Laporan PKL Manajemen Kesehatan Ternak Babi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1.Latar belakang Daerah kantong ternak babi di Indonesia salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). NTT sangat berpotensi untuk pengembangan ternak babi khususnya babi lokal karena keadaan sosial budaya masyarakat NTT yang mayoritas beragama non muslim. Pasaran ternak babi di NTT cukup baik, serta secara sosial budaya masyarakat NTT selalu menggunakan ternak babi terutama babi lokal dalam setiap perayaan adat atau keagamaan (Wea, 2004). Ternak babi merupakan ternak yang dipelihara, dibudidayakan dan diternakan dengan tujuan tertentu terutama untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau protein hewani bagi manusia. Ternak babi ditinjau dari segi produktivitas merupakan hewan proflik artinya dapat melahirkan anak dengan jumlah yang banyak dengan liter size 8-14 ekor. Produktivitas seekor induk babi ditentukan oleh jumlah anak yang lahir perindukan (litter size) dan angka kelahiran anak dalam setahun. Oleh karena itu tanpa disertai pemeliharaan yang baik kemungkinan anak babi akan mengalami kematian yang cukup banyak. Ternak babi yang mempunyai karakteristik genetik unggul dapat dipastikan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi daripada ternak yang tidak begitu baik karakteristik genetiknya. Selain faktor genetik tersebut, performans ternak juga akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berupa pakan, perkandangan, sanitasi dan kesehatan ternak. Dengan demikian, produktivitas yang optimum akan tercapai bila faktor genetik dan lingkungan keduanya dalam kondisi yang optimum atau setidaknya mendukung untuk tercapainya produktivitas ternak yang baik. Penyakit menyebabkan kerugian ekonomis dalam pengertian mortalitas dan morbiditas, laju pertumbuhan, konversi makanan yang buruk, biaya pengobatan meningkat dan gangguan kontinuitas produksi. Dalam usaha peternakan babi, ada beberapa kendala yang sering dihadapi peternak, salah satunya adalah penyakit yang dapat menyerang ternak babi, terutama bibitnya. Ada berbagai penyakit pada babi yang dapat mengancam produktivitas suatu peternakan, apalagi bila babi yang terserang penyakit tersebut mati. Adapun penyakit yang dapat menyerang babi diantaranya: Agalactia, Cacar babi, Scabies, 1



Kekurangan vitamin A, Scours (Mencret), Hog Cholera, Brucellosis (keguguran menular), Erysipelas, Penyakit Mulut dan Kuku (Apthae Epizootticae = AE). Oleh karena itu



masyarakat atau peternak harus waspada dan siap memberikan



pertolongan bila penyakit datang menyerang. Pada usaha peternakan penerapan biosekuriti mutlak dilakukan, terutama terhadap penyakit menular yang bersifat zoonosis dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan secara menyeluruh. Manajemen kesehatan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya tindakan pencegahan, tindakan pengobatan, serta tindakan pemusnahan atau pembasmian. Program pencegahan penyakit sangat diperlukan agar babi bebas dari infeksi bakteri , virus, jamur, dan parasit. Seunggul apapun ternak yang dipelihara serta sebaik apapun menajemen pemeliharaannya, semuanya kurang berarti bila aspek kesehatan hewan kurang diperhatikan , dalam arti manajemen pencegahan penyakit tidak dilaksanakan sepatutnya oleh peternak. Untuk melihat dan mempelajari cara penanganan agar ternak terhindar dari penyakit maka dilakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium kandang babi Fakultas Peternakan Undana selama satu bulan yang dimulai pada tanggal 30 Agustus 2018 sampai 30 September 2018.



1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah : 1. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari secara teoritis dalam bidang peternakan di lokasi PKL. 2. Memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman kegiatan di lapangan bagi mahasiswa dalam bidang peternakan. 3. Untuk mengetahui pentingnya manajemen kesehatan dalam usaha ternak babi. 1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1. Dari kegiatan PKL



mahasiswa memperoleh pengalaman kerja, khususnya



pengalaman dalam manajemen kesehatan ternak secara konkrit di bidang peternakan,khususnya ternak babi. 2. Menambah pengetahuan dan motivasi bagi mahasiswa untuk berwirausaha dibidang peternakan khususnya ternak babi agar mahasiswa memiliki bekal yang cukup dalam berwirausaha di tengah masyarakat.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Deskripsi ternak Babi Ternak babi tergolong dalam ternak monogastrik dimana babi memiliki kemampuan dalam mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikonsumsinya. Babi akan lebih cepat tumbuh dan cepat menjadi dewasa serta bersifat prolific yang ditunjukkan dengan kemampuan mempunyai banyak anak setiap kelahirannya yaitu berkisar antara 8-14 anak dan dalam setahun bisa dua kali melahirkan (Sihombing,1997). Penyakit pada ternak babi merupakan kendala utama pada peternakan intensif di lingkungan tropis seperti di Indonesia karena dapat menurunkan produksi. Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik,sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal (Murtidjo,1992) Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Namun demikian usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan ( Jahja dkk,1993). Dalam usaha peternakan babi dikenal ada tiga perangkat utama yang menentukan kesuksesan usaha yaitu penggunaan bibit unggul, pemberian ransum yang bermutu, pelaksanaan tata laksana secara efisien dan pengendalian penyakit secara benar dan tepat ( Sudarmono, 2003). Sakit adalah kondisi yang menunjukan adanya gangguan fisiologis yang dinyatakan dengan gangguan sistem dalam tubuh dan dapat dilihat dengan lemahnya tubuh, gejala-gejala klinis serta tidak dapat berproduksi secara optimal (Trisunuwati dkk, 2011). 2.2. Jenis-jenis Penyakit pada Babi Beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang ternak babi adalah sebagai berikut : 2.2.1. Agalactia Penyakit ini adalah penyakit babi induk yang habis melahirkan dimana mengalami kegagalan dalam mengeluarkan atau memproduksi air susu yang disebabkan oleh bakteri 3



Escherichia coli. Dimana terjadi keracunan di dalam usus akibat kontaminasi, yang kemudian terus diikuti dengan hilangnya nafsu makan dan kadang-kadang suhu tubuh meningkat, akibat peradangan pada uterus (metritis). Ternak yang bersangkutan sakit kehilangan nafsu makan temperatur tubuh naik: 106° F yang normal 102° F – 103°F. Dari vulva keluar cairan yang berwarna kemerahan atau kekuningan. Peradangan uterus ini biasanya diikuti peradangan ambing (Mastitis) mengakibatkan kegagalan air susu (Agalactia), maka penyakit ini juga disebut MMA (Mastitis Metritis Agalactia ) Complex ( Pudjiatmoko, dkk. 2014) Gejala Umum: 1. Gejala pertama biasanya nampak 3 hari sesudah melahirkan, walaupun sering dapat terlihat belum melahirkan atau sebelum anak-anak disapih ; 2. Temperatur 103°F – 106°F ; 3. Babi tak mau makan, air susu sedikit atau gagal sama sekali ; 4. Dari vagina keluar nanah (pus) berwarna keputihan atau kekuning-kuningan ; 5. Anak babi mencret ; 6. Kadang-kadang tidak diketahui sampai anak babi kelaparan Pencegahan dan Pengobatan: 1. Makanan baik, dan kebersihan harus terjamin 2. Untuk menghindarkan konstipasi, babi bisa diberi obat peluncur, atau cairan gula (gula tebu) 6-10%, pada ransum, garam inggris. 3. Pengobatan dengan injeksi antibiotik (penicilin, penstrep, terramycin, sulmet) 2.2.2. Cacar Babi Cacar babi merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Swinepox virus dari famili Poxviridae (Thibault, 1998), ditandai dengan adanya lepuh dan keropeng pada kulit. Cacar babi biasanya merupakan penyakit ringan dengan lesi (keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh) terbatas pada kulit, biasanya terjadi demam sementara yang ringan dapat mendahului timbulnya papula. Dalam waktu 1-2 hari papula menjadi vesikel dan kemudian menjadi bisul bertangkai dengan diameter 1-2 cm. Kutil mengerak dan mengeropeng dalam 7 hari, kesembuhan biasanya tuntas dalam 3 minggu (Alan, 1995). Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung antara babi sakit dengan yang sehat atau lewat gigitan serangga penghisap darah (nyamuk) dan kutu babi (Haematopinus suis) 4



atau tungau (Tyrogtyphid spp). Peran hewan karier dalam penularan penyakit tidak diketahui, tetapi yang jelas virus tahan hidup dalam jangka waktu yang lama dalam debu dan bekas bangunan (Pudjiatmoko,dkk. 2014). Pengobatan spesifik terhadap cacar babi belum ada. Babi yang sembuh dari swinepox akan kebal terhadap infeksi berikutnya. Infeksi dapat menyebabkan imunitas lokal dan melindungi babi dari infeksi berikutnya. Anak babi yang baru lahir memeliki antibody maternal demikian pula babi yang sembuh memiliki kekebalan yang bertahan lama. Tindakan pengendalian lebih diarahkan dengan melakukan tindakan karantina yang ketat, yaitu mencegah masuknya babi sakit ke suatu daerah atau ke peternakan yang bebas, memberantas nyamuk dan tungau di daerah wabah. 2.2.3.Hog Cholera Hog Cholera (HC) merupakan penyakit viral menular terpenting pada babi, berlangsung subakut, akut atau kronik, dengan proses penyakit yang tidak menciri atau bahkan kadang tidak tampak sama sekali (Pudjiatmoko, dkk. 2014. Hog cholera ditularkan melalui kontak langsung dengan babi terinfeksi, atau secara tidak langsung melalui ekskresi dan sekresi babi yang terinfeksi. Masuknya penyakit ke suatu daerah karena adanya babi pembawa virus (carrier), produk asal babi atau bahan dan makanan tercemar, limbah dari tempat pemotongan hewan. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui alat transportasi, sepatu dan pakaian petugas, serta alat suntik yang dipakai berulang. Saat ini belum ada obat yang efektif untuk mencegah hog cholera. Tindakan yang paling efektif untuk mencegah atau mengendalikan penyakit ini adalah melakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin aktif yang sudah diatenuasi. Keberhasilan program vaksinasi sangat bergantung pada strain,dosis dan aplikasi vaksin serta kesehatan hewan yang divaksinasi. Pengendalian dapat dilakukan dengan melalui tindakan karantina. 2.2.4. Erysipelas Erysipelas adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakterial dan terutama menyerang babi. Erysipelas pada babi biasanya menyebabkan bercak-bercak merah pada kulit sehingga sering disebut “diamond skin disease”. Disamping itu erysipelas dapat menyebabkan polyarthiritis pada babi. Erysipelas merupakan salah satu penyakit zoonosis yang dapat menular ke manusia, yang disebut dengan penyakit Erysepeloid (Suardana dan Soejoedono, 2005).



5



Erysipelas terjadi oleh penyebaran infeksi yang diawali dengan berbagai kondisi yang berpotensi timbulnya kolonisasi bakteri, misalnya : luka, koreng, infeksi penyakit kulit lain, luka operasi dan sejenisnya. Penularan pada hewan dapat terjadi lewat saluran pencernaan atau secara oral, lewat kulit yang tidak utuh atau secara kutan dan intrauterin. Pencegahan



penyakit ini dilakukan dengan pemberian vaksin pada babi yang



diberikan secara oral, dapat menimbulkan atau membentuk kekebalan selama 6 bulan. Untuk menekan jumlah pencemaran maka harus diadakan sistem drainase perkandangan yang lancar, disediakan tempat khusus untuk pembuangan kemih dan feses, lantai kandang harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan. Bila ada hewan yang mati karena erysipelas harus dibakar dan semua peralatan bekas pakai harus didesinfektan. 2.2.5. Kekurangan Vitamin A Ternak babi yang yang dipelihara secara bebas diluar kandang pada umumnya tidak pernah menderita devisiensi vitamin A, sebab ternak babi dengan mudah memperoleh hijauan seperti rumput-rumputan (H.Prasetya,S.Pt. 2012). Tetapi ternak babi yang selama hidupnya dipelihara di dalam kandang terus menerus, jika terjadi kekurangan vitamin, tidak biasa memperoleh tambahan dari luar, apalagi babi yang baru lahir, cadangan vitamin A-nya sangat rendah dan hal ini sangat tergantung pada colostrum yang biasa diterima dari induk. 2.2.6. Scours (Mencret) Mencret adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada alat pencernaan atau usus. Scours banyak menyerang anak babi dan babi muda. Secara umum yang mempercepat terjadinya mencret ini adalah sanitasi yang tidak baik, udara lembab, tanpa alas kandang, kurang gizi dan stress. Mencret normal yang menyerang anak babi yang masih kecil biasanya adalah (1). Terlampau banyak air susu, 2-3 hari sebelum beranak sampai minggu setelah beranak makanan iduk dibatasi supaya tidak mengganggu alat pencernaan anak babi yang baru lahir. (2). Sementara babi menyusui induk babi mengalami birahi tenang (tidak kelihatan, sering terjadi 3 minggu setelah beranak) sehingga mengakibatkan perubahan hormonal yang mempengaruhi susunan air susu. (3). Pada saat anak disapih, oleh karena itu, pada saat menyapih harus dilakuakan secara bertahap, jangan mendadak, tetapi dengan memberi makan penguat sedikit demi sedikit sambil masih tetap menyusui. dan (4). Infeksi karena cacing, bakteri atau disentri. (H.Prasetya,S.pt. 2012). 2.2.7. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)



6



Penyakit mulut dan kuku (Aphithae epizooticae), foot and mouth disease (FMD) adalah suatu penyakit menular pada sapi, kerbau, babi, kambing, rusa, domba dan hewan berkuku genap lainnya seperti gajah, mencit, tikus, dan babi hutan. Secara klinis, tanda-tanda hewan yang terserang PMK adalah lesu atau lemah, suhu tubuh meningkat (dapat mencapai 42oC), hipersalivasi, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, pincang, bobot tubuh berkurang, produksi susu menurun bagi ternak penghasil susu dan tingkat kesakitan mencapai 100%. Tingkat kematian pada hewan dewasa umumnya rendah, namun biasanya tinggi pada hewan muda mycocarditis. Tanda khas PMK adalah lepuh-lepuh berupa tonjolan bulat yang berisi cairan limfe pada rongga mulut, lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit, lekukan antara kaki dan ambing susu. Sejumblah besar virus juga vikeluarkan dalam susu ( Fenner, 2011) Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah masuknya binatang dan hasil-hasilnya dari daerah yang terkena penyakit tersebut. Vaksinasi binatang yang rentan terhadap penyakit pada daerah perbatasan antara daerah yang terinfeksi dan yang tidak. Pemusnahan hewanhewan yang terinfeksi dan yang kontak dengannya ketika terjadi wabah di daerah yang bukan enzotik. 2.2.8. Scabies (Kudis) Scabies atau kudis adalah penyakit menular yang disebebkan oleh infestasi ( parasit hidup di permukaan tubuh hospes dan terjadi parasitisme) tungau Sarcoptes scabiei dan bersifat zoonosis. Umumnya prevalensi scabies meningkat saat musim hujan. Peternakan yang terlalu padat akan memberi peluang bagi peningkatan populasi tungau. Selain itu, ternak lain yang dipelihara dalam kandang yang sama dengan ternak yang menderita scabies cendrung tertular dan memperlihatkan gejala ketidaktenangan (Subronto, 2008). Tindakan pengendalian yang terpenting adalah manajemen pengobatan dan penggunaan obat yang tepat, serta pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas hewan penderita, baik klinis maupun subklinis Penderita scabies dapat diobati secara langsung mengenai kulit (perendaman/dipping, disikat/brushing, penyemprotan/spraying), oral dan paranteral. Pengobatan sebaiknya diulang sampai 2-3 kali dengan interval 1-2 minggu, untuk memutuskan siklus hidup tungau. 2.2.9. Brucellosis Brucellosis adalah penyakit hewan menular yang secara primer menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder menyerang berbagai jenis hewan lainnya serta manusia. Penyakit ini bersifat enzotik pada daerah tertentu, hal ini penting, karena merupakan sumber penularan untuk manusia (zoonosis). Penularan pada hewan terjadi melalui saluran pencernaan, saluran 7



kelamin dan mukosa atau kulit yang terluka. Pengobatan yang efektif dapat dilakukan dengan antibiotika seperti kombinasi penicilin dan streptomicin (Sutjipto, 1995). 2.3. Pencegahan Penyakit Penyakit pada ternak babi merupakan kendala utama pada peternakan intensif di lingkungan tropis seperti di Indonesia, karena dapat menurunkan produksi (Murtidjo 1992). Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Dalam usaha peternakan babi dikenal ada empat perangkat utama yang menentukan kesuksesan usaha yaitu penggunaan bibit unggul, pemberian ransum yang bermutu, pelakasanaan tata laksana secara efisien, dan pengendalian penyakit secara benar dan tepat (Sudarmono, 2003). Sakit adalah kondisi yang menunjukkan adanya gangguan fisiologis yang dinyatakan dengan gangguan sistem dalam tubuh dan dapat terlihat dengan lemahnya tubuh, gejala-gejala klinis serta tidak dapat berproduksi secara optimal (Trisunuwati.dkk, 2006). Tindakan pecegahan bertujuan untuk menghidari babi dari infeksi oleh agen penyakit seperti: bakteri, virus dan parasit. Antibiotik adalah suatu obat, bukan zat makanan. Jadi pengaruhnya terhadap ransum ternak adalah sekunder. Antibiotik digunakan secara luas dalam ransum babi untuk mempertinggi



laju dan efisiensi pertumbuhan hewan ternak tersebut. Antibiotik juga



digunakan dalam pemberian ransum pada anak sapi, sebelum hewan-hewan tersebut mempunyai rumen yang berkembang sempurna dan dalam beberapa hal telah diberikan pula pada anak sapi yang sedang digemukkan. Akan tetapi penggunaan utama antibiotik adalah pada ransum hewan berlambung satu seperti babi dan unggas dalam konsentrasi yang relatif rendah (Akoso, 2009).



8



BAB III METODOLOGI KEGIATAN



3.1.Waktu dan lokasi kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama satu bulan terhitung dari tanggal 30 Agustus sampai 30 September 2018 di peternakan babi di Laboratorium Lapangan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang. 3.2.Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan secara magang kerja, yaitu penulis secara aktif selama satu bulan melaksanakan pekerjaan di peternakan babi Fakultas Peternakan Undana sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 3.3.Evaluasi Hasil Kegiatan Setelah kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) hasilnya akan di analisis dengan cara membandingkan hasil observasi di lokasi peternakan dengan landasan teori yang ada sebagai acuan dalam mengambil keputusan. Tabel I. Jadwal Kegiatan Kegiatan



Minggu ke1



2



3



4



Pendaftaran Penulisan rencana dan pengesahan oleh dosen pembimbing Pelaksanaan Penulisan draf laporan Ujian PKL Revisi laporan dan pengesahan laporan PKL



9



5



6



7



8



9



BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN



4.1. Keadaan Umum Lokasi PKL Laboratorium Lapangan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang didirikan pada tahun 1986 oleh Fakultas Peternakan, dengan tujuan sebagai tempat penelitian bagi mahasiswa. Laboratorim Lapangan Fapet Undana terletak pada ketinggian 320 m dpl dengan suhu hariannya berkisar 270 – 300 C dan kelembapan udara 60-70 %. Fasilitas yang tersedia yaitu gudang pakan, rumah karyawan atau petugas, dan laboratorim lapangan berupa kandang sapi, kandang kambing, kandang ayam, kandang babi dan lahan hijauan pakan ternak. 4.2. Luas Lahan Lokasi Laboratorim Lapangan Fapet Undana secara geografis terletak di bagian timur kabupaten kupang kurang lebih 13 km dari ibukota provinsi,kelurahan Penfui Timur,Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Dengan batas-batas wilayah topografi wilayah Laboratorim Lapangan Fapet Undana adalah tinggi,dengan luas lahan 1 ha. 4.3. Populasi ternak Babi Populasi ternak babi yang ada di lab. Lapangan Fapet undana ,pada awal kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah 9 ekor dan pada akhir kegiatan PKL adalah 6 ekor. Jumlah ternak babi yang berkurang adalah karena babi tersebut dijual. Tabel 2. Populasi ternak Babi pada Laboratorium Lapangan Fapet Undana No



Fase



Jenis Kelamin



ternak Babi



Jantan(ekor)



Betina(ekor)



1.



Starter



1



2



2.



Grower



-



-



3.



Finisher



2



4



4.



Jumlah



9



Sumber : data primer kandang babi Laboratorium Lapangan Fapet



10



Tabel 3. Populasi akhir ternak babi pada Laboratorium Lapangan Fapet Undana No



Fase ternak babi



Jenis Kelamin Jantan(ekor)



Jual (ekor)



Betina (ekor)



1.



Starter



1



2



2.



Grower



-



-



3.



Finisher



2



4



4.



Jumlah



9



3 3



Sumber : data primer kandang babi Laboratorium Lapangan Fapet Bangsa ternak babi yang dipelihara di Lab. Lapangan Fapet Undana adalah babi Landrace dan Duroc. Ciri-ciri tersebut seperti yang dikemukakan oleh Ardana dan Putra (2008) sebagai berikut : a. Babi Landrace dengan ciri-ciri sebagai berikut : bentuk tubuh panjang, besar (lebar), punggung membentuk busur, panjang dan lebar, warna putih dan bulu halus, kepala kecil agak panjang dengan telinga terkulai, leher panjang, bahu rata halus, kaki letaknya baik dan kuat dengan paha yang bulat dan tumit yang kuat pula, serta jumlah puting susu satu sisi 6-7 buah. b. Babi Duroc dengan ciri-ciri sebagai berikut : berwarna merah yang bervariasi mulai dari merah muda sampai merah tua, tubuh panjang dan besar, punggung membentuk busur yang dimulai dari leher sampai ekor, dengan titik tertinggi di tengah-tengah, kepala sedang dengan telinga terkulai kedepan dan mukanya agak cekung, produksi susu cukup baik dan beranak banyak.



4.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Kegiatan yang dilakukan selama PKL terbagi atas dua bagian besar yaitu kegiatan rutin pada pagi dan sore hari serta kegiatan tambahan. Kegiatan rutin meliputi kegiatan pemberian pakan dan minum serta pembersihan kandang dan memandikan ternak. Sedangkan kegiatan tambahan meliputi pembuatan bahan pakan, pembuatan pupuk bokasih, pembuatan bedeng sebagai media tanam tanaman terong, pembersihan tempat pembuangan limbah.



11



Tabel 4. Waktu kegiatan Praktek Kerja Lapangan Tanggal/Bln/Thn



Keterangan



30 Agustus 2018



Melaporkan diri sekaligus pengenalan lokasi PKL



31 Agustus 2018 s/d 29 September 2018



kegiatan rutin 



Pembersihan



kandang



dan



peralatan



(tempat pakan dan air minum) 



Pemberian pakan dan air minum



kegiatan tambahan



30 September 2018







Pembuatan bahan pakan







Pembuatan pupuk bokasih







Pembuatan bedeng







Penanaman anakan terong







Pembersihan tempat pembuangan limbah.



Penutupan kegiatan PKL



Pembersihan kandang dan memandikan ternak Kandang harus selalu dibersihkan, agar kotoran atau debu yang melekat bisa bersih dan tidak ada yang mengganggu ternak babi dalam kandang. Pembersihan kandang bertujuan untuk mencegah menumpuknya kotoran dalam kandang, penumpukan kotoran dapat meningkatkan perkembangan bibit penyakit. Dengan kata lain menghindarkan babi dari gangguan penyakit dilakukan dengan meningkatkan kegiatan pencegahan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga lingkungan perkandangan terhindar dari kemungkinan masuk atau berkembangnya penyakit. Ternak babi perlu dimandikan 2 kali sehari agar kotoran dan debu yang melekat pada kulit tidak menjadi agen penyebab penyakit. Pemberian pakan dan air minum Pemberian pakan yang baik akan mempercepat pertumbuhan. Pakan yang diberikan selama PKL pada ternak babi di lokasi adalah ransum (campuran dedak padi, jagung giling, konsentrat, tepung ikan dan mineral), pakan diberikan 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari. 12



Seekor ternak babi dapat mengonsumsi pakan sebanyak 2 kilogran per hari yaitu pagi 1 kg dan sore 1 kg. Akan tetapi babi beranak dapat mengonsumsi pakan sebanyak 4 kg per hari yaitu pagi 2 kg dan sore 2 kg. Pemeliharaan Ternak Babi Kegiatan rutin yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan dalam manajemen pemeliharaan ternak babi, tujuannya adalah untuk meningkatkan produktifitas ternak babi sehingga mampu berproduksi secara optimal. Manajemen Kesehatan Tindakan preventif Terhadap lingkungan a. Menjaga kebersihan kandang dan peralatan sebelum pemberian pakan setiap pagi dan sore hari. b. Pembersihan lingkungan kandang seminggu sekali Terhadap ternak a.



Pemberian vaksin, vitamin dan mineral



b.



Pemberian pakan bermutu tinggi untuk menunjang kesehatan ternak



Tindakan Kuratif (Pengobatan) Hal ini dilakukan apabila ternak terserang penyakit : a. Menghilangkan stress dengan sistem perkandangan yang baik dan bersih b. Penyucihamakan kandang dan peralatan bila terjadi serangan penyakit dengan menggunakan glutanol. c. Pengobatan terhadap ternak yang terserang penyakit.



13



BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN



5.1. Gangguan kesehatan ternak babi di Laboratorium Lapangan Fapet Undana Pada prinsipnya penanganan kesehatan ternak babi perlu mendapat perhatian serius dari peternak dalam pemeliharaan, hal ini untuk menghindari ternak dari penyakit. Diagnosa penyakit pada ternak babi dilakukan secara visual, yaitu dilakukan dengan mengamati kondisi fisiologis ternak babi. Dalam pengamatan tersebut terlihat pada tubuh ternak babi terdapat bintil-bintil merah yang tersebar di beberapa bagian seperti di leher, perut, dan lipatan paha. Kondisi tersebut terjadi karena beberapa faktor antara seperti : gigitan serangga, kandang yang tidak bersih sehingga menyababkan ternak babi gatal-gatal pada kulit. Hal ini diperparah dengan tingkah laku ternak babi yang menggesekkan area tubuh yang gatal pada dinding kandang yang tidak bersih sehingga menyababkan area tubuh yang gatal-gatal meluas. Pengobatan tidak dilakukan sebab gejala yang terlihat tidak menunjukan adanya indikasi terserang penyakit tertentu seperti erysipelas ( ciri-cirinya adalah adanya bercak merah pada kulit), atau scabies (Infeksi pada kulit akibat gigitan serangga/ tungau), tetapi lebih ke arah pencegahan, yaitu dengan memandikan ternak tiap sore, pembersihan kandang pagi dan sore hari, dan pembersihan tempat pembuangan limbah. Tabel 5. Permasalahan, indikator penilaian dan solusi terhadap Laboratorium Lapangan kandang babi Fapet Undana No



Permasalahan



Indikator Penilaian



Solusi



1.



Ketersediaan obat-obatan



Ternak yang sakit kurang



Perlu adanya persediaan



(jenis dan jumlah) kurang.



dirawat dengan obat-obatan



obat-obatan ,sehingga apabila ternak sakit dapat secepatnya dilakukan perawatan.



2.



Sistem penanganan babi



Ternak yang sakit msaih



Penyediaan kandang



yang sakit belum



ditempatkan di lokasi yang



isolasi bagi ternak yang



profesional



sama.



sakit agar penyebaran penyakit/ virus/ bakteri



14



antar termak dapat ditekan seminimal mungkin. 3.



Penanganan limbah yang



Limbah hasil ternak tidak



Limbah ditempatkan



kurang baik.



dikelola secara baik yang



pada bak penampungan



dikhawatirkan dapat



dengan radius 25-40 m



mengganggu kesehatan ternak



dari peternakan.



babi. 4.



Tidak adanya tindakan



Banyak terdapat serangga



Penyemprotan



sanitasi di lingkungan



lingkungan perkandangan yang



insektisida perlu



perkandangan.



mengganggu ternak babi.



dilakukan untuk menekan ataupun membrantas populasi serangga.



5.



Lokasi kandang babi yang



Dapat memicu penyebaran



Sebaiknya lokasi



dekat dengan kandang



penyakit antara ternak babi ke



kandang kambing dan



kambing.



ternak kambing atau



kandang babi diberi



sebaliknya dari ternak kambing



jarak yang cukup jauh



ke ternak babi,yang diperparah



agar penyebaran



dengan tidak adanya tempat



penyakit antar jenis



pembuangan limbah ternak



ternak dapat dihindari.



kambing dan hal tersebut menjadikan limbah ternak kambing tersebar di sekitar kandnag babi.



5.2. Manajemen Kesehatan Ternak Babi Manajemen kesehatan yang dilakukan di Laboratorium Lapangan kandang babi Fapet Undana penangan kesehatannya kurang maksimal, karena hanya ditangani oleh tenaga non medis sebagai akibat dari tidak tersedianya tenaga dokter hewan untuk menangani ternak yang sakit, juga kurangnya tindakan sanitasi pada lingkungan perkandangan. Hal ini perlu diperhatikan karena menajemen kesehatan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan tepat. Apabila diabaikan maka penanganan kesehatan tenak tidak 15



maksimal. Terlebih lagi ternak babi merupakan ternak yang sensitif terhadap serangan penyakit. Agar manajemen penanganan kesehatan ternak berjalan dengan baik maka langkahlangkah yang perlu dilakukan adalah mengenal jenis penyakit yang menyerang atau identifikasi penyakit pada ternak babi, sistim penanganan penyakit atau tindakan pencegahan dan tindakan pengobatan. Karena dari sekian banyak penyebab penyakit pada ternak babi salah satunya disebabkan oleh virus. Penyakit



yang disebabkan oleh virus merupakan



golongan penyakit yang tingkat jangkauan serangannya sangat luas dan cepat sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Oleh karena itu perlu perhatian khusus dalam penanganan ternak babi dalam hal ini manajemen kesehatan. 5.3. Prinsip- Prinsip Penanganan 5.3.1. Identifikasi Penyakit Identifikasi ternak sakit, merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit yang menyerang ternak babi. Mulai dari jenis penyakit, penyebab, gejala, serta cara pencegahannya. 5.3.2. Pencegahan Penyakit (Preventif) Pencegahan merupakan hal penting yang patut dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada ternak babi. Apabila pencegahan dilakukan secara tepat dan teratur maka dimungkinkan ternak babi tidak mudah terserang penyakit. Namun sebaliknya jika tindakan pencegahan dilakukan tidak teratur maka ternak akan mudah terserang penyakit (anonymous, 1974). Proses pencegahan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dengan sanitasi yang dilakukan terhadap kandang, peralatan kandang serta lingkungan sekitarnya. Secara singkat ada bebrapa tindakan pencegahan penyakit : 1) Pencegahan penyabaran penyakit melalui manusia. 



Pemagaran kawasan peternakan agar tidak dilintasi oleh orang luar.







Pemagaran areal kandang dengan pintu pengaman untuk meminimalisir masuknya hewan lain.



2) Pencegahan penyebaran penyakit melalui babi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan segera mengeluarkan babi yang mati keluar kandang. Jika ada babi yang menunjukan gejala sakit, segara isolasi di kandang isolasi. 3) Diusahakan setiap peralatan bekas pakai sudah steril dari kuman dan kotoran agar penyebaran penyakit antar ternak dapt ditekan. 16



4) Pencegahan penyakit melalui vector (agen pembawa penyakit). Penyakit akan menyebar secara langsung, yaitu dari ternak yang satu ke ternak lainnya karena kontak badan, maupun secara tidak langsung melalui pakayan, tangan atau sepatu dari peternak/orang yang sering masuk ke kandang babi, serta kontaminasi dari makanan, air minum, alat-alat perlengkapan kandang, dan serangga seperti lalat. 5) Santasi lingkungan Pembersihan areal kandang untuk menekan populasi serangga dan tungau yaitu dengan cara mencuci kandang hingga bersih dan pembersihan tempat pembuangan limbah, desinfektan dengan cara penyemprotan insektisida, dan fogging (pengasapan), namum penggunaan desinfektan dan fogging tidak dilakukan selama kegiatan PKL. 5.3.3. Tindakan Kuratif (Pengobatan) Pengobatan yang dilakukan apabila ternak yang sudah terserang penyakit adalah ternak yang sakit disuntik dengan obat sesuai dengan penyakit yang di derita ternak dan pemberian vitamin untuk pertahanan kondisi tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan nafsu makan. Hal perlu dilakukan apabila ternak terserang penyakit, adalah : 1) Menghilangkan stress dengan sistim perkandangan baik dan bersih. 2) Pemberian pakan dan air minum yang cukup. 3) Pemisahan antara ternak yang sakit dengan ternak yang sehat. 4) Pengobatan terhadap penyakit yang biasa menyerang ternak. 5) Penyuntikan terhadap ternak yang sakit.



17



BAB VI PENUTUP



6.1. Kesimpulan Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan pada Laboratorium Lapangan kandang babi Fapet Undana dapat disimpulkan bahwa : 1. Manajemen kesehatan di Laboratorium Lapangan kandang babi Fapet Undana belum maksimal, hal ini dikarenakan sarana pendukung berupa kandang isolasi bagi ternak sakit, kurang adanya sanitasi lingkungan. 2. Lokasi bangunan kandang babi yang dekat dengan kandang kambing, dapat memicu penyebaran penyakit antara ternak babi ke ternak kambing ataupun sebaliknya dari ternak kambing ke ternak babi. 3. Lokasi pembuangan limbah yang hanya berjarak 2 meter dari kandang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit. 6.2. Saran 1. Penyediaan kandang isolasi bagi ternak yang sakit. 2. Perlu adanya sanitasi sekitar lingkungan kandang. 3. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan desinfektan yang dapat dilakukan dengan cara disemprot/spray ataupun pencucian manual biasa.



18