Laporan Pendahuluan Torakotomi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • bobby
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TORAKOTOMI



Oleh : Dinda Jeanita 1931413008



PRAKTEK PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2019



TORAKOTOMI A. Definisi Torakotomi adalah sebuah pembedahan untuk mengekplorasi toraks (keperluan diagnostic maupun terapi) dengan jalan membuka cavun toraks melalui berbagai metode tertentu. Panjang dan lokasi insisi didasarkan pada eksposur yang dibutuhkan, seimbang dengan kebutuhan pasien kesempatan terbaik untuk pemulihan pasca operasi penuh. Paling umum digunakan terutama untuk reseksi lesi paru, adalah torakotomi posterolateral.



Irisan torakotomi dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (axillary torakotomi); di bagian depan, melalui dada (sternotomy median); miring dari belakang ke sisi (torakotomi posterolateral), atau di bawah payudara (torakotomi anterolateral). Lokasi yang tepat yang dipotong tergantung pada alasan untuk operasi. Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat irisan antara tulang rusuk (disebut pendekatan interkostalis) untuk meminimalkan memotong



tulang, saraf, dan otot. Insisi dapat berkisar dari hanya di bawah 5 tahun (12,7 cm) sampai 10 dalam (25 cm). Dalam hal suatu torakotomi darurat, prosedur dilakukan tergantung pada jenis dan luasnya cedera.



B. Tujuan Seorang dokter memperoleh akses ke rongga dada dengan memotong melalui dinding dada. Alasan untuk entri ini bervariasi. Torakotomi memungkinkan untuk mempelajari kondisi paru-paru, pemindahan paru-paru atau bagian dari paru-paru, pengalihan tulang rusuk, dan pemeriksaan, pengobatan, atau penghapusan dari setiap organ dalam rongga dada. Torakotomi juga mempermudah akses ke jantung, esofagus, diafragma, dan bagian dari aorta yang melewati rongga dada. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling umum membutuhkan sebuah torakotomi. Tumor dan pertumbuhan metastasis dapat dihapus melalui sayatan (reseksi). Darurat torakotomi mungkin dilakukan untuk resusitasi pasien yang sudah dekat kematian sebagai akibat cedera dada. Torakotomi darurat mempermudah akses ke rongga dada untuk mengendalikan terkait perdarahan cedera dari hati, tekanan jantung untuk mengembalikan irama jantung normal, atau untuk mengurangi tekanan pada jantung yang disebabkan oleh tamponade jantung.



C. Indikasi Operasi 1. Hematotoraks massif (per jam > 300cc untuk pasien dewasa) atau per jam > 5cc/ kg b.b., untuk pasien anak 2. Tamponade jantung 3. Trauma tusuk. 4. Ruptur bronkus, esofagus, paru 5. Laserasi paru yang gagal dengan tindakan bedah konservatif.



6. Perbaikan jantung atau pembuluh paru-paru dan jantung 7. Gangguan trakea (batang tenggorokan) 8. Mengangkat sebagian atau seluruh paru- paru 9.



Gangguan esofagus (tenggorokan)



10. Memperbaiki jaringan paru-paru yang telah runtuh karena penyakit atau trauma 11. Mengangkat nanah dari dada 12. Menghilangkan bekuan darah dari dada D. Prosedur Torakotomi Pasien diposisikan dalam posisi supinasi diatas meja operasi dengan sisi yang akan dioperasi di tinggikan 300 dari meja. Bahu dan siku diflexikan pada sudut kanan dan lengan bawah diikatkan pada layar anestesi, dilindungi bantalan empuk. Pelvis di fiksasi pada posisi terotasi 300 dengan strap. Insisi meluas dari garis tengah membentuk kurva persis dibawah payudara sepanjang garis anterior akhir dari costa ke-5 kemudian dilanjutkan sebagai garis lurus menuju titik 25 mm dibawah dan belakang sudut inferior dari scapula. Insisi kemudian diperdalam hingga tampak fascia diatas muskulus pectoralis mayor dan muskulus



obliqus



eksternal



dianteriornya,



dan



muskulus



latissimus



dorsi



dibelakangnya. Muskulus latissimus dorsi dipisahkan secara lengkap pada garis dari insisi untuk menampakkan batas posteroinferior secara bebas dari muskulus serratus anterior. Fascia yang meluas kebelakang dari batas bebas muskulus serratus anterior diinsisi hingga menampakkan costa yang mandasarinya. Garis dari insisi ini dibuat paralel terhadap batas posterior yang bebas dari muskulus serratus anterior. Muskulus serratus anterior kemudian diangkat dengan direktrasi pada perbatasan posterior yang bebas. Tendon-tendon (digitations) dari muskulus serratus anterior kemudian ditampakkan dan dipisahkan sepanjang garis menuju keatas dan depan didepan garis tengah, hingga melepaskan perlekatan badan muskulus dari bagian muskulus serratus anterior yang melekat dengan costa ke-6, 7 dan 8. Insisi dilanjutkan keatas menuju costa 5. costa tersebut harus diidentifikasikan secara akurat dengan menghitungnya secara teliti dari atas. Identifikasi ekstra yang baik dan cukup bermanfaat yaitu tampaknya secara jelas vena yang terdapat pada costa diantara tendon muskulus serratus anterior. Dari titik ini insisi otot dilanjutkan menuju garis tengah sepanjang batas



bawah dari bagian anterior costa ke-5 dan tulang rawan costa melalui muskulus pectoralis mayor. Periosteum kemudian distripping dari batas bawah costa ke-5. elevator periosteal kemudian diputar dan diposisikan di bawah costa sehingga konkavitas dari instrumen berlawanan dengan bagian bawah. The notched Semb stripping digunakan untuk setengah bagian posterior. Adalah tidak biasa pada tulang rawan costa ke-5 dan ke-6, disatukan pada jarak yang pendek pada akhir bagian depan tulang-tulang tersebut, pada beberapa kasus pemisahan dapat bermanfaat yaitu dengan membebaskan perikondrium dari costa ke-5 keduanya pada bagian medial dan lateral dari area yang disatukan. Permukaan dalam dari periostenum dan pleura diinsisi dan insisi ini kemudian diperluas kebelakang sejauh sudut costa dan kedepan menuju garis tengah. Sebuah spreader costa dimasukkan pada hubungan anterior ketiga dan dua pertiga posterior dari insisi. Ketika celah dilebarkan akan terlihat arteri dan vena mamaria internal di anterior akhir dari insisi dekat dengan permukaan. Pembuluh darh ini biasanya dapat rusak ketika spreading, dan seharusnya diamankan pada tahap ini. Ligasi sederhana akan tidak cukup oleh karena kesulitan dalam hal jarak diantara pembuluh tersebut. Ligasi jahitan seharusnya dilakukan sekeliling pembuluh darah tersebut. Dan berdekatan dengan muskulus interkostalis di atas dan di bawah insisi. Ligasi ini seharusnya paling tidak terpisahkan dengan jarak 1 cm; jarak ini akan aman bila selanjutnya dipotong diantaranya. Drain tunggal cukup adekuat bila operasi yang telah dilakukan merupakan prosedur mediastinal atau valvotomi mitral tertutup. Dua drain adalah dianjurkan bila prosedur yang dilakukan untuk mengeluarkan bagian paru. Penutupan dilakukan pada tiga lapisan, menggunakan nylon continous. Pada lapisan pertama kurang lebih anterior dua pertiga dari costa menuju muskulus intercostalis yang ada dibawahnya. Perbaikan insisi yang kedua yaitu pada fascia lumbar yang menuju bawah dan depan di bagian posterior dari insisi, kemudian serratus anterior menuju atas dan depan bagian ketiga tengah, dan akhirnya insisi pada muskulus pectoralis mayor pada ketiga anterior. Pada lapisan ketiga yaitu perbaikan muskulus latissimus dorsi. Lapisan subkutaneus dan kulit kemudian ditutup. E. Kompilikasi Operasi Perdarahan, Infeksi ( empiema ), Atelektosis paru, dll.



F. Perawatan Pasca Bedah 1. Kontrol terhadap kemungkinan berbagai penyulit seperti : infeksi dan perdarahan. 2. Kontrol terhadap kinis dan keluhan penderita seperti nyeri atau sesak 3. Kontrol terhadap vital sign atas kemungkinan terjadinya nternal bleeding dan syok. 4. Kontrol terhadap luka bekas operasi G. Rehabilitasi post torakotomi Terapi setelah operasi toraks mengkondisikan merawat pasien dan kemandirian pasien. Tujuan dari program ini adalah: 1. Untuk memperkuat sendi bahu dan mencegah efek negatif dari kekakuan 2. Rekondisi secara umum untuk meningkatkan daya tahan dan kesehatan secara keseluruhan. 3. Memungkinkan pasien “come off” oksigen mereka lebih cepat. 4. Untuk edukasi secara efektif dalam mengelola kondisi mereka dan memaksimalkan fisik dan emosional kemandirian mereka. 5. Untuk meminimalkan hilangnya fungsi dan morbiditas 6. Untuk memaksimalkan fungsi paru dan pembersihan sekresi. Program ini harus mulai sampai satu bulan sebelum operasi jika layak dan akan dilanjutkan pasca-op. Jika tidak layak untuk memulai program sebelum operasi, maka selama pre-op direncanakan fisioterapi untuk membiasakan pasien dengan program pasca operasi.



Diagnosa keperawatan Dx. Keperawatan Nyeri Akut



1. Tingkat Nyeri



Ds :



Kriteria hasil : Dipertahankan 1 ditingkatkan Aktivitas :



1. Mengeluh nyeri DO :



NOC



5 a. Nyeri yang dilaporkan



1. Tampak meringis 2. Bersikap



protektif



b. Panjangnya episode nyeri (mis. c. Ekspresi wajah



Waspada, menghindari posisi d. Tidak bisa beristirahat nyeri) 3. Gelisah



e. Mengerang dan menangis



NIC Manajemen Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dengan teknik PQRST 2. Gunakan strategi



komunikasi



terapeutik



untuk



mengetahui pengalaman nyeri 3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan diantisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur.



4. Frekuensi nadi meningkat



4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri



5. Sulit tidur



5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani



6. Tekanan darah meningkat 7. Pola nafas berubah



nyerinya dengan tepat. 6. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim



8. Nafsu makan berubah



kesehatan



lainnya



9. Prosese berpikir terganggu



mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri



10. Menarik diri



sesuai kebutuhahan.



11. Berfokus pada diri sendiri 12. Diaforesis Pemberian Analgesik



untuk



memilih



dan



Aktivitas : 1. Tentukan



lokasi,



karakteristik,



kualitas,



dan



keparahan nyeri sebelum mengobati klien 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3. Cek adanya riwayat alergi obat 4. Monitor tanda-tanda



vital



sebelum



dan



sesudah pemberian analgesik 5. Berikan analgesik sesuai dengan waktu paruhnya Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d Integritas Jaringan : Kulit & Membran Pengecekan Kulit efek samping terapi radiasi, penurunan Mukosa mobilitas, perubahan sikulasi d.d



Kriteria hasil : Dipertahankan 1 ditingkatkan



DS: -



5



DO: lapisan kulit



jaringan



dan/atau



1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan,



a) Suhu kulit



1. Kerusakan



Aktivitas : kehangatan



ekstrim,



edema,



atau



drainase.



b) Sensasi



2. Periksa kondisi luka operasi, dengan tepat



c) Elastisitas



3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi



2. Nyeri



d) Perfusi jaringan



3. Perdarahan



e) Lesi pada kulit



4. Kemerahan



f) Pigmentasi abnormal



5. Hematoma



g) Pengerasan kulit



pasien yang berisiko mengalami kerusakan kulit 4. Monitor



kulit



untuk adanya



kekeringan



yang



berlebihan dan kelembaban 5. Monitor infeksi 6. Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan mengenai



tanda-tanda kerusakan kulit, dengan tepat Perlindungan Infeksi Aktivitas: 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik atau lokal 2. Monitor kerentaan terhadap infeksi 3. Monitor hitunng mutlak granulosit, WBC, da hasilhasil diferensial 4. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami edema 5. Periksa setiap sayatan bedah atau luka 6. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup 7. Anjurkan asupan cairan, dengan tepat 8. Ajarrkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada Ansietas b.d ancaman terhadap konsep Tingkat Kecemasan diri dan/atau kematian d.d



Kriteria hasil : Dipertahankan 1 ditingkatkan Aktivitas : 5



DS: 1. Merasa khawatir dengan akibat



pemberi layanan kesehatan Pengurangan Kecemasan



a) Tidak dapat beristirahat b) Perasaan gelisah



1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin dialami klien selama



kondisi yang dihadapi 2. Sulit berkonsentrasi 3. Mengeluh pusing 4. Merasa tidak berdaya 5. Anoreksia



c) Rasa takut yang disampaikan secara lisan d) Rasa cemas yang disampaikan secara lisan e) Gangguan tidur



prosedur 3. Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien 4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat 5. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan



DO:



6. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu



1. Tampak gelisah



kecemasan



2. Tampak tegang 3. Sulit tidur



Peningkatan Koping



4. Frekuensi napas, nadi,dan tekanan



Aktivitas :



darah meningkat 5. Tremor 6. Suara bergetar



1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang tepat 2. Dukung hubungan pasien dengan orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama 3. Berikan penilaian kemampuan penyesuaian pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra tubuh, sesuai dengan indikasi 4. Dukung pasien untuk mengidentifikasikan deskripsi yang realistik terhadap adanya perubahan dalam peran 5. Bantu pasien untuk melewati proses berduka dan



melewati kondisi kehilangan karena penyakit kronik dan/atau kecacatan, dengan tepat