11 0 414 KB
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
OLEH DEVI ANGGRAENIE MAMBAT S.KEP 113063J119007
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO
I.
KOSEP TEORI A. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Telinga
2. Fisiologi Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebab kan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo : a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi biolektrokimia : 1. Reseptor mekanis divestibulum 2. Reseptor cahaya diretina 3. Reseptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
2
b. Saraf aferen, beperan dalam transmisi menghantar kan impuls ke pusat keseimbangan di otak : 1. Saraf vestibularis 2. Saraf optikus 3. Saraf Spinovestibulosrebelaris c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi, integrasi atau koordinasi dan prsepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamus, inti akulomotorius, formarsio retikularis.
B. Definisi Vertigo Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar (Akbar, 2013). Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar (Junaidi, 2013). Berdasarkan keterangan tersebut maka vertigo adalah keluhan sakit kepala berupa sensasi memutar tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya. Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Pasien vertigo mengeluhkan berbagai macam gejala meliputi mual, instabilitas postural, pandangan kabur, dan diorientasi. Gejala-gejala ini menimbulkan berbagai macam problem emosional dan fisik seperti emosional, kecemasan, dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan sistem vestibuler mempengaruhi kesehatan dan berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien vertigo bisa menghindari kegiatan fisik dan stres psikologi dan menarik diri dari aktifitas sosial, hal tersebut berhubungan dengan depresi yang mempengaruhi pengendalian diri. Penyebab vertigo meliputi vestibuler perifer (berasal dari sistim saraf perifer), vestibuler sentral dan kondisi lain (Sura et al., 2010). Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok 3
1.
Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebutdapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.Vertigo jenis ini dibedakan menjadi : a.
Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b.
Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteriavertebrobasilaris, Epilepsi, Migrenekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigode L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c.
Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2.
Vertigo kronis Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut, dibedakan menjadi: a.
Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
C. Etiologi Vertigo Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008) 1. Keadaan lingkungan : Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) 2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin 3. Kelainan sirkulasi : Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler. 4. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo) a.
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
b.
Herpes zoster
c.
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
d.
Peradangan saraf vestibuler
e.
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis a.
Sklerosis multiple 4
b.
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
c.
Tumor otak
d.
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
D. Tanda dan Gejala Vertigo
No
Vertigo Periferal (Vestibulogenik)
Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
1
Pandangan gelap
Penglihatan ganda
2
Rasa lelah dan stamina menurun
Sukar menelan
3
Jantung berdebar
Kelumpuhan otot-otot
4
Hilang keseimbangan
Sakit kepala yang parah
5
Tidak mampu berkonsentrasi
Kesadaran terganggu
6
Persaan seperti mabuk
Tidak mampu berkata-kata
7
Otot terasa sakit
Hilangnya koordinasi
8
Mual dan muntah-muntah
Mual dan muntah-muntah
9
Memori dan daya pikir menurun
Tubuh terasa lemah
10
Sensitif pada cahaya terang dan suara
11
Berkeringat
E. Epidemiologi Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi, pada tahun 2010 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang dating kepraktek umum, setelah nyeri kepala, dan stroke. Umumnya vertigo di temukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4%-7% yang di periksakan ke dokter (Sumarilyah,2011).
F. Patofisiologi Dan Pathway Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan 5
serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
Pathway : Gangguan Telinga
Gangguan pada nervus vertibularis
6
Neuroma akustik
VERTIGO
Gangguan sistem saraf pusat
Nyeri
Gangguan Rasa Nyaman
Otot Leher
Tertekan atau Kaku
Intoleransi Aktivitas
7
Otak Kecil
Terjadi gangguan Keseimbangan
Resiko Jatuh
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Radiologi Foto mastoid, foto vertebra servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi). 2. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG 3. Tes Romberg yang dipertajam Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. 4. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test) Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat. 5.
Salah Tunjuk (post-pointing) Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal) kemudian kembali kesemula
6.
Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala
8
lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nystagmus.
H. Penatalaksanaan 1. Medis a. Obat-obatan : obat anti vertigo Seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi
atau
serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan. b. Neurotis Vestibular Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan terapi simtomatik.Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda. 2. Non-Medis a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama. b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup. c.
Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
9
e.
Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f.
Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian a) Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. b) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo. c) Riwayat kesehatan yang lalu Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat. d) Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik e) Aktivitas / Istirahat -
Letih, lemah, malaise
-
Keterbatasan gerak
-
Ketegangan mata, kesulitan membaca
- Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. -
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
f) Sirkulasi 10
- Riwayat hypertensi -
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
-
Pucat, wajah tampak kemerahan.
g) Integritas Ego - Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu - Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi - Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala - Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik) h) Makanan dan cairan - Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain). -
Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
-
Penurunan berat badan5.
i) Neurosensoris -
Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
-
Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
- Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. - Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. -
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
-
Perubahan pada pola bicara/pola piker
-
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
-
Penurunan refleks tendon dalam
-
Papiledema.
j) Nyeri/ kenyamanan - Karakteristik
nyeri
tergantung
pada
jenis
sakit
kepala,
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. -
Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
-
Fokus menyempit
-
Fokus pada diri sendiri
-
Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
-
Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
k) Keamanan -
Riwayat alergi atau reaksi alergi 11
misal
-
Demam (sakit kepala)
-
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
-
Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
l) Interaksi social -
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyaki
m) Penyuluhan / pembelajaran -
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
-
Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone, menopause.
n) Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Pemeriksaan Persistem -
Sistem persepsi sensori Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
-
Sistem Persarafan Adakah nystagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun dengan alat.
-
Sistem Pernafasan Adakah gangguan pernafasan.
-
Sistem Kardiovaskuler Adakah terjadi gangguan jantung.
-
Sistem Gastrointestinal Adakah Nausea dan muntah
-
Sistem integument
-
Sistem Reproduksi
-
Sistem Perkemihan
o) Pola Fungsi Kesehatan -
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa
-
Pola aktivitas dan latihan Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo.
-
Pola nutrisi metabolisme Adakah nausea dan muntah
-
Pola eliminasi
-
Pola tidur dan istirahat
-
Pola Kognitif dan perseptua Adakah disorientasi dan asilopsia
-
Persepsi diri atau konsep diri
-
Pola toleransi dan koping stress
-
Pola sexual reproduksi 12
-
Pola hubungan dan peran
-
Pola nilai dan kenyakin
v) Pemeriksaan Fisik a.
Keadaan umum Tingkat Kesadaran (Compos mentis,Samnolen,Stupor,Apatis)
b.
Pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan darah, Nadi, pernapasan,suh
c.
Pemeriksaan Head To Toe -
Kepala,
-
Wajah
-
Mata,
-
Hidung
-
Mulut
-
Telinga
-
Leher
-
Integument
-
Thorak (paru-paru, jantung)
-
Abdomen
-
Ekstremitas
-
Genitalia
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Diagnosa 1 : Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri a. Definisi Berkaitan dengan rasa, merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial. Bahkan nyeri bisa melingkupi banyak aspek, tentunya tergantung tingkat gangguan rasa nyaman yang diderita. b. Batasan Karakteristik -
Ansietas Menangis Ganguan pola tidur Takut Ketidakmampuan untuk rileks 13
-
Iritabilitas Merintih Melaporkan merasa dingin Melaporkan merasa panas Melaporkan perasaan tidak nyaman Melaporkan gejala distress Melaporkan rasa lapar Melaporkan rasa gatal Melaporkan kurang puas dengan keadaan Melaporkan kurang senang dengan situasi tersebut Gelisah Berkeluh kesah
c. Faktor yang Berhubungan -
Gejala terkait penyakit Sumber yang tidak adekuat Kurang pengendalian Iingkungan Kurang privasi Kurang kontrol situasional Stimulasi lingkungan yang mengganggu Efek samping terkait terapi (mis.medikasi, radiasi)
2. Diagnosa 2 : Intoleransi Aktivitas a.
b.
c.
Definisi Ketidak cukupan energi fisiologi atau psikologi untuk melanjutkan atau menyelesaiakan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan Batasan Karakteristik -
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
-
Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
-
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
-
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
-
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
-
Dyspnea setelah beraktivitas
-
Menyatakan merasa letih
-
Menyatakan merasa lemah
Faktor yang Berhubungan -
Tirah baring atau imobilisasi 14
-
Kelemahan umum
-
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
-
Imobilitas
-
Gaya hidup menoton
3. Diagnosa 3 : Resiko Jatuh a. Definis Peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik b. Faktor Resiko -
Riwayat jatuh
-
Prostesis ekstremitas bawah
-
Penurunan status mental
-
Ruang yang tidak dikenal
-
Anemia
-
Penurunan kekuatan
-
Ekstremitas bawah
-
Gangguan mobilitas fisik
-
Neoplasma (letih/mobilitas fisik
C. Perencanaan Diagnosa 1 : Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan Rasa Nyaman berhubungan denga Nyeri
Kriteria Hasil : Mampu mengontrol kecemasan
Obsevasi Tanda Tanda vital
Mengetahui perubahan tanda tanda vital dan sistem pernapasan
Definisi : Berkaitan dengan rasa, merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosial. Bahkan nyeri bisa melingkupi
Status lingkungan yang nyaman
Kaji nyeri yang di rasakan pasien dengan (PQRST)
Untuk mengetahui tingkat,jenis serta lokasi nyeri yang dirasakan pasien
Identifikasi tingkat kecemasan
Untuk mengontrol tingkat kecemasan pasien
Mengontrol nyeri Kualitas tidur dan istirahat adekuat Agresi pengendalian diri
15
banyak aspek, tentunya tergantung tingkat gangguan rasa nyaman yang diderita. Batasan Karakteristik : Ansietas Menangis Ganguan pola tidur Takut Ketidakmampuan untuk rileks Iritabilitas Merintih Melaporkan merasa dingin Melaporkan merasa panas Melaporkan perasaan tidak nyaman Melaporkan gejala distress Melaporkan rasa lapar Melaporkan rasa gatal Melaporkan kurang puas dengan keadaan Melaporkan kurang senang dengan situasi tersebut Gelisah Berkeluh kesah
Respon terhadap pengobatan
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Utuk menenangkan pasien dan pasien tidak merasa terganggu pada saat di ajak bicara
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Untuk mengetahui hal apa saja yang dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Untuk membantu mengurangi perasaan ketakutan dan persepsi berlebihan
Ajarkan pasien menggunakan teknik relaksasi
Untuk mengurangi nyri dan kecemasan pasien
Kolabarosi terapi medikasi
Untuk mengurangi nyeri dan cemas
Control gejala Status kenyamanan meningkat Dapat mengontrol ketakutan Support social Keinginan untuk hidup
Diagnosa 2 : Diagnosa Keperawatan Intoleransi Aktivitas
Tujuan dan Kriteria Hasil Kriteria Hasil : 16
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital
Rasional
berhubungan dengan Tirah baring
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Batasan Karakteristik : Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Monitor reseptor fisik,emosi, social dan spritual
Mampu melakukan aktivitas seharihari (ADLs) secara mandiri Tanda-tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
Untuk mengetahui perubahan ttv dan pernapasan pasien Mengetahui adanya perubahan atau gangguan reseptor fisik,emosi,social dan spritual
Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang Mempermudah mampu di dalam melakukan lakukan aktivitas yang mampu di lakukan Jelaskan kepada pasien keluarga untuk memantau dan membantu Mencegah aktivitas pasien terjadinya cedera terhadap pasien Kolaborasi karena aktivitas terapi medikasi yang berlebihan Agar tenaga rehabilitas medik dapat merencanakan program terapi yang tepat
Ketidaknyamanan Status sirkulasi setelah baik beraktivitas Dyspnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemah
Diagnosa 3: Diagnosa Keperawatan Resiko Jatuh Ditandai pusing
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah dilakukan
Kaji penurunan
Untuk mengetahui
kognitif dan fisik
kemungkinan yang
pasien
dapat
dengan tindakan ketika keperawatan pasien tidak
17
Rasional
menggerakan
mengalami jatuh,
meningkatkan
kepala
dengan kriteria
Awasi pasien dan
hasil :
gunakan lingkungan fisik
Pasien dapat
resiko jatuh
Untuk meningkatakan
berdiri, duduk,
Intruksikan pasien
berjalan tanpa
agar memanggil
pusing
keluarga ketika
Untuk membantu
hendak melakukan
pasien dalam
aktivitas
melakukan
Pasien mampu
keamanan pasien
menjelaskan jika
aktivitas yang tidak
terjadi serangan
dapat pasien
dan cara
Anjurkan pasien
mengatasinya
untuk bedrest
lakukan sendiri
Mengurangi pergerakan dan Jelaskan pada
aktivitas
pasien tentang
berlebihan
terapi Agar pasien mengetahui tentang terapi rehabilatif pada pasien vertigo
18
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. (2013). Diagnosis Vertigo. Makalah Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Israr,
Yayan
A.
(2008).
Vertigo.
Diakses:
26
Oktober
2016.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/vertigo files-of-drsmed.pdf Junaidi, Iskandar. (2013). Sakit Kepala, Migrai, Vertigo Edisi Revisi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer NANDA. (2012). Nursing Diagnoses : Definitions & Classifacations 2012-2014. Jakarta : EGC Sumarliyah, dkk. (2011). Pengaruh Senam Vertigo Terhadap Keseimbangan Tubuh Pada Pasien Vertigo Di Rs Siti Khodijah. Universitas Muhammadiyah Surabaya. Jurnal Penelitian Kesehatan Sura, DJ, Newel, S. (2010). Vertigo Diagnosis And Management In Primary Care. BJMP
19