Makalah Leukemia Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA



Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Anak I



Disusun Oleh : Aisyah Putri Nuriawati



NIM P.17420113002



PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG



TAHUN AKADEMIK 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah



dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak



dengan Leukemia” Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pihak-pihak tersebut adalah: 1. Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak I 2. Teman-teman kelas 2A1 prodi DIII Keperawatan Semarang yang juga telah mendukung penulis dalam membuat makalah. Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun makalah ini. Namun, makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.



Semarang, 16 Januari 2015



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Leukemia 2.2 Etiologi Leukemia 2.3 Patofisiogi Leukemia 2.4 Manifestasi Klinis BAB III PEMBAHASAN Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukemia BAB III. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif. Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak,



sadar,



percaya,



dan



akhirnya



berbuat



sesuatu



untuk



menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda



dari



orang



dewasa,



karena



mereka



masih



di



usia



pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif. Kasus leukemia di Indonesia sebanyak ± 7000 kasus/ tahun dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan



60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penulisan ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan ini adalah mendeskripsikan konsep penyakit leukemia pada anak. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien anak dengan masalah leukemia. 2. Mahasiswa mampu



menganalisa



leukemia. 3. Mahasiswa



menyusun



mampu



data



dengan



rencana



dan



masalah intervensi



keperawatan terhadap klien anak dengan leukemia. 4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun. 5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan.



1.4 Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penulisan ini adalah bagi mahasiswa agar mengerti konsep penyakit leukemia pada anak. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penulisan ini adalah bagi mahasiswa agar menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia sesuai dengan konsep



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Leukimia Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. (Kapita Selekta kedokteran, 2000). 2.2 Etiologi Leukemia Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia. 1. Host a. Umur, jenis kelamin, ras Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-



anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam. Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun. Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%). b. Faktor Genetik Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom



21



dapat



menyebabkan



leukemia



akut.



Insiden



leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat



dalam



keluarga.



Kemungkinan



untuk



mendapat



leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.



Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75;



CI=1,32-10,99)



artinya



orang



yang



menderita



leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia. 2. Agent a. Virus Beberapa virus



tertentu sudah dibuktikan menyebabkan



leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat. b. Sinar Radioaktif Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali



lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak. c. Zat Kimia Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia. d. Merokok Merokok



merupakan



salah



satu



faktor



risiko



untuk



berkembangnya leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA. Banyak



penelitian



yang



menunjukkan



bahwa



merokok



meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok. e. Lingkungan (Pekerjaan)



Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia. 2.3 Patofisiogi Leukemia Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan



kromosom



menambahkan perubahan



atau



struktur



dapat



meliputi



menghilangkan termasuk



perubahan seluruh



translokasi



angka,



yang



kromosom,



atau



(penyusunan



kembali),



delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih



mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah



keganasan.



Perubahan



tersebut



seringkali



melibatkan



penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak. 2.4 Manifestasi Klinis Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah sebagai berikut. a. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. c. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. d. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma. e. Penurunan nafsu makan f. Kelemahan dan kelelahan fisik Manifestasi Klinis Leukemia berdasarkan jenisnya.



a.



Leukemia Limfositik Akut Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.



b.



Leukemia Mielositik Akut Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang



disebabkan



oleh



sindrom



kegagalan



sumsum



tulang.



perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia. c.



Leukemia Limfositik Kronik Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.



d.



Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.



BAB III PEMBAHASAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA 3.1 Pengkajian 1. Identitas Klien dan Penanggungjawab 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) juga disertai dengan sakit kepala. b. Riwayat Perawatan Sekarang c. Riwayat Perawatan Sebelumnya d. Riwayat Penyakit Keluarga Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar monozigot (identik). e. Riwayat Tumbuh Kembang Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan. 3. Pemeriksaan Fisik



a. Kaji adanya tanda-tanda anemia 1) Pucat 2) Kelemahan 3) Sesak 4) Nafas cepat b.



Kaji adanya tanda-tanda leukopenia 1) Demam 2) Infeksi



c.



Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia 1) Ptechiae 2) Purpura 3) Perdarahan membran mukosa



d.



Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola 1) Limfadenopati 2) Hepatomegali 3) Splenomegali



e.



Kaji adanya pembesaran testis



f.



Kaji adanya 1) 2) 3) 4) 5)



Hematuria Hipertensi Gagal ginjal Inflamasi disekitar rectal Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)



4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang. a. Pemeriksaan Darah Tepi Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadangkadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3. b. Pemeriksaan Sumsum Tulang Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa



sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.



5. Analisa Data a. Data Subjektif Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut. 1) Lelah 2) Letargi 3) Pusing 4) Sesak 5) Nyeri dada 6) Napas sesak 7) Priapismus 8) Hilangnya nafsu makan 9) Demam 10) Merasa cepat kenyang 11) Waktu ycng cukup lama 12) Nyeri Tulang dan Persendian. b. Data Objektif Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut. 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Pembengkakan Kelenjar Lympa Anemia Perdarahan Gusi berdarah Adanya benjolan tiap lipatan Ditemukan sel-sel muda



3.2 Diagnosa Keperawatan



Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331). Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah: a.



Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh



b.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia



c.



Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit



d.



Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah



e.



Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi



f.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis



g.



Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia



h.



Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.



i.



Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.



3.3 Intervensi Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004) Diagnosa a.



Tujuan



Keperawatan Resiko infeksi Anak berhubungan dengan



Intervensi



tidak 1. Pantau suhu dengan teliti Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi mengalami 2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus gejala-gejala Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak



menurunnya



infeksi



sistem pertahanan



dari sumber infeksi 3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan



tubuh



dengan baik Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif 4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive Rasional: untuk mencegah



kontaminasi



silang/menurunkan resiko infeksi 5. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi 6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme 7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler 8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh 9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus 1. Evaluasi laporan kelemahan,



Intoleransi



Terjadi



aktivitas



peningkatan



ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam



berhubungan



toleransi aktifitas



aktifitas sehari-hari Rasional: menentukan



dengan kelemahan akibat anemia



derajat



perhatikan



dan



efek



ketidakmampuan 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan 3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual



dan membantu pemilihan intervensi 4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk Resiko terhadap Klien tidak cedera/



menunjukkan



tugas perawatan diri 1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah



perdarahan yang bukti-bukti



ekimosis



berhubungan



Rasional:



perdarahan



dengan



karena



perdarahan



memperberat



kondisi anak dengan adanya anemia



penurunan



2. Cegah ulserasi oral dan rectal



jumlah trombosit



Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah 3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi Rasional: untuk mencegah perdarahan 4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut Rasional: untuk mencegah perdarahan 5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat) Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan 6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit 7. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung



Resiko kekurangan



tinggi



Rasional: untuk mencegah perdarahan 1. Tidak terjadi 1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kekurangan



kemoterapi Rasional: untuk mencegah mual dan muntah



volume



cairan



berhubungan dengan mual dan muntah



volume cairan 2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan 2. Pasien tidak program kemoterapi mengalami Rasional: untuk mencegah episode berulang 3. Kaji respon anak terhadap anti emetic mual dan Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang muntah secara umum berhasil 4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat Rasional: bau



yang



menyengat



dapat



menimbulkan mual dan muntah 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional: karena jumlah kecil biasanya



Perubahan



Pasien



ditoleransi dengan baik 6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan Rasional: untuk mempertahankan hidrasi tidak 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus



membran mukosa mengalami mulut: stomatitis mukositis oral yang berhubungan dengan



efek



samping



agen



kemoterapi



oral Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera 2. Hindari mengukur suhu oral Rasional: untuk mencegah trauma 3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa Rasional: untuk menghindari trauma 4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan 5. Gunakan pelembab bibir Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura) 6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat



menekan



mengakibatkan



refleks



resiko



muntah



aspirasi



dan



yang dapat



menyebabkan kejang 7. Berikan diet cair, lembut dan lunak Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak 8. Inspeksi mulut setiap hari Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan



sedotan Rasional: untuk membantu melewati area nyeri 10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa 11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis 12. Berikan analgetik Rasional: untuk mengendalikan nyeri Perubahan nutrisi Pasien mendapat 1. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada kurang



dari nutrisi



yang



saat anak makan



kebutuhan tubuh adekuat



Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan



yang



adalah akibat langsung dari mual dan muntah



berhubungan



serta kemoterapi



dengan



2. Izinkan anak memakan semua makanan



anoreksia, malaise,



yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk mual



memperbaiki kualitas gizi pada saat



dan muntah, efek



selera makan anak meningkat



samping



Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang



kemoterapi



dan



atau stomatitis



optimal 3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi 4. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan



dan



pemilihan



makanan



Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan 5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya



ditoleransi dengan baik 6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient Rasional:



kebutuhan



ditingkatkan



begitu



jaringan juga



metabolik



cairan



untuk



menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan



peranan



penting



dalam



mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat 7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan Nyeri berhubungan



yang Pasien



pengukuran antropometri kurang dari normal tidak 1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0



mengalami nyeri



sampai 5



dengan



efek atau



nyeri



Rasional: informasi memberikan data



fisiologis



dari menurun sampai



dasar untuk mengevaluasi kebutuhan



leukemia



tingkat dapat anak



yang



atau keefektifan intervensi



diterima 2. Jika mungkin, gunakan prosedurprosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman 3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi Rasional:



untuk



menentukan



kebutuhan



perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat 4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat Rasional: sebagai analgetik tambahan 5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri



Kerusakan integritas



Pasien



1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di



kulit mempertahankan



berhubungan



integritas kulit



dalam mulut dan daerah perianal Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi 2. Ubah posisi dengan sering Rasional: untuk merangsang



dengan pemberian agens kemoterapi,



sirkulasi



dan



mencegah tekanan pada kulit 3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa



radioterapi



mengiritasi kulit 4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi 5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit 6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative 7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas



Gangguan



area yang teradiasi Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan atau 1. Dorong anak untuk memilih wig (anak



citra Pasien



tubuh



keluarga



perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut



berhubungan



menunjukkan



anak sebelum rambut mulai rontok Rasional: untuk membantu mengembangkan



dengan atau



alopesia perilaku perubahan positif



cepat penampilan



pada



koping



penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut 2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut 3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial 4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga



terhadap perubahan penampilan rambut baru 5. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik Rasional: untuk meningkatkan penampilan



3.4 Evaluasi Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut. a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya c. d. e. f. g.



laporan peningkatan toleransi aktifitas. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman Masukan nutrisi adekuat Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-



bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman. h. Kulit tetap bersih dan utuh i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan j.



menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama



anak. k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.



BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. Pada tahap pengkajian yaitu saat pemeriksaan fisik, kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat), kaji adanya tanda-tanda leucopenia (demam, infeksi), kaji adanya tanda-tanda trombositopenia (ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa), kaji adanya tandatanda invasi ekstra medulola (limfadenopati, hepatomegali, splenomegali), kaji adanya pembesaran testis, kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, dan nyeri. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang. Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia, resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit, resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi, perubahan



nutrisi



kurang



dari



kebutuhan



tubuh



yang



berhubungan



dengan



anoreksia,malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis, lalu nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia, kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas, dan gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan. 4.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran pemulisan makalah ini adalah sebagai berikut.



1.



Mahasiswa keperawatan diharapkan banyak membaca referensi



mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia 2.



Perawat diharapkan untuk memberikan pelayanan semaksimal



mungkin pada klien anak dengan leukemia.



DAFTAR PUSTAKA Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka. Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto