Laporan Pendahuluan Pra Nikah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN STAGE PRANIKAH DI PUSKESMAS KAJORAN 1 KABUPATEN MAGELANG



Tugas ini diampu oleh Yanik Muyassaroh, SST., MPH yang disusun oleh :



OLIVIA MEI SAPUTRI P1337424420049



PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN 2021



HALAMAN PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Pranikah di Puskesmas Kajoran 1 telah disahkan oleh pembimbing pada: Hari



:



Tanggal : Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Pra Nikah yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi Pendidikan Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2021.



Pembimbing Klinik



Mahasiswa



Nenike Kusuma Dewi S.ST NIP.197211201992032008



Olivia Mei Saputri NIM. P1337424420049



Mengetahui, Pembimbing Institusi



Yanik Muyassaroh, SST. MPH NIP.198907212020122006



i



1



TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis 1. Filosofi Pernikahan Pranikah berasal dari kata “pra” dan “nikah”. Pra mempunyai makna awalan yang berarti sebelum. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nikah mempunyai arti yang sama dengan “kawin”. Maka dari pengertian tersebut, pranikah dapat diartikan sebagai suatu keadaan sebelum terjadinya perjanjian antara pria dan wanita untuk menjadi pasangan suami istri yang sah menurut undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah (Amalia dan Siswantara, 2018). Pernikahan adalah suatu peralihan atau life cycle dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga dari semua manusia di dunia (Oktarina, Wijaya dan Demartoto, 2015). Menurut bahasa kata nikah berarti “menghimpun dan mengumpulkan” (Sutaji, 2018). Pernikahan merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap orang serta merupakan kebutuhan dasar manusia. Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir dan batin pada pria dan wanita dengan ikatan suami istri yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga yang utuh dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan menurut BP4 (Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) pengertian pernikahan dalam islam adalah suatu akad atau perjanjian yang mengikat sebagai suatu usaha untuk menghalalkan hubungan biologis antara pria dan wanita sebagai suami istri secara sukarela menurut syariat Islam (Amalia dan Siswantara, 2018). Filosofi penikahan terbentuk saat akad atau janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih (mawaddah wa rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad atau janji pernikahan berarti bahwa disamping saling bertanggungjawab antara satu dengan yang lain, suami isteri juga bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri (Kementrian Kesehatan RI, 2018). 2. Informasi Pranikah a. Kesehatan Reproduksi



2



Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Dalam



kesehatan



reproduksi



pembagian



peran



sosial



perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki. Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan



reproduksi.



Status/posisi



perempuan



di



masyarakat



merupakan penyebab utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan karena menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh dan fertilitasnya. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan



reproduksi



harus



diperhitungkan



pula



kebutuhan,



kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki. Walaupun korban kekerasan adalah perempuan dan laki-laki, perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-laki atau hubungan gender yang tidak setara.



3



b. Hak Reproduksi dan Seksual Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan. Hak Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obatobatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat. Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS) serta dan memahami upaya pencegahan dan penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-laki, perempuan dan keturunannya. c. Organ Reproduksi 1) Organ Reproduksi Perempuan



4



Gambar 2.1 Organ Reproduksi Perempuan a) Ovarium (Indung Telur) Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur (fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi. b) Tuba Fallopii (Saluran Telur) Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum dari indung telur menuju rahim c) Fimbrae (umbai-umbai) Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur. d) Uterus (rahim) Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari: (1) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.



5



(2) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi) (3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah e) Serviks (leher rahim) Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar. f) Vagina (liang senggama) Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi. g) Klitoris (kelentit) Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf h) Labia (bibir kemaluan) Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil (labia minor) 2) Organ Reproduksi Laki-laki



Gamb ar 2.2 Organ Reproduksi Laki-laki a) Testis (buah zakar).



6



Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan (36,7oC). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan b) Skrotum (kantung buah zakar) Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos yang 18 Saluran Sperma mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap c) Vas deferens (saluran sperma) Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berkelokkelok dan membentuk bangunan seperti topi. d)



Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya. Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma.



e) Penis Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut



foreskin



(preputium).



Pada



laki-laki



sunat



dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara



7



medis sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker. 3. Persiapan Pernikahan a. Persiapan Fisik Pemeriksaan status kesehatan : 1) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah) 2) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit, - Pemeriksaan 3) Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, gula darah sewaktu (GDS), thalasemia, hepatitis B dan C dan TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks) (d) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin b. Persiapan Gizi Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi serta defisiensi asam folat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sandra, 2018 dengan judul “Penyebab Kejadian Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil Risiko Tinggi dan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Jember” memberikan hasil bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi resiko terjdinya KEK diantaranya jarak kehamilan,



tingkat



pendidikan,



pengetahuan.



Sebagian



besar



responden dalam penelitian ini berasal dari ibu hamil risiko tinggi yang mengalami KEK dengan umur antara 20-35 tahun. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik, hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, Sehingga semakin matang usia ibu hamil bisa mempengaruhi dalam menerima informasi tentang pemeriksaan kehamilan serta kunjungan selama hamil (Aprianti, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki jarak kelahiran anak ≥ 2 tahun sebanyak 16 orang responden dengan persentase 100%. Responden dalam penelitian ini memiliki jarak kelahiran anak ≥ 2 tahun karena bayak responden memiliki anak pertama ketika berumur muda (< 20 tahun),



8



sehingga ketika memiliki anak kedua jarak kelahiran anaknya sudah jauh dari anak pertama. Pengetahuan responden yang tinggi mempengaruhi responden untuk memeriksakan kehamilannya (pemanfaatan ANC ke fasiitas kesehatan). Pengetahuan responden yang tinggi pada penelitian ini dipengaruhi oleh peran bidan yang sangat aktif dan antusias dalam memberikan himbauan kepada responden mengenai pentingnya pemanfaatan ANC. Menurut Notoatmodjo menyebutkan bahwa pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long sting) (Notoadmodjo, 2010). c. Status Imunisasi TT Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh. Tabel 2.1 imunisasi TT Status TT TT I TT II TT III TT IV TT V



Interval (selang waktu) 4 minggu setelah TT I 6 bulan setelah TT II 1 tahun setelah TT III 1 tahun setelah TT IV



Lama Perlindungan 0 3 tahun 5 tahun 20 tahun 25 tahun/ seumur



hidup Menurut Yunica (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun 2014 memnyebutkan bahwa penyakit infeksi dan Tetanus Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia subur (WUS) dan wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap dengan interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama 3 tahun. d. Menjaga Kebersihan Organ Genetalia 1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari 2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik



9



3) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau. 4) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu. 5) Khusus untuk perempuan: a) tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina. b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama c) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air Menurut penelitian Nikmah (2018) Keputihan yang terjadi tersebut



cenderung



disebabkan



oleh



masih



minimnya



kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan organ genitalianya. Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain kurangnya personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia. d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan e) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan 4. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan dan Pasca Salin a. Kehamilan Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi 1) Akibat hubungan seks pranikah 2) Akibat gagal/drop out KB 3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian,



10



tidak ada yang lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran buah hati dalam perkawinan mereka. Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel telur dari kandung telur , sehingga sel telur berjalan lambat sehingga mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Jenis kontrasepsi hormonal terdiri dari pil kontrasepsi, kontrasepsi suntikan, dan implan (Anwar et al., 2011) Efek samping dari kontrasepsi hormonal adalah adanya gangguan dari menstruasi. Efek samping kontrasepsi DMPA (Depot Medroxyprogesteron Asetat) dan implan yang paling utama adalah gangguan menstruasi berupa amenore, spotting, perubahan siklus , frekuensi, lama menstruasi dan jumlah darah yang hilang (Hartanto, 2013) . Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu fakto r yan g perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi (Susilowati dan Prasetyo, 2015). b. Tanda-tanda kehamilan 1) Tes kehamilan positif (+) 2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya) 3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari serta sering buang air kecil 4) Tidak ada nafsu makan 5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada atau tidak pernah dimakannya 6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar detak jantung janin. c. Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan 1) Menghitung Usia Kehamilan Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih haid, kemudian ketika diperiksa tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai dengan 14 Juli 2009 adalah 36 hari atau sekitar 5 minggu. 2) Menentukan Taksiran Persalinan



11



Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir (tanggal,bulan,tahun) Rumus : Tanggal



+7



Bulan



-3



Tahun



+1



Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka waktu persalinan diperkiraka Tanggal 8+7=15,



Bulan 6-3=3,



Tahun 2019+1= 2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2020. d. Memeriksa Kehamilan Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh nasehat atau pengobatan bila ada keluhan. Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T : 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2) Pengukuran tekanan darah Ibu. 3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas). 4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin 6) Penilaian status imunisasi TT 7) Tablet tambah darah 8) Tes laboratorium 9) Tata laksana kasus 10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan : Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali (Kementrian Kesehatan, 2012) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat



12



mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat1 . Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan K4 adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standar. Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerinztah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium sederhana (rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/ konseling) (KEMENKES RI, 2012) e. Proses Kehamilan



minggu ke 1 (hari ke 7)



minggu ke 12 (hari ke 84) 100 mm



Keterangan :



minggu ke 4 (hari ke 28)



minggu ke 24 (hari ke168)



minggu ke 8 (hari ke 56)



minggu ke 40 (hari ke 280) 550 mm



Gambar 2.3 Proses Kehamilan



1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur (tuba fallopi) 2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan dalam dinding rahim



13



3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan sel (hayati) 4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/ bayi 5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280 hari ( 9 bulan 10 hari) Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim, hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur (Manuaba, 2010) f. Menjaga Kehamilan Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah : 1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat 2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari perut



14



3) Tidur cukup (9 - 10 jam) 4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan lanjut 5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat 6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki bertumit rendah. 7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu 8)



Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan seksama



9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang yang merokok 10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter 11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari g. Nutrisi Makanan Ibu Hamil Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan



ibu



juga



dibutuhkan



untuk



perkembangan



janin.



Kekurangan gizi akan mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi. Menurut penelitian Sandra (2018) Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu sehingga kebutuhan ibu hamil akan zat gizi yang semakin meningkat tidak terpenuhi. Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekutangan Energi Kronis (Lubis, 2003; h. 6). Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu



15



melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2016). h. Kehamilan dan Persalinan Berisiko Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4 terlalu dan 3 terlambat 4 (EMPAT) TERLALU yaitu: 1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun) 2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun 3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3) 4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun) 3 (TIGA) TERLAMBAT yaitu 1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis Kedaruratan 2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan 3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat. Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh dan berkembang dengan



perhatian



yang



penuh



kasih



sayang.



Sebelum



merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara matang, misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak. Penelitian yang dilakukan oleh Wiyastuti an Susilawati (2007) di Rumah Sakit Umur Daerah Palembang Bari (2007), didapatkan hasil resiko plasenta previa pada ibu yang usianya kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, dua kali lipat jika dibandingkan dengan ibu yang usianya antara 20 tahun sampai 35 tahun. Dari penelitrian Abdat (2010) di Rumah Sakit Dr Moewardi



16



Surakarta didaptkan hasil bahwa resiko plasenta previa pada multipara 2,53 kali jika dibaningkan dengan primipara. i. Penundaan Kehamilan Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan misalnya seperti 1)



Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom



2)



Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)



3)



Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal, penilaian lendir vagina.



j.



Tanda Bahaya Kehamilan



Gambar 2.4 Tanda Bahaya Kehamilan



17



Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu dan janin, hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-tanda yang dapat mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya. Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut : 1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit. 2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang. 3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari. 4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau. 5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan. 6) Muntah terus dan tidak mau makan. 7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3. 8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama sekali. k.



Kesehatan Jiwa Ibu Hamil Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orangtua, ipar dan keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi juga harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh dibebani dengan pekerjaan atau tugas menumpuk. Beberapa kondisi emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil : 1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah marah, tidak semangat 2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya. 3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat 4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi



18



5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan-makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga dan suami Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi, cemas, tekanan-tekanan/stres dalam berkeluarga. Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas, tekanan/ stres pada ibu hamil : 1)



Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama 20 menit.



2)



Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya, dengan meminta si ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat yang nyaman, tempat yang pernah dikenalnya dan disukainya. Misalnya merasa sedang berada di pantai yang tenang atau mendengarkan musik yang lembut.



5. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama Penyakit Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini. 1)



Gejala Infeksi Menular Seksual a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari biasanya. b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi sering kencing. c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut. Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak. d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar kemaluan. e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.



19



f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung zakar. g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan dengan haid/menstruasi. h) Keluar darah setelah berhubungan seks. i) Demam. 2)



Jenis-jenis IMS



Gonore



Sifilis



Konjungtivisis gonore



Konjungtivisis gonore



Kondiloma akuminata



Herpes Genetalia



Gambar 2.5 Jenis-jenis IMS a) GO



dan



Klamidia



berakibat



kemandulan



bagi



penderitanya, jika tidak diobati dengan benar. b) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam) dan Herpes genitalis sangat menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup. c) Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati. d) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis seringkali cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati. e) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan.



20



3)



Penyebab terjadinya IMS Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, Hepatitis B & C, Herpes genitalis dan Kondiloma akuminata (Jengger ayam)



termasuk



jenis-



jenis



IMS



yang



tidak



dapat



disembuhkan.HIV adalah yang paling berbahaya karena selain tidak dapat disembuhkan, HIV merusak kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit apapun. Akibatnya, orang yang terkena HIV dapat menjadi sakit-sakitan dan banyak yang meninggal karenanya.Ingat!! HIV akan lebih mudah menulari kita, jika kita terkena IMS. Hepatitis, merupakan peradangan hati yang dapat merusak hingga hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi, tetapi Hepatitis C hingga kini belum ada vaksinnya. Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat nyeri jika sedang kambuh. Pada Herpes, yang dapat diobati hanya gejala luarnya saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam tubuh penderita selamanya. Kondiloma akuminata (Jengger Ayam), pada laki-laki dapat menyebabkan kanker penis sedangkan pada perempuan seringkali menyebabkan kanker rahim. 4)



HIV AIDS a) Penularan HIV Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV diantaranya: (1) Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput mukosa yang berada di bagian alam vagina, penis atau dubur. (2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain yang tercemar HIV. Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian



21



juga risiko tertular HIV. HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, dan ketika menyusui. (3) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian juga risiko tertular HIV. (4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, dan ketika menyusui. b) Gejala HIV Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang tersebut mulai menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV. c) Pencegahan Penularan IMS da HIV (1) Saling Setia Masing-masing



setia



pada



pasangan



dan



tidak



melakukan hubungan seks dengan orang lain. (2) Kondom Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang terinfeksi virus. (3) Hindari penggunaan narkoba suntik Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri. (4) Penggunaan alat-alat yang steril Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah. 6. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara a. Kanker Leher Rahim Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah



22



kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap. Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu 1-20 tahun. 1)



Faktor Risiko Kanker Leher Rahim Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker leher rahim, antara lain adalah : a) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher rahim. b) Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker leher rahim. c) Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir leher rahim pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan leher rahim di samping merupakan faktor pencetus (kokarsinogen) infeksi virus. d) Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat menjadi pemicu kanker leher rahim.



2)



Tanda-tanda Kanker Leher Rahim Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tandatanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejalagejala sebagai berikut : a) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.



23



b) Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal. c) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause d) Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah. e) Timbul



gejala-gejala



kurang



darah



bila



terjadi



perdarahan kronis. f) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi. Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat : a)



Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah bening lainnya.



b)



Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan nyeri dada.



c) 3)



Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.



Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. kuncinya adalah deteksi dini. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Cuka). Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan usia 30, 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi dini kaker leher rahim dapat dilakukan di Bidan / Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit. Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu



24



pendarahan pasca senggama, pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau busuk, keputihan berbau busuk, nyeri pinggang saat buang air kecil dan buang air besar. b. SADARI (PERIKSA PAYUDARA SENDIRI) Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan beberapa penyebab terjadinya kanker payudara. 1) Faktor Risiko Kanker Payudara a) Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap rokok (perokok pasif) b) Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung banyak zat pengawet atau pewarna c) Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun d) Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun e) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun f) Tidak pernah menyusui anak g) Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh kelainan tumor jinak atau tumor ganas h) Di antara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara 2) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI SADARI merupakan cara deteksi dini akan adanya benjolan atau perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya oleh karena itu SADARI dianjurkan dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid. 3) Langkah-langkah melakukan SADARI



Gambar 2.6 Langkah-langkah SADARI a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang



25



b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar d) Pijatlah payudara sambil berbaring e) Pijatlah payudara saat mandi Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG, Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis payudara oleh dokter (Purwanto, 2010). Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan SADARI dengan benar. Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi semua wanita dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru ditemukan pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan massal. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-10 dari awal menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun (Rasjidi, 2010). Menurut Mikail (2011), SADARI sangat efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara termasuk pada wanita usia subur. 7. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina oleh suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan berdua. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan untuk melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan telah hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut terganggu oleh beberapa hal. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi atau kadar cinta dengan pasangan. Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri (perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga



26



tidak boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan seksual itu dilaksanakan, pihak suami atau istri sama-sama mengetahui apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah agar kedua belah pihak sama-sama puas. a. Gangguan Seksual pada Perempuan 1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual. 2) Gangguan



bangkitan



seksual,



yaitu



vagina



yang



kurang



mengeluarkan cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang. 3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual. 4) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual. b. Ganggian Seksual pada Laki-laki 1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis. 2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus. 3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang terhambat. 4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme. c. Mencegah Gangguan Seksual 1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina bersama pasangan. 2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. Masing- masing pasangan berhak tahu mana hal yang mereka suka dan mana hal yang tidak mereka suka. 3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh yang ideal menjadi faktor pendukung untuk membangkitkan gairah dari masingmasing pasangan. 4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola makan tidak baik, dan tidak berolahraga. Stamina akan



27



berkurang sehingga akan cepat lelah. Akibatnya, keinginan untuk melakukan hubungan seksual akan berkurang. 5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan indikasinya. Meminum obat yang tidak jelas hanya akan membahayakan fungsi organ tubuh lain seperti hati dan ginjal. Bahkan konsumsi obat yang kandungannya tidak jelas dapat memberikan efek jangka panjang terjangkit penyakit. 6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi. 7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama pasangan. 8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin. 8. Mitos pada Perkawinan Mitos adalah sesuatu yang belum tentu benar tetapi sudah dianggap benar oleh masyarakat. Biasanya mitos didapat secara turun- temurun baik secara langsung maupun lewat catatan sejarah. Umumnya mitos-mitos tersebut sudah berakar dan hidup subur di masyarakat. Perlu dipikirkan bahwa mitos-mitos terkadang timbul karena ketakutan dan rasa ketidaknyamanan. Terutama dalam sebuah perkawinan, mitos tidak selalu harus dipercaya dan harus diuji kebenarannya. a. Contoh mitos1 : Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina. Faktanya adalah : darah yang keluar dari vagina setelah berhubungan pertama kali timbul karena terjadinya peradangan dan perobekan pada selaput dara. Selaput dara ini merupakan selaput yang juga memiliki pembuluh darah. Apabila terjadi robekan pada bagian yang terdapat pembuluh darah maka terjadi perdarahan, apabila terjadi robekan tetapi tidak mengenai pembuluh darah maka pendarahan tidak terjadi. b. Contoh mitos 2 : Hubungan seks pada saat hamil dapat menyebabkan turun peranakan (prolaps uteri). Prolapsus uteri adalah penurunan sebagian atau seluruhnya bagian kandungan ke vagina. Faktanya adalah : Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus uteri yaitu : 1) Kawin terlalu muda dan kehamilan dini 2) Banyak melahirkan (lebih dari empat kali) 3) Malnutrisi / kurang gizi



28



4) Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka sempurna 5) Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil dan setelah melahirkan c. Contoh mitos 3 : Hubungan seks harus sering agar bayi dalam rahim subur dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat. Faktanya adalah : Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan pertumbuhan bayi. Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya sperma yang masuk ke dalam rahim selama kehamilan. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi. d. Contoh mitos 4 : Konon kalau posisi laki-laki ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan. Faktanya : Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi lakilaki ketika berhubungan seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur. Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya. B. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah 1. Pengertian Asuhan Kebidanan



29



Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Verney,2012). 2. Tahapan Asuhan Kebidanan Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam



memberikan



asuhan



kebidanan.



Menurut



Varney



(2012),



manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai



metode



berdasarkan



untuk



teori



mengorganisasikan



ilmiah,



pikiran



penemuan-penemuan,



dan



tindakan



keterampilan-



keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Menurut Varney (2012), langkahlangkah manajemen kebidanan tersebut sebagai berikut: a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan. b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar) Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya) Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan (Varney, 2012). d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)



30



Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney,2012). e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh) Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman) Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan) Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. 3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan a. Data Subyektif (S) Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. 1) Nama Klien dan Pasangan Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani, 2015). 2) Umur Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015). 3) Agama Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu selama memberikan asuhan. Informasi



ini terkait dengan



31



pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).



4) Suku Bangsa Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien (Walyani, 2015). 5) Pendidikan Tanyakan



tingkat



pendidikan



tertinggi



klien.



Mengetahui



pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Walyani, 2015). 6) Pekerjaan Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur (Walyani, 2015). 7) Alamat Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan (Walyani, 2015). 8) Alasan Datang Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri (Hani, dkk, 2010). 9) Keluhan Utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009).



32



10) Riwayat Obstetri a) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun (Sulistyawati, 2009). b) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari (Sulistyawati, 2009). c) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi. d) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi tanda kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015). e) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang keluar saat Menurut Walyani (2015; h. 114) normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid. 11) Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami dahulu (Marmi, 2011). 12) Riwayat Imunisasi Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013; h. 29 30). Berikut ini jadwal pemberian imunisasi yang sudah pernah mendapatkan imunisasi TT. Tabel 1.1 Jadwal pemberian imunisasi TT Pernah



Pemberian Dengan Selang Waktu Minimal



33



1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1 2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2 3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3 4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4 5 kali Tidak perlu lagi (Kemenkes RI, 2013) 13) Rencana KB Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2008). 14) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari a) Pola Nutrisi Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan pantangan (Sulistyawati, 2009). b) Pola Eliminasi BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015). c) Personal Hygiene d) Pola Istirahat Tidur e) Pola Aktivitas dan Olahraga Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang seberapa berat aktivitas pasien, (Sulistyawati,2009). f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015). 15) Riwayat Psikososial Spiritual a) Persiapan Acara Pernikahan b) Persiapan Membina Rumah Tangga c) Persiapan Psikologis d) Persiapan Spiritual e) Identitas Karakter f) Tingkat Pengetahuan



34



b. Data Obyektif (O) Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. 1)



Pemeriksaan Umum a) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009). b) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati, 2009). c) Tekanan darah Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah > 140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2013; h. 9). Menurut Walyani (2015;h 80) tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg. d) Nadi Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira 70 denyut per menit dengan rentang antara 60 – 100 denyut per menit (Mandriwati, 2008 e) Suhu Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati, 2008).



35



f) Respirasi Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila frekuensi pernafasan lebih dari normal disebut takipnue dan jika frekuensi pernafasan kurang dari normal disebut bradipnue (Astuti, 2012). g) Berat Badan h) Tinggi Badan i) LILA Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2008). 2)



Status Present a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok (Mandriwati, 2008). b) Muka : c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret (Sulistyawati, 2009 d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009). e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008). f) Telinga



:



Dikaji



untuk



memeriksa



kebersihan



dan



kemungkinan adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih (Saminem, 2008). g) Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis (Saminem, 2008). h) Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan (Saminem, 2008). i) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009).



36



j) Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau tidak (Sulistyawati, 2009). k) Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015). l) Punggung : m)Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2009). n) Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani dkk, 2010; h. 92 - 93). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak ada (Saminem, 2008). 3)



Status Obstetri a) Muka : b) Mammae c) Abdomen d) Genetalia



4)



Pemeriksaan Penunjang



c. Analisa (A) Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien. 1) Diagnosa: Ny... umur... P... A... postpartum



6 jam s/d 3 hari



(Marmi, 2014; h. 182). 2) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marmi, 2012; h. 183).



37



3) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat diabaikan 4) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan d. Penatalaksanaan (P) Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data.P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.



DAFTAR PUSTAKA



Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu. Anisah, Lailatul Siti. 2015. Efektifitas Suscatin (Kursus Calon Pengantin atau Konseling Pranikah) dalam Membentuk Keluarga Bahagia (Studi Kuantitatif di Kecamatan Sumbersuko, Lumajang). Lumajang. Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R. (2011). Ilmu Kandungan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Arisman. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan (Edisi 2). Jakartra: EGC Astuti, Hutari Puji. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Jakarta: EGC. Dhamayanti, Anisa Dwi. 2017. Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Di Kecamatan Sedayu Bantul Yogyakarta. Yogyakarta.



38



Ekanita P, Khosiah A (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap WUS Terhadap Perilaku Pemeriksaan Payudara Senddiri (SADARI). Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol 4 No 1. Evrianasari, Nita dan Dwijayanti, Junita. (2017). Pengaruh Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Catin Terhadap Pengetahuan Catin Tentang Reproduksi dan Seksual Di Kantor Urusan Agama (Kua) Tanjung Karang Pusat. Jurnal Kebidanan . Vol 3, No 4. Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang: Edward Tanujaya. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Buku Saku Kespro dan Seksual Bagi Calon Pengantin, 15. https://doi.org/362.198.2.Ind b Kesehatan, J., & Vol, R. (2016). Kementerian kesehatan republik indonesia, 7(April). Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC. Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., & Manuaba, I. B. G. (2010). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Marlapan S, Wantouw B, dan S. J. (2013). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting



Kota



Manado.



Jurnal



Keperawatan,



1,



201.



https://doi.org/10.1063/1.3591374 Marmi. 2011. Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marniyati, L. Saleh, Soebyakto B Bambang (2012). Pelayanan Antenatal Berkualitas dalam Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 3 No.1 Mayuni Iga O, Nurkesumasaari NW. Usia Dan Paritas Dengan Plasenta Previa Pada Ibu Bersalin. Jurnal Kesehatan. Muliawati, S.(2013)



Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis di



Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2010. Jurnal INFOKES, Vol. 3 No.3. Nikmah, U. S & Widyasih, H. (2018). Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis. Jurnal MKMI, Vol. 14 No. 1. Nisa, Sandra C, Utami (2018) Penyebab Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Risiko Tinggi dan Pemanfaatan Antenatal Care di Wilayah Kerja



39



Puskesmas Jelbuk Jember. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2. Rika, Fikarsih Ponda Catur. 2018. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Samarinda Balikpapan. Balikpapan. Saminem. 2008. Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Sandra, C. (2018). Penyebab Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Risiko Tinggi Dan Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Jember. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2), 136. https://doi.org/10.20473/jaki.v6i2.2018.136-142 Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta: Andi. Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakartra: EGC.XSusilowati, E., & Prasetyo, E. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Siklus Menstruasi Peserta Kb Aktif Di Desa Jati Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Januari, 6(1), 79–96. Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW, Patricia S. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC. Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers. Yunica (2014). Hubungan Antara Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Tahun 2014. Jurnal Kedokteram dan Kesehatan Vol. 2 No 1.