Laporan Pendahuluan Kebutuhan Aktivitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS KONSEP DASAR PROFESI



Dosen Pengampu: Fatimah, SKp., Sp. Kep.Kom



Disusun Oleh: Krista Karomatul Ulfah (1035201012)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN JAKARTA, 2021



Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Aktivitas A.



Definisi Gangguan Aktivitas Aktivitas adalah suatu keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap individu mempunyai pola atau irama dalam menjalani aktivitas. Salah satu tanda seseorang dikatakan sehat adalah adanya kemampuan orang tersebut melakukan aktivitas seperti bekerja, makan dan minum, personal hygiene, rekreasi, dan lain-lain. Dengan beraktivitas selain tubuh menjadi sehat, juga dapat mempengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. [ CITATION Kas16 \l 1033 ]



B.



Anatomi Fisiologi Gangguan Aktivitas Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan merupakan rangkaian aktivitas yang terintegritasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persyarafan di dalam tubuh. 1. Sistem Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal terdiri atas rangka (tulang), otot dan sendi. Sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas manusia. Rangka memiliki beberapa fungsi, yaitu : a. Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh (postur tubuh). b. Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati dan medulla spinalis c. Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligmen. d. Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak e. Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah) Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui aktivitas kontraksi otot (Haswita & Sulistyowati, 2017).



2. Sistem Persyarafan Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerima ragsangan dari luar kemudian meneruskanya ke susunan araf pusat. b. Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian tubuh satu kebagian tubuh lainnya c. Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan kemudian memberikan respon melalui saraf eferen d. Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian meneruskannya ke otot rangka C.



Patofisiologi Gangguan Aktivitas Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah : 1. Kerusakan Otot Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya. 2. Gangguan pada skelet Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.



3. Gangguan pada sistem persyarafan Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi. D.



Manifestasi Klinik Gangguan Aktivitas Menurut (Potter & Perry, 2010) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.



E.



 Etiologi Gangguan Aktivitas Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut : 1. Kelainan Postur 2. Gangguan Perkembangan Otot 3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat 4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular 5. Kekakuan Otot



F.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Aktivitas 1. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. Olah ragawan biasanya memiliki gaya hidup atau kebiasaan yang sehat, mulai dari nutrisi yang tercukupi, latihan fisik yang baik sampai kebutuhan tidur yang teratur. Namun, ada juga olah ragawan yang tetap mengkonsumsi kopi hingga merokok. Berbagai gaya hidup ini akan berdampak pada perilaku dan kebiasaan dari masing-masing olah ragawan itu sendiri.



2. Proses Penyakit Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang karena dapat mempengaruhi sistem tubuh. Contohnya, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah. 3. Kebudayaan Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Contoh, orang yang memiliki kebudayaan berjalan jauh kemampuan berjalannya lebih kuat daripada, orang yang memiliki kebudayaan tidak pernah berjalan jauh. 4. Tingkat energi Energi merupakan sumber untuk melakukan aktivitas. Energi yang cukup dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas yang baik. Tidak terkecuali seorang atlet, seorang atlet memerlukan energi yang baik untuk menjaga kesegaran tubuhnya agar tetap prima. Kesegaran yang prima diimbangi dengan keterampilan teknik dan taktik yang baik merupakan faktor pendorong atlet untuk memperoleh prestasi 5. Usia Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Usia dewasa akan lebih baik pada kemampuan fungsi alat gerak dari pada orang pada usia lanjut



G.



Pemeriksaan Penunjang  Gangguan Aktivitas 1. Pemeriksaan Diagnostik a. Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang). b. CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi) c. MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang) 2. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan darah dan urine b. Pemeriksaan Hb



H.



Komplikasi Gangguan Aktivitas 1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur 2.  Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic 3.  Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal 4.  Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan 5. Status emosi stabil



I.



Penatalaksanaan Gangguan Aktivitas 1.



Pencegahan primer Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, mobilitas dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal.  Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalahmasalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan. a. Hambatan  terhadap latihan



b. Pengembangan program latihan c. Keamanan 2.



Pencegahan sekunder Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat



dikurangi



atau



dicegah



dengan



intervensi



keperawatan.  Keberhasian intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi J.



Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas dan Latihan 1.



Pengkajian pengkajian riwayat keperawatan meliputi : a. Riwayat aktivitas dan olah raga b. Toleransi aktivitas c. Jenis dan frekuensi olah raga d. Faktor yang mempengaruhi mobilitas e. Pengararuh imobilitas



2.



Pemeriksaan fisik : data focus a.



Kesejajaran tubuh Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna mengamati :



b.



1)



bahu dan pinggul sejajar



2)



 



3)



tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain



jari - jari kaki mengarah kedepan



Cara berjalan Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh.



1) Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus 2)  Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki 3)  Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan 4) Gaya berjalan halus, terkoordinasi



c.



Penampilan dan pergerakan sendi Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu : 1)  Adanya kemerahan / pembengkakan sendi 2) Deformitas 3) Adanya nyeri tekan 4) Krepitasi 5) Peningkatan temperature di sekitar sendi 6)  Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi 7) Derajat gerak sendi



d.



Kemampuan dan keterbatasan gerak Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1)



Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak



e.



2)



Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )



3)



Keseimbangan dan koordinasi klien



4)



Adanya hipotensi ortostatik



5)



Kenyamanan klien



Kekuatan dan massa otot Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak, langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada klien maupun perawat. Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang mengalami :



1) Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik



3.



Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Diagnostik 1)



Foto rontgen Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.



2)



CT scan tulang Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi (mis: asetabulum).



3)



MRI Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang).



b. Pemeriksaan Laboratorium 1) Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai masalah musculoskeletal primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi). 2) Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat trauma). 4.



Pengkajian Fokus Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai berikut : a.



Biodata pasien



b.



Riwayat



Kesehatan



termasuk



pola



istirahat/tidur,



pola



aktivitas/latihan. Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut : Aktivitas Makan dan minum



0



1



2



3



4



Mandi Eliminasi (BAK&BAB) Berpakaian Mobilisasi



di



tempat tidur Pindah Ambulasi Keterangan : 0 : mandiri 1 : alat bantu 2 : dibantu orang lain 3 : dibantu orang lain dan alat 4



: tergantung total



5 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a.



Hambatan mobilitas fisik



b. Deficit perawatan diri c.



Intoleransi aktivitas



6. Intervensi a.



 



Hambatan mobilitas fisik



1) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien setelah latihan 2)  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi 3) Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhannya 4) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan 5) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan



b.



Deficit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi 1) Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri 2) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas 3) Monitor kemampuan pasien untuk menelan 4) Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien 5) Pantau



peningkatan



dan



penurunan



kemampuan



untuk



berpakaian dan melakukan perawatan rambut Menyediakan 6) Privasi saat eliminasi 7) Ganti pakaian klien setelah eliminasi 8) Edukasi keluarga untuk membantu menyiapkan alat dan membantu memandikan pasien c.



Intoleransi aktivitas 1)



Anjurkan pasien untuk meningkatkan batasan aktivitas yang dicapainya



2)



Fokuskan pada aktivitas yang biasa dilakukan pasien



3)



Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien



4)



Kolaborasikan dengan terapis dalam latihan pemenuhan aktifitas



7. Implementasi Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat.



Hal-hal



yang



perlu



diperhatikan



ketika



melakukan



implementasi adalah intervensi yang dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efesien dan situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Hidayat dan Uliyah, 2014).



8. Evaluasi Menurut Evaluasi terhadap masalah kebutuhan aktivitas secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam (Hidayat dan Uliyah, 2014) : a



Dapat beraktifitas tanpa memerlukan bantuan alat atau orang lain.



b



Terpenuhinya kebutuhan aktivitas ditentukan dengan tidak adanya keterbatasan ketika beraktivitas



Daftar Pustaka Kasiati, & Rosmalawati, N. W. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba medika Perry & Potter. 2010. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC. Hidayat & Uliyah. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia Edisi 2. Jakarta : Salemba medika Haswita., dan Reni Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur : CV.Trans Info Media.