LAPORAN PENDAHULUAN Nurdina Retensi Urine [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN RETENSI URINE BANGSAL DAHLIA 3 RSUD Dr. ADHYATAMA,.MPH TUGUREJO SEMARANG Laporan Pendahuluan ini disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah di RSUD Dr. Adhyatama,.MPH Tugurejo Semarang Tanggal 16 Agustus 2021 s.d. 22 Agustus 2021



Disusun oleh: Nurdina Fauziah Firamadhani P27220019172



PROGRAM STUDI SARJAN TERAPAN BERLANJUT NERS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA 2021



Konsep Teori A. Pengertian Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. B. Etiologi Penyebab terjadinya retensi urine: 1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat. 2. Vesikalberupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, , atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar 3. Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor. 4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih. 5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat β adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin). C. Manifestasi Klinis -



Diawali dengan urine mengalir lambat.



-



Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.



-



Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.



-



Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.



-



Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc



D. Patofisiologi Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, faktor obat dan faktor lainnya seperti ansietas,kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. 1. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi: -



Supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinals menyebabkan



kerusaan



simpatis



dan



parasimpatis



sebagian



atau



seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal -



Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang



-



Intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen.



2. Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. 3. Faktor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua faktor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra. E. Pathway



F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan yang biasanya dilakukan pada pasien dengan Retensi Urine: -



Pengambilan: steril, random, midstream.



-



Penagambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.



-



Sistoskopy, IVP.



G. Penatalaksanaan -



Kateterisasi urethra.



-



Drainage suprapubik.



-



Pungsi vesika urinaria



Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian pada pasien retensi urine menggunakan pengkajian mengenai nyeri akut meliputi ; identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan dahulu atau sebelumnya, riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan keluarga. Pengkajian mendalam terhadap nyeri yaitu, perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis. psikologis, perilaku. emosional, dan sosiokultural. Cara pendekatan yang digunakan dalam mengkaji nyeri adalah dengan prinsip PORST yaitu: -



Provokasi adalah faktor yang memperparah atau meringankan nyeri.



-



Quantity adalah kualitas nyeri misalnya tumpul, tajam, merobek.



-



Region/radiasi adalah area atau tempat sumber nyeri.



-



Severity adalah skala nyeri yang dirasakan pasien dapat dinilai dengan skala 0-5 atau skala 0-10.



-



Timing adalah waktu terjadinya nyeri, lamanya nyeri berlangsung, dan dalam kondisi seperti apa nyeri itu muncul (s. Mubarak Wahit Iqbal,2015)



Pengkajian pada nyeri akut adalah sebagai berikut: a) Gejala dan tanda mayor (1) Subjektif: mengeluh nyeri (2) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. b) Gejala dan tanda minor (1) Subjektif : tidak tersedia (2) Objektif: tekanan darah meningkat. pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu. menarik diri. berfokus pada diri sendiri, diaphoresisi. 2. Diagnosa Keperawatan a. Retensi urine b.d. peningkatan b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis



c. Gangguan eliminasi urin d. Resiko infeksi e. Gangguan pola tidur f. Ansietas 3. Intervensi Keperawatan N O 1



DIAGNOSA KEP Nyeri akut berhubungan



INTERVENSI



RASIONAL



Observasi - Identifikasi lokasi,



dengan agen



karakteristik, durasi,



pencedera



frekuensi, kualitas,



karakteristik, durasi,



fisiologis



intensitas nyeri



frekuensi, kualitas,



- Identifikasi skala nyeri Tujua dan kriteria hasil: Setelah diberikan



- Identifikasi respons nyeri non verbal - Identifikasi faktor yang



asuhan



memperberat dan



keperawatan



memperingan nyeri



selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri menurun dengan



- Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien - Untuk melihat respon pasien - Untuk mengetahui apa



Terapeutik - Berikan teknik nonfarmakologis untuk



a. Keluhan nyeri



mengurangi rasa nyeri



menurun



- Kontrol lingkungan yang



b.Tampak



memperberat rasa nyeri



meringis menurun



(misalnya, suhu ruangan,



c. Sikap protektif



pencahayaan,



menurun



kebisingan)



menurun



intensitas nyeri



yang harus dihindari



kriteria hasil :



d. Gelisah



- Untuk mengetahui lokasi,



- Fasilitasi istirahat dan tidur



- Untuk memberikan rasa nyaman bagi klien - Untuk mengurangi faktor penyebab nyeri - Untuk memberikan istirahat bagi pasien



e. Kesulitan tidur menurun



Edukasi



f. Frekuensi nadi membaik



- Jelaskan penyebab,



- Untuk memberikan



periode dan pemicu nyeri



g. Tekanan darah membaik



- Ajarkan teknik



pengethuan bagi pasien tentang nyeri yang dialami



nonfarmakologi untuk



- Untuk membantu



mengurangi rasa nyeri



mengurangi rasa nyeri



seperti pemijatan



pada pasien



massase Kolabrasi



- Untuk mengurangi rasa



- Kolaborasi pemberian 2



analgetik, jika perlu Setelah dilakukan Observasi tindakan



selama



- Monitor



nyeri Observasi



frekuensi,



- Mengetahui frekuensi,



2x24



jam



irama, kedalaman dan



irama, kedalaman dan



diharapkan



Pola



upaya napas



upaya napas



napas tidak efektif



- Monitor pola napas



- Mengetahui pola napas



teratasi



- Monitor nilai AGD



- Mengetahui nilai AGD



dengan



kriteria hasil:



- Monitor saturasi oksigen - Monitor



1. Frekuensi



status



perubahan respirasi



dan



napas



kardiovaskuler



membaik



mengi,



hemoptisis,



2. Kedalaman



dipnea,



takikardia,



napas



sinkop)



membaik 3. Penggunaan otot bantu napas menurun



(mis.



- Monitor tanda dan gejala gagal napas (mis. PaO2 rendah, PaCO2 meningkat, kelelahan otot pernapasan)



- Mengetahui saturasi oksigen - Mengetahui perubahan status respirasi dan kardiovaskuler (mis. mengi, hemoptisis, dipnea, takikardia, sinkop) - Mengetahui tanda dan gejala gagal napas (mis. PaO2 rendah, PaCO2



meningkat, kelelahan otot pernapasan) Teraupeutik - Posisikan semi fowler atau fowler - Lakukan fisioterapi dada



Teraupeutik - Membantu melancarkan pernapasan



- Lakukan penghisapan



- Membantu mengeluarkan



lendir kurang dari 15



lendir dengan fisioterapi



detik



dada



- Berikan oksigen



- Membantu mengeluarkan lendir dengan penghisapan lendir - Meningkatkan saturasi O2



Edukasi - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari - Ajarkan teknik batuk efektif



Edukasi - Memenuhi asupan cairan - Melatih pasien batuk efektif mandiri



4. Implementasi Melakukan intervensi 5. Evaluasi Dalam Melliany (2019) dijelaskan evaluasi disusun mengguanakan SOAP yaitu: 1. Data Subjektif Data subjektif adalah data yang didapatkan dari ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh klien atau keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan 2. Data Objektif



Data objektif adalah data yang didapatkan melalui identifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif 3. Analisis Analisis merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif 4. Planing Planning merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis



DAFTAR PUSTAKA (http://student.fdk.ac.id/client/mahasiswa/dokumen/dokumen_mahasiswa_16149 010461.pdf) diakses pada 16 Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Interfensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia. Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.