Laporan Penetapan Total Abu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN “PENETAPAN KADAR ABU”



1 2 3 4 5 6



Oleh : Kelompok 3 Runi Bella Vis Kurnia Siti Haryanti Siti Yulianti Victor Alberto Valentino Yuni Kartika Zefanya Maranatha Mangungsong



Kelas



: 4KF



Instruktur



: Dr.Martha Aznury, M.Si



(061330401069) (061330401070) (061330401071) (061330401072) (061330401073) (061330401074)



POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA 2015



PENETAPAN TOTAL ABU I. Tujuan Percobaan a. Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar abu dalam suatu bahan pangan. b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar mineral dalam suatu bahan pangan.



II. Peralatan dan Bahan a. Peralatan yang digunakan ‐ Cawan pengabuan terdiri dari platuna, nikel, atau silika lengkap dengan tutupnya. ‐ Tanur pengabuan (furnace) ‐ Penjepit cawan b. Bahan yang digunakan : a. Tepung terigu b. Tepung tapioka c. Tepung mama suka



III.Dasar Teori



Abu adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan cara pengabuanya.



Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut,yang dikenal dengan pengabuan.



Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut: a. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan b. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan c. Untuk memperkirakann kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli) atau sintesis d. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain.



Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi,yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda–beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan.



Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a). Pengabuan cara Langsung (Cara Kering) Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut . Mekanisme pengabuan pada percobaan ini adalah pertama-tama krus porselin dioven selama 1 jam. Krus porselin adalah tempat atau wadah yang digunakan dalam pengabuan, karena penggunaannya luas dan dapat mencapai berat konstan maka dilakukan pengovenan. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan eksikator. Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan (kentang halus) sebanyak 3 gram kedalam krus dan catat sebagai berat b gram. Kemudian dimasukkan dalam tanur pengabuan sampai warna menjadi putih keabu-abuan. Pengabuan yang dilakukan didalam muffle dilakukan melalui 2 tahap yaitu : 1



Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat volatile dan bahan berlemak hingga kandungan asam



2



hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis. Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba.



Setelah pengabuan selesai maka dibiarkan dalam tanur selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai berat c gram.



Beberapa kelemahan maupun kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan cara langsung. Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain :



1



Digunakan untuk penentuan kadar abu total bahan makanan dan bahan hasil pertanian,



2



serta digunakan untuk sample yang relative banyak, Digunakan untuk menganalisa abu yang larut dan tidak larut dalam air, serta abu yang



3



tidak larut dalam asam, dan Tanpa menggunakan regensia sehingga biaya lebih murah dan tidak menimbulkan resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya.



Sedangkan kelemahan dari cara langsung, antara lain : 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama, 2. Tanpa penambahan regensia, 3. Memerlukan suhu yang relatif tinggi, dan 4. Adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian suhu tinggi



b). Pengabuan cara Tidak Langsung (Cara Basah) Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tunggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alcohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses penngabuan. Mekanisme pengabuannya adalah pertama-tama krus porselin dioven selama 1 jam. Kemudian didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan eksikator. Lalu timbang krus sebagai berat a gram. Setelah itu masukkan bahan (kentang halus) sebanyak 3 gram kedalam krus dan catat sebagai berat b gram. Kemudian ditambahkan gliserol alcohol 5 ml dan dimasukkan dalam tanur pengabuan sampai warna menjadi putih keabu-abuan. Setelah terjadi pengabuan, abu yang terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram. Suhu yang tinggi menyebabkan elemen abu yang bersifat volatile seperti Na, S, Cl, K dan P menguap. Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu seperi K2CO3 dan CaCO3. pengeringan pada metode ini bertujuan untuk mendapatkan berat konstan. Sebelum sample



dimasukkan dalam krus, bagian dalam krus dilapisi silica gel agar tidak terjadi pengikisan bagian dalam krus oleh zat asam yang terkandung dalam sample. Beberapa kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada pengabuan cara tidak langsung. Kelebihan dari cara tidak langsung, meliputi : a. Waktu yang diperlukan relatif singkat, b. Suhu yang digunakan relatif rendah, c. Resiko kehilangan air akibat suhu yang digunakan relative rendah, d. Dengan penambahan gliserol alkohol dapat mempercepat pengabuan, dan e. Penetuan kadar abu lebih baik. Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara tidak langsung, meliputi: a. Hanya dapat digunakan untuk trace elemen dan logam beracun, b. Memerlukan regensia yang kadangkala berbahaya, dan c. Memerlukan koreksi terhadap regensia yang digunakan



Pengabuan sering memerlukan waktu yang lama, untuk mempercepat pengabuan dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain: a



Mencampurkan bahan dengan pasir kuarsa murni sebelum pengabuan. Dimaksudkan agar memperbesar permukaan (luas) dan mempertinggi porositas sampel sehingga kontak oksigen dengan sampel selama proses pengabuan akan diperbesar. Dengan demikian oksidasi zatzat organik akan berjalan dengan baik dan cepat sehingga waktu pengabuan



b



dapat dipercepat. Menambahkan campuran gliserol-gliserol dan alkohol kedalam sampel sebelum diabukan. Dengan demikian, maka oksidasi tidak mempengaruhi kadar abu bahan tersebut, artinya gliserol dan alkohol mempengaruhi oksidasi bahan labih cepat.



IV. Prosedur Percobaan



1. Menyiapkan cawan pengabuan, kemudian membakarnya dalam tanur kurang lebih 1 jam, mendinginkanyadalam desikator dan menimbang sampai bobot konstan. 2. Menimbang sebanyak 3 – 5 gram sampel dalam cawan tersebut, menempatkan cawan berisi contoh di atas hot plate (bunsen listrik), kemudian membakar contoh sampai asap hilang. 3. Melanjutkan pengabuan dalam furnace dengan suhu 550- 6000C sampai diperoleh abu berwarna putih keabuan. 4. Mendinginkan cawan sampai suhu 100 – 1100C dalam furnace yang telah dimatikan. Mengangkat dan meninginkan dalam desikator selama 1 jam, kemudian menimbang samapi ketelitian 0,1 mg.



V. Data Pengamatan 1. Tepung terigu Berat terigu (W1) = 5,0174 gr Berat cawan kosong (W2) = 33,1465 gr Berat cawan + sampel setelah di furnace (W3) = 34,0753 gr Berat abu setelah di furnace (W4) = 0,9288 gr Warna : abu-abu 2. Tepung tapioka Berat tapioka (W1) = 5,0749 gr Berat cawan kosong (W2) = 36,0025 gr Berat cawan + sampel setelah di furnace (W3) = 36,6951 gr Berat abu setelah di furnace (W4) = 0,6926 gr Warna : abu-abu



3. Mama suka Berat mama suka (W1) = 5,0615gr Berat cawan kosong (W2) = 40,9812gr



Berat cawan + sampel setelah di furnace (W3) = 41,9954 gr Berat abu setelah di furnace (W4) = 1,0142 gr Warna : abu-abu



VI. Perhitungan 1. Tepung terigu W4 = W3 – W2 =34,0753 gr - 33,1465 gr = 0,9928gr



% abu =



=



W4 W1



x 100%



0,9928 gr x 100 5,0174 gr



= 18,51 % 2. Tepung tapioka W4 = W3 – W2 = 36,6951 gr –36,0025 gr = 0,6926 gr



% abu =



=



W4 W1



x 100%



0,6926 gr x 100 5,0749 gr



= 13,64 % 3. Tepung mama suka W4 = W3 – W2



= 41,9954 gr – 40,9812 gr = 1,0142 gr



% abu =



=



W4 W1



x 100%



1,0142 gr x 100 5,0615 gr



=20,03 %



d= senyawa organik a= 5,0174gr e = abu b= 5,0749gr



c=5,0615gr a + b + c = senyawa organik + abu a = tepung gandum b = tepung tapioka c = tepung mama suka



a=d+e



b =d+e



5,0174 gr = d + 0,9288 gr



5,0749gr = d + 0,6926 gr



d = 4,0886 gr



d = 4,3823 gr



c=d+e 5,0615 gr = d + 1,0142 gr d = 4,0473gr



total abu = 4,0886 gr + 4,3823 gr + 4,0473gr = 12,5182 gr



Komponen Tepung Gandum Tepung tapioka Tepung mama suka Senyawa organik Abu Total



Input Gram 5,0174 gr 5,0749 gr 5,0615 gr 15,1538 gr



Output Gram 12,5182 gr 2,6356 gr 15,1538 gr



VII. A



nalisis



Pada praktikum kali ini, proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan Muffle Furnace (tanur) yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 550°C penggunaan tanur karena suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu yang telah ditentukan untuk proses pengabuan. Sampel yang telah halus ditimbang ±5 gram, sebelum dimasukkan kedalam tanur terlebih dahulu cawan di keringkan dalam oven dan setelah itu di masukkan dalam desikator dan kemudian di timbang, setelah itu masukkan sampel, lalu sampel dipanaskan diatas hot plate tujuannya agar dapat meminimalkan asap atau jelaga yang muncul pada saat pengabuan



dan juga agar sampel menjadi gosong/arang. Untuk kali ini analisis kadar abu total menggunakan bahan atau sampel berupa tepung terigu, tepung tapioka dan mama suka.



Setelah itu proses selanjutnya pengabuan yang dapat ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel setelah diarangkan, setelah selesai pengabuan sampel menjadi abu berwarna abu-abu. Berat abu yang didapat pada sampel tepung terigu yakni seberat 0,9288 gram jauh sekali penurunan berat yang terjadi dari berat awal yaitu 5,0174 gram, untuk tepung tapioka seberat 0,6926 gram, tepung tapioka pun juga memiliki penurunan yang jauh yaitu dari berat awal 5,0749 gram, sedangkan untuk tepung mama suka 1,0142 gram penurunan berat yang terjadi dari berat sampel awal 5,0615gram, itu berarti selama proses pemanasan awal sampai pada proses pengabuan telah terjadi penguapan air dan zat-zat yang terdapat pada sampel, sehingga yang tersisa hanyalah sisa dari hasil pembakaran yang sempurna yakni abu.



Pada tepung mama suka didapatkan kadar abu lebih besar dibandingkan tepung terigu dan tepung tapioka yakni sebesar 20,03%, 18,51%, 13,64% yang dihitung berdasarkan berat kering, kadar abu yang didapat tidak terlalu besar, karena terbebas dari air didalamnya.



VIII.



Kesimpulan



Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa : 



Abu adalah suatu zat an-organik yang didapat sebagai hasil pembakaran suatu bahan organik.



  







Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Pengabuan di lakukan dengan pemanasan dalam furnace dengan suhu 550°C. Persen abu yang di dapatkan yaitu: - Tepung terigu sebanyak 18,51% - Tepung tapioka sebanyak 13,64 % - Tepung mama suka sebanyak 20,03 % Penurunan yang terjadi dari berat awal dengan berat akhir jauh sekali, ini berarti terjadinya penguapan air dan zat-zat yang terdapat pada sampel, sehingga yang tersisa hanyalah sisa dari hasil pembakaran yang sempurna yakni abu.



IX. Daftar Pustaka ‐



http://firmansyah-04-01-1990.blogspot.com/2011/05/analisa-hasil-pertanian-kadar-



‐ ‐ ‐



abu-total_14.html http://eremjezone.blogspot.com/2010/05/kadar-abu.html http://chicamayonnaise.blogspot.com/2010/02/abu-penentuan-kadar-abu.html Jobsheet.2015.Teknik pengolahan pangan “Penetapan Total Abu”. Teknik Kimia. POLSRI: Palembang.



X. Gambar Alat



crusible



Furnace



Penjepit



Neraca analitik



Oven



desikator