan untuk penyakit-penyakit tersebut.



7) MAL (Metode Aminorea Laktasi) Metode Aminorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif artinya, diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Cara kerja Cara kerja dari metode MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi atau menyusui hormon yan berperan adalah oksitosin dan prolaktin.semakin sering menyusui maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi. Manfaat Metode MAL memberikan manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat non kontrasepsi: Untuk bayi:  Mendapatkan kekebalan pasif.  Peningkatan gizi.  Mengurangi resiko penyakit menular.  Terhidar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula, atau alat minum yang dipakai. Untuk ibu:  Mengurangi perdarahan post partum.  Membantu proses involusi uteri.  Mengurangi resiko anemia.  Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi. Kelemahan:  Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.  Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.  Tidak melindungi dari penyakit menular.  Bukan merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.  Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif. Menyusui bisa efektif mencegah kehamilan bila terdapat keadaan seperti berikut ini: 1. Bayi berumur kurang dari 6 bulan. 2. Datang bulan belum dimulai sejak melahirkan.



3. Ibu hanya memberikan ASI saja bagi bayi dan memberikannya setiap bayi merasa lapar dengan jarak antara waktu makan kurang dari 6 jam baik siang maupun malam. Bayi sering minum ASI di malam hari.



C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien dan suami b. Keluhan utama c. Riwayat penyakit sekarang d. Riwayat mestruasi e. Riwayat KB f.



Riwayat psikologi



g. Pemeriksaan fisik h. Riwayat obstetri 2. Diagnosa Keperawatan a. Kontrasepsi suntik 



Nyeri akut







Deficit volume cairan







Perubahan body image







Ansietas



b. Kontrasepsi pil 



Nyeri akut







Perubahan body image



c. IUD 



Nyeri akut







Perubahan suhu tubuh







Ansietas







Kurang pengetahuan



3. Intervensi Keperawatan Nyeri akut Tujuan



:



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri Kriteria hasil



:







klien melaporkan nyeri berkurang







klien mengatakan mampu mengontrol nyeri







klien mampu mengenali nyeri INTERVENSI



RASIONAL



Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi



Memudahkan menentukan inetrvensi selanjutnya



Observasi reaksi ketidaknyamanan



Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien



nonverbal



dari



Kontrol tekanan darah klien



Perubahan tekanan darah dapat mengindikasikan adanya reaksi dari pemberian obat-obatan



Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan



Mengurangi faktor pencetus nyeri



Kurangi faktor presipitasi nyeri



Apabila faktor pencetus berkurang maka intensitas nyeri akan berkurang



Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan



Dukungan dari keluarga dapat membantu klien mengatasi nyeri



Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin



Teknik non farmakologi yang benar akan membuat klien rileks dan nyaman sehingga dapat mengurangi nyeri



Tingkatkan istirahat



Istirahat akan membuat klien merasa nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang



Kolaborasi: Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, seperti



Penggunaan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri



Ansietas Tujuan



:



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi Kriteria hasil



:







TTV klien dalam batas normal







Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan







Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas







Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas INTERVENSI



RASIONAL



Identifikasi tingkat kecemasan



Membantu selanjutnya



Bantu klien mengenali menimbulkan kecemasan



situasi



yang



menentukan



Mengidentifikasi klien



sumber



intervensi kecemasan



Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi



Mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi akan mengurangi kecemasan klien



Dengarkan dengan penuh perhatian



Membuat klien merasa tenang mengurangi kekhawatiran klien



Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut



Memberikan keamanan pada klien dan mengurangi takut



Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur



Mengurangi kecemasan klien, meningkatkan pemahaman klien mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan



Libatkan keluarga untuk mendampingi klien



Keluarga dapat member dukungan positif kepada klien



Instruksikan pada klien menggunakan teknik relaksasi



Untuk mengurangi dirasakan klien



Kolaborasi: Berikan obat anti cemas



untuk



kecemasan



Pemberian obat anti cemas dengan kebutuhan klien mengurangi kecemasan klien



yang sesuai dapat



Kurang Pengetahuan Tujuan



:



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan pengetahuan tentang kontrasepsi Kriteria hasil 



:



Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi, kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya







Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar



dan







Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya INTERVENSI



RASIONAL



Kaji tingkat pengetahuan klien



Membantu menentukan jenis pengetahuan yang akan diberikan pada klien



Jelaskan tentang kontrasepsi, jenisjenis kontrasepsi, kekurangan & kelebihan masing2 kontrasepsi dan cara penggunaannya



Meningkatkan pemahaman klien



Jelaskan cara mengatasi masalah yang mungkin muncul setelah pemakaian kontrasepsi



Meningkatkan pemahaman klien dan membantu klien mengatasi masalah yang muncul



Diskusikan pemilihan kontrasepsi



Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai dapat mengurangi kecemasan klien & memenuhi kebutuhan klien



Dukung klien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat



Memperluas pemahaman klien



DAFTAR PUSTAKA BkkbN. 2012. Evaluasi Program Kependudukan dan KB. Semarang Carpenito,Lynda Juall.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC DepKes RI. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2011 – 2014. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Leon, Speroff dan Philip Darney.2005.Pedoman Klinis kontrasepsi.Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. Pendit,Brahm U.2007.Ragam Metode Kontrasepsi.Jakarta : EGC Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Suratun,dkk.2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Trans Infomedia Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka



A. PATHWAY 1. Suntik Suntik Progesterone



Estrogen Faktor pembekuan darah meningkat Trombosis



Sirkulasi



GIT



Reproduksi



Retensi cairan



Merangsang pusat reseptor makanan



Stimulasi hipotalamus



Pengentalan lender serviks



Menekan LH,FSH



Menghambat penetrasi sperma



Peningkatan TD Menghambat sikluas oksigenasi Nyeri kepala Nyeri Asam lambung meningkat Merangsang muntah Devisit vol.cairan



Nafsu makan meningkat Menghambat produksi prostaglandin Peningkatan proteksi terhadap mukosa lambung Iritasi mukosa lambung Nyeri



BB meningkat Kelebihan nutrisi



Ovulasi terhambat Perubahan maturasi endometrium Atropi



Perubahan body image



Dinding rahim sulit lepas Amenorrhea Ansietas



Sperma & ovum tidak bertemu Lender meningkat Keputihan Resiko infeksi



2. PIL KOMBINASI Pil Kombinasi Progesterone



Estrogen Faktor pembekuan darah meningkat Trombosis



Sirkulasi



GIT



Reproduksi



Retensi cairan & Na



Merangsang pusat nafsu makan



Stimulasi hipotalamus



Peningkatan TD Menghambat sikluas oksigenasi Nyeri kepala Nyeri Asam lambung meningkat Merangsang muntah Devisit vol.cairan



Nafsu makan meningkat



Menghambat produksi prostaglandin Peningkatan proteksi terhadap mukosa lambung Iritasi mukosa lambung



BB meningkat Perubahan body image



LH,FSH menurun Ovulasi terhambat Perubahan maturasi endometrium



Pengentalan lender serviks Menghambat penetrasi sperma Sperma & ovum tidak bertemu



Atropi



Lender meningkat



Dinding rahim sulit lepas



Konsepsi tidak terjadi



Amenorrhea Ansietas



3. IUD IUD Benda asing dalam uterus



Reaksi radang di cavum uteri Fagosit meningkat Perubahan endometrium Keputihan meningkat Infeksi pelvis Hipertermi



Perubahan reaksi kimia Perubahan reaksi enzimatik uterus Perubahan endometrium Nidasi tidak terjadi



Terjadi efek mekanik



Erosi endometrium



Kontraksi uterus



Spotting



Iskemia otot uterus



Infeksi Makrofag meningkat Menekan sperma Sperma dan ovum tidak bertemu



Pelepasan mediator inflamasi Stimulasi saraf simpatis & parasimpatis Persepsi nyeri Nyeri



Kurang pengetahuan tentang prosedur pemasangan dan efek yg terjadi Ansietas