Laporan Pendahuluan MR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN MITRAL REGURGITASI (MR) RUANG PERAWATAN PELAYANAN JANTUNG TERPADU (PJT) DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2019



Nama Mahasiswa



: Rasdiana



Nim



: R014182048



CI LAHAN



[



CI INSTITUSI



]



[Titi Iswanti Afelya, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB]



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019



BAB I



KONSEP MEDIS A. Definisi Kompleks mitral merupakan salah satu komponen jantung yang memiliki peran sangat penting. Kompleks mitral memiliki struktur yang sangat kompleks dimana untuk menjalankan fungsi normal memerlukan interaksi terkoordinasi antara daun katup, annulus, korda tendinea, dan otot papilaris. Setiap komponen dari kompleks mitral memiliki peran yang berbeda. Gangguan dari setiap komponen ini dapat mengganggu fungsi normal katup seperti pada kondisi mitral stenosis dan mitral regurgitasi. (Ramli & Karani, 2018) Regurgitasi mitral adalah insufisiensi katup mitral yang tidak dapat menutup dengan sempurna panda saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran balik ke atrium kiri. Insufisiensi katup jantung atau regurgitasi umumnya dikenal dengan istilah katup jantung bocor, adalah kondisi katup jantung yang tidak dapat menutup dengan baik atau tidak kembali ke posisi semula. Kondisi ini membuat darah mengalir kembali ke ruangan jantung sebelumnya, sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah darah yang dialirkan ke seluruh tubuh. Keadaan ini juga dapat terjadi pada keempat katup jantung seperti halnya pada gangguan stenosis katup jantung yang dapat memicu kerusakan otot jantung (Willy, 2016). Regurgitasi (insufisiensi) katup mitral terjadi bila katup mitral tidak dapat saling menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibatkan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke atrium kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan atrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan (Black & Hawks, 2014).



B. Etiologi Regurgitasi mitral terjadi karena masalah daun katup, korda tendinea, muskulus papilaris, atau lubang mitral. Penyebab utama regurgitasi mitral adalah prolaps katup mitral, iskemia miokardial, penyakut jantung reumatik, kardiomiopati, dan kalsifikasi pada lubang. Iskemia miokardial merupakan kelompok penyakit arteri koroner yang dapat memengaruhi katup mitral dengan berbagai cara. Iskemia miokardial menyebabkan sebagian muskulus papilaris ada yang mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah koroner sehingga ketika pembuluh darah tidak dapat memberikan aliran darah pada miokardium, ketup juga tidak mendapatkan suplai. Penyakit jantung reumatik dapat dicegah dengan deteksi dini infeksi streptokokus beta hemolitikus. Prolaps katup mitral yaitu abnormalitas penutupan katup mitral panda saat sistolik, dimana salah satu atau kedua daun katup terdesak lebih superior ke ruang atrium. (Black & Hawks, 2014). Adapun penyebab regurgitasi dalam Bertrand dan Marie (2015) adalah sebagai berikut: 1. AKUT a. Gangguan annulus: Endokarditis (abses), trauma (operasi), Kebocoran paravalvular oleh interupsi jahitan (pembedahan),gangguan leaflet: Endokarditis (perforasi), trauma (BMV), tumor (myxoma atrium), degenerasi myxomatous, LED - lesi Libman-Sacks b. Pecahnya chordae tendineae: Spontan, degenerasi myxomatous (prolaps, Marfan, Ehlers-Danlos), endokarditis, demam rematik akut, trauma c. Gangguan otot papiler: ACS, disfungsi LV akut, penyakit infiltratif (sarkoidosis, amiloidosis), trauma d. Kelainan prostetik katup mitral primer: Perforasi ujung (endokarditis), degenerasi tusp, kerusakan mekanis, disk atau bola tidak bergerak



2. Kronis a. Radang: Penyakit jantung rematik, lupus, scleroderma b. Bersifat merosot: Degenerasi Myxomatous (Barlow, MVP), marfan, ehlersDanlos, pseudoxanthoma elasticum, kalsifikasi annulus mitral c. Menular: Endokarditis d. Struktural: Ruptur chordae tendineae (spontan atau sekunder untuk ACS, trauma, prolaps MV, endokarditis), ruptur atau disfungsi otot papiler, dilatasi annulus katup mitral dan LV rongga, kardiomiopati hipertrofik, kebocoran prostetik paravalvular



e. Bawaan: Sumbing atau fenestrasi katup mitral, katup mitral parasut dengan endokardial cacat bantal, fibroelastosis endokardial. Transposisi arteri besar, Asal anomali arteri koroner kiri



C. Manifestasi Klinis Klien dengan mitral regurgitasi dapat tanpa gejala (asimtomatik) sampai terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jatung petama-tama avan menyebabkan keletihan dan dipenea. Manifestasi klinis berngsur-angsur meningkat menjadi ortopnea, dispenea nokural paroksimal, dan edema perifer. Auskultasi menunjukkan murmur sistolik nada tinggi yang terdengar seperti hembusan dan menyebar ke aksila kiri, terdengar paing jelas pada apeks. Suara janung perama dapat berkurang, dan sering terdengar suara jantung kedua yang terpecah (splitting). Regurgitasi berat dihubungkan dengan sura jantung ketiga (S3). (Black & Hawks, 2014) Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar keras), terutama jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga cenderung membesar untuk menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung. Pada keadaan ini atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa; berkurangnya aliran darah yang melalui atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau kerusakan lainnya. Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini. Pada fase akut gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart failure yaitu: sesak nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal, dispnoe, sampai syok kardiogenik. Pada fase kronik terkompensasi mungkin tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitive terhadap perubahan volume intravaskuler. (Marlina, 2017)



D. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi menurut Tidy (2015) adalah: Hipertensi paru, disfungsi LV, fibrilasi atrium dan tromboemboli karena fibrilasi atrium. Sedangkan menurut Punjabi, Rodriguez, dan Falik (2019) komplikasi yang paling umum dari perawatan bedah adalah



1. Fibrilasii atrium. Terjadi akibat pembesaran atrium kiri. Diperlakukan dengan kontrol laju dan antikoagulasi yang tepat. 2. Hipertensi paru. Terjadi sebagai akibat kegagalan sisi kiri dan tekanan berlebih. Perbaikan atau penggantian katup mitral adalah satu-satunya perawatan. 3. Stroke pasca operasi. Mungkin disebabkan oleh manipulasi aorta ascenden. stenosis prostesis. Dapat terjadi akibat pembentukan pannus atau penyakit degeneratif. 4. Disfungsi LV dan CHF. Ada peningkatan volume diastolik akhir LV sebagai mekanisme kompensasi pada tahap awal. Namun, seiring berjalannya waktu terjadi disfungsi LV, disertai dengan gangguan ejeksi dan peningkatan volume end-sistolik. kemungkinan ada pelebaran LV lebih lanjut dan peningkatan tekanan pengisian LV sehingga akan mengurangi laju aliran dan meningkatkan tekanan pengisian LV. Perbaikan atau penggantian katup mitral adalah satu-satunya perawatan. 5. MR berulang atau regurgitasi perivalvular setelah katup penggantian. 1% per tahun mungkin memerlukan operasi ulang. MR berulang dapat terjadi sebagai akibat penyakit degeneratif progresif, kurangnya penggunaan annuloplasty cincin, penggunaan pemendekan chordal bukan chordae buatan atau transposisi, dan kurangnya penggunaan geser plasty untuk pelebaran annulus posterior. 6. Disfungsi prosthesis setelah penggantian katup. Mungkin terkait dengan prosedur bedah, endokarditis, atau MI akut. 7. Endokarditis pasca operasi. Baik awal dan terlambat. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus dalam beberapa hari operasi.



E. Pemeriksaan penunjang 1. EKG 2. Rontgen 3. Lab: Hb, Ht, leukosit, trombosit, SGOT, SGPT, Ur, Cr, albumin/globulin, protein, TT/INR (untuk pengguna warfarin), ASTO, CRP (Indonesia, 2016) 4. Ekokardiografi



trans-thoracal



dan



trans-esopageal



(bila



rencana



operasi).



Ekokardiografi merupakan USG jantung yang memproduksi gambar jantung menggunakan gelombang suara. Ekokardiografi dapat melihat pergerakkan jantung, struktur jantung, katup jantung, dan aliran darah dalam jantung. Ekokardiografi, layaknya pemeriksaan USG, dilakukan dengan menempelkan alat (probe) melalui dinding luar dada, lalu akan menampilkan hasil gambar ke monitor. Selain melalui dinding dada, probe dapat dimasukan melalui mulut ke dalam kerongkongan



(esofagus)



dengan



tujuan



melihat



jantung



lebih



dekat



lagi,



tes



ini



disebut transesophageal echocardiogram (TEE) 5. Kateterisasi jantung dilakukan dengan menyuntikan zat warna (kontras) ke dalam pembuluh darah koroner dan dilakukan foto Rontgen. Untuk menyuntikkan zat warna, akan dimasukan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah arteri di lengan atau tungkai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah koroner secara rinci, mengukur tekanan rongga jantung, dan evaluasi fungsi jantung 6. MRI jantung adalah pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk melihat gambaran jantung dan katupnya secara rinci, untuk mengetahui tingkat keparahan dari penyakit katup jantung (Willy, 2016).



F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan penyakit katup jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara sebegai berikut: (Smeltzer & Bare, 2015) 1. Valvuloplasti Valvuloplasti adalah prosedur perbaikan katup. Tipe valvuloplasti tergantung penyebab dan dan jenis disfungsi katupnya. Perbaikan yang dilakukan dapat berupa komisura antara bilah-bilah katup (komisurotomi), pada anulus katup (anuloplasti) atau pada bilah dan korda (kordoplasti). 2. Penggantian katup Penggantian katup prostetik dimulai pada tahun 1960-an. Bila valvuloplasti atau perbaikan katup tidak bisa dilakukan pada prosedur penggantian katup perlu dilakukan. Ada 4 jenis penggantian katup yang sering dilakukan yaitu katup mekanis, xenograf, homograf dan otograf. Katup mekanis dapat berbentuk bola dan kurungan atau cakram. Katup mekanis dianggap lebih kuat dibandingkan katup prostetik lainnya dan biasanya digunakan pada pasien muda. Xenograf adalah katup jaringan (bioprostesis, heterograf), biasanya dari babi tapi dapat juga digunakan katup dari sapi (bovin). Homograf (katup dari manusia) diperoleh dari donor jaringan kadaver. Katup aorta dan sebagian aorta atau katup pulmonal dan sebagian arteri pulmonalis diambil dan disimpan secara kriogenik. Otograf (katup otolog) diperoleh dengan memotong katup pulmonal pasien yang bersangkutan dan sebagian arteri pulmonalis untuk digunakan sebagai katup aorta. 3. Perbaikan septum



Septum atrial dan ventrikel dapat mempunyai lubang yang abnormal antara sisi kanan dan kiri jantung: defek septum. Meskipun kebanyakan defek septum bersifat bawaan dan biasanya sudah diperbaiki pada saat masih bayi atau kanak-kanak, namun defek septum dapat terjadi setelah individu dewasa sebagai akibat dari infrak kardiak serta prosedur penanganan dan diagnostik atau akibat belum mendapat perbaikan sewaktu kanak-kanak. Adapun pengelolaan medikamentosa yang dapat dilakukan 1. Vasodilator a. ACE inhibitor: captopril 3 x 12.5-100 mg b. ARB: valsartan 1-2 x 20-160 mg c. Arterio dilator langsung: hidralazin 4 x 12.5-100 mg 2. Diuretik a. Furosemid: drip IV ssampai 20mg/jam atau sampai 3 x 80 mg (oral) b. Kalium sparing diuretic: spironolaktan sampai 1 x 100 mg 3. Antiaritmia a. Amiodaron: dari 3 x 400 mg dilanjutkan dengan 1 x 100 mg b. Digoksin oral: 1 x 0.125-0.25 mg tab c. Beta blocker: metoprolol sampai 2 x 100 mg atau bisoprolol 1 x 1.25-10 mg 4. Suplemen elektrolit a. Kalium chloridaoral sampai 3 x 2 tablet b. KCl drip intravena 5. Antikoagulan a. Warfarin: 1-6 mg/hari b. Aspirin: 1 x 80-160 mg 6. Pengobatan infark miokard akut pada rupture chorda/muskulus papilaris sebagai komplikasi 7. Pengobatan syok kardiogenik



BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas / Data demografi Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. 2. Keluhan utama Sesak napas, ada beberapa macam sesak napas yang biasanya dikeluhkan oleh klien, antara lain : a. Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada posisi terlentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal mengalami kongesti secara kronis dan aliran balik vena yang meningkat tidak diejeksikan oleh ventrikel kiri. b. Dyspnea nocturnal paroximal merupakan dispnea yang berat. Klien sering terbangun dari tidurnyaatau bangun, duduk atau berjalan menuju jendela kamar smabil terengah-engah. Hal ini terjadi karena ventrikel kiri secara mendadak gagal mengeluarkan curah jantung, sehingga tekanan vena dan kapiler pulmonalis meningkat menyebabkan transudasi cairan kedalam jaringan interstisial yang meningkatkan kerja pernapasan. 3. Riwayat penyakit dahulu a. penyakit jantung rematik b. penyakit jantung koroner c. trauma 4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada riwayat penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya. 5. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum 1) Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan 2) Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan tekanan arteri 3) Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya. 4) Auskultasi : Bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks, menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi a) Bunyi jantung I lemah karena katup tidak menutup sempurna



b) Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang cepat dari atrium ke ventrikel pada saat distol. b. Tanda – tanda vital : Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan suhu tubuh 1) Pemeriksaan persistem a) B1 (Breath)



: Dyspnea, Orthopnea, Paraxymal nocturnal dyspnea



b) B2 (Blood)



: Thrill sistolik di apeks, hanya terdengar bising sistolik



di apeks, bunyi jantung 1 melemah. c) B3 (Brain)



: pucat, sianosis



d) B4 (Bladder) : output urin menurun e) B5 (Bowel)



: nafsu makan menurun, BB menurun



f) B6 (Bone)



: lemah



6. Pemeriksaan Diagnostik a. Elektrokardiogram



:



1) Menilai derajat insufisiensi 2) Menilai ada/tidaknya penyakit penyerta 3) Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang normal 4) Axis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel kiri 5) Ekstra sistol atrium b. Foto thorax : 1) Pembesaran atrium kiri dan ventrikal kiri 2) Bendungan paru, bila ada dekompensasi kordis 3) Perkapuran pada anulus mitral c. Fonokardiogram Menilai gerakan katup, ketebalan dan perkapuran serta menilai derajat regurgitasi insufisiensi mitral 7. Pemeriksaan Laboratorium : Mengetahui ada/tidaknya reuma aktif/reaktivas



B. Diagnosa keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung. 2. Nyeri dada berhubungn dengan ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dengan suplai darah miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.



3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh, serta ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan gaya hidup yang dipertahankan. 5. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian 6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. 7. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan kurang asupan makanan.



C. Rencana/Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi



Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.



Faktor resiko      



perubahan afterload perubahan frekuensi jantung perubahan irama jantung perubahan kontraktilitas perubahan preload perubahan volume sekuncup



Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status



Intervensi NIC :   



 Vital Sign Status







 Tissue perfusion: perifer



 



Setelah dilakukan asuhan selama………penurun an kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:















 



Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites



 



    



Evaluasi adanya nyeri dada Catat adanya disritmia jantung Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung Monitor balance cairan Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan Monitor toleransi aktivitas pasien Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu Anjurkan untuk menurunkan stress Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung



   



Tidak ada penurunan kesadaran AGD dalam batas normal Tidak ada distensi vena leher Warna kulit normal



        



  Nyeri dada berhubungan dengan: Ketidakseimbangan kebutuhan oksigen dengan suplai darah miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner



Batasan karakteristik:   







Posisi untuk menahan nyeri Tingkah laku berhatihati Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) Terfokus pada diri sendiri



NOC :   



Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen Sediakan informasi untuk mengurangi stress Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer Minimalkan stress lingkungan



NIC : Pain Level, pain control, comfort level



Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan







  



  



Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin



























Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan dan minum



Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi



menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tanda vital dalam rentang normal







Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...  Tingkatkan istirahat  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kal



 Tidak mengalami gangguan tidur



NOC NIC Status pernafasan : Monitor Pernafasan kecepatan, irama, Kepatenan jalan 1. Monitor kedalaman dan kesulitan bernafas nafas 2. Monitor suara tambahan Setelah dilakukan 3. Monitor pola nafas tindakan keperawatan 4. Monitor saturasi oksigen pada selama 1x24 jam pasien yang tersedia pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :



 



Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan :   



Tirah Baring atau imobilisasi Kelemahan menyeluruh Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang dipertahankan.



Batasan karakteristik 







NOC :  



NIC :



Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi energi







Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :















Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas Perubahan ECG : aritmia, iskemia



Frekuensi pernafasan normal Irama pernafasan normal











Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat



 







 



 







  



Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang



   



Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual



 Ansietas dengan kematian



berhubungan NOC NIC ancaman Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan : intervensi selama 2 x  Gunakan pendekatan yang 24 jam diharapkan tenang dan meyakinkan Tingkat kecemasan  Nyatakan dengan jelas harapan teratasi : terhadap perilaku klien  Berikan informasi faktual terkait  Pasien dapat diagnosis, perawatan dan beristirahat dengan prognosis baik  Dorong keluarga untuk  Pasien tidak mendampingi pasien dengan gelisah cara yang tepat  Rasa cemas  Lakukan usapan pada punggung berkurang dengan cara yang tepat Memiliki Koping yang  Dengarkan klien  Bantu klien untuk Efektif : mengidentiifikasi situasi yang  Pasien mampu memicu kecemasan menyatakan  Dukung penggunaan mekanisme perasaan koping yang sesuai penerimaan  Instruksikan klien untuk terhadap situasi menggunakan teknik relaksasi  Pasien mampu Terapi Musik(Murotal) beradaptasi  Pertimbangkan minat klien pada dengan musik perubahan  Identifikasi musik yang disukai  Pasien dapat klien menghindari  Infromasikan individu mengenai situasi stress yang tujuan terlalu banyak  Pilih musik-musik tertentu yang  Terhindar dari disukai pasien perasaan negatif  Pastikan volume musik tidak terlalu keras  Hindari menghidupkan musik dalam waktu yang lama



Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.



Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan kurang asupan makanan.



NOC :  Electrolit and acid base balance  Fluid balance  Hydration Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria:  Terbebas dari edema, efusi, anaskara  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu  Terbebas dari distensi vena jugularis,  Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung NOC: a. Nutritional status: Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:  Albumin serum  Pre albumin serum  Hematokrit  Hemoglobin  Total iron binding capacity  Jumlah limfosit



NIC :  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat  Pasang urin kateter jika diperlukan  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )  Monitor vital sign  Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)  Kaji lokasi dan luas edema  Monitor masukan makanan / cairan  Monitor status nutrisi  Berikan diuretik sesuai interuksi  Kolaborasi pemberian obat: ....................................  Monitor berat badan  Monitor elektrolit  Monitor tanda dan gejala dari odema



 Kaji adanya alergi makanan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan  Monitor turgor kulit  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht  Monitor mual dan muntah  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva



 Monitor intake nuntrisi  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan  Kelola pemberan anti emetik:.....  Anjurkan banyak minum  Pertahankan terapi IV line  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval



BAB III WEB OF CAUTION (WOC)



Prolaps katup mitral, rupture chordatendinae, rupture muskulus papilaris



Insufisiensi katup mitral



Kelebihan volume di ventrikel kiri



Overload ventrikel kiri



Penatalaksanaan: penggantian katup



Penurunan kontraktilitas jantung



Hipertrofi ventrikel kiri



Peningkatan volume diastolik



Kongesti vena pulmonalis Stroke volume ventrikel kiri meningkat Aliran darah dari paru yang melalui vena pulmonalis terhambat



Pembedahan Edema pulmonal Ansietas Hipertensi pulmonalis



Nyeri



Penurunan curah jantung



Sesak napas



Cepat lelah dan lemah



Ketidakefektifan pola nafas



Peningkatan beban tekanan ventrikel kanan



Gagal jantung kanan



Intoleransi aktivitas



Mual, muntah, anoreksia



Tekanan diafragma



Kelebihan volume atrium kiri



Hepatomegali



Kelebihan volume cairan



ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan



Bendungan vena hepatikan Edema tungkai



Hati



ekstremitas



Peningkatan tekanan vena sistemik



Ventrikel kanan tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat



DAFTAR PUSTAKA



Bertrand, J., & Marie. (2015). Mitral regurgitation. MD Msc, 1-6. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Kritis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). United Kingdom: 2013. Indonesia, P. D. (2016). Panduan Praktik Klinik (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. In P. D. Indonesia. Marlina, A. (2017). Public Health. Retrieved from Asuhan keperawatan mitral insufisiensi: https://www.academia.edu/8338486/Asuhan_Keperawatan_Mitral_Insufisiensi Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC). United Kingdom: Elsevier. Nanda International. (2018). Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifilasi 2018-2020. (T. H. Punjabi, P., Rodriguez, L., & Falik, R. (2019, February). BMJ Best Practice. Retrieved from Mitral regurgitation: https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/322 Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan fisiologi kompleks mitral. Jurnal Kesehatan Andalas, 103-112. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Vol.2. Jakarta: EGC. Tidy, D. (2015, October 28). Patient. Retrieved from Cardiovasculer desease: Miral regurgiaion: https://patient.info/doctor/mitral-regurgitation-pro Willy, T. (2016). INFORMASI KESEHATAN TERLENGKAP DAN TERPERCAYA. Retrieved April 15, 2018, from ALODOKTER: https://www.alodokter.com/penyakit-katupjantung