15 0 318 KB
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LEUKIMIA
Kelas 2A DIII Keperawatan Kelompok 3 : Ayu Fatihatun Nikmah
(131502004)
Dimas Satriyo Widodo
(131502011)
Laily Kholifatun Nisa
(131502018)
Septy Pangestu Ningsih
(131502032)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES PEMKAB JOMBANG Jalan dr. Sutomo No. 75-77 Telp / Fax (0321) 870214 Jombang
TAHUN AJARAN 2014 – 2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa dan hanya karena rahmatnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Leukemia. Materi yang kami jabarkan ini adalah hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok kami melalui buku pelajaran, internet, dan media lainnya. Rangkuman ini berisi materi pembelajaran, kegiatan, dan tugas yang bertujuan agar mahasiswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan sehingga turut berperan aktif dalam proses belajar mengajar serta mampu memecahkan masalah. Kami mengucapkan terimaksih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 Ibu Dina Kristiana S.Kep.Ns yang telah membantu kami dalam proses pemahaman materi makalh ini dan juga teman-teman semua yang berperan serta dalam proses belajar kami. Harapan kami dengan selesainya makalah ini semoga menjadikan kami lebih mengerti dan memahaminya serta tanpa suatu kekurangan apapun. Tidak lupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi keberhasilan proses presentasi dan peningkatan materi ini.
Jombang, 27 Oktober 2014
Penyusun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................................ BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang.............................................................................................
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................
1.3
Tujuan..........................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1
Pengertian....................................................................................................
2.2
Epidemiologi...............................................................................................
2.3
Etiologi........................................................................................................
2.4
Manifestasi Klinis........................................................................................
2.5
Patofisiologi.................................................................................................
2.6
Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
2.7
Penatalaksanaan...........................................................................................
2.8
Klasifikasi....................................................................................................
2.9
Asuhan Keperawatan secara Teori...............................................................
BAB III TINJAUAN KASUS 3.1
Kasus semu..................................................................................................
3.2
Pengkajian...................................................................................................
3.3
Analisa Data................................................................................................
3.4
Diagnosa Keperawatan................................................................................
3.5
Intervensi Keperawatan...............................................................................
3.6
Implementas Keperawatan...........................................................................
3.7
Evaluasi.......................................................................................................
BAB IV PENUTUP 3.1
Kesimpulan..................................................................................................
3.2
Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) . Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun ( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) . Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33 penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai Leukemia maka penulis berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinik, dan patofisiologi dari penyakit leukemia?
b. Bagaimana pencegahan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan dari penyakit leukemia? c. Bagaimana asuhan keperawatan secara teori dari penyakit leukemia? d. Bagaimana contoh kasus semu beserta asuhan keperawatan klien dengan penyakit leukemia? 1.3 Tujuan Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah : a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukemia. b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori mengenai penyakit leukemia c. Mendeskriosikan contoh kasus semu serta asuhan keperawatannya d. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan dengan Leukemia.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Leukimia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Leukimia juga bisa didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik. 2.2 Epidemiologi Leukimia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi menunjukkan hasil sebagai berikut. 1. Insidensi Insiden leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia. 2. Frekuensi Relatif Frekuensi relative leukemia di negara barat menurut Gunz adalah sebagai berikut.
Leukemia akut CLL CML
60% 25% 15%
Di Indonesia, frekuensi CLL sangat rendah, CML merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai. 3. Usia Insiden leukemia menurut usia didapatkan data sebagai berikut.
ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa
AML pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa CML pada semua tingkat usia tersaring usia 40-60 tahun CLL terbanyak pada orang tua
4. Jenis Kelamin Leukemia lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 2:1. 2.3 Etiologi Meskipun pada sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia, yaitu faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus. Faktor Genetik Insiden leukemia akut pada anak-anak penderita Sindrom Down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insidensi leukemia akut juga meningkat pada penderita kelainan kongenital dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis van Greveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia fanconi, sindrom klenefelter, dan sindrom trisomi D. Sinar Radioaktif Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia. Angka kejadian leukemia mieloblastik akut (AML) dan leukemia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia 6% klien, dan beru terjadi sesudah 5 tahun.
Virus Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah manusia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan didalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Enzim tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetic yang kemudian bergabung dengan genom yang terinfeksi. 2.4 Manifestasi Klinis Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut: Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih. Demam, keringat malam dan anorexia Berat badan menurun Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit) Nyeri pada tulang dan persendian Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa). (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De Vita Jr.,1985, Archida, 1987; Lister, 1990; Rubin,1992 ).
2.5 Patofisiologi LEUKEMIA
Genetik
Virus
Radioaktif
Proliferasi dini sel kanker Sel Kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi Infiltrasi Sel normal digantikan sel kanker
Sel kekurangan makanan
Depresi sumsum tulang
Perubahan metabolism karena Efek toksik kemoterapi
Leukosit imatur
trombosit gangguan pembekuan darah
Infeksi Anoreksia, mual, muntah Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
resiko cedera Atau perdarahan Hipertermi
2.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik 2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml 3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah 4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm) 5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur 6. PTT : memanjang 7. LDH : mungkin meningkat 8. Asam urat serum : mungkin meningkat 9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik 10. Copper serum : meningkat 11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan. 2.7 Penatalaksanaan 1. Pelaksanaan kemoterapi Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih. Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
Melalui mulut Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena). Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit. Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang. 2. Terapi Biologi Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum
tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia. 3. Terapi Radiasi Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya
diberikan
sebelum
transplantasi
sumsum
tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell) Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
2.8 Klasifikasi Leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Maturasi sel
Akut; Kronis
2. Tipe sel asal
Mielositik;
Limfositik
LEUKEMIA AKUT Asuhan keperawatan pada leukemia akut adalah sebagai berikut. Pengertian Leukemia akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan, serta dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian. Faktor etiologi Faktor pencetus
Mutasi somatik sel induk
Proliferasi neoplastik dan differentiation arrest
Akumulasi sel muda dalam sum-sum tulang
Hiper metabolik
Gagal sumsum tulang
Anemia Perdarahan dan infeksi
Katabolisme meningkat Keringat malam Sel Leukemia Kaheksia Hiperurikemia
inhibisi hematopoiesis normal
Gagal ginjal
Gout
Tulang
Nyeri tulang
Infiltrasi ke organ
Darah
Sindrom hiperviskositas
RES
Tempat ekstramedular lain
Limfadenopati Hepatomegali Splenomegali
Meningitis, lesi kulit, pembesaran testis
Patofisiologi Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghailkan sel leukemia dan mengakibatkan hal-hal berikut. 1. Penekanan hematopoiesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure. 2. Infiltrasi sel leukemia kedalam organ, sehingga menimbulkan organomegali. 3. Katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik. Klasifikasi Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (French-American-British) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Leukemia mielositik akut/ acute myeloid leukemia (LMA/AML). Asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia mielositik akut (LMA/AML) adalah sebagai berikut. Pengertian. Leukemia mielositik akut (LMA) merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Insidensi. Insiden AML kira-kira 2-3/100.000 penduduk, LMA lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%). Ditemukan lebih sering pada laki-laki daripada wanita.
Klasifikasi. Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) LMA dibagi menjadi enam jenis, yaitu : M1
: Leukemia mieloblastik tanpa pematangan.
M2
: Leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan.
M3
: Leukemia promieloblastik hipergranular.
M4
: Leukemia mielomonositik
M5
: Leukemia monoblastik
M6
: Eritroleukemia
Gejala Klinis. Gejala klinis yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa lelah; pucat; nafsu makan hilang; anemia; petekie; perdarahan; nyeri tulang; serta infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonolitik. Evaluasi Diagnostik. Evaluasi diagnostic pada klien dengan LMA adalah sebagai berikut.
Pada hitung sel darah menunjukan adanya penurunan, baik eritrosit maupun
trombosit ;jumlah leukosit total bisa rendah dan normal atau tinggi. Pada pemeriksaan sumsum tulang menunjukan kelebihan sel blast yang immatur.
Penatalaksanaan .penatalaksannaa pada klien ini adalah sebagai berikut:
Kemoterapi yaitu bentuk terapi utama pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai satu tahun atau lebih..obat yang digunkan meliputi daunorubicin ,hydrochloride(cerubidene),cytarabine (cytosar-u),dan
mercaptopurine(purinethol). Pemberian produk darah dan penanganna infeksi dengan segera. Transplantasi sumsum tulang.
Prognosis. Dalem pengobatan modern,angka remisinya 50-75%,tetapi angka ratarata hidup masih dua tahun dan yang dapat hidup lebih dari lima tahun hanya 10%. 2. Leukimia limfositik akut/acute lymphoblastic leukimia(LLA/ALL).
Asuhan keperawatan yang dibertikan pada leukimia limfositik (LLA/ALL) yaitu sebagai berikut. Pengertian.LLA merupakan suatu proliferasi ganas dari limfoblast. Insidensi.insidene LLA berkisar 2-3 per 100.000 penduduk ,lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita. Klasifikasi.klasifikasi LLA adalah sebagi berikut: a.secara morfologis,menurut FAB (frech,british,and America) ALL dibagi atas tiga jenis yaitu:
L1:ALLdengan limfoblast kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL,biasanya
ditemukan pada anak-anak. L2:sel lebih besar ,inti ireguler,kromatin bergumpal ,nucleoli prominen dan sito plasma agak abnyak ,merupakan 14%dari ALL,biasanya terjadi pada orang
dewasa. L3:ALL mirip dengan limfoma burkit,yaitu sitoplasma basofil dengan banyak
vakuola,hanya merupakan 1% dari ALL b.Secara imunofenotipe ALL dibagi menjadi empat golongan besar yaitu sebagi berikut. Common ALL- frekuensi relatif pada anak-anak 76% dan dewasa 51% Null ALL-frekuensi relatif pada anak-anak usia 12% dan dewasa38%. T-ALL- frekuensi relatif pada anak-anak 1% dan dewasa 2%. Gejala Klinis.Gejala tersering terjadi adalah rasa lelah, panas tanpa infeksi,purpura,nyeri tulang dan sendi,penurunan berat badan serta sering ditemukan suatu massa abnormal. Pemeriksaan Diagnostik a.Pemeriksaan darah tepi, hasil yang didapatkan adalahsebagai berikut.
Ditemukan sel muda limfoblast. Leukositosis(25%). Jumlah leukosit neutrofil sering kali rendah . Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
b. Pemeriksaan sumsum tulang –biasanya menunjukan sel blast yang dominan.
Penatalaksanaan.Bentuk terapi utama dalam penanganan maslah ALL adalah kemoterapi. 1.Induksi remaja a.Obat yang digunakan terdiri atas:
Vincristine(VCR)-1,5mg/m2/minggu secara IV. Prednison (Pred)- 6mg/m2/hari secara oral. L.Aspraginase (L.asp)-10.000U/m2 Daunorubicin (DNR)-25mg/m2/minggu-4 minggu.
b.Regimen yang digunkan untuk ALL dengan resiko standart terdiri atas:
Prednison+VCR Prednison+VCR+L.Asparaginase dengan atau tanpa siklofosfamid.
c. Regimen untuk ALL dengan resiko tinggi atau ALL pada orang dewasa antara lain:
Prednison +VCR+DNR dengan atau tanpa L.
Asparaginase.
DNR+VCR+Prednison +L.Asparaginase dengan atau tanpa siklofosfamid.
II.Terapi post-remisi a. Terapi untuk sanctuary phase (membasmi sel leukemia yang bersembunyi dalam SPP dan testis) b. Terapi intensifikasi/konsolidasi:pemberian regimen non cross resistant terhadap regimen induksi remisi. c. Terapi pemelihara (maintenance):umumnya digunakan 6 mercaptopurine (6 MP) peroral, diberikan selama 2-3 tahun dengan diseling terapi konsolida Prognosis.prognosis LLA pada ank-anak umumnya baik,lebih dari 95% terjadi remisi sempurna.Kira-kira 70%-80% dari klien bebas gejala selama 5tahun.apabila terjidi relap, remisi sempurna ke dua dapat terjadi pada sebagaian besar kasus. Para klein merupakan kandidat untuk inplan tasi sum-sum tulang dengan 35%-65% kemungkinan hidup lebih lama
LEUKIMIA KRONIS Leukimia kronis di bagi menjadi: 1. Leukimia mieloid-leukimia granulositik kronis / leukimia mieloid kronis (LGK/LMK). Asuhan keperawatan pada klien dengan mieloid kronis adlah sebagai berikut : Pengertian LMK merupakan suatu penyakit mielokroliferatof yang ditandai dengan produksi berlebihan serigranulosi yang relati matang . LMK merupakan leukimia kronis dengan gejala kronis yang timbul denagn berlahan-lahan dan sel leukimianya berasal dari transformasii sel indo mieloid. Epidemiologi.LMK merupakan 15 sampai 20% dari leukimia dan merupakan leukimia kronis yang paling sering dijumai diindonesia, sedangkan di negara barat leukimia kronis lebih banyak ditemui dalam bentuk LLK .insiden LLK dinegara barat adalah 1-1,4atau 100.000/tahun . Umumnya LMK mengenai usia pertengan denga puncak usia 40-50 tahun.pada anak-anak dijumpai bentuk jufenile LMK.genetik yang disebut kromosom philadhepia ditemukan pada 90-95% klien dengan LLK Klasifikasi.LMK terdiri atas 6 jenis lukimia : a. leukimia mieroid kronis ,Ph positif(LMK,Ph+). b. leukimia mieroid kronis,Ph negatif(LMK,Ph-). c. juvenile chronic myeloid leukimia. d. chronic neutrophilic leukimia. e. Eosinophilic leukimia. f. Chronic myelomonocytic leukimia(CMML). Sebagian bessar( >95%)LMK tergolong sebagi LMK,Ph+. Fase Perjalanan Penyakit. perjalanan penyakit LMK terbagi menjadi 2 fase sebagai berikut a. Fase kronis-fase ini berjalan selama 2-5tahun dan responsif terhadap kemoterapi. b. Fase akselerasi atau transfarmasi akut: Pada fase ini meng infestasi klinis LMK berupa leukimia akut Proporsi sel muda meningkat dan akhirnya masuk kedalam blast crisis atau krisis blastik,
Sekitar 2/3 menunjukan sel blast seri mieloid,sedangkan 1/3nya menunjukan seri limfoid .
Gejala klinik ,gejalaklinik LLK bergantung pada fase yang kita jumpai dari penyakit tersebut . a. Fase kronis, pada fase ini adalah sebagai berikut:
Gejala hiperkatabolik:berat badan menurun,lemah anoreksia,dan berkeringat
malam Splenomegali hampir selalu ada ,sering masif. Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan Gejala gout,ganguan penglihatan ,dan priapismus. Anemia pada fase awal dan sering hanya ringan Kadang-kadang asimptomatik b.Fase tranformasi akut,pada fase ini gejala yang ditemukan adalah sebagai berikut: Perubahan terjadi secara berlahan-lahan dengan prodromal selama 6bulan yang disebut sebagai fase akselerasi.Timbul keluhabn baru ,yaitu:demam,lelah, nyeri tulang, respon terhdap kemotherapi menurun, leukositosis meningkat ,serta trombosit menurun dan akhirnya menjadi
gambaran leukimia akut. Pada sekitar 1/3 penderita ,perubahna terjadi secara menddak tanpa didahului masa prodromal keadaan ini disebut krisisi blastik.
Evaluasi diagnostik. a. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan leukositosis berat 20.00050.000,pergeseran kekiri pada hitung jenis dan trombositophenia nilai fosfatase alkali netrofil selalu rendah dan anemia yang mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut,sehingga bersifat normokromik normositer. b. Pada pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperseluler dngan peningkatan megakariosit dan aktifitas granulopoisis. c. Pada pemeriksaan sitogenik dijumpai adanya kromosom philadepia,(Ph1). d. Kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah e. Kadar asam urat meningkat. Penatalaksanaan .terapi LMK bergantung pada fase penyakit ,yaitu: a.fase kronis Obat pilihan:
Bhusulphan (my leran )-dosis 0,1 sampai 0,2mg/kg BB/hari,
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3.Efek samping berupa aplasia sumsum tulang bekepanjangan,fibrosis paru dan bahaya timbulnya leukemia akut.
Hidroksiurea
dosis ditrisasi dari 500-2000mg,kemudian diberikan
dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 1000-15000/mm3,efek
sampingnya lebih sedikit. Interferon alfa biasanya diberikan setelah jumlah leukosit terkontrol
oleh hidroksiurea. b.Fasae akselerasi sama dengan terapi leukemia akut,tetapi respons sangat rendah. c.Transplantasi sumsum tulang memberikan harapan penyembuhan jangaka panjang,terutama untuk penderita yang usia kurang dari 40 tahun.Penanganan yang umum diberikan adalah allogeneic peripheral blood stem cell transplantation. d.Terapi dengan memakai prinsip biologi molekuler Obat baru imatinib mesylate(Gleevec) yang dapat menekan aktivitas trosine kinase,sehingga menekan proliferasi sel meloid. Prognosis .Pada kebanyakan klien kelak akan mengalami leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap terapi apa pun.Secara keseluruhan,klien dapat bertahan selama 3sampai4 tahun.Sebagian besar klien LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut krisis blastik. 2.Leukemia Limfoid leukemia limfositik kronis(LLK) Asuhan keperawatan pada leukemia limfositik kronis adalah sebagai berikut. Pengertian .LLK merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast. Insidensi.LLK merupakan 25% dari seluruh leukemia di negara Barat,tetapi amat jarang ditemukan di jepang,Cina,dan Indonesia.Penderita laki-laki dua kali lebih seing ditemukan dari pada wanita.Jarangsekali ditemukan pada usisa kurang dari 40 tahun.Kebanyakan mengenai usia lebi dari 50 tahun.
Klasifikasi.Menurut Rai dan kawan-kawan(1978) LLK dapat dibagi menjadi lima tingkatan penyakit secara klinis sebagai berikut. Stadium
Keterangan
0
Di tandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal, tetapi tidak ada gejala lain dari leukemia. Stadium ini biasa disebut tahap leukemia limfositik indalens (lambat berkembang).
I
Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal dan adanya pembesaran kelenjar getah bening dari normal.
II
Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal, adanya pembesaran hati atau limpa dari normal (Hepatomegali atausplenomegali), dan adanya kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening.
III
Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal, jumlah sel darah merah didalah darah terlalu sedikit serta adanya pembesaran kelenjar getah bening, hati atau limpa.
IV
Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal dan jumlah trombosit yang terlalu sedikit. Bahkan disertai pembesaran kelenjar getah bening, hati, atau limpa, serta jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit.
Gejala klinis.LLK memberikan gejala klinik sebagai berikut. a. Pembesaran secara massif menyebabkan tekanan mekanik pada lambung,sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang,rasa tidak enak pada abdomen,dan buang air besar tidak teratur. b. Pembesaran kelenjar getah bening(limfadenopati)superfisial yangg c. d. e. f.
sifatnya simetris dan volumennya cukup besar Anemia Splenomegali Hepatomegali(lebih jarang) Sering disertai herpes zoster dan pruritus
Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan darah tepi
Menunjukkan adanya limfositosis 30.000-300.000/m3,anemia normositer normokromik dan trombositopenia. b. Pemeriksaan sumsum tulang Adanya infiltrasi “small well differentiated lymphocyte”difus,dengan limfosit 25%-95% dari sel sumsum tulang. c. Pemeriksaan imioliomunophenothyping Pemeriksaan ini penting untuk membedakan jenis leukemia kronis seri limfoid. Penatalaksanaan.Pengobatan sebaiknya tidak diberikan kepada klien-klien tanpa gejala,karena tidak memperpanjang hidup. Hal yang perlu diobati adalah klien yang menunjukkan progresivitas limfadenodenopati atau splenomegali,anemia,trombositopenia,atau gejala akibat desakan tumor. Obat-obatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. a.Klorambusil 0,1-0,3 mg/kg BB/hari per oral. b.Kortikosteroid sebaiknya baru diberkan bia terdapat AIHA atau trombositopenia atau demam tanpa sebab infeksi. c.Radioterapi dengan mengggunakan sinar X kadang-kadang menguntungkan bila ada keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
2.9 Asuhan Keperawatan Teori Proses asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia di awali dengan pengkajian,diagnosis,dan intervensi keperawatan. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut: 1. Riwayat pemanjaan pada faktor-faktor pencetus,seperti pemanjanan pada dosis besar radiasi,obat-obatan tertentu secara kronis,dan riwayat infeksi virus kronis. 2. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi: Pembesaran sumsum tulang,sehingga menyebabkan beberapa gejala dibawah ini.
anemia
penurunan berat badan,kelelahan,pucat,malaise,kelemahan,dan
anoreksia. Trombositopnea perdarahan gusi,mudah memar,petekie,dan ekimosis. Netropenia demam tanpa adanya infeksi,berkeringat malam hari. Infiltrasi organ lain dengan sel-sel leukemia yang menyebabkan beberapa gejala seperti hepatomegali,splenomegali,limfadenopati,nyeri tulang dan sendi,serta hipertropi gusi. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalag sebagai berikut: 1. Darah lengkap
menunjukkan adanya penurunan
hemoglobin,hematokrit,jumlah sel darah merah dan trombosit.Jumlah sel darah putih meningkat pada leukemia kronis,tetapi juga dapat turun,normal,atau tinggi pada leukemia akut. 2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi memberikan data diagnostik definitif. 3. Asam urat serum meningkat karena pelepasan oksipurin setelah keluar masuknya sel-sel leukemia cepat dan penggunaan obat sitotoksik. 4. Sinar X dada untuk mengetahui luasnya penyakit. 5. Profil kimia,EKG,dan kultur spesimen untuk menyingkirkan masalah atau penyakit lain yang timbul. Diagnosis Keperawatan 1 Berdasarkan data dasar pengkajian,diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Nyeri yang berhubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan sistemik. 2. Ganggguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan proliferatif gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi. 3. Kelemahan yang berhubungan dengan anemia. 4. Berduka yang berhubungan dengan keilangan kemungkinan terjadi karena perubahan peran dan fungsi iri. 5. Gangguan intregitas kulit:alopesia yang berhubungan dengan perubahan penampilan dalam fungsi dan peran. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkurang. Kriteria Evaluasi Berikut ini adalah kriteria evaluasi pada klien dengan masalah nyeri.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Melaporkan penurunan tingkat nyeri. Menjelaskan bagaimana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri. Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan. Menunjukkan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri. Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik. Mengidentifikasikan stategi peredaan nyeri. Mengggunakan strategi peredaan nyeri dengan tepat.
Intervensi keperawatan Intervensi 1.Kaji karakteristik nnyeri
Rasional 1.Memberikan dasar untuk mengkaji
lokasi,kualitas,frekuensi,dan duarasi.
perubahan pada tingkat nyeri dan
2.Tenangkan klien bahwa Anda mengetahui
mengevaluasi intervensi. 2.Rasa takut bahwa nyerinya tidak
nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa
dianggap nyata dapat meningkatkan
Anda membantu klien dalam mengurangi nyeri
ansietas dan mengurangi toleransi nyeri.
tersebut 3.Kaji faktor lain yang menunjang
3.Memberikan data tentang faktor-faktor
nyeri,keletihan,dan marah klien
yang menurunkan kemampuan klien unuk menoleransi nyeri dan meningkatkan
4.Berikan analgetik untuk meningkatkan
tingkat nyeri klien. 4.Analgetik cenderung lebih efektif ketika
peredaran nyeri optimal dalam batas resep
diberikan secara dini pada siklus nyeri
dokter. 5.Kaji respons perilaku klien terhadap nyeri
5.Memberikan informasi tambahan
dan pengalaman nyeri
tentang nyeri klien
6.Kolaborasikan dengan klien,dokter,dan tim
6.Metode baru pemberian analgetik harus
perawatan kesehatan lain ketika mengubah
dapat diterima klien,dokter,dan tim
penatalaksanaan nyeri diperlukan.
perawatan kesehatan lain agar dapat efektif partisipasi klien menurunkan rasa
7.Berikan dukungan penggunaan strategi
ketidakberdayaan klien. 7.Memberikan dorongan stategi peredaan
pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan
nyeri yang dapat diterima klien dan
berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya. 8.Ajarkan klien strategi baru untuk meredakan
keluarga 8.Meningkatkan jumlah pilihan dan
nyeri:distraksi,imajinasi,relaksasi,dan stimulasi
stategi yang tersedia bagi klien.
kutan. Diaagnosis keperawatan 2 Ganggguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek toksik obat kemoterapi. Tujuan Mengurangi mual muntah sebelum,selama,dan sesudah pemberian kemoterapi. Kriteria hasil Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan pada klien dengan masalah nutrisi. 1. Melaporkan penurunan mual 2. Melaporkan penurunan muntah. 3. Mengonsumsi cairan dan makanan yang adekuat. 4. Menunjukkan penggunaan distraksi,relaksasi,imajinasi ketika diinndikasikasikan 5. Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab. 6. Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar rasa mual,muntah klien dapat berkurang.Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: Intervensi 1.Sesuaikan diet sebelum dan sesudah
Rasional 1.Setiap klien berespons secara berbeda
pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan
terhadap makanan setelah
toleransi klien.
kemoterapi,makanan kesukaan dapat
2.Cegah pandangan,bau,dan bunyi-bunyi
meredakan mual,dan muntah klien 2.Sensasi tidak menyenagkan dapat
yang tidak menyenangkan di lingkungan
menstimulasi pusat mual dan muntah.
3. gunakan distraksi, relaksasi, dan
3. menurunkan ansietas yang dapat
imajinasi sebelum dan sesudah
menunjang mual muntah
kemoterapi 4. erikan antiemetic, sedative dan
4. kombinasi terapi obat berupaya untuk
kortikosteroid yang di resepkan
mengurangi mual muntah melalui
5. pastikan hidrasi cairan yang adekuat
control berbagai faktor pencetus 5. volume cairan yang adekuatakan
sebelum, selama dan sesudah
mengencerkan kadar obat, mengurangi
pemberian obat. Kaji intake dan output
stimulasi reseptor muntah
cairan 6. berikan dukungan kepada klien agar
6. mengurangi rasa kecap yang tidak
dapat menjaga personal hygiene dengan menyenangkan baik 7. berikan tindakan pereda nyeri bila
7. meningkatkan rasa nyaman akan
diperlukan
meningkatkan toleransi fisik terhadap gyejala yang dirasakan
Diagnosis Keperawatan 3 Kelemahan yang berhubungan dengan anemia. Tujuan Setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi pada klien gengan masalah nyeri adalah bila didapatkan adanya hal-hal berikut ini. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Melaporkan penurunan tingkat keletihan. Meningkatkannya keikutsertaan Istirahat ketika mengalami keletihan. Melaporkan dapat tidur lebih banyak. Melaporkan energy yang adekuat untuk ikut serta dalam aktivitas. Mengkonsumsi protein dan kalori yang dianjurkan.
Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar kelemahan klien berkurang dan klien dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Intervensi 1. Berikan dorongan untuk istirahat beberapa
Rasional 1. Selama istirahat, energy dihemat dan tingkat
periode selama siang hari, terutama sebelum
energy diperbaharui. Beberapa kali periode
dan sesudah latihan fisik
istirahat singkat mungkin lebih bermanfaat dibandingkan satu kali periode istirahat yang panjang
2. Tingkatkan jam tidur total pada malam hari. 2. Tidur membantu untuk memulihkan tingkat 3. Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktivitas untuk menghemat pemakaian energi. 4. Berikan masukan protein dan kalori yang
energy. 3. Pengaturan kembali aktivitas dapat mengurangi kehilangan energy dan mengurangi stesor. 4. penipisan kalori dan protein menurunkan
adekuat. 5. berikan dorongan untuk teknik relaksasi
toleransi aktivitas. 5. peningkatan relaksasi dan istirahat
imajinasi 6. kolaburasi pemberian produksi darah sesuai
psikologis dapat menurunkan keletihan fisik. 6. penurunan hemoglobin akan mencetuskan
yang diresepkan
klien pada keletihan akibat penurunan ketersediaan oksigen.
BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Kasus Semu Tn. D 20 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan demam sudah 5 hari tidak turun-turun meskipun sudah diperiksakan ke dokter dan minum obat. Orang tua klien mengatakan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya tampak lebamlebam kebiruan. Klien juga menjadi sering mimisan, klien mengaku berat badannya turun 3 kg selama sakit, berat badan awal 59 kg. Kemudian dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal dan hasilnya klien didiagnosa menderita ALL(Acute Limphocytic Leukemia). Penyakit ini sudah berjalan 1,5 bulan. Dan saat ini klien sudah menjalani
kemoterapi yang ketiga. Klien tampak lemah dan pucat, klien mengeluh mual,muntah dan tidak nafsu makan, saat diperiksa dalam mulut klien terdapat banyak sariawan. Rambut klien tampak rontok dan mudah patah saat ditarik. Dari pemeriksaan TTV didapatkan data TD 110/70 mmHg, Nadi98x/mnt teraba lemah dan teratur, RR 22x/mnt, Suhu 38,4⁰ BB 56 kg. leukosit 58.900ml3 ,Hb 6,7 gr/dl, trombosit 96.000 ml3 3.2 Pengkajian: 1. Identitas Klien Nama
: Tn.D
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal MRS
: 8 September 2014
No Register
:16-456-2014
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama
: mual dan muntah
Riwayat MRS
: Tn. D 20 tahun masuk ke rumah sakit dengan
keluhan demam sudah 5 hari tidak turun-turun meskipun sudah diperiksakan ke dokter dan minum obat. Orang tua klien mengatakan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya tampak lebamlebam kebiruan. Klien juga menjadi sering mimisan. Kemudian dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal dan hasilnya klien didiagnosa menderita ALL(Acute Limphocytic Leukemia). Penyakit ini sudah berjalan 1,5 bulan. Dan saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga.
RiwayatPenyakit Dahulu: Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu klien mengatakan pamannya meninggal juga karena penyakit ALL (leukemia limfositik akut) sama seperti yang diderita anaknya.
3. Pengkajian 11 Pola Gordon POLA Pola Persepsi
SEBELUM MRS SAAT MRS Penggunaan obat dari Penggunaan obat
PolaNutrisi
mantri terdekat berdasarkan resep dokter Pasien makan sehari 3x mual, dan muntah. BB
Pola Eliminasi
porsi penuh, BB 59 kg. turun 3 kg BAB 1x/hari, konsistensi BAB 2 hari sekali, lembek, bau khas, warna konsistensi lembek, bau kuning kecoklatan BAK khas, warna kuning 5-6x/hari,
warna
kuning jernih
urin kecoklatan. BAK 4-5x/hari, warna
Pola Aktifitas
urin kuning jernih Pasien biasanya bekerja Pasien lemah dan hanya
Pola Istirahat Tidur
dari pagi hingga sore berbaring di tempat tidur Pasien biasanya tidur Pasien sering terbangun malam 6-7 jam
Pola KonsepDiri
PolaSensoridanKognitif
dan
tidak
bisa
nyenyak Pasien sebagai karyawan Peran diri
tidur
terganggu
pabrik
karena pasien tidak bisa
Tidak mengalami
beraktifitas seperti biasa Tidak mengalami
gangguan pada
gangguan pada
penglihatan,
penglihatan,
pendengaran, penciuman, pendengaran,
Pola Hubungan-Peran
pengecapan, maupun
penciuman, pengecapan,
perabaan dan proses
maupun perabaan, proses
berfikir lancar
berpikir mengalami
Hubungan dengan
gangguan Hubungan dengan
keluarga dan lingkungan
keluarga dan lingkungan
sekitar rumah baik Pola Seksualitas TIDAK TERKAJI Pola Pertahanan Diri Pasien berusaha
rumah sakit baik TIDAK TERKAJI Pasien meminta bantuan
(Koping)
mengatasi masalahnya
keluarganya untuk
sendiri jika berada dalam
mengatasi masalahnya
Pola
Keyakinan
kesulitan dan Pasien beribadah rutin Pasien
Nilai
sholat lima waktu
hanya
berdoa
ditempat tidur
4. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe) a) KeadaanUmum : Pasien tampak lemah dan pucat b) Kesadaran : Compos Mentis (Sadar Penuh) c) TTV : TD:110/70mmHg, Nadi:98x/mnt RR:22x/mnt Suhu:38,40C d) Kepala Simetris, kulit kepala bersih, tak ada lesi, rambut mudah rontok dan mudah patah saat ditarik, konjungtiva mata anemis. Terdapat sariawan pada mulut, hidung sering mimisan, pipi tampak lebam kebiruan. e) Leher Tidak ada lesi ataupun nyeri tekan dan tak ada benjolan abnormal f) Dada #Paru-paru : Pasien tidak sesak nafas, auskultasi paru terdengar sonor # Jantung :Bunyi pekak saat diperkusi dan saat di auskultasi tidak g) h) i) j)
terdengar bunyi tambahan Abdomen Tak ada nyeri tekan saat dipalpasi, bising usus normal 15x/menit Genetalia : Tidak Terkaji Anus : Tidak Terkaji Ekstremitas Pada kulit tangan dan kaki klien tampak lebam-lebam kebiruan
5. Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab : leukosit 58.900ml3, Hb 6,7 gr/dl, trombosit 96.000 ml3
3.3 Analisa Data
Tanggal 8/09/2014
Data DS : klien mengaku berat badannya turun 3 kg selama sakit, berat badan awal 59 kg klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan DO :
Masalah Ketidakseimbangan
Etiologi Efek toksik kemoterapi
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Klien tampak lemah dan pucat Saat diperiksa dalam mulut klien terdapat banyak sariawan. Berat badan sekarang 56 kg (turun 3kg) Saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga DS : klien mengatakan demam selama 5 hari tidak turun meski Hipertermi
Proses inflamasi
sudah meminum obat
penyakit
klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga Do : Suhu = 38,4⁰C
DS : Orang tua klien mengatakan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya tampak lebam-lebam kebiruan DO : Trombosit 96.000 ml3 Klien juga sering mimisan Terdapat ruam-ruam kebiruan pada tangan, kaki dan dada klien
Resiko cedera
Perdarahan berkaitan dengan trombositopenia
3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek toksik kemoterapi yang ditandai dengan : DS : klien mengaku berat badan berat badan awal 59 kg klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan DO : Klien tampak lemah dan pucat Saat diperiksa dalam mulut klien terdapat banyak sariawan. Berat badan sekarang 56 kg (turun 3kg) Saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga 2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit yang ditandai dengan : DS : klien mengatakan demam selama 5 hari tidak turun meski sudah meminum obat Do : Suhu = 38,4⁰C 3.
Resiko
cedera
berhubungan
dengan
perdarahan
berkaitan
dengan
trombositopenia yang ditandai dengan : DS : Orang tua klien mengatakan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya tampak lebam-lebam kebiruan DO : Trombosit 96.000 ml3 Klien juga sering mimisan Terdapat ruam-ruam kebiruan pada tangan, kaki dan pipi klien
3.5 Intervensi Keperawatan HARI/
DIAGNOSA
TANG
KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
GAL Ketidakseimbangan nutrisi :
Tujuan : setelah dilakukan
Mandiri
kurang dari kebutuhan
perawatan selama 3x24 jam,
Awasi pemasukan diet atau
Makan banyak sulit untuk
tubuh berhubungan dengan
masalah Ketidakseimbangan nutrisi
jumlah kalori, berikan
mengatur bila pasien anoreksia
efek toksik kemoterapi yang
yang berhubungan dengan mual
makanan sedikit dalam
juga paling buruk selama siang
ditandai dengan :
muntah dapat teratasi.
frekuensi sering dan tawarkan
hari, membuat masukan
DS : klien mengaku
Kriteria hasil :
makan pagi paling besar
makanan yang sulit pada siang
berat badannya turun
Nafsu makan klien meningkat
3 kg selama sakit,
Klien tampak segar
Berikan perawatan mulut
Menghilangkan rasa tak enak,
berat badan awal 59
Berat badan klien naik
sebelum makan
dapat meningkatkan nafsu
kg
Tidak ada mual dan muntah
klien mengeluh mual,
Tidak ada sariawan
muntah dan tidak
hari
makan Anjurkan makan pada posisi
Menurunkan rasa penuh pada
duduk tegak
abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
nafsu makan DO : Klien tampak
Kolaborasi
lemah dan pucat
Konsul pada ali diet, dukung
Berguna dalam membuat
Saat diperiksa dalam
tim nutrisi untuk memberikan
program diet untuk memenuhi
mulut klien terdapat
diet sesuai kebutuhan pasien,
kebutuhan individu.
banyak sariawan.
dengan masukan lemak dan
Berat badan sekarang
protein sesuai toleransi
56 kg (turun 3kg)
Berikan obat sesuai indikasi :
Saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga
-Antiemetik, cth: Metalopramide (Regian), Trimetobenzamid (Tigan)
Hipertermi berhubungan
Tujuan : Setelah dilakukan
Mandiri
dengan proses inflamasi
perawatan selama 2x24 jam,
Pantau suhu pasien
penyakit yang ditandai
masalah Hipertermi berhubungan
menunjukan proses penyakit
dengan :
dengan proses inflamasi penyakit
infeksius akut.
DS
:
klien
mengatakan dapat berkurang.
Suhu 380c sampai 41oc
Pantau suhu lingkungan,batasi
Suhu ruangan atau jumlah
demam selama 5 hari tidak Kriteria Hasil :
atau tambahkan linen tempat
selimut harus di ubah untuk
turun
tidur,sesuai indikasi
mempertahankan suhu
meski
sudah Demam dapat berkurang
meminum obat klien
sudah
mendekati normal, menjalani
kemoterapi yang ketiga
Berikan kompres hangat,
Dapat membantu mengurangi
hindari pengunaan alcohol.
demam, dan penggunaan alcohol menyebabkan
Do : Suhu = 38,4⁰C
kedinginan, peningkatan suhu secara actual dan alcohol dapat mengeringkan kulit Kolaborasi Berikan antipiretik,misalnya
Digunakan untuk mengurangi
ASA(Aspirin),asetaminofen
demam dengan aksi sentralnya
(Tylenol)
pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan organism dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
Resiko cedera berhubungan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Mandiri
dengan perdarahan
keperawatan selama 2x24 jam
-Perhatikan keluhan
Dapat menunjukkan anemia
berkaitan dengan
resiko cedera tidak terjadi.
peningkatan kelelahan,
dan respon jantung untuk
trombositopenia yang
Kriteria Hasil :
kelemahan. Observasi
mempertahankan oksigenasi sel
ditandai dengan :
Tidak terjadi perdarahan
takikardia, kulit/ membrane
DS : Orang tua klien
Ruam kebiruan pada tangan, kaki
mukosa pucat, dispnea, dan
mengatakan pada kulit
dan pipi berkurang
nyeri dada
tangan, kaki, dan
Klien tidak lagi mimisan
-Observasi perdarahan terus-
Perdarahan dapat terjadi
pipinya tampak lebam-
Jumlah trombosit dalam darah
menerus dari tempat
dengan mudah karena
lebam kebiruan
mengalami peningkatan
penusukan, perdarahan/area
kerapuhan kapiler. Gangguan
DO :
ekimosis karena trauma kecil,
pembekuan dan dapat
Trombosit 96.000 ml3
petekie; pembengkakan sendi
memperburuk anemia.
Klien juga sering
atau membrane mukosa,
mimisan
contoh perdarahan gusi,
Terdapat ruam-ruam
epistaksis
kebiruan pada tangan,
berulang,hematemesis,melena,
kaki dan dada klien
dan urin merah/berkabut -Berikan sikat gigi halus,
Menurunkan resiko perdarahan/
pencukur elektrik; gunakan
pembentukan hematoma.
jarum kecil bila mungkin dan lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan/penusukan vascular. Kolaborasi Awasi pemeriksaan
Penekanan pembentukan
laboratorium : jumlah
trombosit dan ketidakadekuatan
trombosit, faktor pembekuan.
kadar faktor III dan VIII mengganggu pembekuan dan potensial resiko perdarahan.
Berikan obat sesuai indikasi : Sediaan besi, asam folat
Berguna untuk memperbaiki
(Folvite); sianokobalamin
gejala anemia berhubungan
(Betalin)
dengan kekurangan nutrisi karena dialysis.
Hemastatik/penghambat
Menghambat perdarahan yang
fibrinolisis, contoh asam
tidak reda secara
aminokaproik (Amicar)
spontan/berespon terhadap pengobatan biasa.
3.6 Implementasi
TANGGAL 8/9/2014
IMPLEMENTASI
HASIL
Mandiri Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
Pasien mau makan dengan porsi kecil tapi sering
Menyiapkan sikat gigi dan air kumur sebelum makan
Pasien bersedia menggosok gigi sebelum makan
Membantu klien dengan posisi tegak pada saat makan
Pasien bersedia diposisikan sesuai instruksi perawat
Kolaborasi Melakukan konsultasi pada ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi klien
Mual dan muntah klien sudah berkurang
Memberikan obat sesuai indikasi; Antiemetik
setelah minum obat yang diresepkan dokter dan dibantu pemulihan nutrisinya oleh ahli gizi.
Mandiri Memantau suhu pasien
Suhu tubuh menurun menjadi 37,60C
Memantau suhu lingkungan, Membatasi penutup luar tubuh dan
dengan membatasi penutup tubuh,
memberikan kompres hangat
memperlancar sentilasi ruaangan, menggunakan kompres hangat, dan
Kolaborasi memberikan antipiretik; ASA (Aspirin)
dengan member obat antipiretik.
Mandiri Mengobservasi perdarahan terus-menerus dari tempat penusukan,
-Epistaksis (mimisan) pada pasien
perdarahan/area ekimosis karena trauma kecil, petekie;contoh
berkurang dari sebelumnya, tidak ada
perdarahan gusi, epistaksis berulang
perdarahan pada area tubuh lain.
-Memberikan sikat gigi halus, menggunakan jarum kecil bila mungkin
-Pasien bersedia menggunakan sikat gigi
dan melakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan/penusukan
yang halus, perawat menggunakan jarum
vascular.
kecil untuk meminimalisir terjadinya perdarahan.
Kolaborasi Mengawasi pemeriksaan laboratorium : jumlah trombosit, faktor
Jumlah trombosit sedikit mengalami
pembekuan.
peningkatan
Memberikan obat sesuai indikasi :
Pasien kooperatif dalam minum obat
Sediaan besi, asam folat (Folvite); sianokobalamin (Betalin) Hemastatik/penghambat fibrinolisis, contoh asam aminokaproik (Amicar)
3.7 Evaluasi 1. Diagnosa Nutrisi S
= Klien mengatakan sudah mulai berselera makan Klien mengatakan sudah tidak merasa mual ataupun muntah
O
= Wajah klien tampak rileks Sariawan berkurang
A
= Masalah teratasi sebagian
P
= Lanjutkan Intervensi mengenai berat badan, dan sariawan.
2. Diagnosa Hipertermi S
= Klien mengatakan demam sedikit reda
O
= S : 37,60C
A
= Masalah teratasi
P
= Intervensi dihentikan
3. Diagnosa Resiko Cedera S =
Orang tua klien mengatakan masih terdapat tanda lebam
kebiruan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya O = Perdarahan dari hidung (epitaksis) sudah berkurang A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi
BAB 1V PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atai darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
4.2 Saran Disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Penyakit Leukemia beserta Asuhan Keperawatan pasien dengan leukemia bagi para pembaca pada umumnya dan para mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo.2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.Jakarta:Salemba Medika Doenges,Marilynn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20122014.Jakarta:EGC