Laporan Plant Survey [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif, dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, dan penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya.1 Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomic ).1 Dasar hukum sistem managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit sepuluh orang.3 Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah Rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak pengelola Rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di Rumah sakit.3 Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai



risiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit.2 Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penyebab penularan penyakit. Pencemaran dapat terjadi karena di rumah sakit terdapat polutan baik dalam bentuk biologis, fisik, dan kimia. Bentuk pencemaran fisik bersumber dari tempat antara lain bau limbah yang dihasilkan dan dari hasil pembakaran limbah medis dari incenerator. Pencemaran kimia bersumber dari laboratorium dan laundry. Sedangkan pencemaran biologis dari mikrobiologi bersumber dari mikroba pathogen seperti Salmonella, Vibrio chollera, Klebsiella, Pneumonia, dan lain-lain. Mikroba tersebut merupakan mikroba yang berbahaya bagi manusia. Selain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, rumah sakit dapat pula menjadi tempat penularan penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi apabila pengunjung atau pasien yang masuk rumah sakit untuk pengobatan suatu penyakit tertentu, terinfeksi oleh kuman yang terdapat di lingkungan rumah sakit. Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut Infeksi Nosokomial. Pengendalian faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit dan pencegahan penyakit merupakan pengertian dari sanitasi.3 Secara luas, Ilmu Sanitasi adalah penerapan prinsip-prinsip yang telah diungkapkan oleh Ehler dan Stele, yaitu pengendalian faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit dan pencegahan penyakit. Ilmu Sanitasi bertujuan membantu dalam memperbaiki, menjaga, dan memulihkan lingkungan manusia, sehingga kehidupan yang sehat dapat terwujud. Oleh karena itu penerapan sanitasi mencakup berbagai segi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu. Sedangkan jenis bahaya potensial ada 6, yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor biologik, faktor fisiologis (ergonomi), faktor psikologis, dan faktor bahaya potensial kecelakaan kerja. Plant survey adalah suatu kunjungan ke perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai cara kerja pekerja, bahaya potensial yang dihadapi dan perlindungan yang telah diberikan



perusahaan dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran. Apabila dilakukan hanya pada satu kali kunjungan dan tidak melakukan pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survey. Plant survey dilakukan di RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang merupakan RS terbesar di Kalimantan Tengah yang berlokasi di jalan Tambun Bungai No. 4 Palangka Raya, 73112. Bagian yang kami kunjungi pada RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah bagian Instalasi Laundry dimana bagian ini khusus menangani masalah Pencucian, Menyetrika, dan Melipat. Masalah yang ditemui pada bagian ini selama plant survey berlangsung adalah potensi bahaya (hazard) dan jenis potensialnya adalah faktor Biologis, fisik, kimia, Egronomis, dan faktor psikologis. 1.2 Identifikasi Masalah a) Bahaya potensi apa saja dan resiko kecelakaan kerja pada setiap langkah proses produksi? b) Dampak apa saja yang dapat terjadi akibat bahaya potensial tersebut? c) Penyakit apa saja yang dapat timbul akibat bahaya potensial tersebut? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada petugas instalasi laundry di RSUD dr. Dorys Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2 Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas instalasi b)



laundry. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat



c)



mengganggu kesehatan petugas instalasi laundry. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan petugas instalasi



d)



laundry. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada petugas instalasi



e)



laundry. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan



f)



dengan pekerjaan pada petugas instalasi laundry. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan, pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah diadakan).



BAB II HASIL KUNJUNGAN 2.1 Informasi umum a. informasi umum perusahaan  Unit tempat pencucian laundry yang termasuk kedalam salah satu bagian sanitasi di RSUD dr. Doris Sylvanus.  Terbagi dalam 3 bagian pekerjaan yaitu bagian administrasi,bagian penyetrikaan dan bagian pencucian.  Jumlah pegawai sebanyak 10 orang yang rata-rata berusia diatas 35 tahun dan seluruh pekerja adalah perempuan.  Jam kerja dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai 19.00 WIB. 2.2 Alur produksi beserta proses kerja  Pengumpulan linen.  Penerimaan : setelah dikumpulkan lalu menyortir linen infeksius dan non infeksius untuk dicuci secara terpisah.  Pencucian : linen infeksius dibilas dengan air biasa untuk menghilangkan nodanoda terutama darah,mencuci linen dengan air dingin biasa dengan menggunakan mesin cuci dan deterjen,setelah pencucian diberi tetesan chlorine. Setelah dicuci     



lalu linen dibilas dengan air dingin biasa untuk menghilangkan deterjen. Pengeringan dengan mesin pengering Penyetrikaan linen Pelipatan linen Penyimpanan ditempatkan pad rak lemari dan siap diambil oleh petugas ruangan. Untuk linen yang rusak dipilah sesuai dengan tingkat kerusakan,untuk kerusakan ringan diperbaiki atau dijahit sedangkan untuk kerusakan berat dimusnahkan.



2.3 Program Kesehatan Keselamatan Kerja Perusahaan Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi



dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya. Program K3 di Laundry (K3) bertujuan untuk melindungi petugas laundry dari penularan infeksi, agar dapat mengh asilkan linen yang berdaya guna dan berhasil guna serta bersih dan siap pakai, agar dapat melindungi petugas laundry dari penularan penyakit infeksius. 2.4 Faktor Risiko/ Bahaya Potensial a. Bahaya Mekanik  Terjepit pintu penutup mesin cuci  Tertimpa rak baju  Tangan tergunting saat menggunting lakban yang digunakan untuk mengemas  



pakaian bersih Tersentuh setrika yang panas yang menyebabkan luka bakar Tertusuk benda-benda runcing seperti jarum,peniti yang masih menempel



dipakaian. b. Bahaya Kimia  Terkena percikan air deterjen pada mata, mulut atau hidung yang bisa langsung 



menimbulkan iritasi yang parah. Zat sisa pembuangan di mesin cuci menimbulkan gas dari pencampuran kotoran



  



pakaian yang jika dihirup terus menerus akan menggaggu pernafasan Potensi dermatitis kontak dihirup terus menerus akan mengganggu pernafasan Potensi dermatitis kontak karena deterjen,pewangi atau pemutih Sesak dan dehidrasi akibat dari paparan zat-zat pewangi yang berlebihan di ruang







tertutup Sesak dan dehidrasi akibat dari paparan zat-zat pewangi yang berlebihan di ruang tertutup.



c. Bahaya Fisika    



Temperatur yang terlalu panas karena ventilasi yang tidak baik Sirkulasi udara tidak baik Kebisingan akibat suara mesin cuci dan pengering terus menerus di ruang tertutup Pencahyaan yang kurang di ruang menyetrika



d. Bahaya Biologi 



Bakteri E.coli, Pseudomonas, S.aureus, Salmonella pada pakaian kotor yang



 



dapat berpindah ke dinding mesin cuci Jamur pada bekas air mesin cuci pakaian Virus



e. Bahaya Ergonomi







Bungkuk (kelainan tulang), pegal-pegalm sakit pinggang karena menyetrika baju



 



di lantai (hanya beralaskan lantai dan beberapa kain) Mengangkat banyak pakaian sekaligus Terlalu lama membungkuk saat membilas pakaian secara manual



2.5 Analisis faktor risiko JRA dan HRA Hasil Survey Tentang Hazard pertanyaan Faktor Biologi



Ya



Tidak



Keterangan



1. Faktor Bakteri Linen Infeksius







Tidak ada ruangan khusus untuk infeksius darah dan juga cairan tubuh



2. Faktor Jamur Kontak air







Tidak menggunakan sarung tangan



√ √



Jika mesin cuci sedang beroperasi a. Berasal dari suara diluar ruang kerja, yaitu



dengan tangan Faktor Fisik 1. Faktor Kebisingan Mesin Cuci Sumber suara lain



suara dari keluarga pasien yang berkeliaran disekitar tempat laundry b. Bising akibat pekerja bangunan gedung baru rumah sakit



2. Faktor Temperatur Air Conditioner (AC) Kipas Angin



√ √



Air √ 3. Faktor Tekanan (-) tidak ada sumber tekanan 4. Faktor Getaran (-) tidak ada sumber getaran



Tidak terdapat AC pada ruangan menyetrika Pada ruang kerja utama (ruang mencuci) sehingga temperatur pada ruang kerja ini tinggi Dingin karena sering terkena air



Faktor Kimia Detergen







Karena detergen mengandung bahan kimia sehingga bisa menimbulkan hazard bagi petugas



Pemutih







laundry Karena pemutih mengandung bahan kimia



sehingga bisa menimbulkan hazard bagi petugas Pewangi



laundry Karena pewangi mengandung bahan kimia







sehingga bisa menimbulkan hazard bagi petugas laundry Faktor Biologi Debu







Tempat sampah



Berasal dari serat linen dan kipas angin yang √



berada di ruang kerja (ruang mencuci) Tempat sampah pada ruang kerja hanya satu dan tidak dibedakan tempat sampah medis dan non medis



Faktor Ergonomis 1. Posisi Bekerja Berdiri Duduk 2. Cara Bekerja



√ √



Posisi bekerja dilakukan dengan berdiri



Mengangkat







Posisi mengangkat yang dilakukan oleh petugas laundry terkadang tidak dengan cara yang benar



Mendorong /



sehingga bisa menimbulkan hazard Posisi mendorong/menarik yang dilakukan oleh







menarik



petugas laundry terkadang tidak dengan cara yang benar sehingga bisa menimbulkan hazard



Faktor Psikososial Jadwal Kerja







Petugas laundry tidak merasa terganggu dengan jadwal kerja karena dalam 24 jam dibagi dalam 3



Hubungan kerja Beban Kerja



√ √



shift dengan waktu kerja 8 jam perhari Baik Beban kerja terkadang dirasakan oleh petugas laundry karena selain banyaknya cucian yang harus dilaundry, jumlah yang bertugas setiap shift tidak selalu sama sehingga petugas sering



Gaji







mengalami kelelahan yang berlebihan Bervariasi tergantung dari status kepegawaian dan lama kerja pegawai



BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Kesehatan keselamatan kerja (K3) diperusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Sebagai salah satu tempat kerja, Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam bentuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling berinteraksi, yaitu : 1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu. 2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll. 3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain). Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja.



Program K3RS yang harus diterapkan adalah : 1. 2. 3. 4.



Pengembangan kebijakan K3RS Pembudayaan perilaku K3RS Pengembangan SDM K3RS Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational Procedure (SOP)



K3RS 5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja 6. Pelayanan kesehatan kerja 7. Pelayanan keselamatan kerja 8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas 9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya 10. Pengembangan manajemen tanggap darurat 11. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3 12. Review program tahunan 3.2 Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalahuntuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Oleh karena itu perlu melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Tabel 3.1. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan padadampak korban



3.2.1 Bahaya Faktor Kimia Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimiayang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat



berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain: 



Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zatberacun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahatmenghirup sekitar lima liter udara per menit yang mengandung debu, asap,gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai paruparu.Lainnya diserap ke dalam







aliran darah dan mengalir ke bagian lain daritubuh. Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makanmakanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasiatau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapattertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atautenggorokan. Zat beracun







mengikuti rute yang sama sebagai makananbergerak melalui usus menuju perut. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranyaadalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melaluitangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui lukadan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).



3.2.2 Bahaya Faktor Fisik Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lainkebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan. 



Kebisingan Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalatproses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran sementara atau permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi itu adalah salah satu bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.







Penerangan Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan kualitas dan produktivitas. Sebagai contoh, pekerjaan perakitan benda kecil membutuhkan tingkat



penerangan lebih tinggi, misalnya mengemas kotak. Studi menunjukkan bahwa perbaikan penerangan, hasilnya terlihat langsung dalam peningkatan produktivitas dan pengurangan kesalahan. Bila penerangan kurang sesuai, para pekerja terpaksa membungkuk dan mencoba untuk memfokuskan penglihatan mereka, sehingga tidak nyaman dan dapat menyebabkan masalah pada punggung dan mata pada jangka panjang dan dapat memperlambat pekerjaan mereka. 



Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating), memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua atau sebagian dari tubuh. Misalnya, memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi tangan dan lengan pengguna, menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan sirkulasi di tangan. Sebaliknya, mengemudi traktor di jalan bergelombang dengan kursi yang dirancang kurang sesuai sehingga menimbulkan getaran ke seluruh tubuh, dapat mengakibatkan nyeri punggung bagian bawah. Getaran dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang disekitarnya. Misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan getaran yang mempengaruhi pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan mesin tersebut dan menyebabkan nyeri dan kram otot. Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/detik2.



3.2.3 Bahaya Faktor Biologi Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor air quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari pertanian, misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, bagasosis pada pekerja - pekerja yang menghirup debu-debu organic misalnya pada pekerja gandum (aspergillus) dan di pabrik gula,. Penyakit paru oleh jamur sering terjadi pada pekerja yang menghirup debu organik, misalnya pernah dilaporkan dalam kepustakaan tentang aspergilus paru pada pekerja gandum. Demikian juga “grain asma” sporotrichosis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur. Penyakit



jamur kuku sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau kaki di air seperti pencuci. Sedikit berbeda dari faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para tipus perut. Bila memungkinkan diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan keluarganya yang reaksinya terhadap uji Mantaoux negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus, batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan anak-anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju diberikan pula imunisasi dengan virus influenza. 3.2.4 Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja Industri barang dan jasa telah mengembangkan kualitas dan produktivitas. Restrukturisasi proses produksi barang dan jasa terbukti meningkatkan produktivitas dan kualitas produk secara langsung berhubungan dgn disain kondisi kerja Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik pekerjaan dilakukan dan kesehatan mereka yang melakukannya. Semuanya dari posisi mesin pengolahan sampai penyimpanan alat-alat dapat menciptakan hambatan dan risiko. Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat – tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan pekerjapekerja harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya. Prinsip ergonomi adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Ini berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif menyediakan workstation, peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Hal ini juga menciptakan lingkungan kerja yang sehat, karena mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan



proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain. 3.3 Hubungan Penyakit Dengan Faktor Pajanan 3.3.1 Bahaya Keselamatan Kerja a. Bahaya Mekanik  Terjepit pintu penutup mesin cuci  Tertimpa rak baju yang melebihi muatan.  Tangan tergunting saat menggunting lakban yang digunakan untuk  



mengemas pakaian bersih. Tersentuh setrika yang panas yang menyebabkan luka bakar. Tertusuk benda-benda runcing seperti jarum, peniti yang masih menempel



dipakaian. b. Bahaya Kimia  Terkena percikan air deterjen pada mata, mulut atau hidung yang bisa langsusng menimbulkan iritasi yang parah. c. Bahaya Elektrik  Tersengat aliran listrik karena kabel yang terbuka dan lingkungan yang  3.3.2



basah. Kebakaran akibat konsleting listrik (hubungan arus pendek ).



Bahaya Kesehatan Kerja a. Bahaya Fisika  Temperatur yang terlalu panas karena ventilasi yang tidak baik.  Sirkulasi udara tidak baik.  Kebisingan akibat suara mesin cuci dan pengering terus menerus di ruang 



tertutup. Pencahayaan yang kurang di ruang menyetrika



b. Bahaya Kimia  Zat sisa pembuangan di mesin cuci menimbulkan gas dari pencampuran kotoran pakaian yang jika dihirup terus menerus akan mengganggu  



pernafasan Potensi dermatitis kontak karena deterjen, pewangi atau pemutih Sesak dan dehidrasi akibat dari paparan zat zat pewangi yang berlebihan di



ruang tertutup. c. Bahaya Biologi  Bakteri E.coli ,Pseudomonas, S.aureus, Salmonella pada pakaian kotor yang 



dapat berpindah ke dinding mesin cuci. Jamur pada bekas air mencuci pakaian.



 Virus. d. Bahaya Ergonomi  Bungkuk (kelainan tulang), pegal pegal, sakit pinggang karena menyetrika  



baju di lantai (hanya beralaskan lantai dan beberapa kain) Mengangkat banyak pakaian sekaligus Terlalu lama membungkuk saat membilas pakaian secara manual



3.3.3 Job Safety Analysis N



Work Step Hazard



o



1



Identificati



Hazard



Risk Factor



Efect



Safety



Restidual Risk



Measures &



Factor



Basic Step



on How can



Prevention Type of



& Tools



people get



Injury



Used Mencuci



injury Infeksi



Worst Case Infeksi



pakaian



bakteri dari



kulit, ISPA



dengan



kotoran



mencuci pakaian



mesin cuci



baju



dengan air yang



P HE



RF



B II



High



Rendam pakaian



Risk



dan jika perlu



P



HE



RF



D



II



Low Risk



sedikit panas, agar bakteri yang terdapat pada serat-serat pakaian dapat 2



Medi



mati Berikan pakaian



kulit



um



yang terdapat



dengan



misalnya



Risk



jamur dengan



mesin cuci



kadas,



larutan yang



kurap,



mengandung



mata ikan



klorin dan



Mencuci



Infeksi



Infeksi



pakaian



jamur



C I



diamkan selama 10-25 menit agar jamurnya mati namun pada pakaian yang berwarna



D



I



Low Risk



cukup dengan dioleskan menggunakan lidi dan diamkan 3



Mencuci



Infeksi



Penyakit



Pakaian



Virus



akibat virus



D III



dengan 4



5



6



Medi



selama 10 menit Rendam di air



um



yang panas



D



I



Low Risk



Risk



mesin cuci Mencuci



Terjepit



Pakaian



Medi



Training pekerja



pintu



um



agar bisa



m



dengan



penutup



Risk



menggunakan



Risk



mesin cuci



mesin cuci



alat dengan hati



Menyetrik



Tertimpa



Bengkak,



Medi



hati Menambah



a



rak baju



Patah



um



jumlah rak baju



yang



Tulang,



Risk



dan



melebihi



Sesak



Mengemas



Bengkak



C II



D III



C



D



I



I



Mediu



Low Risk



meletakkannya



muatan



di tempat yang



Tersayat



Medi



lebih aman Training pekerja



um



untuk bekerja



m



Risk



dengan hati hati



Risk



High



Membuat



Risk



tempat khusus



m



untuk setrika



Risk



pakaian



Tangan



C II



terluka



mengguna



C



I



Mediu



nkan lakban dan 7



gunting Menyetrik



Tersentuh



a



setrika



Luka bakar



B II



panas 8



Menyortir



Tertusuk



Tangan



Pakaian



benda tajam



terluka



Kotor



yang masih



D I



Low



yang panas Training



Risk



pegawai agar



C



E



I



I



Mediu



Low Risk



lebih hati hati



menempel 9



Mencuci



pada baju Kebisingan



Gangguan



A I



Medi



Mengganti



C



I



Mediu



Pakaian



pendengara



um



mesin cuci



m



dengan



n



Risk



dengan yang



Risk



mesin cuci 10



11



12



suaranya lebih



Menyetrik



Pencahayaa



Gangguan



a



n kurang



pada mata



Menyetrik



Temperatur



Sesak,



a



yang panas



dehidrasi



A I



B II



C II



Medi



tenang Mengganti



um



dengan lampu



Risk



yang lebih



Medi



terang Menambah



um



ventilasi atau



m



Risk



menggunakan



Risk



Medi



extra fan Mengga



I



Low Risk



C



Tersengat



pakaian



listrik dari



listrik



um



nti kabel dengan



m



dengan



kabel yang



(kesetrum)



Risk



Risk



mesin cuci



terbuka



yang baru Memaka



Mencuci pakaian



(hubungan



dengan mesin cuci



I



Mediu



Sengatan



basah Konsleting



C



I



Mencuci



Mediu



i sandal



daan lantai 13



D



Kebakaran



D IV



High



-



Tidak



Risk



menumpuk stop



m



arus



kontak dalam



Risk



pendek)



satu sumber listrik memasti kan tidak ada kabe yang terkelupas/terbu ka -



memutus



aliran listrik pada alat alat yang tidak digunakan menyedi akan APAR, pemadam



E



IV



Mediu



kebakaran otomatis dan 14



High



alarm Menggunakan



Risk



bangku dan



m



pinggang,



meja yang



Risk



pegal



ergonomis



Menyetrik



Posisi tubuh Bungkuk,



a



yang salah



B III



sakit



B



I



Mediu



pegal, 15



Menyortir



Beban



nyeri sendi Terjatuh,



Pakaian



pakaian



sakit



yang



pinggang



B III



High



Menggunakan



Risk



alat dorong



m



untuk pakaian



Risk



dibawa 16



17



I



Mediu



jika banyak



Membilas



berlebihan Posisi tubuh Bungkuk,



Pakaian



yang salah



sakit



saat



Mencuci



B



High



Membilas



Risk



sambil duduk di



m



pinggang,



kursi yang



Risk



membilas



pegal



ergonomis



secara



pegal,



manual Iritasi



nyeri sendi Dermatitis



pakaian



C III



A III



kontak



C



A



I



I



Mediu



High



Menggunakan



Mediu



Risk



deterjen,



m



pewangi dan



Risk



pemutih yang lebih aman 18



Mencuci



Paparan gas



Sesak,



Pakaian



dari reaksi



gangguan



D III



kimia akibat pernafasan



Medi



untuk kulit Menggunakan



um



masker



D



I



Low Risk



Risk



pencampura 19



Mencuci



n kotoran Paparan zat



Sesak,



pakaian



dari



dehidrasi,



pewangi



gangguan



yang



pernafasan



berlebihan



B III



High



Menambah



Risk



ventilasi



C



I



Mediu m Risk



20



21



Mencuci



Terpercik



Iritasi pada



Pakaian



deterjen



Medi



Training pada



mata,



um



pekerja untuk



m



hidung atau



Risk



lebih hati hati



Risk



High



Menambah



Risk



ventilasi



Mencuci



Sirkulasi



mulut Sesak,



Pakaian



udara yang



dehidrasi



C II



B III



D



C



II



I



tidak baik



3.4 Program Kesehatan Keselamatan Kerja yang seharusnya a. Instalasi laundry Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika (Ferdianto, 2010). b. Alat Kerja Pada umumnya, instalasi laundry di rumah sakit digunakan untuk mencuci sprei ataupun seragam-seragam petugas rumah sakit seperti dokter atau perawat. Dengan itu, antara bahan yang sering digunakan adalah laundry disinfectant yang digunakan untuk membunuh kuman-kuman, bakteri yang menempel pada serat kain, bleaching atau pemutih untuk menghilangkan noda pada linen atau kain dasar putih. Selain itu, penghilang noda darah digunakan dan neutralizer digunakan pada setiap pembilasan terakhir untuk meneutralkan sisa pencucian. Alat yang digunakan adalah mesin pencuci, mesin pengering, strika, boiler dan sebagainya. c. Alat Pelindung Bagi petugas laundry di rumah sakit akan disediakan alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas-petugas laundry sewaktu melakukan tugas mereka. Alat-alat yang disediakan seharusnya diberikan mengikut tingkat keselamatan yang diperlukan. Dalam hal ini dibagikan keperluan alat pelindung diri berdasarkan;  Kontaminasi dengan darah patogen – pihak rumah sakit harus menyediakan sarung tangan tebal, sarung tangan, baju, pelindung wajah, masker ketika 



menyortir cucian terkontaminasi. Penggunan atau kontaminasi dengan benda tajam – petugas harus diberi pendedahan mengenai cara dan tempat pembuangan benda tajam yang







terkontaminasi pada wadah yang tepat. Pendedahan pada bahan kimia - Pelayanan Medis dan Pertolongan Pertama diberikan dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan korosif merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk membasahi cepat



Mediu



Mediu m Risk



atau pembilasan mata dan tubuh dalam area kerja untuk penggunaan darurat. Selain itu, pada paparan pekerja yang alergi lateks harus menggunakan sarung tangan lateksyang cocok untuk mereka.



d. Kesediaan Obat P3K Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat dan menunjang penyembuhan. 3.4.1 Urutan Kegiatan Petugas laundry a. Pengambilan linen kotor Linen kotor diambil dari masing-masing ruangan perawatan, Poli rawat jalan, ruang operasi dan UGD b. Pemisahan Linen bedasarkan jenis nodanya c. Proses Pencucian d. Proses pengeringan menggunakan mesin pengering pakaian (mesintumbler). e. Proses finishing f. Proses Pendistribusian 3.4.2 Proses pencucian 1. Prewash/Flush/Break/Pencucian awal Linen dimasukkan dalam mesin cuci, lalu petugas menambahkan kimia laundry detergen dan alkali dan memberikan emulsi apabila terdapat noda darah atau minyak/lemak. Zat kimia ini ditambahkan menggunakan sendok takaran. 2. Mainwash/Suds wash/Pencucian. Pada proses ini mesin cuci bekerja secara otomatis bedasarkan program yang diinginkan. 3.4. 3 Rinse/Fill/Pembilasan Pembilasan adalah untuk menghilngkan kimia laundry dari permukaan dan dalam serat-serat kain sehingga kain akan terbebas dari pengaruh kimia laundry yang dapat membuat serat kain menjadi kaku/keras.



3.4.4 Souring/Penetralan. Souring/penetralan dapat dilakukan bersamaan saat pembilasan atau dapat dilakukan sendiri setelah pembilasan selesai.



3.4. 5 Softening/Pelembutan. Softener adalah kimia laundry yang difungsikan untuk melembutkan kain dan memberikan aroma pada hasil pencucian. Proses pengeringan menggunakan mesin pengering pakaian (mesin tumbler). linen yang masih belum begitu kering (lembab) dikeluarkan dari mesin cuci dengan tangan ke dalam troli didorong ke mesin pengeringan. Setelah sampai di mesin pengering, linen yang ada di troli dimasukkan lagi ke dalam. Setelah mesin tumbler bekerja sesuai waktu yang ditentukan, petugas mengecek apakah linen sudah benar-benar kering atau belum. Pada saat ini tangan petugas terpapar dengan panas kain dan udara di dalam mesin. Proses pengeringan dengan mengunakan mesin tumbler, tumbler adalah mesin yang sistim kerjanya sama dengan mesin cuci hanya pada mesin tumbler mediannya adalah udara panas yang dimasukkan dalam drum yang berputar berisikan linen lembab setelah dicuci, udara panas tersebut akan membaut linen menjadi kering.



Bagan 3.1 Alur Kegiatan Petugas Laundry 3.5 Sistem Manajemen K3 di Instalasi Loundry Rumah Sakit Standar Pelayanan Keselamatan dan kesehatan di rumah sakit (K3RS). Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakuan, sebagai berikut; 1. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja bagi pekerja 2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya. 3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan di rumah sakit. 4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik pekerja 5. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang menderita sakit. 6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang akan pensiun atau pindah kerja 7. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien



8. Melakukan kegiatan surveilans kesehatan kerja 9. Melaksanakan Pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi) 10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang disampaikan kepada direktur rumah sakit dan unit teknis di wilayah kerja rumah sakit



BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bahaya potensial tempat kerja dan hazard umum pada petugas laundry Terdapat banyak paparan hazard umum dari faktor kimia, ergonomi, fisik, biologi dan psikososial yang perolah berdasarkan survey yang dilakukan pada petugas laundry RSUD dr. Doris Sylvanus. Bahaya potensial tempat kerja yang hampir setiap hari dialami ini akan membahayakan petugas karena pada dasarnya lingkungan tempat kerja hendaklah dalam keadaan aman bagi petugas setempat. Salah satu bahaya potensial yang dialami petugas yaitu faktor kimia berupa detergen, pemutih dan pengawi pakaian yang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi petugas, paparan zat-zat kimia ini didapatkan hampir setiap hari sehingga tidak menutup kemungkinan petugas laundry mengalami gangguan kesehatan contohnya infeksi saluran pernafasan karena aroma pemutih pakaian yang menyengat, dermatitis iritan atau iritasi kulit karena paparan zat kimia yang berasal dari detergen yang secara umum mengandung surfaktan dan builders, surfaktan dapat menyebabkan gangguan iritasi kulit dan hilangnya kelembapan alami kulit. Bahaya potensial lainnya yang sangat berbahaya yaitu faktor biologi, paparan agen bakteri dan jamur dapat menyebabkan petugas laundry dapat terinfeksi hal ini dikarenakan tidak ada ruangan khusus untuk linen infeksius, darah dan cairan tubuh, serta petugas laundry yang bekerja tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja. Terdapat pula debu yang berasal dari serat linen dan kipas angin yang berada diruang kerja (ruang mencuci) dan tidak memadainya tempat sampah yang hanya ada satu pada ruang kerja dan tidak dibedakan tempat sampah medis dan nonmedis. Terdapat juga bahaya potensial dari faktor fisik yaitu kebisingan yang disebabkan oleh suara mesin cuci saat sedang beroperasi, dan ada sumber-sumber kebisingan lainnya yang berasal dari suara diluar ruang kerja, yaitu suara dari keluarga pasien yang berkeliaran disekitar tempat laundry, serta suara bising pekerja bangunan gedung baru rumah sakit. Faktor egonomis menjadi bahaya potensial bagi petugas laundry karena saat bekerja petugas banyak dalam posisi berdiri, mengangkat dan mendorong yang terkadang dilakukan dengan cara tidak benar sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti Low Back Pain atau sakit pinggang belakang. Beban kerja merupakan salah satu faktor psikososial karena banyaknya cucian yang harus dilaundry dan jumlah petugas yang bertugas setiap shift tidak selalu sama sehingga petugas sering mengalami kelelahan yang berlebihan.



4.2 Alat Kerja yang digunakan oleh petugas laundry Alat kerja yang digunakan hanya alat kerja standar laundry pada umumnya tetapi jumlah alat setrika dan kursi setrikaan yang kurang serta tidak tersedianya alat kerja khusus yang membantu memudahkan proses pekerjaan hal ini dapat menyebabkan menurunnya hasil produktivitas pekerja. 4.3 Alat pelindung diri petugas laundry Berdasarkan survey didapatkan bahwa petugas kekurangan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan panjang. Pihak rumah sakit hendaknya memikirkan hal ini dan menyediakan lebih banyak persediaan alat pelindung diri karena berkaitan dengan keselamatan petugas laundry. Didapatkan juga rumah sakit menyediakan APAR (alat pemadam api ringan) pada ruangan kerja laundry tetapi kurang memperhatikan tidak adanya petunjuk penggunaan APAR tersebut, ditambah lagi adanya petugas laundry yang kurang mengerti cara penggunaan APAR. Kekurangan lainnya yaitu tidak tersedianya kotak P3K diruang kerja laundry, harusnya pada setiap ruangan kerja hendaknya disediakan kotak P3K agar jika terjadi gangguan keselamatan kerja petugas tersebut segera mendapatkan pertolongan pertama. Serta penyediaan westafel dalam ruang kerja yang hanya tersedia 1 yang seyogyanya digunakan untuk mencuci tangan masig belum memenuhi standar karen westafel yang ada bukan hanya khusus untuk tempat mencuci tangan tetapi juga digunakan untuk tempat mencuci piring.



BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Melihat banyaknya bahaya potensial tempat kerja dan hazard umum pada petugas laundry RSUD dr. Doris Sylvanus, ditambah lagi kurangnya alat pelindung diri yang tersedia, maka kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan akibat paparan zat kimia berbahaya yang terkandung dalam detergen, pewangi dan pemutih pakaian, serta kemungkinan terinfeksi oleh bakteri, virus dan jamur, akan meningkat pada petugas laundry yang bekerja di RSUD dr. Doris Sylvanus. 5.2 Rekomendasi Rumah sakit umum daerah dr. Doris Sylvanus seharusnya memikirkan solusi untuk menurunkan bahaya potensial yang dialami oleh para petugas laundry yang bekerja di RSUD dr. Doris Sylvanus dengan menyediakan suasana yang aman bagi petugas tersebut. Setidaknya RSUD dr. Doris Sylvanus harus mengeluarkan kebijakan untuk melengkapi alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, alat pelindung telinga, alas kaki tertutup yang terbuat dari bahan karet yang tidak licin, tempat sampah yang sudah menggolongkan sampah medis dan non medis, wastafel, kotak P3K, APAR untuk kemungkinan terjadinya risiko kebakaran, serta meningkatkan kualitas alat kerja yang digunakan oleh petugas laundry agar dapat meningkatkan hasil produktivitas pekerja.



DAFTAR PUSTAKA 1. Nursani Muthia Arina. Bahaya dan Resiko Kerja di Laundry. Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. 2. Syakirah. Aspel K3 Petugas Linen Kotor Instalasi Laundry Di Rumah Sakit. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. 2013. 3. Anonymous. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3). 2012. 4. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. Jakarta: 2006. 5. Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta: 2006. 6. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3IFRS). Jakarta: 2009. 7. Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2009. 8. Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia nomor: 1087/menkes/sk/viii/2010tentang Standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Jakarta: 2010. 9. Keberlanjutan melalui perusahaan yang kompetitif dan bertanggung jawab (SCORE). International Labour Office. Jakarta: ILO, 2013.