Laporan Pendahuluan Vertigo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN I.



KONSEP TEORI A. Anatomi dan Fisiologi



(Gambar 1: Anatomi sistem neurologi) Fisiologi Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiriterutama dari jaringan saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Fungsi sistem saraf yaitu: 1. Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi 2. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain 3. Mengolah informasi sehingga dapat digunakan segera atau menyimpannya untuk masamendatang sehingga menjadi jelas artinya pada pikiran. 1. Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu: a. Sistem saraf pusat (sentral), terbagi atas: 1) Otak



1



2) Sumsum tulang belakang(medula spinalis) 2. Sistem saraf perifer (tepi) terdiri atas: a. Divisi Aferen, membawa informasi ke SSP (memberitahu SSP mengenai lingkunganeksternal dan aktivitas-aktivitas internal yg diatur oleh SSP b. Divisi Eferen, informasi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor (otot ataukelenjar yg melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yg diinginkan), terbagi atas:-Sistem saraf somatik, yg terdiri dari serat-serat neuron motorik yg mempersarafi otot-ototrangkaSistem saraf otonom, yg mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar, terbagi atas:Sistem saraf simpatis, Sistem saraf Parasimpatis 3. Neuron (sel Saraf) a. Sistem saraf manusia mengandung lebih dari 10 saraf atau neuron b. Neuron merupakan unit structural dan fungsional sistem saraf. c. Sel saraf terdiri badan sel yang didalamnya memiliki inti sel, nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi, diluarnya banyak terdapat dendrit, kemudian bagian yang menjulur yang menempel pada badan sel yang di sebut akson d. Dendrit menyediakan daerah yg luas untuk hubungan dengan neuron lainnya. Dendritadalah serabut aferen karena menerima sinyal dari neuron-neuron lain danmeneruskannya ke badan sel. e. Pada



akson



terdapat



selubung



mielin,nodus



ranvier,inti



sel



Schwan,butiran neurotransmiter f. Akson dengan cabang-cabangnya (kolateral), adalah serabut eferen karena membawasinyal ke saraf-saraf otot dan sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir pada terminal saraf yg berisi vesikel-vesikel yg mengandung neurotransmitter. Terminal inilah yg berhubungandengan badan sel, dendrit atau akson neuron berikutya. 4. Klasifikasi reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya yaitu: a. Mekanoreseptor mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara,raba



2



b. Termoreseptor mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin c.



Nosiseptor mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri



d. Elektromaknetik reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti warna,cahaya e. Khemoreseptor mendeteksi pengecapan, penciuman, kadar O2 dan CO2



5. Sel Neuroglial Biasa disebut glia yg merupakan sel penunjang tambahan pada SSP yg berfungsi sebagai jaringanikatSel glial dapat mengalami mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggungjawab atasterjadinya tumor system saraf. 6. Impuls Saraf Terjadinya impuls listrik pada saraf sama dengan impuls listrik yg dibangkitkan dalam serabut otot. Sebuah neuron yg tdk membawa impuls dikatakan dalam keadaan polarisasi, dimana ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion negative lain lebih banyak dalam selSuatu rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat membrane lebih permeable terhadap ion Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan ini menyebabkan depolarisasi dimana sisi luar akan bermuatan negative dan sisi dalam bermuatan positif. Segera setelah depolarisasi terjadi, membrane neuron menjadi lbih permeable terhadap ion K+, yg akan segera keluar dari sel. Keadaan ini memperbaiki muatan positif diluar sel dan muatannegatif di dalam sel, yg disebut repolarisasi. Kemudian pompa atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion K+ ke dalam, dan neuron sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan impuls lain. Sebuah potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dapat di ukur dalam hitungan milidetik.



3



Sebuah neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan impuls setiap detik. Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkanterjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut. a. Gerak sadar : Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannyaadalah sebagai berikut. b. Gerak refleks : Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yangmenyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewatiotak.



7. Sistem Saraf Pusat Otak a. Otak Besar (serebrum) Merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak, bentuk telur dan mengisi penuh bagian atasrongga tengkorak. Adapun fungsi serebrum yaitu untuk pusat pengaturan semua aktivitas mentalyaitu berkenaan dengan kepandaian (Intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, pusat menangis, keinginan buang air besar maupun kecil. b. Batang otak (Truncus serebri) Diensephalon : Merupakan bagian batang otak paling atas, terdapat di antara serebrum dan mesensephalon, Adapun fungsinya yaitu: 1) Vasokonstriksi yaitu mengecilkan pembuluh darah 2) Respiratori



4



3) Mengontrol kegiatan refleks 4) Membantu pekerjaan jantung. c. Mesensephalon (Otak tengah) : Terletak diantara pons dan Diensephalon. Di depan otak tengah ada talamus dan hipotalamus, fungsinya: 1) Menjaga tetap tegak dan mempertahankan keseimbangan 2) Membantu pigmen mata dan mengangkat kelopak mata 3) Memutar mata dan pusat pergerakan mata d. Pons varoli : Terletak antara Medula oblongata dan mesensephalon, adapun fungsinya: 1) Penghubung antara serebrum dan medula oblongata 2) Pencernaan Pusat saraf N. Trigeminus, N. Optalmicus, N. Maxillaris dan N. Mandibularis e. Medula



oblongata



:



Merupakan



bagian



otak



paling



bawah,



menghubungkan pons varoli dengan medulaspinalis, Adapun fungsinya yaitu: 1) Mengontrol kerja jantung 2) Vasokonstriksi 3) Pusat pernafasan 4) Mengontrol kegiatan refleks f. Otak kecil (Serebelum) : Terletak di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum,diatas medulaoblangata, Adapun fungsinya yaitu :



5



1) Pusat keseimbangan. 2) Mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dgn baik. 3) Menghantarkan impuls dari otot-otot bagian kiri dan kanan tubuh. g. Talamus : Pusat pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum. h. Hipotalamus 1) Berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yg melakukan fungsi vegetative penting untuk kehidupan seperti pengaturan frekuensi jantung, TD, Suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual. 2) Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan. 3) Memproduksi hormone yg mengatur pelepasan atau inhibisi hormion kelenjar



hipofisis,sehingga



mempengaruhi



keseluruhan



system



endokrin. i. Sumsum Tulang Belakang (Medulla Spinalis) Merupakan bagian SSP yang terletak di dalam canalis cervikalis bersama ganglion radix posyang terdapat pada setiap toramen intervertebralis terletak berpasangan kiri dan kananFungsi sumsum tulang belakang adalah: 1) Penghubung impuls dari dan ke otak 2) Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks 3) Organ ini mengurus persyarafan tubuh,anggota badan dan bagian kepala



6



j. Cairan serebrospinal 1) Terdapat pada ruang subaraknoid yang mengisi ventrikel dalam otak yang terletak antara araknoid dan piameter 2) Lapisan pelindung otak (piameter, araknoid dan durameter) 3) Menyerupai plasma dan cairan interstisial tp tdk mengandung protein. Yang fungsinya sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis. Sebagai media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis. 8. Sistem Saraf Tepi (Perifer) Sistem saraf perifer mempunyai 2 subdivisi fungsional utama yaitu sistem somatik danotonom.Eferen somatik dipengaruhi oleh kesadaran yang mengatur fungsi-fungsi seperti kontraksi otot untuk memindahkan suatu benda, sedangkan sistem otonom tidak dipengaruhi oleh kesadaran dalam mengatur kebutuhan tubuh sehari-hari, sistem saraf otonom terutama terdiri atassaraf motorik visera (eferen) yang menginversi otot polos organ visera, otot jantung, pembuluh darah dan kelenjar eksokrin. Sistem saraf tepi terdiri dari 12 pasang saraf serabut otak ( saraf cranial ) yang terdiri dari 3 pasang saraf sensorik, 5 pasangsaraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan. 31 pasang saraf sumsum tulang belakang ( saraf spinal ) yang terdiri dari 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul dan 1 pasang saraf ekor. 9. Sistem Saraf Tak Sadar ( Otonom ) Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem saraf mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya melalui transmisi impuls listrik secaracepat melalui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ efektor dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi neuromediator (Neurotransmiter). Neurotransmitor adalah suatu penandaan kimiawi antar sel 7



yang berfungsi sebagai komunikasiantar sel saraf dan antara sel saraf dengan organ efektor. Neurotransmiter adalah senyawa yang disintesa, disimpan dalam saraf tempat dia bekerja, sekresinya bergantung pada adanya ionkalsium dan diatur melalui fosforilasi protein sinapsis. Menyebar secara cepat sepanjang celah sinaps antara ujung neuron dan berikatan dengan reseptor spesifik pada sel target (pasca sinaps). Adapun jenis-jenis neurotransmiter yaitu: a. AcetylcolinBersifat inhibisi melalui susunan saraf parasimpatis b. Norepinefrin dan epinefrinBersifat inhibisi melalui susunan saraf simpatis c. Dopamin terdapat di ganglia otonom dan bagian otak seperti substansi nigra, dopamin menyebabkan vasodilatasi, relaksasi saluran cerna, meningkatkan sekresi kelenjar ludah (salivas) dan sekresiinsulin. d. SerotoninTerdapat di saluran cerna,di ssp yaitu di medula spinalis dan hipotalamus, fungsinya menghambat impuls nyeri dan mengatur perasaan seseorang. e. Asam gamma aminobutirat (GABA) bersifat inhibisi pada otak, medulla spinalis dan retina, berperan dalam mekanisme kerja obat hipnotif-sedatif dan psikotropik pada penyakit epilepsi f. Histamin g. Prostaglandin h. Asam glutamate 10. SSO memiliki 2 devisi yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis. a. Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medula spinalis, memiliki neurotransmiter norefinefrin/Adrenalin sehingga disebut juga saraf adrenergik, fungsinya mempertahankan derajat keaktifan (menjaga



8



tonus vaskuler), memberi respon pada situasi stres seperti trauma, ketakutan, hipoglikemi, kediginanan, latihan. b. Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sakral pada medula spinalis, neurotransmiternya yaitu asetilkolin sehingga disebut juga saraf kolinergik, fungsinya menjaga fungsi tubuh esensial seperti proses dan pengurangan zat-zat sisa. B. Definisi Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar. Pada penderita vertigo harus dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral (misalnya stroke) atau perifer (BPPV/Benign Positional Paroxysmal Vertigo) ( Dewanto, George, 2009). Vertigo adalah persepsi gerakan yang salah, baik presepsi dalam diri pasien terhadap keadaan sekitarnya, sebagai akibat dari ketidakseimbangan input vestibular (Ginsberg, Lionel, 2008). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com). C. Etiologi Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu : 1. Lesi vestibular ; Fisiologik, Labirinitis, Menière,Obat (misalnya quinine, salisilat), Otitis media (Motion sickness), Benign post-traumatic, positional vertigo. 2.



Lesi saraf vestibularis; Neuroma akustik, Obat (misalnya streptomycin), Neuronitis vestibular



3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal; Infark atau perdarahan pons Insufisiensi vertebro-basilar, Migraine arteri basilaris, Sklerosi diseminata, Tumor, Siringobulbia, Epilepsy lobus temporal Menurut (http://www.kalbefarma.com)



9



1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer : a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing. b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan. c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural. d. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor. e. Inti; Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks. 2. Penyakit SSP : a. Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung. b. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues. c. Trauma kepala/ labirin. d. Tumor. e. Migren. f. Epilepsi. 3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause. 4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia. 5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik. 6. Intoksikasi. D. Tanda dan Gejala 1. Vertigo Sentral Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari



10



pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler. 2. Vertigo perifer Lamanya vertigo berlangsung: a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan. b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami



11



gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere. c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam. Pada



Neuronitis



vestibular



fungsi



pendengaran



tidak



terganggu



kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma N O 1



VERTIGO PERIFERAL (VESTIBULOGENIK) Pandangan gelap



VERTIGO SENTRAL (NON-VESTIBULER) Penglihatan ganda



2



Rasa lelah dan stamina menurun



Sukar menelan



3



Jantung berdebar wajah



Kelumpuhan otot-otot



4



Hilang keseimbangan



Sakit kepala yang parah



5



Tidak mampu berkonsentrasi



Kesadaran terganggu



12



6



Perasaan seperti mabuk



Tidak mampu berkata-kata



7



Otot terasa sakit



Hilangnya koordinasi



8



Mual dan muntah-muntah



Mual dan muntah-muntah



9



Memori dan daya pikir menurun



Tubuh terasa lemah



10



Sensitif pada cahaya terang dan Suara



11



Berkeringat



E. Epidemiologi Vertigo perlu diketahui karena merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum, bahkan orang tua usia sekitar 75 tahun, 50 % datang ke dokter dengan keluhan vertigo. Pervalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di Amerika Serikat adalah 64 dari 100,00 orang dengan kecendrungan terjadi pada wanita (64%). BPPV diperkirakan terjadi pada usia rata-rata 51-57,2 tahun dan jarang terjadi pada usia di bawah 35 tahun tanpa riwayat trauma kepala (http://penyakitvertigo.com/vertigo/). F. Patofisiologi Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus. Pathway Vertigo



13



G. Diagnosa Medik 1. Tes Romberg yang dipertajam Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih 2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test) Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih 3.



dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat. Salah Tunjuk(post-pointing) Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai



fertikal) kemudian kembali kesemul. 4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus. 5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita. 6. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul. 7. Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan somatosensorik. H. Penatalaksanaan 1. Medis berdasarkan jenis vertigo: a. Vertigo posisional Benigna (VPB) 1) Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini 14



diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo. 2) Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan. b. Neurotis Vestibular Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda. c. Penyakit Meniere Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah: 1) Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya. 2) Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik. 3) Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi



15



infalid



tidak



dapat



bekerja



atau



kemungkinan



kehilangan



pekerjaannya. d. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut) Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi. e. Sindrom Vertigo Fisiologis Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo. f. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler) 1) TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam. 2) RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi lebih dari 24 jam. Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat. 2. Non-medis Terapi fisik Susunan saraf gangguan



pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi



keseimbangan.



Namun



kadang-kadang



dijumpai



beberapa



penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :



16



a. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun. b. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata. c. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan Contoh latihan : a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup. b. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring). c. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. d. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. e. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah). f. Jalan menaiki dan menuruni lereng. g. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal. h. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam. Terapi Fisik Brand-Darrof Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof. Keterangan Gambar: 1. Ambil posisi duduk. 2. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk. 3. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali. 4. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin



II.



lama makin bertambah. (Gambar 2 : Terapi Fisik Brand-Darrof) KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama, tempat/tanggal lahir, usia, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, bahasa yang digunakan, alamat, dan diagnosa medik.



17



2. Riwayat Keperawatan Masa Lalu Penyakit yang pernah diderita, kebiasaan buruk, penyakit keturunan, alergi, imunisasi dan operasi. 3. Riwayat keperawatan sekarang Alasan masuk, tindakan/terapi yang sudah diterima dan keluhan utama. 4. Aktivitas / Istirahat a. Letih, lemah, malaise b. Keterbatasan gerak c. Ketegangan mata, kesulitan membaca d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. 5. Sirkulasi a. Riwayat hypertensi b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal c. Pucat, wajah tampak kemerahan. 6. Integritas Ego a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik) 7. Makanan dan cairan a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) c. Penurunan berat badan 8. Neurosensoris a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala) b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.



18



e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore f. Perubahan pada pola bicara/pola piker g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. h. Penurunan refleks tendon dalam i. Papiledema. 9. Nyeri/ kenyamanan a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah c. Fokus menyempit d. Fokus pada diri sndiri e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. 10. Keamanan a. Riwayat alergi atau reaksi alergi b. Demam (sakit kepala) c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus) 11. Interaksi social a. Perubahan



dalam



tanggung



jawab/peran



interaksi



sosial



yang



berhubungan dengan penyakit. b. Penyuluhan / pembelajaran c. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga d. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.



B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.



19



2. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakkan kepala 3. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi. C. Intervensi dan Rasional 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil : a. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang b. Tanda-tanda vital normal c. Pasien tampak tenang dan rileks INTERVENSI Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri Anjurkan klien istirahat ditempat tidur Atur posisi pasien senyaman mungkin



RASIONAL Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan. Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri. Ajarkan teknik relaksasi dan Relaksasi mengurangi ketegangan napas dalam dan membuat perasaan lebih nyaman Kolaborasi untuk pemberian Analgetik berguna untuk mengurangi analgetik. nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman. 2. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakkan kepala Tujuan : Diharapkan pasien tidak jatuh Dengan kreteria: a. Pasien mampu berdiri, duduk, berjalan tanpa pusing



20



b. Klien



mampu



menjelaskan



jika



terjadi



serangan



dan



cara



mengantisipasinya INTERVENSI Awasi dan gunakan lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan Kaji penurunan kognitif dan fisik pasien yang mungkin dapat meningkatkan resiko jatuh Kaji tingkat gait, keseimbangan dan kelelahan dengan ambulasi Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut Instruksikan pasien agar memanggil asisten atau keluarga ketika melakukan pergerakan



RASIONAL Peningkatan keamanan lingkungan mencegah resiko jatuh Gangguan neurologi dan kecacatan fisik dapat menimbulkan gangguan keseimbangan tubuh yang rentang jatuh Merupakan pencetus pada pasien dengan resiko jatuh Bedrest dapat meminimalkan resiko jatuh Bantuan sangat diperlukan pada pasien dengan resiko jatuh dalam pemenuhan kebutuhan ADLnya



Jelaskan pada pasien tanda dan Agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan gejala dari penyakit yang diderita memberikan klien harapan dan dan terapi rehabilitatif pada pasien semangat untuk pulih. vertigo



3. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja. Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat Kriteria Hasil : a. mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif



21



b. mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki c. megkaji situasi saat ini yang akurat d. menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat. INTERVENSI RASIONAL Kaji kapasitas fisiologis yang Mengenal sejauh dan bersifat umum. mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan Sarankan klien untuk Klien akan merasakan kelegaan mengekspresikan perasaannya. setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang Berikan informasi mengenai Agar klien mengetahui kondisi dan penyebab sakit kepala, pengobatan yang diterimanya, dan penenangan dan hasil yang memberikan klien harapan dan diharapkan. semangat untuk pulih. Dekati pasien dengan ramah dan Membuat klien merasa lebih berarti penuh perhatian, ambil dan dihargai. keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.



4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.



22



Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil : a. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. b. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. INTERVENSI Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.



RASIONAL Megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya. Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik. Dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.



D. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan



tujuan



yang telah ditetapkan,



23



dilakukan dengan



cara



berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah : a. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi. b. Masalah jatuh pada pasien tidak terjadi. c. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan. d. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.



III.



DAFTAR PUSTAKA Corwin,Elizabeth J,.2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC



24



Doenges M. E 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, edisi.3, EGC, Jakarta. Dewanto, George. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC http://www.kalbefarma.com/ diakses pada tanggal 10 September 2017 https://www.scribd.com/doc/174587033/Penyakit-Vertigo diakses pada tanggal 10 September 2017 https://www.scribd.com/doc/283895461/LAPORAN-PENDAHULUAN-VERTIGO diakses pada tanggal 10 September 2017 http://penyakitvertigo.com/vertigo/ diakses pada tanggal 10 September 2017 Nurarif, A. H. Dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi 1. Jogjakarta. Mediaction Publising Nurarif, A. H. Dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi 2. Jogjakarta. Mediaction Publising



25