Laporan PKL Desa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI DESA BLANG LILEUE KECAMATAN MUTIARA KABUPATEN PIDIE 2021



Disusun Oleh Nanda Rizka P07131217022



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH JURUSAN GIZI PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA ACEH BESAR 2020



LEMBARAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) DI DESA BLANG LILEUE, KECAMATAN MUTIARA, KABUPATEN PIDIE DIPERSIAPKAN DAN DI SUSUN OLEH : NANDA RIZKA



Pembimbing Lapangan/CI Desa Blang Lileue



Agus Hendra Al-Rahmad, SKM,MPH Nip. 198208162005011002



Aceh Besar, Januari 20201 Mengetahui,



Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh



Rosi Novita, SP, M.Kes NIP. 197911032006042014



Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi Dan Dietetika Politeknik Kemenkes Aceh



Iskandar, S.Gz, MPH NIP. 197306171996032001



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, ketabahan, kekuatan dan kesehatan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan ” laporan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Blang Lileue Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie 2021” dengan baik. Selanjutnya selawat dan salam penulis persembahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa risalah kebenaran, perajut peradaban, dan penuntun ummat manusia kejalan yang diridhai Allah SWT. Penulisan laporan ini untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh nilai mata kuliah Manajemen Intervensi Gizi. Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimaksih yang sebesar-besarnya Kepada Bapak



Agus Hendra Al-Rahmad, SKM, MPH selaku dosen pembimbing Praktek Kerja



Lapangan (PKL) yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan laporan ini. Pada Penyusunan laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi materinya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penyusun mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan segala keterbatan yang ada, mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Amin.



Aceh Besar, Januari 2021



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah



gizi



merupakan



masalah



kesehatan



masyarakat



yang



penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah gizi, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks. Ditingkat



rumah



tangga, keadaan gizi dipengaruhi oleh



kemampuan rumah tangga menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang cukup serta pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan keadaan kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang kurang memadai (Soekirman, 2000). Masalah gizi selain ibu hamil, bayi, dan ibu menyusui masih terdapat juga masalah gizi mengenai lansia. Masalah gizi pada lansia adalah gizi berlebih dan gizi kurang yang banyak terjadi di kota-kota besar. Kebiasaan makan yang banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih. Pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya: penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. Proses penuaan pada lansia dapat ditandai dengan peningkatan kehilangan otot, densitas tulang, serta penurunan kualitas, fungsi organ dan jaringan tubuh, seperti jantung, otak, ginjal, hati, dan jaringan saraf (Bayyinatul Muchtaromah, 2010). Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam meciptakan derajat kesehatan masyarakat



setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian terus-menerus mulai dari perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas, penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan di berbagai tingkat administrasi (Departemen Kesehatan RI, 2003). Prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang nasional pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Target pencapaian sasaran MDGs tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4 % dalam periode 2011 sampai 2015. (BPP Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap aspek gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya status gizi baik pada balita, ibu hamil serta ibu menyusui dan lain-lain yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan dalam suatu kegiatan pelaksanaan yang disebut sebagai Praktek Kerja Lapangan (PBL) melalui kegiatan Managemen Intervensi Gizi (MIG). Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman praktik dan melibatkan mahasiwa dengan masyarakat secara aktif dalam proses kegiatan lapangan yang bertujuan untuk melihat masalah-masalah gizi pada khususnya dan masalah kesehatan pada umumnya sekaligus memberikan kesempatan untuk melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah gizi dan kesehatan yang ada, sehingga diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi terselenggaranya gizi baik dan pelayanan kesehatan yang optimal serta meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap masalah gizi dan kesehatan yang dihadapinya dengan kegiatan yang lebih terencana dan terkoordinasi. B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi gizi dan eveluasi gizi dalam skala mikro di desa, serta memahami pengelolaan kegiatan program gizi dari Puskesmas dan Dinkes Kab/Kota dalam skala mikro yang direncanakan baik program baru maupun program yang sedang dibina di masyarakat Kecamatan Mutiara, khususnya Desa Blang Lileue.



2. Tujuan khusus -



Melaksanakan program intervensi gizi dalam skala mikro.



-



Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di Desa Blang Lileue, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie.



-



Melaksanaan asuhan gizi terpadu pada kelompok khusus di Blang Lileue



-



Melaksanakan Pelatihan kader gizi



-



Membuat Pameran gizi daring



-



Pemberdayaan masyarakat untuk program posyandu, KADARZI, ASI dan MP-ASI serta GERMA



-



Melaksanakan program teknologi tepat guna pangan dan gizi



-



Penyuluhan gizi dan kesehatan



-



Melakukan pemantauan dan evaluasi dari program intervensi



-



Rencana tindak lanjut (POA)



C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan memperkaya pengalaman dalam menentukan perencanaan program gizi di tingkat pedesaan untuk mampu melakukan pengumpulan, pengolahan, analisa serta mampu mengenal masalah dan penyebab masalah, serta mampu melakukan program intervensi gizi secara tepat dan efektif di tingkat Pedesaan 2. Bagi instansi terkait Dengan kegiatan Praktek Analisis Masalah Kesehatan dan Gizi ini diharapkan kepada instansi terkait terutama pihak Puskesmas dan kecamatan serta Pemerintah Desa memiliki informasi dan dapat mengetahui permasalahan gizi dan kesehatan yang ada diwilayah kerjanya sehingga dapat menyusun rencana perbaikan gizi dalam program gizi dan kesehatan masyarakat. 3. Bagi masyarakat Dengan kegiatan Praktek Analisis Masalah Kesehatan dan Gizi ini diharapkan kepada masyarakat dan tokoh masyarakat ditingkat pedesaan serta Pemerintah Desa sebagai lokasi Praktek Analisis Masalah Kesehatan yang ada



sehingga dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan gizi dalam dan kesehatan masyarakat.



D. Kompetensi PKL -



Mampu elaksanakan pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran (melalui Penyuluhan Gizi)



-



Mampu melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan program pangan dan gizi masyarakat



-



Mampu berrpartisipasi dalam pengembangan dan evelusai program pangan dan gizi di masyarakat



-



Mampu melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan dan kepercayaan dengan keadaan khusus



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah dan Determinan Gizi Indonesia masih mengalami masalah gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh, yang dapat mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Gizi sangat di perlukan oleh setiap individu mulai dari janin, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). Prevalensi masalah wasting di Indonesia tahun 2013 sebanyak 12,1%, sedangkan masalah stunting di Indonesia sebanyak 37,2%. Gizi adalah faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Namun, masyarakat di Indonesia masih menghadapi beberapa masalah gizi, salah satunya adalah gizi kurang. Pada dasarnya gizi kurang sama halnya dengan masalah Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Kekurangan Vitamin A (KVA), yaitu suatu keadaan yang salah satu penyebabnya adalah ketidakcukupan beberapa zat gizi yang dikonsumsi seseorang yang akan menyebabkan masalah gizi . Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Zat gizi merupakan zat kimia yang terdapat dalam bahan makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan tubuhnya dimana zat gizi dapat dikelompokan menjadi zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Masalah gizi dapat dibedakan menjadi dua yaitu masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Masalah gizi makro yang ada di Indonesai adalah Kurang Energi Protein sedangkan masalah gizi mikro adalah kurang Vitamin A, Kurang Zat besi dan Kurang zat yodium (Soekirman, 2002).



B. Faktor- Faktor Penyebab Masalah Gizi Faktor penyebab tidak langsung masalah gizi adalah



1. Faktor langsung a. Asupan makanan Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI Eksklusif.(Menko Kesra RI, 2013). b. Penyakit infeksi Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi. hal ini akan mengakibatkan rusaknya fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan dengan baik. Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberkulosis, campak dan batuk rejan. 2. Faktor tidak langsung a. Ketersediaan pangan Ketersediaan pangan  dalam hal ini ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga adalah kondisi tersedianya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun  mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli keluarga.Kurangnya ketersediaan pangan ditingkat rumah



tangga



akan



menyebabkan



kurangnya



konsumsi



dari



sekelompok keluarga yang akan menyebabkan kurang gizi. b. Pola Asuh Pola asuh dapat dipakai sebagai peramal atau faktor risiko terjadinya kurang gizi atau gangguan perkembangan pada anak. Peran ibu dalam keluarga sangat besar dalam menanamkan kebiasaan makan pada anak dan proses tumbuh kembang yaitu kebutuhan emosi atau kasih sayang diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis, misalnya dengan menyusui segera setelah lahir. c. Sanitasi lingkungan Masalah gizi selain disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi, juga dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri.



Sehingga



memudahkan timbulnya penyakit infeksi. Sanitasi



lingkungan sehat secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak balita yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi status gizi anak balita. C. Pragram Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan



dan



masyarakat,



serta



dilakukan



secara



bertahap



dan



berkesinambungan. Sasaran jangka panjang yang akan dicapai adalah masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2010). Program perbaikan gizi masyarakar adalah program pokok puskesmas yang terdiri dari: penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, keadaan gizi lebih, peningkaran survailans gizi, pemberdayaan perbaikan gizi keluarga atau masyarakat. Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, peningkatan mutu gizi yang dimaksud dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. D. Program Perbaikan Gizi Intervensi 1. Kebun gizi Kebun gizi merupakan salah satu upaya meningkatkan gizi keluarga dengan meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan lahan perkarangan dipersedaan atau perkarangan rumah. Kebun gizi merupakan suatu tempat yang berisikan berbagai tanaman sayuran yang dapat dimanfaatkan karena tanaman sayuran yang tersedia dapat langsung diolah menjadi aneka makanan yang dapat memenuhi gizi warga dan dapat menjadi suplai vitamin dan mineral. 2. Pelatihan kader Kader kesehatan merupakan sasaran yang tepat dalam pelaksanaan program kesehatan karena dianggap sebagai tempat rujukan pertama pelayanan kesehatan.



Kader kesehatan dilatih dan berfungsi sebagai monitor, pengingat dan pendukung untuk mempromosikan kesehatan. Peran kader dalam posyandu: a. Melakukan persiapan kegiatan posyandu b. Menyebarluaskan informasi tentang hari posyandu c. Membagi tugas, antar kader, meliputi pendaftara, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala, pemantauan status imunisasi anak, pencatatan dan penyuluhan, pemberian makanan tambahan, menyiapkan buku catatan posyandu. 3. Penyuluhan Penyuluhan adalah usaha memberikan keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan dan arah yang harus ditempuh oleh setiap orang sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan meningkatkan kualitas hidupnya. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. 4. Konseling gizi Komunikasi efektif sangat dibutuhkan dalam kegiatan Konseling Gizi. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses kominikasi 2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman yang dilakukan oleh ahli gizi nutrisionis, dietisen. (PERSAGI, 2013) Konseling Gizi yang efektif adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor gizi tentang segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku makan klien. 5. Pameran gizi Kegiatan pameran gizi merupakan kegiatan untuk menumbuh kembangkan apresiasi masyarakat tehadap ilmu gizi. Bentuk apresiasi terdiri dari apresiasi kreatif dan apresasi afektif. Selanjutnya, Cahyono (2002: 9.6) membedakan



fungsi pameran menjadi empat kategori, yaitu fungsi apresiasi, fungsi edukasi, fungsi rekreasi, dan fungsi prestasi. Adapun manfaat pameran gizi yaitu: a. Apresiasi diartikan sebagai kegiatan untuk menilai dan menghargai karya manyarakat tentang gizi dan kesehatan. Melalui kegiatan pameran ini diharapkan dapat menimbulkan sikap menghargai terhadap karya seni. Suatu penghargaan akan timbul setelah pengamat (apresiator) melihat, menghayati, memahami karya seni yang disaksikannya. Melalui kegiatan ini pula akan muncul apresiasi aktif dan apresiasi pasif. Apresiasi aktif, biasanya seniman, seteleh menonton pameran biasanya termotivasi/terdorong untuk mencipta karya seni sedangkan apresiasi pasif biasanya terjadi pada orang awam, setelah menyaksikan pameran biasanya bisa menghayati, memahami dan menilai serta menghargai karya seni. b. Fungsi edukasi, kegiatan pameran gizi akan memberikan nilai-nilai ajaran terhadap



masyarakat



terutama



apresiator.maka



tentunya



karya



yang



dipamerkan harus memiliki. C. Standar Penelitian Status Gizi Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal (Depkes RI, 2008). Status gizi dapat diperoleh dengan pemeriksaan antopometri. Indikator yang digunakan berdasarkan Depkes (2010) adalah (BB/U), (TB/U), (BB/TB), (IMT/U).



DAFTAR PUSTAKA BPPK Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional https://pdfslide.net/reader/f/laporan-pkl-gizi-masyarakat