Laporan Pendahuluan Kebutuhan Aktivitas Dan Mobilisasi: Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rizky
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN MOBILISASI



Disusun dalam rangka memenuhi tugas Stase Keperawatan Dasar



Disusun Oleh :



NUR ISTIQAMAH DS 14420202089



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2021



LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN MOBILISASI A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Perry, 1997;hidayat dan uliyah,2014). 1. Ciri kebutuhan dasar manusia Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya. 2. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai factor sebagai berikut. a. Penyakit Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya. b. Hubungan keluarga Hubungan keluarga yang dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.



c. Konsep diri Konsep diri manusia memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan dasar, konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (Wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positof terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya. d. Tahap perkembangan Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, social, maupun spiritual, meningat berbagai fungsi organ tubuh mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda. 3. Teori tentang kebutuhan manusia a. Virginia Henderson Virginia Henderson (dalam Potter & Perry,1997) membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen berikut : 1) Bernafas secara normal 2) Makan dan minum yang cukup 3) Eliminasi (BAB dan BAK) 4) Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan 5) Tidur dan istirahat 6) Memilih pakaian yang tepat 7) Mempertahankan



suhu



tubuh



dalam



kisaran



normal



dengan



menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan memodifikasi lingkungan 8) Menjaga kebersihan diri dan penampilan 9) Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain



10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kehawatiran dan opini 11) Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan 12) Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup 13) Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi 14) Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia. b. Jean Waston Jean Waston dalam B. Talento (1995) membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 2 peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (Lower Order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (Higher Order Needs). Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan di pandang oleh konteksnya kebutuhan lain, dan semuanya dianggap penting (Hidayat & Uliyah,2014). c. Abraham Maslow Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow dalam Potter dan Perry (1997) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut. a. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual. b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.







Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.







Perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.



c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih saying, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok social, dan sebagainya. d. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan diri orang lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki maslow, berupa kebutuhan untuk berkonstribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.



Akt uali sasi Harga Diri Rasa cinta memiliki dan dimiliki Rasa aman dan perlindungan



Kebutuhan fisiologis



B. KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN MOBILISASI KONSEP MEDIS Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas,seperti berdiri,berjalan,dan bekerja.Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari leadekuatan sistem persarafan dan muskulokeletall. Mobilisasi merupakan



kemampuan



seseorang



untuk



bergerak



bebas,mudah,teratur,mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hiduop sehat,dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier,1995). Sebaliknya keadaan mobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari an-ggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk, dan berjalan.Hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J.Garrison,2004). Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang dikelompokkan menjadi tulang panjang seperti ekstermitas atas dan bawah,tulang pendek seperti jari-jari tangan dan kaki,tulang keras seperti tengkorak,tulang tak beraturan seperti tulangtulang spinal cord.Antara tulang yang satu dan tulang lainnya dihubungkan dengan sendi yang memungkinkan terjadinya pergerakkan.Tulang dan sendi



membentuk



rangka,sedangkan



sistem



otot



berfungsi



sebagai



pergerakan,membentuk postur,produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi. 1. Pengertian a. Aktivitas/latihan



adalah



keadan



dimana



individu



mengalami



ketidakcukupan energi fisiologi dan psikologis untuk menahan dan memenuhi kebutuhan aktivitas sehari—hari. b. Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. 2. Jenis Mobilisasi a. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. b. Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak sengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motoric dan sensorik pada area tubuhnya. c. Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. 3. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi Mobilisasi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya sebagai berikut. a. Gaya hidup b. Proses penyakit/cedera c. Budaya d. Tingkat energy e. Usia dan status perkembangan



4. Pengantar Mekanika Tubuh Mekanika adalah suatu usaha menkoordinasikan sistem muskulokeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan,postur,dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,membungkuk,bergerak,dan melakukan aktivitas sehari-hari. a.



Kesejajaran tubuh Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama,dan mengacu pada posisi sendi,tedon,legamen,dan otot selama berdiri,duduk dan berbaring.



b.



Keseimbangan tubuh Kesejajaran keseimbangan



tubuh



ini,pusat



menunjang



keseimbangan



gravitasi



akan



tubuh.Tanpa



berubah,menyebabkan



peningkatan gaya gravitasi,sehingga menimbulkan resiko jatuh dan cidera. Keseimbangan tubuh di peroleh jika dasar penopang luas,pusat grafitasi berada pada dasar penopang, dan garis fertikal dapat di tarik dari pusat grafitasi ke dasar penopang. keseimbangan di perlukan untuk mempertahankan posisi, memperoleh ke stabilan selama bergerak darisatu posisi ke posisi yang lain, memperoleh ke stabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain, memalakukan aktifitas sehari – hari, dan bergerak bebas di komonitas. Kemampuan untuk mencapai keseimbangan di pengaruhi oleh : 1)



Penyakit



2)



Gaya berjalan yang tidak stabil pada todler



3)



Kehamilan



4)



Medikasi



5)



Proses menua



c. Kordinasi gerak tubuh Gerak adalah gaya pada tubuh yang di gunakan terhadap grafitasi. ketika suatu objek di angkat, pengangkatan harus menguasai berat objek dan mengetahui pusat grafitasi FRIKSI adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan benda.Contohnya : perawat bergerak, berpindah atau mengerakan klien di atas tempat tidur, klien pasif atau imbilisasi akan menghasilkan friksi yang lebih besar untuk bergerak. 5. Prinsip mekanika tubuh Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut : a.



Gravitasi. Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga factor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi yaitu sebagai berikut. 1)



Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada dipertengahan tubuh.



2)



Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi.



3)



(base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.



b.



Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.



c.



Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan memengaruhi mekanika tubuh.



6.



Pengaturan gerakan Kordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal, otot skelet dan sistem saraf.



a.



Sistem skeletal Skeletal adalah rangka pendukung tubuh terdiri dari 4 tipe tulang: 1) Tulang penjang Membentuk tinggi tubuh ( femur,fibula, tibia pada kaki) dan panjang (misalnya tulang pada jari tangan dan jari kaki). 2) Tulang pendek Ada dalam bentuk dalam berkelompok dan ketika di kombinasikan dengan ligamen dan kartilago, akan menghasilkan gerakan pasa ekstremitas. contoh : tulang karpal di kaki dan tulang di lutut 3) Tulang pipi Mendukung struktur bentuk, seperti tulang di tengkorak dan tulang di rusukv, seperti mandibula . 4) Tulang ireguler Membentuk



kolumna



vertebra



dan



bebrapa



tulang



tengkorak,seperti mandibula. b.



Karakteristik tulang. Kekokohan tulang ,merupakan hasil dari adanya garam anor— ganik seperti kalsium dan fosfat,yang tersebar dalam matrik tulang.Kekokohan berhubungan dengan kekakuan tulang, yang penting untuk mempertahankan tulang panjang tetap lurus,dan membuat tulang dapat menyangga berat badan sendiri.Selain itu,tulang mempunyai tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah sesuai dengan usia.Misalnya: bayi baru lahir tidak mampu menopang berat badan.



c.



Sendi Sendi



adalah



hubungan



diantara



tulang.setiap



sendi



diklasifikasikan sesuai dengan struktur dengan tingkat mobilisasinya. Sendi kartilago,gonus,fibrosa,dan sinovial.



1) Sendi senostatik Mengacu pada ikatan tulang dengan tulang.Tidak ada pergerakan pada sendi ini dan jaringan tulang yang dibentuk diantara tulang mendukung kekuatan dan stabilitas.Contoh klasik tipe sendi ini adalah sakrum,pada sendi vertebra. 2) Sendi kartilagus atau sendi sinkondrodial Memiliki sedikit pergerakan,tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya.Sendi kartilago dapat ditemukan



ketika



tulang



mengalami



penekanan



yang



konstan,seperti sendi,kost-osternal antara sternum dan iga. 3) Sendi fibrosa atau sendi sisdosmodia Adalah sendi tempat kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran.serat atau legamennya fleksibel dan dapat diregangkan,dapat



bergerak



dengan



jumlah



terbatas.Misalnya,sepasang tulang pada kaki bawah (tibia ,dan fibula) adalah sendi sindesmotik. 4) Sendi sinoval Atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas karena permukaan tulang yang berdekatan dilapisi dengan kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial.Humerus,radius,dan ulna dihubungkan oleh kartilago dan ligamen membentuk sendi poutar.Tipe lain,sendi sinovial adalah sendi ball-and-socket seperti sendi pinggul dan sendi hinge seperti sendi interfalang pada jari. d.



Ligamen Ligamen



adalah



putih,mengkilat,fleksibel



ikatan



jaringan



mengikat



sendi



fibrosa menjadi



berwarna satu



dan



menghubungkan tulang dengan kartilago.Ligamen bersifat elastis sehingga membantu fleksibilatas sendi dan mendukung sendi,selain itu



beberapa ;ligamen memiliki fungsi prortektif.Misalnya ligamen antar vetebrata,ligamen



nonelastis,dan



ligamentum



flafum



mencegah



kerusakan medula spinalis (tulang belakang) saat punggung bergerak. e.



Tendon Tendo adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,mengkilat,yang menghubungkan otot dan tulang. Tendon bersifat kuat, fleksibe, dan tidak elastis serta mempunyai panjang dan kekebaan yang berfariasi. Tendon achiles (tendon kalkanius) adalah tendon yang paling k-uat dan paling tebal didalam tubuh.permulaan tendon ini berada dipertahankan posterior kaki dan mengikat otot gastroknemius dan soleus ditulang kalkaneus pada kaki bagian belakang.



f.



Kartilago Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler,yang terletak terutama di sendi dan toraks, trakea, laring, hidung, dan telinga.



g.



Otot skelet Gerakan tulang dan sendi merupakan proses aktif yang harus terintegrasi secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Otot skelet, karna kemampuannya untuk berkontraksi,merupakan elemen kerja dari pergerakan.Elemen kontraksi otot skelet di capai oleh struktur anatomis dan ikatannya pada seklet. Kontraksi otot dirangsang oleh implus elektrokimia yang berjalan pada saraf ke otot, melalui sambungan meuneorial. Implus elektrokimia menyebabkan



aktin



tipis



yang



mengandung



filamen



menjadi



memendek, kemudian otot berkontraksi, adanya stimulus menghasilkan otot relaksasi. Ada dua tipe kontraksi otot : 1)



Isotonik



2)



Isometrik



Pada kontraksi isotonik,peningkatan tekanan otot,mengakibatkan otot memendek. Kontraksi isometik menyebabkan



peningkatan



tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,misalnya menganjurkan klien latihan kuedrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari isotonik dan isometrik, misalnya ketika perawat mengangkat klien di atas tempat tidur, berat klien menyebabkan peningkatan tekanan otot di lengan perawat sampai tegangan tersebut sama (isometrik) dengan beban diangkat dan beban lengan bawah.Ketika keseimbangan di capai stimulasi berlanjut sehoingga otot memendek (isoonik) dan



menekuk siku (gerakan



aktif),dan kemudian klien terangkat dari tempat tidur. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek tetapi pemakaian energi meningkat.Tipe kerja otot ini dapat dibandingkan



dengan kerja mengendarai



mobil yang menahan



percepatan mobil dan pada perlombaan motor.Pengemudi itu tetap duduk tapi mengeluarkan banyak energi.Perawat harus mengetahui penggunanaan energi (peningkatan frekuensi pernapasan,fluktasi irama jantung tekanan darah) yang dikaitkan dengan latihan isometrik,karena hal ini menjadi kontra indikasi pada klien engan penyakit tertentu (misal,penyakit infark miokard atau penyakit paru obstruksi menahun). 7.



Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor ,diantaranya: a.



Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi



kemampuan mobilitas



seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari . b.



Proses penyait/cidera Proses Penyakit dapat dipengaruhi kemampuan mobilitas karna dapat mempengrhui sistem tubuh.Sebagai contoh orang yang menderita



fraktur femur akan mngalami keterbatasan dalam ekstermitas bagian bawah. c.



Kebudayaan Kemampuan



melakukan



mibilitas



dapat



juga



dipengaruhi



kebudayaan.Sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki mobilitas yang kuat dan sebaliknya. d.



Tingkat energy Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas.Agar seseorng dapat melakukan mobilitas dengan baik dibutuhkan energi yang cukup.



e.



Usia dan status perkembangan Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia



yang



berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. 8.



Gangguan Mobilisasi Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas,dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. a.



Tirah baring Tirah baring merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada ditempat tidur untuk tujuan terapeutik.Lamanya tirah baring tergantung penyakit atau cidera dan status kesehatan klien sebelum atau cidera dan status kesehatan klien sebelumnya. Tujuan umum tirah baring: 1)



Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen untuk tubuh.



2)



Mengurangi nyeri,meliputi nyeri ,pasca operasi,dan kebutuhan analgetik dengan dosis besar.



3)



Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahan mengembalikan kekuatan.



dan



4)



Memeberikan kesempatan pada klien yang letih untuk beristrahat tanpa terganggu.



b.



Imobilisasi Gangguan mobilisasi fisik (mobilisasi) yaitu suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerakan fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (gips/traksi rangka), pembatasan gerakan volunteer, kehilangan fungsi motorik.



c.



Pengaruh fisiologis Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia penyakit kronik lebih tebal dibandingkan dengan klien yang lebih muda (Perry dan Potter 1994). 1)



Perubahan metabolik, sistem endokrin Merupakan produksi hormon-hormon kelenjar, membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti respons terhadap stress dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, homeostasis ion, metabolism energi. Ketika cedera atau stress terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respons yang bertujuan mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.



Sistem



endokrin



penting



dalam



mempertahankan



homeostasis ion. Imobilisasi mengganggu fungsi metabolic normal, antara lain laju metabolik; metabolism karbohidrat; lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan mengganggu pencernaan. Keberadaan proses



infeksius pada klien imobilisasi mengalami peningkatan BMR diakibatkan



karena



penyembuhan



luka.



Demam



dan



penyembuhan luka meningkatkan kebutuhan oksigen seluler. Defisiensi kalori dan protein merupakan karakteristik klien yang mengalami penurunan selera makan sekunder akibat imobilisasi. Jika lebih banyak nitrogen (produk akhir pemecahan asam amino) yang di ekskresikan daripada yang dimakan dalam bentuk protein, maka tubuh dikatakan mengalami keseimbangan nitrogen negative, dan kehilangan berat badan, penurunan massa otot dan kelemahan akibat katabolisme jaringan, kehilangan protein menunjukkan penurunan massa otot terutama pada hati, jantung, saluran pencernaan dan sistem kekebalan. Imobilisasi menyebabkan pelepasan kalsium kedalam sirkulasi dalam keadaan normal ginjal dapat mengekskresikan kelebihan kalsium, jika ginjal tidak mampu berespons dengan tepat maka terjadi kalsemia. Gangguan fungsi gastrointestinal bervariasi dan mengakibatkan penurunan mortilias saluran gastrointestinal. Konstipasi merupakan gejala umum, diare dapat terjadi akibat inpaksi fekal. 2)



Perubahan sistem respiratorik Klien pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi paru-paru. Komplikasi paru-paru yang paling umum adalah atelektasis dan pneumonia hipostatik.



3)



Perubahan sistem kardiovaskuler Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh mobilisasi. Ada 3 perubahan utama yaitu: hipotensi ortostatik, peningkatan beban



kerja



jantung



pembentukan thrombus.



dan



pembentukan



kerja



jantung,



Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah sistolik 25 mmhg dan diastolik 10 mmhg ketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk ke posisi berdiri. Faktor-faktor yang mengakibatkan penurunan aliran balik vena, di ikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada penurunan tekanan darah



adalah



terjadi



penurunan



sirkulasi



volume



cairan



pengumpulan darah pada ekstermitas bawah, dan penurunan respons otonom. Trombosus adalah akumulasi trombosit, fibrin, faktor-faktor yang mempengaruhi pembekuan darah elemen sel-sel darah yang menempel pada dinding bagian anterior vena atau arteri, kadangkadang menutup lumen pembuluh darah. Faktor yang menyebabkan pembentukan thrombus: a)



Hilangnya



integritas



dinding



pembuluh



darah



(aterosklerosis). b)



Kelainan aliran darah (misalnya aliran darah yang lambat tirah baring dan imobilisasi).



c)



Perubahan unsur-unsur darah (misalnya perubahan dalam faktor



pembekuan



darah



atau



peningkatan



aktivitas



trombosit). 4)



Perubahan sistem muskuluskeletal Pengaruh imobilisasi pada sistem muskuluskeletal meliputi gangguan



mobilisasi



permanen.



Keterbatasan



mobilisasi



mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi dan penurunan stabilitas,. Pengaruh yang lain adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan mobilisasi sendi.



5)



Pengaruh otot Akibat pemecahan protein, klien mengalami kehilangan massa tubuh yang membentuk sebagian otot. Oleh karena itu, penurunan massa otot tidak mampu mempertahankan aktifitas tanpa peningkatan kelelahan.



6)



Pengaruh skelet Imobilisasi menyebabkan 2 perubahan terhadap skelet: Gangguan metabolisme kalsium dan kelainan sendi. Karena imobilisasi berakibat pada reabsorbsi tulang, sehingga jaringan tulang menjadi kurang padat dan terjadi osteoporosis.



7)



Kontraktur sendi Imobilisasi dapat mengakibatkan kondisi abnormal dan bisa permanen yang ditandai oleh sendi fleksi dan terviksasi. Hal ini disebabkan tidak digunakannya, atrofi dan pemendekan serat otot.



8)



Perubahan sistem integument Imobilisasi menyebabkan dekubitus.



9)



Perubahan eliminasi urine Imobilisasi menyebabkan pada posisi tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk pada ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. Jika klien dalam posisi rekumben atau datar, ginjal dan ureter membentuk garis datar seperti pesawat, ginjal yang membentuk urine harus masuk ke dalam kandung kemih melawan gaya gravitasi. Akibat kontraksi peristaltic yang tidak kuat melawan gaya gravitasi, pelvis ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam ureter, kondisi ini disebut statis urine dan meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan.



10) Pengaruh psikososial Imobilisasi



menyebabkan



respons



emosional,



intelektual,



sensorik, dan sosiokultural. Perubahan emosional adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan siklus tidur/bangun dan gangguan koping. 9.



Pengaruh Patologis Pada Kesejajaran Tubuh Dan Mobilisasi



a.



Kelainan Postur



Kelainan patologis yang didapat atau congenital mempengaruhi efisiensi sistem muskoloskeletal, seperti kesejajaran tubuh, keseimbangan dan penampilan. Selama pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang gerak. Pengetahuan tentang karakteristik, penyebab dan penatalaksanaan umum pada kelainan postur pertama digunakan untuk memperbaiki kesejajaran tubuh klien selama mengangkat, memindahkan dan mengubah posisi klien. b.



Gangguan Perkembangan Otot



Distrofi muscular adalah sekumpulan gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skelet. Prevalensi penyakit otot terbanyak pada anak, karakteristik distrofi muscular adalah progresif, kelemahan simetris dari kelompok otot skelet dengan peningkatan ketidakmampuan dan deformitas. c.



Kerusakan Sistem Saraf Pusat Kerusakan komponen sistem saraf pusat yang mengatur pergerakan volunter mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala, iskemia karena cedera serebrovaskular (stroke) atau infeksi bakteri karena meningitis. Gangguan motorik langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan pada jalur motorik. Karena serat motorik volunter turun dari jalur motorik serebrum bawah medulla spinalis, maka pada trauma medulla spinalis juga mengganggu



mobilisasi. Trauma paling umum adalah transeksi medulla motorik bilateral pada bagian bawah trauma. d.



Trauma Langsung pada Sistem Muskuloskeletal Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal menyebabkan memar, kontusio, salah urat dan fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Jika fraktur mengalami penyembuhan, tulang mulai membaik. Tulang yang fraktur di awali dengan proses seluler yang menghasilkan pembentukan tulang. Anak lebih mudah membentuk tulang baru daripada orang dewasa, dan hasilnya lebih sedikit mengalami komplikasi setelah fraktur. Penatalaksanaan meliputi mengembalikan posisi tulang



pada



mendukung



kesejajarannya penyembuhan



dan



serta



mengimobilisasikan mengembalikan



tulang



fungsi.



untuk



Imobilisasi



menyebabkan otot mengalami atrofi, kehilangan tonus otot dan kekakuan sendi. Kondisi yang atau congenital mempengaruhi struktur muskuluskeletal atau sistem syaraf yang mengganggu kesejajaran tubuh ataupun mobilisasi sendi. Kerusakan dapat terjadi temporer atau permanen. 10.



Perubahan Perkembangan a.



Bayi Garis tulang belakang pertama kali muncul ketika bayi memanjangkan leher dari posisi prone. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas, tulang belakang toraka menjadi tegak, dan garis tulang belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Sistem musculoskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian memiliki rentang gerak lengkap, pada bayi yang matang, sistem muskuluskeletal menjadi lebih kuat, bayi mampu melawan pergerakan, meraih dan menggenggam.



Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem musculoskeletal membutuhkan dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan. Posturnya aneh karena kepala dan tubuh bagian atas di bawah ke depan, karena berat badan tidak tersebar sama rata sepanjang garis gravitasi, maka postur tidak seimbang, dan sering jatuh. b.



Toddler Postur toddler agak berpunggung lengkung dengan perut menonjol adalah aneh. Ketika anak berjalan, tungkai dan kakinya biasanya berjauhan dan kaki agak terbuka. Pada akhir masa toddler, penampakan postur berkurang keanehannya, yaitu garis pada tulang belakang serviks, dan lumbal menonjol serta eversi pada kaki menghilang.



c.



Anak usia sekolah dan prasekolah Pada usia 3 tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi dan lebih baik keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari usia 3 tahun sampai permulaan remaja sistem musculoskeletal terus perkembang. Tulang panjang dilengan dan ditungkai tumbuh. Otot, ligament dan tendon yang lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.



d.



Remaja Tahap remaja bisa ditandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan terkadang tidak seimbang, sehingga remaja tampak aneh dan tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putrid biasa lebih dahulu dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha dan bokong perubahan



bentuk otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas. e.



Dewasa Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tumbuh yang benar merasa senang, terlihat bagus dan umumnya percaya diri. Orang dewasa sehat juga memerlukan perkembangan muskuluskeletal dan koordinasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Usat gravitasi berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke belakang dan punggungnya agak lengkung. Wanita hamil biasa mengeluh sakit punggung.



f.



Lansia Kehilangan total massa tulang progresif pada lansia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas fisik, perubahan



hormonal,



dan



reabsorbsi tulang



aktual.



Pengaruh



kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah, tulang belakang lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk membungkuk. Selain itu, lansia mengalami perubahan status fungsional sekunder akibat perubahan status mobilisasi. Lansia berjalan lebih lambat dan tampak kurang koordinasi. Lansia juga membuat langkah yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat tidak stabil, dan mereka sangat beresiko jatuh dan cidera. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1.



Pengkajian Pengkajian keperawatan pada pasien berupa identitas, riwayat penyakit saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,



kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah dan lama terjadinya gangguan mobilitas. Riwayat penyakit yang diderita, pengkajian fisik, sistem neurologis, kardiovaskuler, muskuloskeletas, pernapasan. Gaya berjalan, perubahan intolernasi aktivitas, kekuatan otot dan perubahan psikologis. 2.



Diagnosa Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian. Analisis menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah. Perubahan kesejajaran tubuh diakibatkan perubahan perubahan perkembangan, kelainan postur, kelainan pembentukan, tulang, gangguan perkembangan otot, kerusakan sistem saraf pusat, dan trauma langsung sistem muskuloskeletas. Diagnosa keperawatan NANDA yang bisa muncul pada ketidaktepatan mekanika tubuh dan hambatan mobilitas : a.



Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, tirah baring, penurunan kekuatan.



b.



Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kesejajaran tubuh yang buruk, penurunan mobilisasi.



c.



Resiko cedera yang berhubungan dengan ketidaktepatan mekanika tubuh, ketidaktepatan posisi, ketidak tepatan teknik pemindahan.



3.



Perencanaan (Intervensi) Perawat membuat perencanaan intervensi teraupetik terhadap klien yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun resiko. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan dan gaya hidup. a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, tirah baring, penurunan kekuatan. Tujuan : mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi mungkin



Keriteria Hasil : 1) Mempertahankan posisi fungsional 2) Meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit 3) Menunjukkan teknik yang melakukan aktivitas maksimal 4) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian-bagian tubuh yang terpengaruh. Intervensi : 1) Tentukan kemampuan fungsional dan alasan ketidakseimbangan Rasional



:



mengidentifikasi



kebutuhan/tingkat



intervensi



yang



dibutuhkan. 2) Rencanakan aktivitas/kunjungan dengan periode istirahat adekuat sesuai kebutuhan Rasional : mencegah kepenatan; menghemat energi untuk melanjutkan pasrtisipasi 3) Lengkapi



partisipasi



dalam



perawatan



diri



dan



aktivitas



rekreasi/okupasi Rasional : meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri, mungkin meningkatkan keinginan untuk berpartisipasi. 4) Bantu dalam memmindahkan dan ambulasi dila diperlukan Rasional : mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh/cidera. 5) Berikan lingkungan yang terang bagi pasien yang mengalami penurunan penglihatan Rasional : mencegah terjadinya kecelakaan dan menurunnya sensori penglihatan. 6) Konsultasikan dengan ahli terapi/okupasi, spesialiasi rehabilitasi Rasional : sangat membantu dalam mmembuat program latihan dan menentukan alat bantu yang sesuai. 7) Jadwalkan untuk memeriksa mata bila diperlukan. Rasional : mengidentifikasi masalah penglihatan secara spesifik.



4. Implementasi Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi efekstif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi. 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang diamati dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatis dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif, dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan Planning (perencanaan). Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respons klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.



C. ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN 1. Autonomy (hak pasien untuk memilih) Hak pasien untuk memilih tindakan apa yang terbaik untuk dirinya 2. Beneficence (bentindak untuk keuntungan orang lain/pasien) Suatu tindakan untuk kepentingan pasien dalam usaha untuk membantu mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien. 3. Non Meleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain) Suatu tindakan yang dilakukan tanpa harus mencederai orang lain/pasien 4. Confidentiality (kerahasiaan) Semua informasi yang dimiliki pasien harus dijaga kerahasiaannya. 5. Justice (keadilan) Suatu kewajiban untuk berperilaku adil kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan ras, agama, ekonomi.



DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit buku kedokteran. Jakarta : EGC Bulechek G. Butcher H. dkk. 2016. Nursing Intervension Classification (NIC), 6th Indonesian edition. Copyright CV. Mocomedia. Wahyudi S. Wahid A. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Mitra Wacana Medika. Jakarta. Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC Sue M. Johnson M. dkk. 2016.Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition. Copyright CV. Mocomedia. Uliyah M. & Alimuddin A. 2021. Keperawatan Dasar 1. Health Book. Surabaya. Uliyah M. & Alimuddin A. 2021. Keperawatan Dasar 2. Health Book. Surabaya.