Laporan Prak. Biokimia Protein Yusri Wandi 1906124467 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

No. Absen : 06



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA (PROTEIN)



OLEH: (YUSRI WANDI) NIM.1906124467



ASISTEN : ALLECYA TRI ELISABETH SIHOMBING HASAN BASRI PASARIBU



JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2020



i



I.



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Protein adalah zat makanan yang sangat penting bagi tubuh manusia. Di dalam tubuh protein menempati 1/6 dari berat tubuh manusia. Zat ini memegang peranan penting sebagai zat pembangun untuk membentuk jaringan-jaringan dalam tubuh manusia, perkembangan dan regenerasi sel, menjaga kekebalan tubuh (Anonim, 2012). Protein merupakan makromolekul penting yang tersusun oleh asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur utama C, H, O dan N. Molekul protein juga mengandung unsur belerang, fosfor, besi dan tembaga, asam-asam amino tersebut dihubungkan oleh ikatan peptida (Legowo, dkk., 2005; Stayanarayana dan Chakrapati, 2007). Protein berdasarkan sumbernya dibagi menjadi protein nabati dan protein hewani. Protein dari sumber nabati lebih baik bagi tubuh dibanding protein hewani (Susianto, dkk., 2008). Sumber makanan berprotein tinggi yang baik dan mudah dicerna dapat diperoleh antara lain dari ikan, daging, kacang-kacangan, susu, yoghurt, telur, dan produk olahannya. Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein, selain mudah diperoleh dan harganya terjangkau, kacangkacangan juga banyak mengandung asam amino yang dapat saling melengkapi dengan asam amino pada beras, jagung dan gandum (Koswara, 2012). Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan yang besar akan bahan pangan berkualitas semakin tinggi, akan tetapi bahan pangan mudah mengalami kerusakan sehingga dikembangkan berbagai metode pengawetan pangan dan



pengalengan merupakan salah satu proses pengawetan makanan yang digemari saat ini, selain bahan makanan dapat bertahan lebih lama, kemasannya juga lebih praktis (Desrosier, 2008). Selain itu, pengawetan dengan pengalengan dapat melindungi bahan dari kerusakan oksidasi, menjaga tekstur bahan sehingga tidak jauh berbeda dari bahan segar, menjaga agar kadar air tidak berubah secara drastis, menjaga tekanan udara bahan baik di dalam maupun dari luar kaleng dan melindungi bahan pangan terhadap pencemaran partikel asing dan kerusakan mekanik (Winarno, 1995). Kandungan protein dalam makanan umumnya ditetapkan berdasarkan total nitrogen yang terkandung di dalamnya yang disebut sebagai protein kasar. Penetapan protein kasar bertujuan untuk menentukan jumlah protein total di dalam bahan pangan. Metode penetapan kadar protein yang paling lazim digunakan adalah metode Kjeldahl (Legowo, dkk., 2005). Ada dua kelemahan utama dalam metode Kjeldahl, yaitu waktu yang diperlukan untuk analisis sangat lama dan perlu untuk melakukan dua analisis untuk menetapkan perbedaan Non-Protein Nitrogen (NPN) dan Total Protein Nitrogen (TPN). Meskipun demikian, metode Kjeldahl ini masih secara luas digunakan dalam ilmu dan teknologi pangan dan telah diaplikasikan secara mendunia untuk menentukan kadar nitrogen dalam berbagai jenis makanan dan merupakan metode standard yang lazim dilakukan untuk penetapan kadar protein (Isaac, 1990). Ilmu pengetahuan dalam bidang analisis telah banyak berkembang. Para ilmuwan terus mengembangkan berbagai instrumen analisis untuk mempermudah



analisis dalam bidang kimia maupun biokimia. Salah satunya adalah spektrofotometer yang secara luas telah digunakan karena pengoperasian alatnya yang cukup sederhana dan memberikan hasil yang cepat (Christian, 2004). Beberapa metode spektrofotometri untuk analisis protein yaitu metode spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi Biuret, Lowry, Bradford, dan metode pengikatan warna (Legowo, dkk., 2005). Selain itu dapat pula dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 280 nm dan 205 nm, serta metode emisi fluoresensi (Sumonian, 2005). Penetapan kadar protein dengan menggunakan metode spektrofotometri merupakan metode yang umum digunakan dalam beberapa area seperti analisis biokimia, fisiologi, penelitian di bidang kesehatan dan berbagai area lainnya (Isaac, 1990). Semua protein tersusun dari asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ikatan peptida ini terbentuk dari reaksi kondensasi antara gugus amin dan gugus karboksilat dari asam-asam amino. Peptida-peptida yang mengandung lebih dari tiga asam-asam amino akan membentuk kompleks kelat yang berwarna dengan ion tembaga pada suasana alkali yang dikenal dengan reaksi Biuet. Berdasarkan intensitas warna yang terbentuk konsentrasi total protein dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang sinar tampak (Krohn, 2005). Ketika suatu metode baru, metode yang belum dikenal luas, atau metode yang baru dipublikasikan dalam literatur ilmiah akan diaplikasikan, validasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa metode tersebut sesuai untuk digunakan



(Wood, dkk., 1998) antara lain: uji akurasi, presisi, sensitifitas dengan parameter batas deteksi dan batas kuantitasi, rentang linear, ketangguhan dan kekuatan metode. Sementara verifikasi merupakan pengujian spesifikasi validasi yang dilakukan



oleh



produsen



ataupun



peneliti



lain



untuk



mengkonfirmasi



keterterimaan dan keterulangan suatu metode. Dalam verifikasi uji yang paling ditonjolkan adalah uji akurasi dan uji presisi, namun tidak jarang juga dilakukan uji sensitifitas (McClure, 2012). 1.2 Tujuan 1. Untuk mengidentifikasi adanya protein dalam suatu sampel melalui uji biuret 2. Untuk mengidentifikasi adanya tirosin pada sampel melalui uji millon 3. Untuk mengidentifikasi membuktikan adanya asam amino bebas pada sampel melalui uji ninhidrin



II.



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Protein Protein merupakan komponene utama dalam semua sel hidup,baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa organic kompleks yang terdiri atas unsureunsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsure logam seperti tembaga dan besi (De man 1997). Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membrane sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormone sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibody untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan protein dalam jangka waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolism di dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (De man 1997). Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal drai hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.



Sumber protei dari beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-asam amino dalam proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam-asam amino yang dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa ke arah hati atau didistribusikan



ke



jaringan-jaringan



yang



membutuhkan.



Selain



untuk



pembentukan sel-sel tubuh protein dapat pula digunakan sebagai bhan bakar apabila keperluan energy tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Wirahadikusumah 1989). Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan-satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air. Peptide yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino, masing-masing disebut, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya (Devi 2010). Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik. Suatu protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimis lain disebut protein sederhana. Contohnya enzim ribonuklease dan khimotripsinogen. Namun, banyak protein mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivate vitamin, lipid, atau karbohidrat.



Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari jenis protein ini disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung lipid dan glikoprotein mengandung gula (Devi 2010). Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu: 1.



Protein globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai



polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam, basa, atau etanol. Contoh: albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibody. 2.



Protein fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai



polipeptida memanjang pada satu sumbu. Hamper semua protein fiber memberikan peran structural atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol. Contoh: keratin pada rambut, kolagen pad tulang rawan, dan fibroin pada sutera. Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul. Sepertu senyawa polimer lain (misalnya: pati), protein dapat pula dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran asam-asam amino. Sifat fisikokimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan jenis asam amino penyusunnya. Sebaguan besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk disperse koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membrane semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organic seperti eter, kloroform, atau benzene.



Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pasa struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alcohol atau sabun. Proses denturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami dentaurasi akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Lehninger 1982). Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (COOH) pada ujung-ujung rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+ , sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa guguskarboksilat bereaksi dengan ion OH-. Sehingga protein bermuatan negative. Adanya muatan pada molekul preotein menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik (Lehninger 1982). Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai muatan positif dan negative yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Akibatnya, protein tidak bergerak dibawah pengaruh medan listrik. Pada titik isoelektris, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau pemurnian suatu protein.



Pada uji susunan elementer protein, semua jenis protein tersusun atas unsure-unsur karbon (C ), hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ada pula protein yang mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P). dengan metode pembakaran atau pengabunan, akan diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C,H, O, dan N. Pada uji kelarutan protein, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yng sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkup molekul-molekul protein. Pada uji pengendapan protein dengan garam, pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out. Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic, sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organic seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahn asam-asam menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logan berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+, sehingga mudah mengendap (sirajuddin 2012).



2.2 Uji Biuret Uji Biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Pengujiannya dapat dilakukan dengan cara berikut. Larutan yang mengandung protein ditetesi larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein. Pada uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2. Biuret adalah senyawa denga dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea (Yazid 2006). Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi (Panji, 2013).



Prinsip dari reagen ini menggunakan prinsip reaksi antara reagen dengan senyawa CuSO4 pada suasana basa sehingga menghasilkan larutan yang berwarna biru ke unguan dan ungu. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan Nitrogen (N) dan merupakan hasil reaksi pada suhu yang tinggi. Fungsi dari reagen ini adalah untuk mendeteksi keberadaan asam amino dalam suatu sampel uji. 2.3 Uji Millon Uji Millon, Pengujian ini memberikan hasil positif terhada protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus fenol, misalnya tirosin. Pereaksi Millon terdiri atasa larutan merkuro nitrat dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Protein dengan pereaksi Millon akan membentuk endapan putih. Jika dipanaskan, warnanya berubah menjadi merah. Uji Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Jika larutan ini ditambahkan protein yang mengandung asama amino dengan rantai samping gugus fenolik, maka akan menghasilkan endapan yang berwarna putih yang dapat berubah menjadi merah ketika di panaskan. Endapan yang dibentuk setelah penambahan reagen millon pada larutan protein, dimana Hg yang larut pada NaNO3 akan teroksidasi menjadi Hg+. Ion ini kemudian akan membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Untuk membuktikan kandungan asam amino dengan uji Millon diperoleh bahwa albumin berwarna merah dan menghasilkan endapan hal ini menunjukkan reaksi positif karena mempunyai rantai samping gugus fenolik dan terjadi endapan. Untuk percobaan terhadap



kasein, tirosin dan fenol menghasilkan reaksi negatif dengan warna biru dan glisin dengan warna coklat, hal ini seharusnya menunjukkan adanya reaksi positif tetapi hasil yang di peroleh adalah negatif. Hasil yang negatif ini peroleh dengan penambahan millon yang terlalu banyak. 2.4 Uji Ninhidrin Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam αamino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru. Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino bebas dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin. Prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam aminobenzoat menghasilkan senyawa berwarna kuning (hasil positif). Beberapa amina seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna orange hingga merah (hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel mengandung asam amino (hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan merah) maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger 1982). Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak



terikat. Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang berasal dari asam amino, selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan karbondioksida. Jadi, zat warna ungu yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus amino primer dan intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada (Hart 2003).



III.



METODOLOGI



3.1 Waktu dan Tempat Praktikum biokimia mengenai PROTEIN dilakukan secara daring (online) pada tanggal 16 April 2020 pukul 15.00 – 16.40 WIB. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah 1% alanine, 5% putih telur (albumin), 1% tirosin, larutan fenol, 1% natrium nitirt, 1% larutan asam amino, 2% ninhidrin, reagen biuret, reagen millon, air keran dan air suling. Sedangkan alat yang digunakan adalah pipet tetes, tabung reaksi dan bak air 3.3 Cara Kerja a. Uji Biuret Ambil 1 ml larutan uji dalam tabung reaksi kering dan dalam tabung lain, ambil 1 ml air suling sebagai kontrol. Tambahkan 1 ml reagen biuret ke tabung reaksi. Lalu aduk rata dan lihat perubahan warna yang terjadi. Cara persiapan reagen biuret adalah pertama, larutkan 1,5 g tembaga (ll) sulfat pentahidrat dan 6 gr natrium kalium tartrat dalam 500 ml air. Kemudia tambahkan 300 ml 10% (b/v) NaOH dan buat volume menjadi 1 liter dengan air. Tambahkan 1gr potasium iodida untuk menghambat pengurangan tembaga. Terakhir, simpan dalam wadah plastik ditempat gelap.



b. Uji Millon Ambil 1 ml larutan uji dalam tabung reaksi kering dan 1 ml air suling dalam tabung lain sebagai kontrol. Lalu tambahkan 1ml reagen Millon dan aduk rata. Rebus selama 1 menit dan dinginkan dibawah air kran. Kemudian tambahkan beberapa tetes natrium nitrit 1%, panaskan sedikit larutan kemudian amati perubahan warna. c. Uji Ninhidrin Ambil 1 ml larutan uji dalam tabung reaksi kering dan 1 ml air suling dalam tabung lain sebagai kontrol. Tuangkan beberapa tetes ninhidrin 2% di kedua tabung reaksi, kemudian simpan tabung reaksi dalam bak air selama 5 menit dan amati perubahan warna.



IV.



Hasil dan Pembahasan



4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum uji biuret, uji millon, dan uji ninhidrin, maka dapat dihasilkan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Biuret Bahan



yang



Bahan



Hasil ditambahkan 1



ml



reagen



1% alanine



Larutan tidak berubah warna biuret 1ml



reagen



5% albumin



Larutan berubah warna menjadi ungu biuret



Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Millon Bahan



Bahan yang ditambahkan



Hasil



1% Reagen natrium Millon nitrit 1%



tirosin Beberapa



dan larutan 1ml



Warna merah bata tetes



fenol Beberapa Arginin



1ml



Tidak ada warna merah tetes



Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Ninhidrin



Bahan



yang



Bahan



Hasil ditambahkan



Sampel 1



Ninhidrin 2%



Ungu



Sampel 2



Ninhidrin 2%



Putih



4.2 Pembahasan Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan mahluk hidup.



Protein



memegang



peranan



penting



dalam



pertumbuhan



dan



perkembangan, selain itu untuk mendukung aktifitas yang dilakukan oleh manusia, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan



zat gizi kunci untuk



pertumbuhan fisik manusia dan hewan karena sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan otot. Sejalan dengan manfaat protein sebagai zat gizi yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, maka dibutuhkan 15%-20.% protein dari total kebutuhan atau keluaran per hari. Oleh karena itu perlu memperhatikan asupan protein pada makanan yang dikonsumsi untuk mengoptimalkan pengaruhnya. (Annonymous,2012)



Protein merupakan suatu polimer dari asam amino. Asam amino merupakan turunan asam karboksilat yang mengandung gugus amina. Jadi setiap molekul asam amino sekurang-kurangnya mengandung dua buah gugus fungsional, yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Asam amino dapat diperoleh dari hasil hidrolisis protein. Struktur asam amino mengandung gugus -NH2 yang terikat pada atom C alfa (a), yaitu atom C yang terikat pada gugus karboksil. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian protein dengan melakukan uji biuret, uji millon dan uji ninhidrin. Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu bahan. Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO-NH-). Makin banyak atau makin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin kuat intensitasnya. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CONH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna merah. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret,



kemungkinan terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, -CHNH- dalam molekulnya juga memberikan tes warna positif dengan biuret. Uji Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Jika larutan ini ditambahkan protein yang mengandung asama amino dengan rantai samping gugus fenolik, maka akan menghasilkan endapan yang berwarna putih yang dapat berubah menjadi merah ketika di panaskan. Dalam uji Millon, gugus fenol tirosin pertama dinitrasi oleh asam nitrat dalam larutan uji. Kemudian tirosin nitrasi mengkomplekskan ion merkuri (I) dan merkuri (II) dalam larutan untuk membentuk endapan merah atau larutan merah, keduanya hasil positif. Endapan yang dibentuk setelah penambahan reagen millon pada larutan protein, Ion ini kemudian akan membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Untuk membuktikan kandungan asam amino dengan uji Millon diperoleh bahwa tirosin dan fenol berwarna merah dan menghasilkan endapan hal ini menunjukkan reaksi positif karena mempunyai rantai



samping gugus fenolik dan terjadi



endapan. Untuk percobaan terhadap arganin menghasilkan reaksi negatif dengan warna tetap. Hal ini menunjukan bahwa tirosin dan fenol mengandung protein. Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus aminonya tidak terikat. Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna ungu yang berasal dari asam amino, selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan karbondioksida. Jadi, zat warna ungu



yang sama dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus amino primer dan intensitas warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada (Hart 2003). Pada uji ninhidrin di hasilkan warna ungu pada sampel 1 yang membuktikan hasil positif bahwa sampel 1 mengandung asam amino bebas. Sedangkan pada sampel 2 dihasilkan warna putih yang membuktikan bahwa sampel 2 tidak mengandung asam amino bebas. Asam –asam amino bereaksi dengan Ninhidrin untuk membentuk produk yang disebut ungu ruhemann. Warna ungu pada larutan asam amino inilah yang menandakan bahwa asam amino tersebut bereaksi positif terhadap uji Ninhidrin.



V.



Kesimpulan dan Saran



V.1 Kesimpulan Protein merupakan makromolekul penting yang tersusun oleh asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur utama C, H, O dan N. Molekul protein juga mengandung unsur belerang, fosfor, besi dan tembaga, asam-asam amino tersebut dihubungkan oleh ikatan peptida. Pada Praktikum kali ini pengujian kuantitatif protein dapat menggunakan uji biuret, uji millon dam uji ninhidrin. Uji Biuret digunakan untuk mengidentifikasi ikatan peptida, Dari hasil percobaan uji biuret didapat hasil bahwa semua protein yang diuji mengandung ikatan peptida karena terjadi perubahan warna dari warna bening menjadi warna ungu. Uji Millon digunakan untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin dalam suatu sampel yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah pada sampel protein. Uji Ninhidrin untuk mengidentifikasi gugus bebas asam amino. Uji ini tidak spesifik untuk asam amino tertentu, sehingga uji ini dapat digunakan untuk uji umum protein, hasil positif jika terdapat warna ungu pada hasil percobaan. 5.2 Saran Metode Praktikum melalui Online seperti ini dirasa masih belum efektif. Membuat praktikan tidak mengetahui langkah langkah yang pasti dalam uji sampel protein ini yang membuat para Praktikan kesulitan dalam mencari bahan dan menentukan hasil dan pembahasan dikarenakan tidak sepenuhnya memahami isi dari video terkait yang dijadikan sebagai bahan acuan menulis laporan karena



keterbatasan pemahaman akan bahasa asing dan kurang merincinya penjelasan pada video tersebut.



DAFTAR PUSTAKA Arbianto Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung (ID): ITB Pr Hart Harold et al. 2003. Kimia Organik. Suminar Setiati Achmadi, penerjemah; Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr Mendel. Friedman, John W. Finley. 1971.Jurnal of Agricultural and Food Chemistry. http://pubs.acs.org// [ 28 Februari 2015 ] Mendel. Friedman, John W. Finley. 1971.Methods of Tryptopan Analysis . http://pubs.acs.org// [ 28 Februari 2015 ] Annonymous, 2012. Biokimia Paper Asam Amino. http://ub.ac.id// [ 28 Februari 2015 ] Kumala, Poppy. 1998.Kamus Kedokteran Dorland. ECG. Penerbit; Jakarta (ID):Buku Kedokteran. Girindra A. 1986.  Biokimia I . Jakarta: Gramedia. Poedjiadi. 2007.  Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press Bintang Maria. 2010.  Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga Sajuthi Dondin.et al . 2010. Purifikasi dan Pencirian Enzim Protease Fibrinolitik dari Ekstrak Jamur Merang.  Jurnal Makara Sains. 14 (2): 145-150



LAMPIRAN a. Uji Biuret



Ambil 1 ml larutan uji dalam tabung reaksi kering dan tabung lain



Ambil 1 ml air suling sebagai kontrol



Tambahkan 1ml reagen Biuret



Aduk rata dan amati perubahan warna yang terjadi



b. Uji Millon



Ambil 1 ml larutan uji dalam tabung reaksi kering dan tabung lain



Ambil 1 ml air suling sebagai kontrol



Tambahkan 1ml reagen millon dan aduk rata



Rebus dengan lembut selama 1 menit



Dinginkan dibawah air kran



Tambahkan beberapa tetes natrium nitrit 1%



Panaskan sedikit larutan dan amati perubahan



c. Uji Ninhidrin



Ambil 1 ml larutan uji dalam tabung reaksi kering dan tabung lain



Ambil 1 ml air suling sebagai kontrol



Tuangkan beberapa tetes ninhidrin 2%



Simpan tabung reaksi dalam bak air selama 5 menit dan amati perubahan



Dokumentasi a. Uji Biuret - Larutan sebelum di beri reagen biuret



-Larutan sesudah diberi reagen biuret



b. Uji Millon -Larutan sebelum diberi reagen millon



-Larutan sesudah diberi reagen millon



c. Uji Ninhidrin -Larutan sebelum ditetesi ninhidrin 2%



-Larutan sesudah ditetesi ninhidrin 2%