Laporan Pendahuluan Leukemia Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN LEUKEMIA PADA ANAK Diajukan untuk memenuhi salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Anak Profesi Dosen Koordinator : Dosen Pembimbing:



Disusun Oleh : Mia Rahmawati NPM: 214121016



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2021



LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Teori 1. Pengertian Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012). Leukemia adalah kanker jaringan yang menghasilkan sel darah putih (leukosit), dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan, dan leukosit – leukosit tersebut melakukan invasi ke berbagai organ tubuh. Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal dari kata Yunani leukosputih, haima-darah. Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah. Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak terkontrol dan menggangu pembelahan sel darah normal. Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow) (Padila, 2013). Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. 2. Etiologi Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Padila, 2013) yaitu: a. Radiasi Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa: 1) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia. 2) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.



3) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasak di Jepang. b. Faktor Leukemogenik Terdapat beberapa zat kimia yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia : 1) Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat kerja d apat menyebabkan leukemia. 2) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde. 3) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan obat-obat melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari mengembangkan leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen alkylating dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-tahun kemudian. c. Herediter Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal. d. Virus Virus dapat menyebabkan leukemia menjadi retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa. 3. Klasifikasi a. Leukemia Akut Leukemia akut adalah keganasan primer sum-sum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blostosit) yang disertai penyebaran ke organ lain. Leukemia memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan. 1) Leukemia Limfositik Akut (ALL) Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel dari system limfopoetik yang menyebabkan oragnomegali ( pembesaran organ dalam). ALL lebih sering ditemukan pada anak-anak 80% daripada umur dewasa 18%. Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-



anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan sum-sum tulang. 2) Leukemia Mielositik Akut (LMA) Leukemia akut yang menyerang rangkaian myeloid disebut leukemia nolimfositik akut ( LNLA), leukemia mielositik akut (LMA) atau leukemia granulositik akut. Neoplasma uniklonal dan berasal dari transformasi sel progenitor hematopoeietik. Sifat alami neplastik sel yang mengalami transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studio molekular tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui progeny sel. b. Leukemia Kronik Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi. \ 3) Leukemia Limfositik Kronik (LLK) Merupakan suatu gangguan Klinal Limfosit B ( jarang ada limfosit T) perjalana penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan yang menyerang individu yang berusia 50-70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki. 4) Leukemia Granulositik Kronik (LGK) Leukemia granulositik kronik menerangakn 15% leukemia paling sering terlhat pada orang dewasa usia pertengan 40-50 tahun, tetapi dapat juga timbul pada setiap kelompok umur dan sering ditemukan sewaktu pemeriksaan darah ( Nurarif, 2015). 4. Patofisiologi Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia dapat meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel darah putih terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga dapat merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang



termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sitem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan yang terjadi sering kali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kromosom (translokasi kromosom) menganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel yang membelah tidak dapat terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak (Padila, 2013).



WOC Faktor Endogen : - Ras - Kelainan kromosom - Herediter



Faktor Eksogen : - Sinar X, Radioaktif - Bahan kimia, hormon - Ifeksi



Profelasi lokal dari sel Neoplastik dalamAkut sumsum tulang limfa blastik Kurang leukimia



proliferasi sel darah putih imatur



Imunosupresi pada sum-sum tulang Nyeri Kronik



Pansitopeni



Eritropeni



Agropolusi tosis



HB



Pola Nafas Tidak Efektiv



suplai adarah O2 dalam darah Jaringan



Defisit Perawatan Diri



Lekopeni



Intoleras Aktivitas



Resiko Infeksi infeksi meningkat Splenohepat



Anoreksia, mual muntah



Kurang Informasi Kurang pengetahua



Kemoterapi



Asam lambung Mual muntah



Trombositop eni Perdarahan Resiko kekurangan volume cairan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Alopesia



Gangguan Citra tubuh



5. Manifestasi Klinis Gambaran klinis pada LLA bervariasi. Awitan biasanya mendadak dan progresif seperti penderita merasa lemah, pucat, sesak, pusing hingga gagal jantung akibat anemia. Pada LLA sering terjadi neutropenia yang menyebabkan infeksi dan demam. Trombositopenia dapat menyebabkan perdarahan seperti ptekie, ekimosis atau manifestasi perdarahan lainnya. Keluhan pada sistem saraf pusat (SSP) ditimbulkan oleh infiltrasi sel leukemia dengan gejala sakit kepala, kejang, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya limfadenopati, hepatomegali, dan atau splenomegali ( Pui dkk, 2012 dikutip dalam Ward, 2014 ). Gejala klinis umumnya berupa rasa tidak sehat, demam, pucat, kurang nafsu makan, berat badan menurun, malaise, kelelahan, nyeri tulang dan sendi, epistaksis dan cenderung terjadi perdarahan, rentan terhadap infeksi, serta sakit kepala. Tanda klinis yang ditemukan ialah kenaikan suhu tubuh, ekimosis atau petekie, splenomegali, hepatomegali, limfadenopati, dan anemia, dan letargi ( Yenni, 2014 ). Adapun gejalan yang muncul pada penderita leukemia limpoblastik akut seperti berikut ( Ester, 2013 dikutip dalam Supriadi 2018 ). a. Demam tinggi Demam tinggi disebkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh kerena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. b. Pendarahan Pendarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya pendarahan mukosa seperti gusi, hidung ( epistaksis ) atau pendarahan bawah kulit yang sering disebut peteki. Pendarahan ini dapat terjadi secara spontan atau kerana trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, pendarahan dapat terjadi secara spontan. c. Anemia Anemia disebabkan kerana produksi sel darah merah kurang, akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel hemoglobin, turunnya hemotokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak napas. d. Nyeri abdomen



Nyeri abdomen muncul akibat adanya pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut ( akibat pembesaran limpah ). Serta beberapa gejalah lain yang bisa muncul seperti gejalah : pasien mengalami penurunan berat badan, malaise, nyeri tulang, kejang, sakit kepala, dan diplopia. 6. Penatalaksanaan a. Medis Penanganan leukemia meliputi terapi kuratif dan suportif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan komplikasi yang menyertai leukemia seperti pemberian transfusi darah, pemberian antibiotik, obat anti jamur, pendekatan nutrisi yang baik dan terapi psikososial. Terapi kuratif bertujuan untuk membunuh sel-sel leukemia melalui kemoterapi dengan menggunakan kombinasi beberapa obat sitostatiska. Prinsip kerjanya adalah melalui efek sitostatik obat kemoterapi dengan cara memengaruhi sintesis atau fungsi DNA sel leukemia ( Permono dan Ugrasena, 2010 dikutip dalam ward 2014 ). b. Keperawatan 1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips). 2) Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). 3) Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan). 4) Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien. 5) Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat. 6) Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien. 7) Membuat nafsu makan klien kembali meningkat. 8) Pantau selalu intake dan out put pasien.



9) Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar pasien merasa nyaman. c. Komplementer 1) Terapi Akupresur Terapi akupresur merupakan intervensi nonfarmakologi yang dapat diberikan karena dengan melakukan penekanan pada titik tertentu dapat meningkatkan endorfin sehingga menurunkan impuls mual dan muntah Berdasarkan literature review [ CITATION Rah20 \l 1033 ] mengenai pengaruh terapi akupresur pada anak yang mengalami mual dan muntah saat menjalankan kemoterapi dengan indikasi leukemia limfoblastik akut, didapatkan kesimpulan yaitu: a) Karakteristik dari sampel yang diberikan untuk terapi akupresur pada anak dengan leukemia yang mengalami mual muntah akibat menjalankan kemoterapi dapat diberikan pada anak usia 6-12 tahun, memiliki kadar hemoglobin lebih dari 9 g/dL, memiliki kadar hematokrit lebih dari 30%, dan memiliki trombosti lebih dari 50.000/mm3 . b) Pemberian durasi yang efektif untuk terapi akupresur pada anak dengan leukemia yang mengalami mual muntah akibat menjalankan kemoterapi dengan leukemia limfoblastik akut adalah 3-5 menit, dan juga frekuensi penerapan terapi akupresur dapat dilakukan saat sebelum anak melakukan kemoterapi, sebelum anak tidur, sebelum anak makan, dan saat anak merasakan mual dan muntah. c) Pengaruh pemberian terapi akupresur dari semua penelitian didapatkan bahwa anak yang mengalami mual muntah yang disebabkan oleh kemoterapi setelah diberikan intervensi terapi akupresur diiringi dengan pemberian obat antiemetik mengalami perbedaan (penurunan mual dan muntah) dibandingkan anak yang yang hanya diberikan obat antiemetik saja. 2) Terapi Slow Deep Breathing Pernapasan dalam lambat (slow deep breath) biasanya digunakan sebagai teknik manajemen diri dan alat terapi yang sering diimplementasikan dalam relaksasi dan meditasi (Courtois et al., 2020). Slow



Deep



Breathing



dilakukan dengan cara melakukan nafas dalam, lambat (menahan inspirasi



secara



maksimal)



melibatkan



dan



gerakan



menghembuskan nafas secara perlahan, dengan sadarabdomen bagian bawah atau daerah perut



(Ammelda, 2020). Berdasarkan fungsi dari terapi Slow Deep Breathing terdapat beberapa manfaat yang dihasilkan. Menurut studi pada subjek sehat mengungkapkan bahwa Slow Deep Breath mengurangi nyeri dengan meningkatkan ambang nyeri, meningkatkan aktivitas parasimpatis (P-ANS), menurunkan aktivitas simpatis (S-ANS),dan mengubah pCO2 dan pH Slow Deep Breath Juga dapat meningkatkan suasana hati, yang memberikan dampak besar pada pasien.(Larsen, Brilla, McLaughlin, & Li, 2019). Kemudian terapi Slow Deep Breathing dapat merelakskan tubuh dengan mengatur pernapasan secara



teratur, pelan dan dalam, meningkatkan fungsi kardiovaskuler dan



pernapasan serta menurunkan efek stres, karena pada saat di kondisi stres



atau



cemas maka tubuh akan tegang sehingga pernafasan menjadi



pendek (Trybahari, Azzam, & Busjra, 2019) . Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION And20 \l 1033 ] dengan judul Efektivitas tivitas Terapi Slow Deep



Breathing Terhadap Kecemasan Anak Leukemia Yang Menjalani Kemoterapi bahwa terapi slow deep breathing terbukti efektiv dalam menurnkan kecemasan pada anak leukemia yang menjalani kemoterapi. 7. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 2.