Laporan PKL Gabungan Fix Print (Lengkap) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN



PRAKTEK KERJA LAPANGAN LABORATORIUM PENGENDALIAN KUALITAS LINGKUNGAN PDAM TIRTAWENING KOTA BANDUNG



Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir Sarjana Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung



Disusun Oleh: Anggi Dwi Haryanto



1511C1029



Irfan Kurniawan



1511C1026



Mochammad Zehan Pratama 1512C1004



PROGRAM STUDI KIMIA KONSENTRASI ANALIS KIMIA SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG 2019



1



LEMBAR PENGESAHAN DARI PIHAK INSTANSI LABORATORIUM PENGENDALIAN KUALITAS LINGKUNGAN PDAM TIRTAWENING KOTA BANDUNG



Mengetahui, Pembimbing,



Ratna Nurmalasari, M.Si NIDN/NIDK. 0424068903



Menyetujui, Ketua Program Studi S1 Kimia,



Sandra Amalia Riyadi, M.Si NIK.01.15.090



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di LPKL PDAM Tirtawening Kota Bandung dan diberi kekuatan untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas semester akhir. Dengan adanya kegiatan akhir proses belajar mengajar Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung melalui program PKL, penyusun selaku peserta PKL dapat memperoleh ilmu dan pengalaman yang berharga yang dapat dijadikan bekal untuk menjadi seorang Sarjana Sains yang profesional. Penyusun menyadari benar bahwa dalam penulisan laporan kegiatan PKL ini terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dalam pengetahuan dan kemampuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menyusun laporan kegiatan PKL dengan lebih baik demi kesempurnaan. Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini tidaklah lepas dari dukungan berbagai pihak. Tentunya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak terkait yang membantu kami dalam melaksanakan PKL dan penyusunan laporan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini, diantaranya: 



Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a dan motivasinya untuk kelancaran di setiap langkah yang dijalani.







Bapak S. Tanuwidjaja Drs, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung.







Ibu Dra. Euis Yuliani M.Si, selaku pembimbing dan ketua prodi S1 kimia yang telah memberikan semangat, arahan dan bimbingan kepada kami.







Ibu Nani Suryani selaku Kepala Unit LPKL PDAM Tirtawening Kota Bandung.







Ibu Henhen Hendrayanti, A.Md. selaku Kepala Seksi Teknik Pengujian Laboratorium.







Ilham nugraha, A.Md., selaku Penyelia Pengujian Contoh Uji.



2







Bapak Dicki Nurhakim, Bapak M. Ridwan Nurhakim, Bapak Pebby Perdiansyah, Bapak Intan Pratama Putra, Ibu Selli Agustina, A.Md., selaku pembimbing kami di dalam laboratorium. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah



membantu kami sebelum hingga setelah PKL. Semoga Allah memberikan ganjaran yang berlipat ganda. Amin. Semoga semua yang telah peroleh selama PKL dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.



Bandung, 9 July 2019



Penyusun



3



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN....................................................6 2.1



Sejarah dan Perkembangan Perusahaan....................................................6



BAB III TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................18 3.1 Air.................................................................................................................18 3.2 Spektrometri Serapan Atom..........................................................................30 Dampak lingkungan dari tembaga......................................................................35 3.3 SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS................................................................36 3.3.1 AMMONIA...............................................................................................44 3.3.2 NITRIT......................................................................................................47 BAB IV METODE PENGUJIAN..........................................................................49 4.1 Logam Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) (SNI 6989.67:2009) ............................................................................................................................49 Tembaga (Cu).....................................................................................................49 4.2 METODE ACUAN AMONIA.....................................................................52 4.3 Cara Uji Nitrit (NO2) secara Spektrofotometri (SNI 06-6989.9-2004).......57 BAB V DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN......................................63 5.1 Data Pengamatan Hasil Penentuan Kadar Krom Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)...........................................................................................63 5.2 Data Pengamatan AMONIA.........................................................................66 5.2 Data Pengamatan Nitrit.................................................................................69 PEMBAHASAN.................................................................................................72 BAB VI PENUTUP...............................................................................................79 6.1 Kesimpulan...................................................................................................79 6.2



Saran........................................................................................................80



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................81



4



DAFTAR LAMPIRAN Standar Baku Mutu Air............................................................................................................82 Air Minum → PerMenKes No. 492/Menkes/Per/IV/2010...........................................83 Limbah Cair Industri → Kep. Gub. Jabar No. 6 Tahun 1999......................................84 Air Sumur → Permenkes No. 416/Men. Kes/Per./IX/1990.........................................85 Badan Air → Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001....................................................86 Air Buangan → Permen. Kes. RI No. 173/Men. Kes./ Per/VIII/1977......................86



5



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu program kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di perguruan tinggi yang dilaksanakan pada semester akhir dalam rangka memenuhi tugas akhir dan agar dapat lebih mengenal kegiatan – kegiatan nyata serta mempraktekan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada saat proses belajar mengajar, sehingga dapat menciptakan tenaga profesional muda yang siap ditempatkan di lapangan kerja. Dalam hal ini penyusunan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan (LPKL) PDAM Tirtawening Kota Bandung. Praktek Kerja Lapangan (PKL) juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk emplementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di kampus dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung didunia kerja untuk mencapai keterampilan. Suatu program yang merupakan bagian dari Proses Belajar Mengajar (PBM) pada suatu perguruan tinggi yang dilakukan oleh mahasiswa serta mempraktekkan secara nyata ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dari setiap tahapan proses belajar mengajar. Praktek Kerja Lapangan (PKL) memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengabdikan ilmu – ilmu yang telah diperoleh di kampus. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan wujud relevansi antara teori yang di dapat selama di perkuliahan.



1



Praktek Kerja Lapangan dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Kerja Lapangan (PKL) akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas



manajerial



mahasiswa



dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan upaya untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang diadakan dalam rangka memenuhi tugas akhir pada semester akhir. Khusus bagi mahasiswa tingkat akhir Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih, Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dibeberapa Instalasi Laboratorium pada Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, Laboratorium lingkungan lainnya dll, yang diajukan oleh mahasiswa dan atau ditentukan oleh pihak akademik berdasarkan kelayakan untuk dijadikan lahan praktek, baik dilihat dari jenis pemeriksaan maupun intensitasnya. Dalam hal ini penyusun melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan (LPKL) PDAM Tirtawening Kota Bandung.



1.2



Tujuan Praktek Kerja Lapangan



1.2.1 Tujuan Umum Terlaksananya program akhir proses belajar mengajar pada Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung melalui praktek kerja lapangan (PKL).



2



1.2.2 Tujuan Khusus Melatih dan mengembangkan sumber daya manusia melalui sarana dan fasilitas yang terdapat di Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan (LPKL) PDAM Tirtawening Kota Bandung.  Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada mahasiswa untuk dapat melakukan kegiatan disuatu bidang usaha agar dapat lebih percaya diri dan selalu mandiri dalam mengembangkan karier dimasa depan  Memberikan rasa tanggung jawab terhadap pemeriksaan Contoh Uji yang akan berpengaruh pada produk yang akan diproduksi kelak. Untuk memperkenalkan mahasiswa pada dunia kerja  Meluaskan wawasan dan pandangan mahasiswa terhadap jenis – jenis pekerjaan pada tempat dimana mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).  Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan, mempersiapkan dan melakukan pemeriksaan Contoh uji (spesimen) serta meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai manfaat pemeriksaan laboratorium. Praktek Kerja Lapangan dapat menjadi media promosi lembaga terhadap institusi kerja. Kualitas lembaga perguruan tinggi dapat terukur dari kualitas para mahasiswa yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan tersebut. Selain itu Praktek Kerja Lapangan juga dapat membantu institusi kerja untuk mendapatkan tenaga kerja akademis yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang dimilikinya.



3



1.2.3 Tujuan Pembuatan Laporan Praktek Kerja Lapangan Sebagai kelanjutan dari Praktek Kerja Lapangan maka mahasiswa diwajibkan membuat laporan Praktek Kerja Lapangan. Adapun tujuan pokok dari pembuatan Laporan Praktek Kerja Lapangan adalah : a. Sebagai bukti bahwa mahasiswa telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. b. Sebagai bahan perbandingan antara praktek di kampus dengan praktek di Lembaga. c. Memantapkan mahasiswa dalam pengembangan dan penerapan pendidikan dari kampus di Lembaga tempat Praktek Kerja Lapangan. d. Mengembangkan kemampuan berpikir terutama dalam mengevaluasi data dan pembahasan hasil analisis selama Praktek Kerja Lapangan.  Menambahkan koleksi pustaka di perpustakaan Kampus maupun di Lembaga, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, baik bagi penyusun maupun pembaca. Adapun isi Laporan ini merupakan informasi keadaan lingkungan kerja dan hasil praktikum di Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan PDAM Tirtawening Kota Bandung yang berhubungan dengan jasa konsultasi terhadap perencanaan pelaksanaan kegiatan monitoring kualitas air dan udara serta audit kesehatan lingkungan sampai dengan konsultasi terhadap hasil uji yang didapat maupun solusi dalam memperbaikinya. Sehingga dengan adanya laporan ini memberikan gambaran bagi pembaca yang akan terjun di bidangnya untuk dapat lebih mempersiapkan diri.



4



1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan Setelah 2 bulan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, manfaat yang didapat diantaranya:  Mahasiswa menjadi lebih memahami teori yang didapat di kampus karena dapat terjun langsung dalam prakteknya di lapangan.  Mahasiswa lebih siap menghadapi persaingan dunia kerja karena pengalaman yang didapat selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.  Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara pihak kampus dengan pihak perusahaan. 1.4 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Kualitas



Lingkungan



PDAM



Tirtawening



Kota



Bandung



yang



bertempatkan di Jalan Atlas No. 6 Bandung. Waktu Pelaksanaan dimulai tanggal 21 Januari 2018 sampai dengan 21 Maret 2018.



5



BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan PDAM Tirtawening Kota Bandung



2.1



Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Tahun 1916 Perusahan Air Minum dikelola oleh Technische Dienst Afdeling yang diambil dari 9 mata air dengan debit 130 L/dt. Pada tahun 1940 ditambah dengan 11 sumur artesis dengan debit air 196 L/dt dan prosentase pelayanannya mencapai 40 %. Dengan adanya perluasan kota dan pertambahan penduduk pada tahun 1958 diadakan pembangunan pengolahan air minum di Jalan Badak Singa dengan sumber air baku sungai Cisangkuy dan pada tahun 1960 pengolahan mulai difungsikan hingga debit airnya mencapai 1044 L/dt. Tahun 1967 Perusahaan Air Minum berdiri sendiri dengan nama Dinas Teknik penyehatan. Pada tahun 1974 dengan Keputusan Walikota Bandung nomor 17496/74 tanggal 19 November 1974. Dinas Teknik Penyehatan mulai berstatus Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tahun 1982, pada proyek pertama dibangun beberapa instalasi yaitu :







Pembuangan 22 sumur produksi dan 44 sumur observasi serta pengetesan.







Pembuatan 3 bak penampung air di Cikutra (R9), di Cipedes (R10), dan di Ledeng (R11).







Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi dan distribusi pelayanan pemasangan kran umum sebanyak 200 buah dan MCK sebanyak 35 buah.







Pengadaan 13000 buah meteran air. Proyek penyediaan tahap 2 dilaksanakan dari tahun 1986 s.d 1992, menghasilkan komponen-komponen utama, diantaranya bangunan sadap,



6



transmisi dan instalasi pengolahan sungai Cikapundung dan sungai Cisangkuy serta pengadaan pipa distribusi primer dan sekunder yang baru. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, PDAM Tirtawening Kota Bandung bukan saja dituntut untuk dapat melayani penyediaan air minum dari sisi kuantitas air yang didistribusikan kepada pelanggan, tetapi PDAM Tirtawening Kota Bandung juga dituntut untuk dapat menjaga dan memperbaiki kualitas air minum baik secara fisika, kimia maupun secara mikrobiologi sehingga dapat menumbuhkan rasa aman bagi pelanggan dalam memanfaatkan jasa penyediaan air minum yang diselenggarakan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung untuk kebutuhan sehari – hari. Dengan dikeluarkannya PERMENKES No 907 Tahun 2000 tentang persyaratan air minum dan tata cara monitoring kualitas air baku dan air produksi yang wajib dilaksanakan oleh PDAM serta mulai digalakkannya perlindungan terhadap konsumen oleh YLKI, maka PDAM Tirtawening Kota Bandung harus dapat meningkatkan kegiatan monitoring kualitas air baku maupun air produksinya, baik dari banyaknya contoh uji yang diambil maupun banyaknya parameter (kimia, fisika dan mikrobiologi) yang harus diperiksa. Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka PDAM Tirtawening Kota Bandung harus melakukan monitoring dengan melakukan pengujian laboratorium terhadap lebih dari 400 contoh uji dalam satu bulan dengan jumlah parameter kimia, fisika dan mikrobiologi yang telah ditetapkan dalam PERMENKES tersebut diatas. Perhitungan jumlah contoh uji tersebut berkaitan dengan kapasitas produksi dan jumlah pelanggan yang dilayani oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung saat ini. Untuk dapat melaksanakan kegiatan monitoring tersebut PDAM perlu di dukung oleh sebuah laboratorium dengan jumlah personil dan kompetensi personil yang memadai serta ketersediaan peralatan pengujian dan bahan kimia laboratorium yang disesuaikan dengan banyaknya parameter kimia, fisika dan mikrobiologi yang harus diperiksa.



7



Selain dari ketersediaan sarana, prasarana dan personil laboratorium yang memadai, PDAM juga harus mengakreditasikan laboratoriumnya sebagai laboratorium penguji untuk mendapat pengakuan secara hukum dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) sehingga hasil uji terhadap contoh uji air produksi yang dikeluarkan oleh laboratorium PDAM dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan. Di sisi lain PDAM Tirtawening Kota Bandung sering mendapatkan permohonan pengujian air oleh masyarakat atau pihak swasta serta instansi pemerintah lainnya. Fenomena tersebut dapat diartikan bahwa secara non formal laboratorium PDAM sudah dipercaya oleh masyarakat. Kondisi tersebut merupakan sebuah peluang untuk PDAM dapat mengembangkan usaha lainnya, yaitu membentuk laboratorium umum yang dapat memberikan layanan ganda yaitu melayani PDAM untuk kebutuhan internal dan penyediaan jasa pengujian laboratorium untuk kepentingan umum. Hal tersebut dianggap realistik ketika melihat PDAM Tirtawening Kota Bandung yang telah memiliki tiga laboratorium walaupun dengan segala keterbatasannya dapat digabungkan menjadi sebuah kesatuan, tentunya dapat dijadikan modal dasar pembentukan laboratorium yang mampu melayani kepentingan umum. Pada tahun 2003, PDAM Tirtawening Kota Bandung membentuk Pilot Projek Unit Bisnis Laboratorium dengan nama Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan yang memberikan layanan jasa pengujian kualitas air dan udara. Maksud dan tujuan pembentukan unit bisnis tersebut, yaitu :  Sebagai penghematan struktur organisasi laboratorium PDAM.  Sebagai penghematan anggaran laboratorium.  PDAM dapat memiliki laboratorium yang kompeten untuk melaksanakan pengujian internal.



8



 PDAM dapat mempunyai tambahan pendapatan dari hasil pemanfaatan laboratorium PDAM oleh masyarakat. 2.2



Kedudukan Tugas dan Fungsi Kedudukan PDAM Kota Bandung adalah perusahaan milik pemerintah daerah sebagai suatu alat kelengkapan otonomi daerah yang bergerak di bidang pengolahan air minum dan sarana air minum daerah. PDAM diselenggarakan atas azas ekonomi perusahaan dalam system pembinaan ekonomi Indonesia, yang menjamin kelangsungan demokrasi yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. PDAM dipimpin seorang direktur utama yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui badan pengawas. Tugas pokok PDAM Tirtawening Kota Bandung adalah pengolahan air minum dan sarana air kotor di daerah Bandung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesejahteraan dan pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, PDAM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Melaksanakan pelayanan umum kepada masyarakat konsumen, dalam penyediaan air bersih dan sarana air. b. Menyelenggarakan kemanfaatan umum yang dapat dirasakan oleh masyarakat. c. Memupuk pendapatan untuk membiayai kelangsungan hidup perusahaan dan pembangunan daerah.



2.3



Gambaran Umum Laboratorium Laboratorium perngendalian kualitas lingkungan selanjutnya dinamakan LPKL PDAM Tirtawening Kota Bandung adalah sebuah laboratorium yang bergerak dibidang-bidang tertentu, yaitu :



9



2.3.1 Monitoring kualitas lingkungan dan audit kualitas lingkungan Di dalam monitoring terdapat beberapa hal yang mempengaruhi monitoring kualitas lingkungan dan audit kualitas lingkungan yaitu : a. b. c. d.



Perencanaan monitoring kualitas lingkungan Pelaksanaan monitoring kualitas lingkungan Penelitian dan pengujian Konsultasi lingkungan



 Visi LPKL yaitu : Menjadi laboratorium terbaik, unggul, aman dan terjangkau kemampuan masyarakat Kota Bandung khususnya.  Misi LPKL yaitu : 



Memberikan pelayanan secara terpadu kepada masyarakat.







Senantiasa melengkapi sarana dan prasarana laboratorium dan alat penunjangnya serta meningkatkan profesionalisme karyawan didalam memberikan layanan kepada masyarakat.







Membudayakan sikap peka dan tanggap terhadap kebutuhan konsumen dan menciptakan suasana lingkungan laboratorium yang nyaman.







Menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan laboratorium dengan mendayagunakan berbagai potensi dan pengelolaan secara efektif dan efisien. Untuk mencapai visi dan misi diatas, LPKL perlu pendekatan multi disiplin dalam menangani pekerjaannya. Berkaitan dengan hal tersebut, LPKL didukung oleh tenaga-tenaga kerja berpengalaman dalam berbagai bidang keahlian. Di samping itu LPKL ditunjang pula oleh sejumlah tenaga administrasi dan ketersediaan peralatan teknis milik sendiri yang memadai



10



serta jaringan kerjasama dengan berbagai pihak perorangan maupun kelembagaan. 2.3.3 Ruang lingkup pelayanan Ruang lingkup pekerjaan yang diberikan oleh LPKL dimulai dari jasa konsultasi terhadap perencanaan pelaksanaan kegiatan monitoring kualitas air dan udara serta audit kesehatan lingkungan sampai dengan konsultasi terhadap hasil uji yang didapat maupun solusi dalam memperbaikinya, baik untuk pekerjaan perorangan, swasta, BUMN/BUMD maupun pemerintah. 2.3.4 Survey pendahuluan Survey pendahuluan dilaksanakan guna memberikan masukan kepada pelanggan atau pemilik proyek apakah kegiatan monitoring kualitas lingkungan maupun audit kesehatan lingkungan yang direncanakan layak untuk dilaksanakan dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti : 1.



Peraturan pemerintah yang berlaku dibandingkan dengan sasaran



kegiatan monitoring itu sendiri. 2.



Tujuan dari kegiatan monitoring.



3.



Kondisi yang diharapkan oleh pelanggan.



Selain dari hal-hal tersebut diatas, kegiatan survey pendahuluan juga lokasi kegiatan sebelum pelaksanaan monitoring, sehingga kegiatan monitoring yang dilaksanakan dapat memberikan gambaran yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 2.3.5 Perencanaan audit dan monitoring



11



Perencanaan monitoring kualitas lingkungan dan audit kesehatan lingkungan disusun berdasarkan kondisi actual di lapangan dengan melihat peraturan pemerintah yang berlaku, tujuan dan sasaran monitoring, serta kondisi yang diharapkan pelanggan sehingga dapat ditentukan jumlah contoh uji yang harus diambil, jenis contoh uji yang diambil, parameter uji yang harus diperiksa pada masing-masing contoh uji dan lamanya maupun frekuensi sampling yang harus dilakukan. Dari kegiatan perencanaan monitoring kualitas lingkungan tersebut, LPKL dapat memberikan estiminasi biaya yang dibutuhkan, jumlah personil yang terlibat dan waktu pelaksanaan sampling. 2.3.6 Pengambilan contoh uji Pelaksanaan pengambilan contoh uji atau sampling harus ditangani oleh petugas khusus yang telah mempunyai sertifikat sebagai pengambil contoh uji ( PPC ) sesuai peraturan yang berlaku sehingga jika pelanggan tidak memiliki personil pengambilan contoh uji tersebut, maka LPKL menyediakan personil pengambil contoh uji sekaligus dilengkapi dengan peralatan dan bahan kimia penunjang, sehingga contoh uji tidak terkontaminasi maupun mengalami perubahan selama proses sampling dan transportasi dari lokasi sampling sampai dengan laboratorium. 2.3.7 Pengujian contoh uji Pelaksanaan pengujian baik dilapangan maupun dilaboratorium terhadap contoh uji yang telah ditetapkan menggunakan peralatan instrumentasi seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), standar method, US-EPA, sehingga hasil pengujian memberikan tingkat akurasi tinggi. 2.3.8 Konsultasi hasil pengujian



12



Hasil pengujian dari contoh uji disusun dalam sertifikat hasil uji dengan mencantumkan nilai ambang batas sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas dasar permintaan pelanggan sehingga nilai hasil uji yang diperoleh dapat dibandingkan langsung dengan nilai ambang batasnya. Jika beberapa atau semua parameter uji yang di ukur pada sebuah contoh uji tidak memenuhi ambang batas yang ditetapkan, maka LPKL dapat membantu memberikan penjelasan terhadap beberapa kemungkinan dari terjadinya halhal tersebut sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut. 2.3.9 Konsultasi perbaikan contoh uji Berkenaan dengan hasil uji dari contoh uji yang belum atau tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah atau tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan pelanggan, LPKL menyediakan jasa konsultasi untuk menangani permasalahan tersebut, sehingga dapat diperoleh beberapa alternatif



cara



yang



dapat



ditempuh



pelanggan



sehinggga



dapat



memperbaiki kondisi tersebut. 2.3.10 Pengujian dan evaluasi Dalam hal ini LPKL memberikan pelayanan yang ditawarkan berupa kualitas air buangan (air limbah) sehingga LPKL dapat memberikan masukan berupa perencanaan desain proses baru maupun perbaikan terhadap desain proses yang sudah ada berdasarkan pengujian dan evaluasi yang telah dilaksanakan berikut dengan estiminasi pembiayaannya.



2.3.11 Pelatihan



13



Berkaitan dengan bentuk pengabdiannya terhadap masyarakat, LPKL juga bersedia memberikan pelatihan singkat bagi operator dan pihak-pihak yang akan menangani dan melaksanakan kegiatan monitoring terbatas di lingkungannya. Sehingga



kegiatan



monitoring



yang



dilaksanakan



harian



dapat



dilaksanakan secara mandiri. Adapun kegiatan monitoring terbatas meliputi pengambilan contoh uji untuk parameter yang harus di uji dilapangan.



2.4



Struktur Organisasi LPKL



14



Struktur Organisasi yang telah ditetapkan oleh Direksi PDAM Tirtawening Kota Bandung, untuk Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan sebagai berikut:



Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPKL PDAM Tirtawening Bandung



15



Daftar personil yang melaksanakan implementasi Sistem Manajemen Mutu Laboratorium LPKL – PDAM Tirtawening Kota Bandung : 1. Kepala Unit



: Nani Suryani



2. Kepala Seksi Pemasaran Laboratorium



: Soetrisno Wibowo



2.1 Penyelia Pelayanan Pelanggan Anggota



: : Nenden Dewi N., S.E.



2.2 Penyelia Administrasi Pemasaran Anggota



: Asep Suryana, S.P. : Kosasih



2.3 Penyelia Pengambilan Contoh Uji Air : Sujana Anggota



: 1. Andries Purwo W 2. Junianto



2.4 Penyelia Pengambilan Contoh Uji Udara



: Wawan Saefudin



Anggota



: 1.Januar Nurhadiyat, A.Md. 2. Tisna Permana



3. Kepala Seksi Keuangan & Umum 3.1 Penyelia Keuangan



: Nenden Dewi N, A.Md.



Verifikator Keuangan



: Nandar



3.2 Penata Usaha Bagian



3.3



: Teti Sumarni



: Santy Ristianti, S.E.



Asisten Kepegawaian



: Luthfi



Anggota



: 1. Hani Fauji



Sekretaris Kepala Unit & Kesekretariatan



: Dinanti Fitri



4. Kepala Seksi Pengendalian Mutu Laboratorium



: Ela Anggraeni



4.1 Pemeriksa Muda / Auditor SMM



:Lukman



Koordinator Data Eksternal



: Tutuy Riany A. S., S.T.



Koordinator Data Elektronik



: Maman Abdurahman, S.T.



Auditor Peralatan & Sarana Prasarana (Sapras)



: Luqman Hakim, S.T.



16



4.2 Pengawasan Internal PDAM Anggota



: Heri Kustiawan, S.Pd. : 1. Rahmat Suhermanto 2. Bentar Numpang Putra



5. Kepala Seksi Teknik Pengujian Laboratorium



: Henhen Hendrayanti, A.Md.



5.1 Penyelia Pengujian Contoh Uji



: Ilham Nugraha



5.1.1 Koordinator Fisika Air Bersih & Air Kotor



: Utami



5.1.2 Koordinator Air Bersih (TDS, Warna, TSS, Minyak & Lemak, SO4, MBAS, Cr6+, PO4, Cl2, F)



: Dian Mega



5.1.3 Koordinator Air Bersih (CaCO3, Cl, KMnO4, NO3, NO2, NH3, Asiditas, Alkalinitas, Makanan, Ca & Mg)



: Pebby Perdiansyah.



5.1.4 Koordinator AAS & Sludge



: M. Ridwan Nurhakim



5.1.5 Koordinator Udara



: Dicki



5.1.6 Koordinator ICP & Mikrobiologi: Selly Agustina 5.1.7 Koordinator Air Kotor



: Intan Pratama Putra



5.1.8 Koordinator Reagen, Jaminan Mutu & Sekretaris Teknik



17



: Rezza Muhammad



BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O dengan satu molekul air tersusun atas dua atom hydrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Memiliki nama lain: aqua, dihidrogen monoksida, hydrogen hidroksida. Air terionisasi lemah menjadi ion Hidrogen (H +) dan ion Hidroksida (OH-) memiliki masa jenis maksimum pada suhu 4 0C, memiliki titik beku pada suhu 00C, dan titik didih 1000C. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 KPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 0C). Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 Triliun Km3 (330 juta mil3) tersedia di bumi. Perkiraan jumLah air didunia diperlihatkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Perkiraan JumLah Air di Dunia Air dalam Fase (Siklus Hidrologi)



Km3



%



Air di daratan



37800



2,8



Danau air tawar



125



0,009



Danau air asin dan laut daratan



104



0,008



Sungai



1.25



0,0001



Kelembaban tanah dan air vadose



67



0,005



Air tanah sampai kedalaman 4000 m



8350



0,61



Es dan glasiers



29200



2,14



Air di atmosfir



13



0,001



Air di lautan



1.320.000



97,3



Total air di Dunia



1.360.000



100



Sumber: US Geological Survey, 196



18



3.1.1 Sumber Air Air yang kita perlukan untuk memenuhi segala kebutuhan, dapat diambil dari setiap titik hidrologis. Untuk pengambilan serta untuk memperbaiki kualitasnya sehingga sesuai untuk maksud penggunaannya, sangat bergantung pada teknologi yang kita miliki dan biaya yang tersedia. Sumber-sumber air yang terdapat di alam, yaitu : 



Atmosfir







Hujan







Lautan







Air Permukaan dan air tanah



Unsur-unsur yang terkandung dalam air, jenis serta kadarnya adalah tergantung pada sumber air mana yang digunakan. 



Air Atmosfir Air di atmosfir berada dalam bentuk awan. Air terdapat sampai pada



ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari 0 diatas beberapa gunung serta gurun sampai 4% diatas samudera dan laut. Air atmosfir dalam 3 bentuk: dalam bentuk uap yang tidak kasat mata, dalam bentuk butir cairan, dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju. Jenis air ini mempunyai tingkat pemurnian yang tinggi, namun hingga saat ini belum ditemukan cara-cara yang murah untuk pengambilan air dari sumber tersebut.



19







Air Hujan Air hujan berasal dari penguapan air permukaan bumi dan lautan.



Karena terjadinya perubahan suhu, maka terjadi pengembunan dan akhirnya jatuh lagi ke bumi sebagai air hujan. Dalam lintasan jatuhnya, air hujan mengabsorbsi gas-gas dan uap-uap yang terdapat diudara, terutama oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida yang merupakan komponen-komponen dari udara.Selain daripada itu partikelpartikel debu dan bakteri-bakteri diudara terbawa juga oleh air hujan. 



Air Laut Air laut mempunyai kandungan unsur-unsur tertinggi bila dibandingkan



dengan jenis air yang berasal dari golongan sumber lainnya. Tingginya kadar unsur-unsur dalam air laut adalah akibat terjadinya penguapan. Dengan adanya kandungan unsur-unsur yang demikian tinggi, tentu saja diperlukan proses desalinasi sebelum air laut dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Kadar zat padat terlarut (Total Disolved Solid) dalam air laut berkisar antara 30.000 – 36.000 mg/L, yang unsur-unsurnya antara lain: Tabel 3.2. Zat Padatan Terlarut Na = 10.600 mg/L



Cl = 19.000 mg/L



Mg = 1.270 mg/L



Ca = 400 mg/L



K = 380 mg/L



Br = 65 mg/L



Sr = 1,8 mg/L



C = 28 mg/L



B = 4,6 mg/L



S = 880 mg/L (sebagai SO3



2-



= 2.640 mg/L)



Tingkat salinitas air laut dan air yang dipengaruhi air laut dinyatakan dengan kadar (dalam mg/L) zat padat terlarut, ion klorida (Cl -) atau kadar garam (NaCl). Ditinjau dari salinitasnya, dapat diadakan penggolongan beberapa jenis air berkadar garam tinggi, yaitu:



20







Air payau yang dijumpai di daerah pedalaman yang mempunyai kadar







garam sekitar 1.000 – 5.000 mg/L. Air dengan salinitas sedang, yang mempunyai kadar garam sekitar 2.000 –







10.000 mg/L. Air dengan salinitas tinggi, yang dijumpai di daerah pantai, dengan kadar







garam sekitar 10.000 – 30.000 mg/L. Air laut dengan kadar garam sekitar 30.000-36.000 mg/L. 4.



Air Permukaan Yang termasuk air permukaan, misalnya air sungai, air kolam, air danau



dan lain-lain, dapat merupakan kumpulan air hujan yang jatuh dan mengalir diatas permukaan tanah atau campuran antara aliran permukaan tanah pada musim kemarau. Dengan



adanya/terjadinya



erosi



oleh



aliran



permukaan



dapat



menyebabkan terangkutnya zat-zat anorganik maupun organic dalam partikel, bakteri-bakteri tanah dan organisme lainnya, serta dapat melarutkan garam-garam dan zat-zat lain yang sifatnya dapat larut dalam air. Zat-zat tersebut akan terbawa oleh aliran sungai dan apabila aliran sungai tersebut berkumpul dalam suatu danau, maka dapat terjadi penambahan jenis zat-zat lain, misalnya algae dan sisa-sisa atau hasil perombakan tanaman yang mengakibatkan warna, bau dan rasa. 5.



Air Tanah Air tanah pada umumnya mengandung garam-garam terlarut. Jenis serta



kadar garam-garam terlarut yang terkandung dalam air tanah sangat tergantung pada kondisi tanah dalam lintasan air tanah. Umumnya kadar zat-zat terlarut dalam air tanah lebih tinggi, jika dibandingkan dengan kadar zat dalam air permukaan. Hal ini disebabkan oleh lamanya periode kontak antara air dengan zat-zat yang dapat larut yang terdapat dalam lapisan tanah.



21



Biasanya zat-zat utama yang terdapat dalam air adalah Ca2+, Mg2+, Na+, K+, CO32-, HCO3-, SO42-, Cl-, dan NO3- , serta zat-zat lainya yang dapat dijumpai dalam kadar yang relatif lebih rendah adalah Fe, Mn, Al, SiO 2, B, dan F. Disamping itu, air tanah mengabsorbsi pula gas-gas hasil dekomposisi zat organik dan gas-gas tersebut berupa CO2, H2S, dan NH3. Air tanah yang mengalir melalui daerah yang kaya akan organik yang sifatnya dapat terurai dapat kehilangan kandungan oksigen terlarutnya, karena oksigen tersebut digunakan oleh mikroorganisme dalam perombakan zat organik. Diantara sumber – sumber air yang disebutkan diatas, air permukaan dan



air



tanah



merupakan



sumber-sumber



air



yang



paling



luas



penggunaannya sebagai sumber air. untuk berbagai keperluan, baik keperluan konsumsi domestik (penyediaan air minum) maupun untuk keperluan industi. Dalam memilih jenis sumber yang akan kita gunakan sebagai sumber iar untuk penyediaan air untuk suatu keperluan tertentu, disamping kuantitas (debit) perlu ditinjau pula kualitas air yang dihasilkan oleh setiap alternatif sumber yang tersedia dan kesesuaian yang diperlukan apabila kualitas air yang dihasilkan setiap alternatif sumber-sumber tersebut harus diperbaiki. Dengan demikian, apabila tersedia beberapa alternatif sumber pilihan, perlu ditentukan atas dasar persatuan volume, mencakup harga pengambilan serta pengolahannya. Penggunaan air tanah (artesis atau bukan) yang sepintas lalu tampak jernih, mungkin lebih mahal daripada penggunaan air sungai yang tampak lebih keruh apabila untuk suatu keperluan tertentu, biaya yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas kimiawi air tanah tersebut lebih mahal daripada biaya untuk memperbaiki kualitas air sungai. Untuk keperluan pemilihan tersebut kita perlu mengetahui kriteria kualitas air serta gambaran mengenai proses pengolahan yang akan diperlukan untuk memperbaiki karakteristik atau menurunkan kadar zat – zat tertentu.



22



3.1.2 Siklus Air Alam Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses : 1.



Evaporasi / Transipari – air yang ada dilaut, di daratan, di sungai,



di tanaman, dsb. Kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) lalu menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. 2.



Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah



melalu celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistam air permukaan. 3.



Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat



dengan aliran utama dan danau; makin lanai lahan dan makin sedikit poripori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sunagi utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa) dan sebagian air bawah permukaan akan berkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen – komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). 3.1.3 Pencemaran Air Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain kedalam air dan berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia maupun oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.



23



Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh aktivitas tersebut perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair. Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenalkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Jenis – jenis pencemaran yang biasanya berada dalam air diantaranya: 



Pestisida







Sedimen







Senyawa Organik







Senyawa Anorganik







Limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut







Minyak mineral dan hidrokarbon







Surfaktan







Radioaktif







Panas akibat hasil industri dan pembangkit tenaga listrik







Limbah mikroorganisme yang berbahaya (patogen)



Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda. Limbah dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhtumbuhan dapat menjadi penyumbang pencemaran terhadap air yang akan dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air.



24



Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kegiatan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. 3.1.4 Penggolongan Air Menurut PPRI (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia) No.82 Tahun 2001 Pasal 8, Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air menurut kegunaannya dibagi 4 kelas, yaitu : a.



Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air



bakti, air minum, dan atau untuk peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. b.



Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk



sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk



mengairi



pertanaman,



dan



atau



peruntukkan



lain



yang



mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. c.



Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk



pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. d.



Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk



mengairi, pertanaman dan atau peruntukkan yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.



25



Menurut Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Dalam peraturan ini telah diatur kriteria kualitas air menurut peruntukkan sebagai berikut: 1.



Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum



secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2.



Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku



untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. 3.



Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan



perikanan dan peternakan. 4.



Golongan D, yaitu air dapat dipergunakan untuk keperluan



pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik negara. 3.1.5 Pengambilan Contoh Uji Air Pengambilan contoh uji air atau lazim disebut sampling air adalah mengumpulkan sejumlah volume air secara teliti, dengan jumLah sekecil mungkin tetapi masih mewakili (Representatif). Untuk pengambilan contoh uji ini terdapat cara yang baku, baik untuk pemeriksaan fisika-kimiawi maupun mikrobiologis. Contoh uji yang diambil ini perlu diperlakukan secara khusus agar kualitas air yang diambil tidak berubah selama perjalanan ke laboratorium. Ada beberapa jenis sampling diantaranya : 1.



Grab Sampling



Disebut juga sampling sesaat, yaitu metode sampling yang sederhana. Grab sampling ini hanya dapat mewakili kualitas air pada saat dan tempat tertentu saja. Tetapi apabila diketahui sumber air itu kualitasnya konstan dalam jangka waktu yang lama dan untuk jarak yang cukup jauh maka contoh uji sesaat ini dapat digunakan.



26



2.



Integrated Sampling



Integrated Sampling adalah sampling yang diambil pada saat yang sama yang diambil pada berbagai kedalaman dan kejahuan. Cara pengambilan contoh uji seperti ini dilakukan apabila kualitas sumber air bervariasi atas dasar tempat. 3.



Composite Sampling



Composite Sampling adalah sampel yang diambil pada interval waktu tertentu pada tempat yang sama dan kemudian dicampurkan. Teknik ini dilakukan apabila contoh uji yang akan di analisa kualitasnya bervariasi atas dasar waktu. Agar hasil pengujian yang dilakukan terhadap contoh uji masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan contoh ujinya harus dilakukan secara seksama. Dalam memilih titik pengambilan contoh uji, maka setiap tempat harus diberlakukan secara individu. Kriteria umum dalam menentukan titik sampling adalah : a.



Titik-titik pengambilan secara umum harus dipilih sedemikian



rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dan bagian pokok dari sistem. Titik-titik sampel harus secara seragam menyebar keseluruhan sistem. b.



Titik-titik tersebut harus meliputi bagian yang mewakili suatu



kondisi dari sistem mulai dari yang paling baik hingga tempat yang kemungkinan



memperoleh



kontaminasi



(misalnya:



belokan,



daerah



bertekanan rendah, ujung dari sistem dan lain-lain) c.



Titik pengambilan harus terletak didalam kedua tipe sistem



distribusi (tertutup dan terbuka) sebanding dengan jumlah-jumlah sambungan atau cabang. d.



Ada beberapa pemilihan titik pengambilan contoh uji sesuai



dengan keadaan dan situasi tempat pengambilan contoh uji diantaranya :



27



1. 



Titik pengambilan contoh air sungai Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/s, contoh diambil pada



saat titik ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata. 



Sungai dengan debit antara 5 m3/s – 150 m3/s, contoh diambil



pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrater sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata kemudian dicampurkan. 



Sungai dengan debit lebih dari 159 m3/s, contoh diambil



minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼, ½, dan ¾ lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata lalu dicampurkan. Titik pengambilan contoh air danau atau waduk. Titik pengambilan contoh disesuaikan dengan kedalaman danau/waduk sebagai berikut : 



Danau atau waduk yang kedalamannya kurang 10 m, contoh



diambil di 2 (dua) titik yaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian dicampurkan (komposit ke dalam). 



Danau atau waduk yang kedalamannya 10 m – 30 m, contoh



diambil di 3 (tiga) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin dan bagian dasar kemudian dicampurkan (komposit ke dalam). 



Danau atau waduk yang kedalamannya 31 m – 100 m, contoh



diambil di 4 (empat) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin, diatas lapisan hipolimnion, dan bagian dasar kemanusian dicampurkan (komposit kedalam). 



Danau dan waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik



pengambilan contoh ditambah sesuai keperluan kemudian dicampurkan.



28



3.1.6 Pengawetan Contoh Uji Pada umunya contoh uji dianjurkan untuk dimasukan hingga penuh kedalam botol pengambilan dan botol tersebut harus ditutup rapat untuk menghindari kontak dengan udara luar. Salah satu cara pengawetan sampel yang umum adalah dengan menyimpannya ditempat yang dingin (suhu 40C), contoh uji diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es kering lalu disimpan dalam freezer. Gangguan yang dapat muncul selama penyimpanan dan pengangkutan contoh uji sehingga dapat berubah dari keadaan asli contoh uji, diantaranya : 1.



Gas, seperti oksigen dan karbon dioksida dapat diserap oleh air



sampel atau dapat lenyap dari air sampel ke udara. 2.



Zat tersuspensi atau koloid yang membentuk flock-flock sendiri



dan mengendap sehingga terdapat contoh uji yang berbeda dengan keadaan asli, paling sedikit lumpur tersebut harus dijadikan suspensi lagi secara merata sebelum dianalisis, dengan menghomogenkan botol simpanan. 3.



Beberapa zat terlarut dapat dioksidasi oleh oksigen terlarut



sehingga senyawanya berubah misalnya Mn2+ terlarut dapat di oksidasi oleh oksigen hingga menjadi MnO2 yang dapat mengendap. 4.



Beberapa zat terlarut dapat bereaksi misalnya Ca2+ dan CO3 dapat



membentuk CaCO3 yang mengendap, hal tersebut dapat terjadi jika nilai pH berubah, misalnya karena kadar CO2 tidak tetap atau karena pertumbuhan ganggang. 5.



Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh pada contoh uji yang



tidak disimpan pada tempat yang gelap dan dingin atau bila pH-nya rendah, zat organik akan terurai dan dicerna oleh bakteri yang aktif. 6.



Populasi bakteri dapat berubah secara menyeluruh dalam waktu



beberapa jam saja sehingga merupakan gangguan bagi analisis mikrobiologi .



29



3.2 Spektrometri Serapan Atom Pengertian Spektrometri Serapan Atom (SSA) Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al.,2000). Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Metode



Spektrofotometri



Serapan



Atom



(SSA)



pertama



kali



dikembangkan oleh Walsh Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam renik di dalam sampel yang dianalisis. Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energy sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor / panas. Hukum Dasar Spektrofotometri Serapan Atom Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari: a.



Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati



medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi. b.



Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara



eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut



30



Alat ini umumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk non logam jarang sekali, mengingat unsur non logam dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat unsur yang terionisasi. Metode ini larutan sampel diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis didalam nyala. Bagian-bagian AAS adalah sebgai berikut :



Gambar 3.1 Bagian-bagian AAS Berikut ini penjelasan komponen-komponen penting pada alat SSA : a.



Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp)



Lampu katoda berongga terdiri atas tabung gelas yang diisi dengan gas argon (Ar) atau neon (Ne) bertekanan rendah (4-10 torr) dan di dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda. Rongga katoda berlapis logam murni dari unsur obyek analisis. Misalnya : untuk pengukuran Fe diperlukan lapisan logam Fe. Batang anoda terbuat dari logam wolfram / tungsten (W). b.



Nebulizer



Nebulizer berfungsi mengkonversikan larutan menjadi aerosol. Larutan yang terhisap akan menumbuk glass bead dengan kecepatan tinggi membentuk butiran-butiran halus ( tergantung posisi glass bead0,5-1,0 mm di depan nebulizer dan ukuran kapiler ). Kecepatan hisap nebulizer 3-7 mL/menit.



31



c.



Spray Chambar



Kontainer untuk membuat campuran homogen antara gas pembakar, oksidan dan aerosol dari sampel sebelum mencapai nyala. Butiran dengan ukuran 5 mikron akan diembunkan dan dibuang melalui drain pembuangan. d.



Burner



Tempat terjadinya nyala. Proses atomisasi terjadi pada burner. Posisi burner harus sejajar dengan jalan sinar. Populasi atom terbanyak terjadi pada 0,5-1,0 cm dari dasar nyala. e.



Monokromator



Monokromator meneruskan sinar yang telah diabsorpsi oleh atom bebas saja. f.



Detektor



Mendeteksi sinar yang keluar dari monokromator dan berfungsi sebagai penguat sinyal. g.



Sistem Pembacaan



Sesuai dengan perkembangan IPTEK, sistem pembacaan yang pada awalnya berupa sistem analog sudah berubah menjadi sistem digital, arus listrik langsung diubah sebagai nilai pembacaan dalam skala %T atau A. Dari hasil pengamatan sesuai dengan persamaan Lambert-Beer, dapat dibuat kurva kalibrasinya. Kepekatan contoh kemudian bisa dihitung berdasarkan nilai absorban contoh dan slope. h.



Tabung Gas



Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan



kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas



asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,



32



dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. i.



Ducting



Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya. j.



Kompresor



Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. k.



Buangan Pada AAS



Buangan pada AAS disimpan di dalam jerigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.



33



3.2.3 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb),dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS



pada umumnya digunakan untuk analisa unsur,



spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik. Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 Logam. Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detector melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus



34



(DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut. Sampel analisis berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan bantuan gas bakar yang digabungkan bersama oksidan (bertujuan untuk menaikkan temperatur) sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam kabut dilewatkan pada sinar dan panjang gelombang yang khas. Sinar sebagian diserap, yang disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan emisi. Dampak lingkungan dari tembaga Ketika tembaga berakhir di tanah itu sangat melekat pada bahan organik dan mineral. Akibatnya tidak melakukan perjalanan sangat jauh setelah rilis dan hampir tidak pernah memasuki tanah. Dalam permukaan tembaga air dapat melakukan perjalanan jarak jauh, baik ditangguhkan pada partikel lumpur atau ion bebas. Tembaga tidak memecah di lingkungan dan karena itu dapat terakumulasi dalam tanaman dan hewan ketika ditemukan dalam tanah. Pada tanah yang kaya tembaga hanya sejumlah tanaman memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Itu sebabnya tidak ada banyak keanekaragaman tumbuhan di dekat pabrik tembaga membuang. Karena efek pada tanaman tembaga merupakan ancaman serius terhadap produksi



35



lahan pertanian. Tembaga dapat serius mempengaruhi proses lahan pertanian tertentu, tergantung pada keasaman tanah dan adanya bahan organik. Meskipun ini, pupuk yang mengandung tembaga masih diterapkan. Tembaga



dapat



mengganggu



aktivitas



di



tanah,



karena



negatif



mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan cacing tanah. Dekomposisi bahan organik dapat serius memperlambat karena ini. Ketika tanah lahan pertanian yang tercemar dengan tembaga, hewan akan menyerap konsentrasi yang merusak kesehatan mereka. Terutama domba menderita banyak dari keracunan tembaga, karena efek dari tembaga mewujudkan pada konsentrasi yang cukup rendah. 3.3 SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS a. pengertian Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah, 2005). Beberapa warna komplementer yang sering digunakan terdapat pada tabel berikut ini :



36



Tabel 3.4 Panjang Gelombang dan Warna Komplementer Panjang Gelombang



Warna Komplementer



400-435



Ungu, hijau, kekuningan



435-480



Biru, kuning



480-490



Biru, kehijauan, jingga



490-500



Hijau, kebiruan, merah



500-560



Hijau, ungu, kemerahan



560-580



Hijau, kekuningan, ungu



580-595



Kuning, biru



595-610



Jingga, biru, kehijauan



610-750



Merah, hijau, kebiruan



Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan



spektrofotometri.



Spektrofotometri



dapat



dianggap



sebagai



perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra, 2009). Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang



37



dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007). b. pendekatan hukum Lambert-Beer  Radiasi sinar datang harus monokromatis.  Spesi-spesi penyerap tidak bereaksi satu dengan lainnya.  Radiasi sinar datang tegak lurus dengan permukaan medium penyerap.  Radiasi sinar melintasi medium dengan panjang yang sama.  Intensitas radiasi sinar datang tidak terlalu besar karena akan terjadi efek saturasi.  Konsentrasi analit dalam medium tidak terlalu besar (Absorbansi pada pengukuran terbaik = 0,2 – 0,8).  Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum. c. hal – hal yang perlu diperhatikan pada spetrofotometer 1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna, kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu UV. 2. Panjang gelombang maksimum Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal,



38



akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali. 3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang didapatkan lebih teliti. d. mekanisme Alat Spektrofotometer Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian



akan



mengubah



cahaya



polikromatis



menjadi



cahaya



monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian diterima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif. e. Instrumen Spektrofotometer



39



Gambar 3.2 Instrumen Spektrofotometer Uv-Vis 1.



Sumber radiasi



Sumber radiasi pada spektrofotometer harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis ada tiga macam: 



Sumber radiasi Tungsten (Wolfram), lampu ini digunakan



untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 380-900 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian. 



Sumber radiasi Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang



gelombang 190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian. 



Sumber radiasi merkuri. Sumber radiasi ini memiliki panjang



gelombang 365 nm. 2.



Monokromator



Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu : 



Prisma



40



Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya didapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis. 



Grating (kisi difraksi)



Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum. 



Celah optis



Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan. 



Filter



Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang



41



3. Sel kuvet Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanya kebanyakan kuvet adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektra yang diminati, jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang digunakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabung dan tanda itu selalu tetap arahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel dari instrument itu reprodusibel.



Gambar 3.3 Sel Kuvet



42



4. Detektor Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detektor dapat memberikan respon terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang. Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra- violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. 5. Rekorder Fungsi rekorder mengubah panjang gelombang hasil deteksi dari detektor yang diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dalam bentuk spektrum. Spektrum tersebut selanjutnya dibawa ke monitor sehingga dapat dibaca dalam bentuk transmitan maupun absorbansi.



43



3.3.1 AMMONIA a. Pengertian Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3.. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Ammonia dalam air dapat ditemukan sebagian besar pada air permukaan yang berasal dari air seni, tinja, maupun dari oksidasi biologis bahan organik. Ammonia (NH3) adalah gas yang tidak bewarna dengan bau tajam yang khas dan merupakan senyawa kaustik, dapat berubah menjadi NH4+ (ion ammonium) pada pH perairan yang relatif rendah, dan dapat merusak kesehatan. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran konsentrasi ammonia dengan metode Fenat untuk mengetahui konsentrasi ammonia dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga diharapkan praktikan dapat lebih sensitif tentang pengaruh ammonia terhadap kesehatan. Ammonia merupakan senyawaan anorganik yang diperlukan sebagai sumber energi dalam proses nitrifikasi bakteri aerobic, di dalam air ammonia berada dalam dua bentuk yaitu ammonia tidak terionisasi yang bersifat racun dan ammonia terionisasi yang daya racunnya lebih rendah. Daya racun ammonia dalam air akan mengikat saat kelarutan oksigen yang secara alami terlarut dalam air. Sifat-sifat amonia antara lain sebagai berikut: Amonia adalah gas yang tidak berwarna dan baunya sangat merangsang sehingga gas ini mudah dikenal melalui baunya. Gas tidak berwarna. Dengan pH (1,0 N larutan) : 11,6 ; titik leleh : -77.7 oC ; titik didih : -33.4 oC. Ammonia bersifat iritan. Ammonia boleh larut dalam air. Larutan ammonia dengan air mempunyai sedikit ammonium hidroksida (NH4OH). Ammonia tidak mempengaruhi pembakaran dan tidak akan terbakar kecuali dicampur dengan oksigen. Nyala api amonia yang terbakar berwarna hijau kekuningan muda. Ammonia akan meletup jika dicampur dengan udara.



44



b. ciri dan kegunaan 



Ciri-ciri ammonia :



1. Amonia merupakan gas yang tidak berwarna namun larut dalam air 2. Sangat mudah larut dalam air, dalam keadaan standar, 1 liter air mampu melarutkan 1180 liter ammonia 3. Amonia mudah mencair, ammonia cair membeku pada suhu (-)78 derajat celcius menjadi cairan/kondisi normal pada temperatur 30-40 derajat celcius 4. Amonia bersifat korosif pada tembaga dan timah 5. Amonia digunakan sebagai bahan alat kecantikan seperti bahan campuran pada cat rambut, meluruskan rambut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang ditunjukkan dengan kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumlah amonia banyak, sedangkan dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit akan bersifat racun juga. Selain itu, pada saat kandungan oksigen terlarut tinggi, amonia yang ada dalam jumlah yang relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman (Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006). NH3 dapat diukur dengan menggunakan Metode Fenat. Menurut SNI 19-7119.1-2005 tentang Cara Uji Kadar Amoniak (NH 3) Dengan Metode Fenat menggunakan Spektofotometer kemudian direaksikan menggunakan fenol dan natrium hipoklorit dalam suasana basa, untuk membentuk senyawa indofenol berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,2 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari



45



0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Pescod (1973) menyarankan agar kandungan amonia dalam suatu perairan tidak lebih dari 1 mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP- 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industry menyatakan bahwa baku mutu limbah cair ammonia bebas dikatakan normal pada rentang 1 – 5 mg/L. 



Kegunaan : Zat ammonia biasanya digunakan sebagai obat obatan, bahan



campuran pupuk urea (CO(NH2)2) dan ZA (Zwvelamonia) (NH4CL) pada baterai, asam nitrat (HNO3), zat pendingin, membuat hidrazin (N2H4) sebagai bahan bakar roket, bahan dasar pembuatan bahan peledak, kertas pelastik, dan detergen dan jika dilarutkan kedalam air maka zat tersebut akan dapat menjadi pembersih alat perkakas rumah tangga.



46



3.3.2 NITRIT Nitrit (NO2-) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit dari nitrat, karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan peralihan (Intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi). Reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob, yang merupakan proses yang biasa terjadi pada pengolahan limbah, juga menghasilkan gas amonia dan gas-gas lain, misalnya N 2O, NO2, NO dan N2. Pada denitrifikasi, gas N2 yang dapat terlepas dilepaskan dari dalam air ke udara, ion nitrit dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi tanaman, keberadaan nitrit menggambarkan bagusnya proses biologis perombakkan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Garam-garam nitrit digunakan sebagai penghambat terjadinya proses korosi pada industri. (Effendi, 2003) Nitrit dapat mengakibatkan pelebaran pembuluh darah, hal ini diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrogen oksida (NO) atau NO- yang mengandung molekul yang berperan dalam membuat relaksasi otot-otot polos. Selain itu, nitrit di dalam perut akan berikatan dengan protein membentuk N-nitroso, komponen ini juga dapat terbentuk bila daging yang mengandung nitrit dimasak dengan panas yang tinggi. Sementara itu, komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu bahan karsinogenik seperti timbulnya kanker perut pada manusia.



47



Penentuan Kadar Nitrit Secara Spektrofotometri a.



Prinsip kerja



Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamida (SA) dan N-(1-naphthyl)-ethylenediamine dihydrochloride (NED dihydrocloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan.



Warna



yang



terbentuk



diukur



absorbansinya



spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.



48



secara



BAB IV METODE PENGUJIAN



4.1 Logam Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) (SNI 6989.67:2009) Tembaga (Cu) a. Prinsip Analit logam tembaga dalam nyala udara asitilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda dari besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit. 



Bahan -Air bebas mineral; -Asam nitrat (HNO3) p.a; -Larutan standar logam Timbal (Pb); -Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi; -Larutan pengencer HNO3 0,05 M; -Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000,0 mL air bebas mineral -dalam gelas piala. -Larutan pencuci HNO3 5% (v/v); -Tambahkan 50,0 mL asam nitrat pekat ke dalam 800,0 mL air bebas mineral dalam gelas piala 1000,0 mL lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000,0 mL dan homogenkan. -Udara tekan HP atau udara tekan dari kompresor c. Alat -Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala; -Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL) timbal; 49



-Gelas piala 100,0 mL dan 250,0 mL; -Pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL -Labu ukur 50,0 mL dan 100,0 mL; -Erlenmeyer 100,0 mL; -Corong gelas; -Kaca arloji; -Pemanas listrik; -Seperangkat alat saring vakum; -Saringan membran dengan ukuran pori 0,45 μm; -Labu semprot; dan Neraca analitik dengan resolusi 0,001 mg, maksimal 210 g. d. Prosedur Persiapan Contoh Uji 



Homogenkan contoh uji, pipet 50 mL contoh uji ke dalam erlenmeyer 100 mL.







Panaskan contoh uji diatas hot plate yang telah diatur temperaturnya pada suhu 95 oC, panaskan secara perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL - 20 mL.







Jika destruksi belum sempurna (larutan contoh uji tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi pada suhu 80⁰C (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi jernih.







Bilas corong dan masukkan air bilasannya ke dalam erlenmeyer.







Pindahkan contoh uji masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL kemudian disaring dan tambahkan air bebas mineral sampai tanda tera lalu homogenkan.







Contoh siap diukur serapannya. 50



Pembuatan Larutan Induk Logam Timbal 100 mg/L  Pipet 10,0 mL larutan standard E-Merck dengan konsentrasi 1000 mg/L, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.  Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan. Larutan tersebut mempunyai konsentrasi 100 mg/L.  Larutan induk harus diganti apabila pada saat pengecekan kurva kalibrasi dengan CCS tidak memenuhi persyaratan. Pembuatan Larutan Induk Logam Tembaga 10 mg/L  Pipet 10,0 mL larutan induk logam timbal 100 mg/L, masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL.  Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan.  Larutan induk ini harus diganti apabila pada saat pengecekan kurva kalibrasi dengan CCS tidak memenuhi persyaratan. Pembuatan Larutan Kerja Tembaga a. Pipet larutan induk 10 mg/L masing – masing sebanyak 0,0 ; 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5 ; 3,0 mL masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL. b. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan. Prosedur dan Pembuatan Kurva Kalibrasi , Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat. , Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 217,00 nm.



51



, Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi. , Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.



4.2 METODE ACUAN AMONIA A. Ruang Lingkup Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat dalam contoh air dan air limbah pada kisaran kadar 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N pada panjang gelombang 640 nm. B. Istilah dan Definisi 



Larutan induk amonia Larutan yang mempunyai kadar amonia 1000 mg/L, yang digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah.







Larutan baku ammonia Larutan induk amonia yang diencerkan dengan air suling sampai kadar tertentu.







Larutan kerja amonia Larutan baku amonia yang diencerkan,digunakan untuk membuat kerva kalibrasi







Kurva kalibrasi Grafik yang menyatakan hubungan kadar larytan baku dengan hasil pembacaan serapan yang merupakan garis lurus.







Larutan blanko 52



Air suling yang perlakuannya sama dengan contoh uji. C. Cara uji 



Prinsip Amonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium nitropusida membentuk senyawa biru indofenol







Bahan Siapkan bahan yang diperlukan untuk pengujian ammonia, peralatan diantaranya : 



Amonium Klorida (NH4Cl)







Larutan Fenol (C6¬H5¬OH) Campurkan 11,1 mL fenol yang dicairkan (kadar fenol ≤89%) dengan etil alkohol 95% didalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan etil alkohol 95% sampai tanda batas dan dihomogenkan







Natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5% Larutkan 0,5 gram Natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) dalam 100 mL air suling dan dihomogenkan.







Larutan Alkali sitrat (C6H5Na¬3O7) Larutkan 200 gram trinatrium sitrat dan 10 gram NaOH, masukkan kedalam 1000 mL, tepatkan dengan air suling sampai tanda batas dan homogenkan.







Natrium Hipoklorit (NaClO) 5%







Larutan Pengoksidasi



53



Campur 100 mL larutan alkali sitrat dengan 25 mL natrium hipoklorit. 



Peralatan Siapkan peralatan yang diperlukan untuk pengujian ammonia, diantaranya : a) Spektrofotometer



UV-Visible;



Shimadzu



1700



atau



Shimadzu 2800; b) Timbangan analitik; c) Erlenmeyer 50 mL; d) Labu ukur 100 mL; 500 mL dan 1000 mL; e) Gelas ukur 25 mL; f) Pipet volumetrik 1,0 mL; 2.0 mL; 3,0 mL dan 5,0 mL; g) Pipet ukur 10 mL dan 100 mL; h) Gelas piala 1000 mL. 



pembuatan larutan induk amonia 1000 mg/L Larutkan 3,819 gram amonium klorida (setelah dikeringkan pada suhu 100°C) dalam labu ukur 1000 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda batas kemudian homogenkan.







pembuatan larutan baku amonia 100 mg/L Pipet 10 mL larutan induk amonia 1000 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan air suling hingga tanda batas dan homogenkan.







Pembuatan larutan baku amonia konsentrasi 10 mg/L



54



Pipet 10 mL larutan baku amonia 100 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tambahkan air suling hingga tanda batas dan homogenkan. 



Pembuatan larutan kerja amonia 



Pipet 0,0 mL; 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,5 mL dan 0,6 mL larutan baku amonia 10 mg/L dan masukkan masingmasing kedalam labu ukur 100 mL Tambahkan air suling hingga tanda batas sehingga diperoleh kadar amonia 0,0 mg N/L; 0,1 mg N/L; 0,2 mg N/L; 0,3 mg N/L; 0,5 mg N/L dan 0,6 mg N/L.







Pipet 0,00 mL; 0,20 mL; 0,40 mL; 0,60 mL; 0,80 mL; 1,00 mL; dan 1,20 mL larutan baku amonia 10 mg/L dan masukkan masing-masing kedalam labu ukur 100 mL Tambahkan air suling hingga tanda batas sehingga diperoleh kadar amonia 0,00 mg N/L; 0,20 mg N/L; 0,40 mg N/L; 0,60 mg N/L; 0,80 mg N/L; 1,00 mL N/L dan 1,20 mL N/L.







Pembuatan kurva kalibrasi 



Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar amonia.







Pipet 25 mL larutan kerja dan masukan masing-masing ke dalam erlenmeyer.







Tambahkan 1 mL larutan fenol dan homogenkan.



55







Tambahkan 1 mL larutan natrium nitropusid, homogenkan.







Tambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, homogenkan.







Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna (tutup erlenmeyer dengan plastik atau parafin film).







Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 640 nm.







Buat kurva kalibrasi dari data diatas dan atau tentukan persamaan garis lurusnya.







Pengukuran contoh uji 1. Pipet 25 mL contoh uji masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. 2. Tambahkan 1 mL larutan fenol dan homogenkan. 3. Tambahkan 1 mL larutan natrium nitropusid, homogenkan. 4. Tambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi, homogenkan. 5. Biarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna (tutup erlenmeyer dengan plastik atau parafin film). 6. Masukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer. 7. Pilih kurva kalibrasi yang diperkirakan sesuai dengan jenis contoh uji. 8. Baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 640 nm.



56



D. Jaminan mutu dan pengendalian mutu 



Jaminan mutu a) Gunakan bahan kimia pro analysis (p.a). b) Gunakan alat gelas bebas kontaminan. c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi. d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten. e) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu penyimpanan maksimum.







Pengendalian mutu a) Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0.97 dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi. b) Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi. c) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis. d) Jika perbedaan persen relatif hasil pengukuran lebih besar atau sama dengan 5% maka dilakukan pengukuran ketiga. e) Apabila contoh uji mengandung zat tersuspensi, contoh uji dapat disaring atau didestilasi. f) Apabila contoh uji mengandung H2S contoh uji diasamkan dengan HCL sampai pZ



57



4.3 Cara Uji Nitrit secara Spektrofotometri (SNI 06-6989.9-2004) Prinsip Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan.



Warna



yang



terbentuk



diukur



absorbansinya



secara



spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm. Bahan a) Air suling bebas nitrit. Buat air suling bebas nitrit dengan salah satu cara di bawah ini: 1) Dengan cara ozonisasi terhadap air demineralisasi. 2) Ke dalam 1000 mL air suling tambahkan sedikit kristal KMnO 4 (+ 5 mg) dan Ba(OH)2 atau Ca(OH)2 (+ 5 g). Destilasi dengan menggunakan gelas borosilikat. Buang 50 mL destilat pertama lalu tampung destilat. Destilat harus bebas permanganat (tes dengan menambahkan larutan DPD (N,NDietil-p-Phenilendiamin),



warna



merah



menunjukkan



adanya



permanganat. 3) Ke dalam 1000 mL air suling tambahkan 1 mL H 2SO4 p dan 0,2 mL larutan MnSO4(36,4 g MnSO4.H2O / 100 mL air suling). Tambahkan 1-3



58



mL larutan KMnO4 (400 mg KMnO4 / 1000 mL air suling) Destilasi seperti no. 3.2 a) 2) di atas. b) Glass wool. c) d)



Kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0,45 μm. Larutan



sulfanilamida,



H2NC6H4SO2NH2.



Larutkan



5



gram



sulfanilamida dalam campuran 300 mL air suling dan 50 mL HCl pekat. Encerkan dengan air suling sampai 500 mL. e) Larutan NED Dihidroklorida. Larutkan 500 mg N-(1-naphthyl)-ethylene diamine dihydrochloride (NED Dihidroklorida) dalam 500 mL air suling. Simpan dalam botol gelap dalam refrigerator. Ganti setiap bulan atau bila berwarna coklat. f) Larutan natrium oksalat, Na2C2O4 0,05 N. Larutkan 3,350 g Na2C2O4 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 mL. g) Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N. Larutkan 19,607 g Fe(NH4)2 (SO4)2. 6H2O dalam air suling bebas nitrit, tambahkan 20 mL H2SO4 pekat dan tepatkan sampai 1000 mL. h) Larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N. Larutkan 1,232 gram NaNO2 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai 1000 mL. Awetkan dengan 1 mL CHCl3. i) Larutan kalium permanganat, KMnO4 0,05 N. Larutkan 1,6 g KMnO4 dalam 1000 mL air suling. Biarkan sedikitnya 1 minggu, saring dengan glass wool dan simpan dalam botol berwarna coklat. Peralatan a) spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica; b) labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL; c) pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL dan 50 mL; d) pipet ukur 5 mL; e) gelas piala 200 mL dan 400 mL; f) erlenmeyer 250 mL; dan g) neraca analitik.



59



Persiapan dan pengawetan contoh uji Persiapan contoh uji a) Saring air suling dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45 μm, tampung hasil saringan. Larutan ini digunakan sebagai blanko penyaringan. b) Saring contoh uji dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45 μm. c) Masukkan contoh uji ke dalam botol gelas berwarna gelap bebas dari kontaminasi nitrit. Pengawetan contoh uji Contoh uji disimpan pada pendingin 40C dengan waktu simpan tidak lebih dari 48 jam.Persiapan pengujian Pembakuan larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N Lakukan larutan induk nitrit sebagai berikut: a) Pipet 50 mL larutan KMnO4 0,05 N, masukkan kedalam erlenmeyer 250 mL. 3 dari 9 b) Tambahkan 5 mL H2SO4 pekat. c) Pipet 50 mL larutan induk nitrit, masukkan kedalam larutan KMnO 4 dengan cara ujung pipet berada dibawah permukaan larutan KMnO4 d) Homogenkan/goyangkan dan panaskan pada temperatur 700C sampai dengan 800C di atas pemanas. e) Hilangkan warna permanganat dengan penambahan larutan natrium oksalat 0,05 N dengan penambahan secara bertahap sebanyak 10 mL. f) Titar kelebihan Na2C2O4 dengan larutan KMnO4 0,05 N sampai sedikit warna merah muda sebagai titik akhir. CATATAN Jika digunakan larutan FAS sebagai pengganti Na2C2O4, tidak perlu dilakukan pemanasan tetapi memerlukan waktu reaksi selama 5 menit sebelum titrasi akhir dengan KMnO4.



60



g) Hitung kandungan NO2-N dari larutan induk dengan rumus berikut:



Pembakuan larutan kalium permanganat, KMnO4 0,05 N Bakukan larutan ini pada saat akan digunakan dengan cara sebagai berikut: a) Timbang 100 mg sampai dengan 200 mg Na 2C2O4 anhidrat, masukkan ke dalam gelas piala 400 mL. b) Tambahkan 100 mL air suling, aduk sampai larut. c) Tambahkan 10 mL H2SO4 1:1. d) Panaskan sampai temperatur 900C sampai dengan 950C. e) Titrasi dengan segera dengan larutan KMnO 4 sampai warna merah muda (selama titrasi temperatur dijaga tidak kurang dari 850C). f) Lakukan langkah pada butir c) sampai dengan e) terhadap air suling sebagai blanko. g) Hitung normalitas KMnO4 dengan rumus:



61



Pembuatan larutan intermedia nitrit, 50 mg/L NO2-N a) Hitung volume larutan induk nitrit, NO2-N yang diperlukan untuk membuat 250 mL larutan intermedia nitrit, 50 mg/L NO2-N. b) Persiapkan larutan intermedia setiap akan digunakan. c) Untuk menghitung larutan intermedia adalah sebagai berikut: ( D ) x ( C ) = ( 250 ) x ( 50 ) dengan pengertian: C adalah kadar NO2-N dalam larutan induk; D adalah volume larutan induk nitrit yang diperlukan untuk membuat 250 mL, 50 mg/L NO2-N. Pembuatan larutan baku nitrit, 0,50 mg/L NO2-N a) Encerkan 10 mL larutan intermedia dengan air suling sampai volume 1000 mL. b) Persiapkan setiap hari atau setiap akan digunakan. Pembuatan larutan kerja nitrit, NO2-N a) Pipet 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL dan 20,0 mL larutan baku nitrit (0,5 mg/L ) masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL.



62



b) Tambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit, NO2 -N 0,00 mg/L; 0,01 mg/L; 0,02 mg/L; 0,05 mg/L; 0,10 mg/L; 0,15 mg/L dan 0,20 mg/L. Pembuatan kurva kalibrasi a) Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat. b) Ke dalam masing-masing 50 mL larutan kerja tambahkan 1 mL larutan sulfanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit. c) Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam). d) Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm. e) Buat kurva kalibrasinya.



Prosedur a) Pipet 50 mL contoh uji, masukkan kedalam gelas piala 200 mL. b) Tambahkan 1 mL larutan sulfanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit. c) Tambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam). d) Baca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.



63



BAB V DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Data Pengamatan Hasil Penentuan Kadar Krom Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Tabel 5.1 Standar Cu Sampel ( ID ) Std 1



Konsentrasi ( ppm ) -0,0151



Absorbansi 0,0021



Std 2



0,0445



0,0100



Std 3



0,1034



0,0178



64



Std 4



0,2031



0,0310



Std 5



0,5166



0,0725



Std 6



0,8323



0,1143



Std 7



0,9651



0,1319



Kurva kalibarsi Cu 0.14 f(x) = 0.13x + 0 R² = 1



0.12 0.1



absorbansi Linear (absorbansi )



0.08 0.06 0.04 0.02 0 -0.2



0



0.2



0.4



0.6



0.8



1



1.2



Gambar 5.1 Kurva Kalibarsi Standar Cu



Tabel 5.2 Tabel Hasil Pengujian Sampel Limbah Cair dengan parameter Cu No



Action



Sampel ID



1.



UNK136



CVS Cu 0,1887 ppm



Konsentarasi ( ppm ) 0,1880



Absorbansi



2.



UNK136



Contoh uji x



-0,0227



-0,0003



3.



UNK136



CRM Cu



0,1539



0,0271



4.



UNK137



CRM Cu duplo



0,1551



0,0273



0,0324



Tabel 5.3 Daftar Logam CRM No



UNSUR



KONSENTRASI ( ppm )



65



KISARAN ( ppm )



1.



Arsen( As)



0,6580



0,5730-0,73300



2.



Barium ( Ba)



2,2800



2,0700-2,4900



3.



Cadmium ( Cd)



0,8700



0,7710-0,9220



4.



Chromium ( Cr )



0,5420



0,4930-0,5910



5.



Cobalt ( Co )



0,2520



0,2340-0,2800



6.



Copper ( Cu )



0,1510



0,1370-0,1650



7.



Iron ( Fe )



2.1400



1,9300-2,3800



8.



Lead ( Pb )



0,2860



0,2580-0,3150



9.



Manganes ( Mn )



0,7160



0,6620-0,7800



10.



Nickel ( Ni )



1,1400



1,0400-1,2400



11.



Selenium ( Se)



0,2110



0,1850-0,2340



12.



Zinc ( Zn )



1,7100



1,5500-1,8800



Perhitungan



1) %Dcvs



=



(conc target−conc hasil) conc target



=



(0,1887−0,1887) 0,1887



x 100 %



=0%



2) %Rcvs



=



conc hasil conc target



=



0,1887 0,1887



x 100 %



x 100 %



x 100 %



= 100 % 66



3) %RPD



=



¿ ( X 1−X 2 )∨



¿ ( X 1+ X 2 ) / 2



x 100 %



¿ =



¿ (0,1539+0,1551)/2 ¿



¿ ( 0,1539−0,1551 )∨



x 100 %



= 0.77 %



4) %R



=



conc CRM hasil x 100 conc CRM target



=



0,1545 0,1510



x 100 %



= 102,31 %



5.2 Data Pengamatan AMONIA 



Data Sampel



Tabel 5.1. Tabel Standar Kurva Kalibrasi Ammonia (NH3) No



Identitas sampel



Konsentrasi



WL543,0



1



Standar 1



0,0000



0,0000



2



Standar 2



0,1000



0,0791



3



Standar 3



0,2000



0,1503



67



4



Standar 4



0,3000



0,2288



5



Standar 5



0,4000



0,3079



6



Standar 6



0,5000



0,3859



7



Standar 7



0,6000



0,4637



Absorbansi



Kurva Kalibrasi Standar Ammonia 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0



f(x) = 0.77x - 0 R² = 1



0



0.1



0.2



0.3



0.4



Kosentrasi (mg/L)



68



0.5



0.6



0.7



Tabel 2.2 Tabel Analisa Contoh Uji Ammonia NO 1 2 3 4 5



Identitas Sampel CVS CRM 1 CRM 2 Sampel x1 Sampel x2 



Konsentrasi 0,3012 0,4641 0,4430 0,0619 0,0611



WL543,0 0,2320 0,3575 0,3413 0,0419 0,0414



Perhitungan Kadar ammonia (mg N/M) = C X fp Dengan pengertian : C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L) fb adalah faktor pengenceran. Keterangan : jika hasil dari spektrofotometri tidak ada pengenceran,hasil konsentrasi sampel tersebut hasil asli dari spektrofotometer. Jika ada pengenceran maka menggunakan perhitungan tersebut.







Jaminan Mutu



|(C . target−C . hasil)|



%Dcvs= ¿



|(0,3000−0,3012)| 0,3000 %Rcvs=



¿



C . target ×100 =0,4



C . hasil × 100 C .target



0,3012 ×100 =100,4 0,3000



%RPD=



|( X 1−X 2)| (X 1+X 2)/2



69



×100



×100



¿



|(0,0619−0,0611)| (0,0619+0,0611)/2



× 100 =1,30



|( C . spike−C . sampel )|



%R= ¿



|(0, 4641+0,4430)|/2 0, 4641



C . target value



× 100 =97,73



70



× 100



5.2 Data Pengamatan Nitrit 



Data Sampel



4. Tabel 5.1. Tabel Standar Kurva Kalibrasi Nitrit (NO2-) No



Identitas sampel



Konsentrasi teoritis



WL



1



Standar 1



0,0000



0,0000



2



Standar 2



0,2000



0,1905



3



Standar 3



0,4000



0,3815



4



Standar 4



0,6000



0,5722



5



Standar 5



0,8000



0,7635



6



Standar 6



1,0000



0,9530



7



Standar 7



1,2000



1,1405



panjang gelombang 1.2 f(x) = 0.95x + 0 R² = 1



1 absorbansi



0.8 panjang gelombang Linear (panjang gelombang)



0.6 0.4 0.2 0 0



0.2



0.4



0.6



0.8



1



1.2



konsentrasi ppm



71



1.4



Tabel 2.2 Tabel Analisa Contoh Uji Nitrit (NO2-) NO 1 2 3 4 5 



Identitas Sampel CVS CRM 1 CRM 2 Sampel x1 Sampel x2



Konsentrasi 0,5998 0,9031 0,9024 0,0054 0,0060



WL543,0 0,5714 0,8600 0,8593 0,0058 0,0064



Perhitungan



Kadar Nitrit (mg N/M) = C X fp Dengan pengertian : C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L) fb adalah faktor pengenceran. Keterangan : jika hasil dari spektrofotometri tidak ada pengenceran,hasil konsentrasi sampel tersebut hasil asli dari spektrofotometer. Jika ada pengenceran maka menggunakan perhitungan tersebut. 



Jaminan Mutu



|(C . target−C . hasil)|



%Dcvs= ¿



|(0,6000−0,5998)| 0,6000



%Rcvs= ¿



×100



×100 =0,03



C . hasil × 100 C .target



0,5998 ×100 =99.97 0,6000



%RPD= ¿



C . target



|( X 1−X 2)| (X 1+ X 2)/2



|(0,0054−0,0060)| (0,0054+ 0,0060) /2



×100



× 100 =2,02



|( C . spike−C . sampel )|



%R=



C . target value



72



× 100



¿



|(0,9031+0, 9024)|/2 0,9031



×100 =99.96



PEMBAHASAN



73



A. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Pada penentapan kadar logam oleh AAS ini hanya dilakukan analisis terhadap satu jenis logam saja yaitu Tembaga (Cu). Kemudian, pada pengujian logam Cu hasil dari pencampuran sampel dengan HNO3 dianalisis kadar logam-logam tersebut dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Penambahan HNO3 berfungsi untuk mencegah pengendapan dan melarutkan logam -logam. Pertama-tama dibuat larutan induk kromium (Cu) 1000 ppm kemudian membuat larutan standar Kromium (Cu) 100 ppm sebagai larutan pembanding yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar ini dibuat dengan menambahkan HNO3 pekat, penambahan HNO3 pekat ini bertujuan untuk memberikan suasana asam dalam larutan. Suasana asam ini dimaksudkan untuk menjaga kejernihan larutan dari endapan logam, karena sifat dari logam Fe ketika bereaksi dengan suatu basa akan menghasilkan endapan. Hal ini dilakukan dimaksudkan agar endapan yang dihasilkan akan tidak akan menyumbat pipa kapiler dalam alat. Larutan standar 100 ppm kemudian dibuat beberapa variasi konsentrasi menjadi 0,0 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 1,0 ; 1,2 ppm dalam 100 mL akudes pH. Selanjutnya larutan disaring kedalam labu erlenmeyer kemudian semua larutan diuji dengan alat spektrofotometer serapan atom (SSA). Pada pengujian larutan standard menggunakan alat spektrometri serapan atom, pertama dipasangkan lampu katoda yang sesuai dengan logam yang ingin diuji (Cu) pada alat spektrometri serapan atom. Kemudian alat dan lampu katoda dinyalakan. Setelah itu flame dinyalakan dengan memilih oksigen dan asetilen sebagai bahan bakar dan oksidatornya. Lalu AAS tersebut dikalibrasi menggunakan aquadest sehingga terlihat nilai absorbansi 0,00 pada layar. Kemudian larutan standard (Cu) diuji satu persatu dengan dimasukkan ke alat spektrometri serapan atom melalui pipa kapiler. Pada setiap penggantian larutan standard atau larutan sampel alat harus dikalibrasi lagi dengan menggunakan aquabidest. Dicatat setiap data paling stabil yang tertera di layar dari masing-masing larutan standard.



74



Dari hasil pengujian didapatkan hasil regresi pada kurva kalibrasi Cu dengan persamaan y = 0.1324x + 0.0041, R² = 0.9996. Hasil ini menandakan bahwa kurva linier dan nilai pada kurva kalibrasi menunjukkan hasil yang cukup akurat karena R2 mendekati 1. Berdasarkan kurva kalibrasi tersebut didapatkan konsentrasi sampel Cu sebesar -0.227 mg/L. Pada analisis ini dilakukan perhitungan jaminan mutu dari contoh sampel. Jaminan mutu pada saat pengujian juga sangat penting, bertujuan untuk memastikan bahwa tahapan proses pengujian dapat berjalan secara selektif dan efisien. Metode yang digunakan misalnya adalah Persen Relatif (Relative Percent Difference, %RPD) dan Persen temu balik (%recovery, %R). Pada analisis penentuan kadar Cu ini ada beberapa faktor yang kurang sesuai pada saat pengujian dan dapat sedikit mempengaruhi hasil menjadi kurang maksimal , yaitu bisa terjadi oleh faktor-faktor seperti peralatan ukur yang tidak dilakukan kalibrasi dan/atau uji kinerja, kondisi lingkungan pengujian yang kurang memadai, analis yang kurang kompeten, dan penggunaan bahan kimia yang kurang sesuai dengan standar yang telah ditentukan.



5.2 Spektrofotometri



75



a.



AMONIA



Ammonia (NH3) adalah gas yang tidak bewarna dengan bau tajam yang khas dan merupakan senyawa kaustik, dapat berubah menjadi NH 4+ (ion ammonium) pada pH perairan yang relatif rendah, dan dapat merusak kesehatan. Ammonia dalam air dapat ditemukan sebagian besar pada air permukaan yang berasal dari air seni, tinja, maupun dari oksidasi biologis bahan organik. Ammonia yang menguap akan mencemari udara dan mengganggu pernapasan. Maka dari itu pemeriksaan ammonia perlu dilakukan untuk dipelajari guna mengambil tindakan lebih lanjut pada tempat sample berasal. Untuk pengujian contoh air dan air limbah dapat menggunakan SNI 066989.30 2005. Metode standar yang digunkan yakni metode fenat. Prinsip metode ini adalah ammonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol. Hasil senyawa bereaksi dengan fenol dalam katalis ion nitropusida dan adanya sisa jumlah hipoklorida membentuk indofenol-blue. Senyawa indofenol-blue ini tentunya mengandung kromofor (zat warna), sehingga dapat dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 640 nm. Reaksi terjadi dua tahap sebagai berikut: a.



Penambaha hipoklorit pada sampel ammonia menghasilkan mono-



chloroamina



b.



Fenol bereaksi dengan mono-chloroamina membentuk senyawa



biru indofenol



76



Hal pertama yang dilakukan yaitu preparasi deret standar ammonia dengan membuat amomonia dengan konsentrasi: 0,1;0,2;0,3;0,4;0,5 dan 0,6ppm dalam labu ukur 100mL lalu disimpan untuk kemudian nanti dipraparasi bersamaan dengan sampel. Setelah itu siapkan juga larutan CRM. Untuk sampel dimulai dari menyaring larutan contoh uji untuk memisahkan residu dan filtratnya. Kali ini contoh uji yang akan diteliti adalah sample x. Sifat fisik sangan perlu diperhatikan sebelum melakukan pengujian karena dapat mempengaruhi saat proses pembacaan pada alat spektrofotometer untuk menghindari dari hal tersebut maka dilakukan proses pengenceran. Pengujian kadar amonia dengan metode spektrofotometer secara fenat dilakukan dengan memasukkan sampel limbah cair sebanyak 25mL kedalam erlemeyer, kemudian setelah itu menambahkan pereaksi fenol (C 6H5OH) yang bertujuan untuk membebaskan ion ammonium (NH4+) menjadi ammonia (NH3+) dalam hal ini tidak terjadi perubahan warna apapun kecuali pada sampel yang terlampau tinggi konsentrasi ammonianya itupun tidak terlalu signifikan. Lalu ditambahkan natrium nitroprusid (C5FeN6Na2O) sebagai katalis pembentukan biru indofenol. Disinipun perubahan mencolok belum terjadi, maka dari itu dilanjutkan pada menambahakan larutan pengoksidasi sebagai senyawa yang akan



mengoksidasi



sampel.



Terakhir,



hal



yang



dilakukan



yaitu



menempatkannya ditempat gelap untuk menghindari kontak udara bebas dan membiarkannya selama satu jam untuk pembentukan warna pada larutan dari bening menjadi biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh warna dari kompleks indofenol yang terbentuk saat preparasi, dan intensitas warna ini pula yang dihitung sebagai konsentrasi dari hasil absorbansinya. Hal ini (preparasi yang dilakukan pada sampel) dilakukan juga pada larutan deret standar dan larutan CRM. Setelah



dilakukan



preparasi



lalu



diukur



menggunakan



spektrofotometer pada panjang gelombang 640nm. Hingga setelh dilakukan pengukuran didapatkan konsentrasi sebesar 0,0615 ppm.



77



Akhirnya untuk dapat mengetahui kadar ammonia dalam sampel kita menggunakan perhitungan yang telah dibahas sebelumnya yaitu hasil dari alat yang berupa konsentrasi dikalikan faktor pengenceran.



78



b . NITRIT Nitrit (NO2) merupakan salah satu senyawa kimia pencemar dalam air. Selain disebabkan oleh kegiatan manusia, peningkatan nitrit dalam air juga dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan mengoksidasi ammonia menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas Sp (Amri, 2009). Mekanisme pembentukan nitrit di atmosfer diawali dengan pembentukan NO yang mencakup reaksi antara nitrogen (N) dan oksigen (O 2), kemudian reaksi selanjutnya antara NO dan oksigen yang lebih banyak akan membentuk nitrit. Bakteri yang mampu membantu dalam pembentukkan nitrit adalah bakteri autotrofik yang berperan dalam oksidasi ammonia menjadi nitrit pada siklus nitrogen. Bakteri-bakteri tersebut antara lain Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosobulus, dan Nitrosovbrio (Agustiyani, 2004). Pembentukan nitrit dari degradasi ammonia secara aerob dikenal dengan proses nitrifikasi. Pada tahap ini mikroba yang berperan aktif dalam kelompok Nitrosomonas menghasilkan nitrit. Dari pengujian kadar nitrit yang telah dilakukan terhadap beberapa sampel air limbah, air tanah, dan air permukaan didapatkan kadar nitrit untuk sampel air limbah dan air tanah yang telah sesuai dengan baku mutu, namun untuk sampel air permukaan tidak sesuai dengan baku mutu. Untuk air permukaan, berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 kelas II tentang pengelolaan kualitas air



dan pengendalian



pencemaran air, maka sampel air permukaan tersebut memnuhi syarat baku mutu yaitu dengan kadar nitrit maksimal 0,06 mg/L dan air permukaan tersebut telah tercemar nitrit. Air permukaan ini arus diolah terlebih dahulu agar dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan untuk aktivitas manusia. Konsentrasi NO2 yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi makhluk hidup. Nitrit yang berlebihan akan bersifat toksin. Pada jumlah nitrit berlebih, NO akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dan akan membentuk Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal



79



metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemea, yang membuat tubuh kekurangan oksigen, badan membiru serta bisa menyebabkan kematian. Toksinitas NO2 adalah 0.6 – 1.5 g pada orang dewasa dan bersifat letal pada konsentrasi 12 g. Dosis letal pada anak-anak adalah 0.2 – 0.3 gram. Pada bayi, penyakit ini dikenal sebagai penyakit Blue Babies. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengambil sampel contoh uji dan dimasukan pada gelas kimia sebanyak 25ml. Setelah itu tambahkan 0,5ml sulfanilamide (pereaksi harus dingin). Hal ini dikarenakan nitrit tidak stabil apabila tidak dalam kondisi dingin. Tunggu sampai 2-8 menit agar membentuk senyawa kompleks yang sempurna dengan nitrit . Kemudian tambahkan pereaksi NEDA 0.5ml untuk membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan .Maximal pembacaan pada alat spektro tidak boleh lebih dari 2 jam karena sampel dapat menjadi tidak stabil sehingga absorbansinya cepat berubah, sehingga konsentrasinya berubah juga. Kemudian masukan sampel pada kuvet, lalu masukan kuvet pada spektro dan ukur pada Panjang gelombang 543nm



80



BAB VI



PENUTUP



6.1 Kesimpulan A. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) a. Tembaga (Cu) Konsentrasi logam Kromium dalam contoh uji limbah cair sebesar -0.227 mg/L, konsentrasi ini masih di bawah ambang batas pada Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 6 tahun 1999. %RPD sebesar 0,77% dan %R sebesar 102,31%. B. Spektrofotometer UV-Vis a. Ammonia Kesimpulan dari Peraktik Kerja Lapangan yang dilakukan di LPKL PDAM Titrawening mengenai parameter uji pada sampel air didapat hasil : Parameter uji



No



Metode



Ammonia



1



Spektrofotometr i UV-Vis



Nama Sampe l x



2



Jenis Sampel



Hasil



Limbah Cair



0,0619mg/ L 0,0611mg/L



Dari tabel didapat konsentrasi ammonia adalah sebesar 0,0619 mg/L. konsentrasi ini masih di bawah ambang batas pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sebesar 1-5 mg/l.



81



b. Nitrit Parameter uji



No



Metode



Nama Sampel



Jenis Sampel



NO2



1



Spektrofotometr i UV-Vis



x



Limbah Cair



2



Hasil 0,0054 mg/L 0,0060 mg/L



Berdasarkan baku mutu Nitrit kadar maksimum yang diperbolehkan Nitrit untuk kelas 1-3 kadar maksimum 0,06 mg/L sedangkan untuk kelas 4 tidak dipersyaratkan. Sehingga berdasarkan hasil praktikum sampel x memenuhi syarat karena kurang dari 0,06 mg/L. Sehingga dapat digunakan untuk keperluam air bersih



6.2



Saran Dalam penulisan laporan ini, penulis memberikan saran untuk pembaca agar dapar dipertimbangkan demi kemajuan dan kebaikan bersama, yaitu sebagai berikut :  Sebelum melakukan pengujian, pastikan semua alat bersih dan instrumen bekerja dengan baik. 



Saat preparasi contoh uji pastikan memakai APD yang lengkap







agar terlindung bila terjadi kecelakaan. Bagi pembimbing LPKL agar selalu mendampingi peserta PKL pada saat pengujian dan menjelaskan fungsi prosedur pengujian secara teori maupun praktek kepada peserta PKL.



82



DAFTAR PUSTAKA 



Fajar, Kurnia Cahaya. 2012. “Cara menganalisa AMMONIA (NH3)”,



(online),



(http://karuniacahayafajar.blogspot.co.id/2012/11/ammonia-nh-3a.html diunduh 25 Maret 2016 pkl. 17.28) 



Lingkungan, Kimia. 2013. “Analisa Sulfida dengan SNI 6989.70_2009”,



(online),



(https://environmentalchemistry.wordpress.com/tag/sulfide/ diunduh 25 Maret 2016 pkl. 17.40) 



Chemistry. 2013. “Analisis Kandungan Sulfat Dalam Sampel Cair”,(online),



(http://imasassy.blogspot.co.id/2013/06/analisis-



kandungan-sulfat-dalam-sampel.html diunduh 25 Maret 2016 pkl. 18.20)  Weiner, Eugene R. 2012. “Applications of Environmental Aquatic Chemistry: A Practical Guide, Third Edition”. Florida (United States) :CRC Press.  Anonim.



2016. “Toksisitas



Logam”,



(online),



(https://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas_logam diunduh 24 Maret 2016 pkl. 17.06) 



Anonim. 2009. “Mengenal Logam Berat (Heavy Metal)”, (online),(https://smk3ae.wordpress.com/2009/02/02/mengenallogam-berat-heavy-metal/ diunduh 24 Maret 2016 pkl. 17.15)



 Fadhli, Haiyul M.Si., Apt.. 2015. “Inductively Coupled Plasma (ICP)”,(online), (http://haiyulfadhli.blogspot.co.id/2015/04/inductively-coupledplasma-icp.html diunduh 24 Maret 2016 pkl. 17.15) 



Basset, J .R.C Denney, G.H.Jeffery, J.Mendham .2002. “Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.



83







Khopkar, S. M. 1990. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI Press







Kepala Seksi Teknik. 2015. “Metode Pengujian Logam dan Beberapa Non Logam dalam Air Secara Inductively Coupled Plasma Atomik Emisi Spektrofotometri (ICP-AES)”. Bandung : LPKL PDAM Tirtawening.







Kepala Seksi Teknik. 2015. “Metode Pengujian Amonia Secara Spektrofotometi UV-Vis”. Bandung : LPKL PDAM Tirtawening.







Kepala



Seksi



Teknik.



2015.



“Metode



Pengujian



Fosfat



Secara Spektrofotometri UV-Vis”. Bandung : LPKL PDAM Tirtawening. 



Kepala Seksi Teknik. 2015. “Metode Pengujian



Sulfida



Secara Spektrofotometri UV-Vis”. Bandung : LPKL PDAM Tirtawening.  Kepala Seksi Teknik. 2015. “Metode Pengujian Krom Hexavalent Secara Spektrofotometri UV-Vis”. Bandung : LPKL PDAM Tirtawening.



84



LAMPIRAN 1 STANDAR BAKU MUTU AIR Air Minum → PerMenKes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Kadar Maksimum No. 1



2



Jenis Parameter



Satuan



yang diperbolehkan Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi 1) E.Coli jumlah per 100 0 ml sampel 2) Tota Bakteri Koliform jumlah per 100 0 ml sampel b. Kimia an-organik 1) Arsen mg/L 0,01 2) Flourida mg/L 1,5 3) Total Kromium mg/L 0,05 4) Kadmium mg/L 0,003 5) Nitrit, (Sebagai NO2 -) mg/L 3 6) Nitrat, (Sebagai NO3 -) mg/L 50 7) Sianida mg/L 0,07 8) Selenium mg/L 0,01 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik 1) Bau Tidak berbau 2) Warna TCU 15 3) Total zat padat terlarut mg/L 500 (TDS) 4) Kekeruhan NTU 5 5) Rasa Tidak berasa oC 6) Suhu suhu udara ± 3 b. Parameter Kimiawi 1) Aluminium mg/L 0,2 2) Besi mg/L 0,3 3) Kesadahan mg/L 500 4) Khlorida mg/L 250 5) Mangan mg/L 0,4 6) pH mg/L 6,5-8,5 7) Seng mg/L 3 8) Sulfat mg/L 250 9) Tembaga mg/L 2 10) Amonia mg/L 1,5



85



Limbah Cair Industri → Kep. Gub. Jabar No. 6 Tahun 1999 No Parameter Satuan Baku Mutu Limbah Cair*) Gol. I Gol. II FISIKA oC 1 Temperatur 38 40 2 Zat padat terlarut mg/l 2000 4000 3 Zat padat Tersuspensi mg/l 200 400 KIMIA 1 pH 6.0-9.0 6.0-9.0 2 Besi terlarut (Fe) mg/l 5 10 3 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2 5 4 Barium (Ba) mg/l 2 3 5 Tembaga (Cu) mg/l 2 3 6 Seng (Zn) mg/l 5 10 7 Krom Heksavalen (Cr6+) mg/l 0.1 0.5 8 Krom Total (Cr) mg/l 0.5 1 9 Cadmium (Cd) mg/l 0.05 0.1 10 Raksa (Hg) mg/l 0.002 0.005 11 Timbal (Pb) mg/l 0.1 1 12 Stanum (Sn) mg/l 2 3 13 Arsen (As) mg/l 0.1 0.5 14 Selenium (Se) mg/l 0.05 0.5 15 Nikel (Ni) mg/l 0.2 0.5 16 Kobalt (Co) mg/l 0.4 0.6 17 Sianida (CN) mg/l 0.05 0.5 18 Sulfida (H2S) mg/l 0.05 0.1 19 Fluorida (F) mg/l 2 3 20 Klorin bebas (Cl2) mg/l 1 2 21 Amoniak bebas (NH3-N) mg/l 1 5 22 Nitrat (NO3-N) mg/l 20 30 23 Nitrit (NO2-N) mg/l 1 3 24 BOD5 mg/l 50 150 25 COD mg/l 100 300 26 Senyawa aktif biru metilen mg/l 5 10 27 Fenol mg/l 0.5 1 28 Minyak nabati mg/l 5 10 29 Minyak mineral mg/l 10 50 30 Radioaktivitas*) -



86



87



88



89