Laporan Prakerin [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Sukwa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI PT MERMAID TEXTILE (MERTEX) INDONESIA MOJOKERTO, JAWA TIMUR



OLEH: 1. 2. 3. 4.



MOCHAMAD MAULANA ILHAM SURYANINGSIH ULFATUL FITRIYYAH YONATA PUTRA PRASETYA



NIS NIS NIS 3271/3271.044 NIS



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2016 LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI



DI PT MERMAID TEXTILE (MERTEX) INDONESIA MOJOKERTO, JAWA TIMUR



Diajukan kepada SMK Putra Indonesia Malang Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam menempuh Ujian Akhir Nasional



OLEH: 1. MOCHAMAD MAULANA ILHAM



NIS



2. SURYANINGSIH



NIS



3. ULFATUL FITRIYYAH



NIS 3271/3271.044



4. YONATA PUTRA PRASETYA



NIS



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2016 HALAMAN PENGESAHAN



Laporan Praktik Kerja Industri di PT Mermaid Textile Mojokerto ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal



bulan



tahun dua



ribu enam belas.



Menyetujui,



Solakhudin



Sunarto



Section Chief



Pembimbing Industri



Mengetahui,



Sunarko, S H, M H, Kepala Bagian Personalia



HALAMAN PENGESAHAN



Laporan Praktik Kerja Industri di PT Mertex Textile Mojokerto ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal



bulan



tahun dua ribu enam belas.



Menyetujui,



Diana Muhayati, M.Pd.



Wijiningsih, S.T



Pembimbing Penulisan Sekolah



Pembimbing



Mengetahui,



Siti Zubaidah, S.Pd. Kepala SMK Putra Indonesia Malang



ABSTRAKSI



PT Mertex Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang didirikan pada 5 April 1972. Perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan itu diresmikan Presiden Soeharto pada 6 Agustus 1975. Perusahaan tersebut berskala produksi tinggi dan mempunyai tenaga kerja cukup banyak. Industri ini berada di jalan raya bypass Po BOX 17 Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto. Industri ini memiliki luas tanah 171.430 M3 dengan status tanah hak guna bangunan. Dalam struktur organisasinya, PT Mertex dipimpin oleh seorang presiden direktur yang dibantu oleh wakil presiden direktur, direktur keuangan, direktur pemasaran, direktur produksi dan para manager. Bagian-bagian yang ada didalam industri tersebut adalah bagian pemintalan, penenunan dan penyelesaian terakhir atau finishing. Didalam bagian penyelesaian akhir terdapat beberapa proses yang dilakukan antara lain persiapan, gas singenging, desizing, scouring, bleaching, netralisasi, mercerizing, setter panas, dyeing pad dryer, dyeing packing, sanforized, resin , quality control, pemeriksaan, pengepakan, penyimpanan dan pengiriman. Hasil produksi PT Mertex berupa kain jadi sesuai permintaan konsumen dan kain mentah yang akan dikirim ke buyer. Limbah padat berupa sisa kain dan limbah cair diolah hingga netral atau tidak berbahaya. Setelah itu baru di alirkan ke sungai dan sawah.



KATA PENGANTAR



Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya sehingga Laporan Praktik Kerja Industri di PT.Mermaid Textile (MERTEX) Indonesia dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini menggambarkan proses pembuatan kain di PT. Mermaid Textile (MERTEX) Indonesia Mojokerto. Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak sehingga kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak H. Aries Susanto, S E. Ak, selaku Assistant Chief Manager di PT Mermaid Textile Industry Indonesia. 2. Bapak Solakhudin selaku pimpinan bagian Finishing. 3. Bapak Sunarko, S.H., M.H. selaku kepala bagian personalia. 4. Bapak Suroso selaku koordinator Prakerin di industri. 5. Bapak Sunarto selaku pembimbing industri di bagian laboratorium. 6. Ibu Siti Zubaidah, S.Pd. selaku kepala sekolah SMK Putra Indonesia Malang. 7. Ibu Diana Muhayati, M.Pd. selaku pembimbing penulisan laporan. 8. Ibu Wijiningsih, S.T. selaku pembimbing di sekolah. 9. Bpk. Aries, Bpk. Choirul, Bpk. Suliono, Bpk Supi’an, Bpk. Hernu dan seluruh staf dan karyawan PT. Mermaid Textile Indonesia. 10. Bapak dan ibu guru Sekolah Menengah Kejuruan Putra Indonesia Malang. 11. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi 12. Teman teman kelas XII tahun pelajaran 2016-2017 SMK Putra Indonesia Malang. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga laporan ini bermanfaat. DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN



ABSTRAKSI.............................................................................................................. i KATA PENGANTAR............................................................................................... ii DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan........................................................................... 1.2 Ruang Lingkup Kegiatan.......................................................................... 1.3 Tujuan Kegiatan........................................................................................ 1.4 Manfaat Kegiatan...................................................................................... BAB II TINJAUAN INDUSTRI 2.1 Sejarah industri.......................................................................................... 2.2 Struktur Organisasi Industri..................................................................... 2.3 Visi Industri …………………………………………………………….. 2.4 Misi Industri ……………………………………………………………. BAB III ANALISIS PROSES INDUSTRI 3.1 Gambaran Umum ............................................................................. 3.2 Finishing Process ............................................................................. 3.3 Intruksi Kerja Colour Matching ....................................................... 3.4 Pengujian dan Analisis Bahan .......................................................... BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 4.2 Saran .................................................................................................



DAFTAR RUJUKAN ................................................................................ LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1 Skema Struktur Organisasi PT Mertex Indonesia ........................ Lampiran 2 Diagram Proses Finishing PT Mertex Indonesia ..........................



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kegiatan Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah menengah kejuruan (SMK) jelas berbeda dengan di sekolah menengah atas (SMA). Di SMK siswa dituntut melakukan banyak praktik setelah mendapatkan teori dalam bidang tertentu.



Lulusan SMK diharapkan memiliki keterampilan yang dapat menjadikan mereka sebagai tenaga kerja siap pakai dan mampu bersaing di dunia kerja. Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang dilaksanakan oleh SMK Putra Indonesia Malang dimaksudkan untuk memberi dan menambah pengalaman. Hal ini bertujuan meningkatkan keterampilan dan disiplin karena para siswa sebelumnya masih merasa kurang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang industri. Dengan adanya Praktik Kerja Industri ini semua siswa diharapkan dapat mempraktikkan pengetahuan yang didapat secara teoritis di dalam Pratik Kerja Industri. Di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan sempurna apabila teori tanpa diiringi praktik secara langsung. Di samping itu para siswa belum banyak mengenal dunia industri dengan segala interaksi yang terjadi di dalam perusahaan. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut program Prakerin yang diadakan merupakan pengalaman yang sangat berharga karena siswa ikut berperan secara langsung di dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam Prakerin ini siswa dituntut melakukan berbagai kegiatan sebagai sarana melatih keterampilan sekaligus tanggung jawab yang dapat dijadikan salah satu pijakan apabila menjadi seorang pemimpin. 1.2 Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup penulisan laporan Praktik Kerja Industri di PT Mertex Indonesia ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Deskripsi perusahaan (meliputi sejarah pendirian industri dan struktur organisasinya). 2. Proses fisika dan kimia (meliputi kegiatan pewarnaan kain serta proses pengecekan kain). 1.3 Tujuan Kegiatan Adapun tujuan kegiatan Praktik Kerja Industri sebagai berikut. 1. Meningkatkan kemempuan siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program sekolah atau keahlian yang dipilih.



2. Memberi kesempatan kepada siswa supaya dapat menyesuaikan diri dengan keadaan industri. 3. Memberikan gambaran umum kepada siswa mengenai dunia kerja yang akan ditekuni. 4. Agar siswa dapat mengaplikasikan ilmu yng sudah diberikan dari sekolah. 5. Untuk mengetahui proses pembuatan kain di PT Mermaid Textile (MERTEX) Indonesia. 1.4 Manfaat Kegiatan 1.4.1 Manfaat bagi Industri Adapun manfaat bagi industri sebagai berikut. 1. Membuktikan bahwa industri mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan. 2. Industri dapat menjalin relasi atau hubungan kerja sama yang baik dengan pihak sekolah. 3. Industri dapat melakukan perekrutan tenaga kerja dengan mudah. 4. Industri dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa di dunia kerja dan untuk sarana pelatihan bagi para pekerja dengan bantuan siswa. 1.4.2



Manfaat bagi Sekolah Adapun manfaat bagi sekolah sebagai berikut. 1. Sekolah dapat memberikan kurikulum yang telah ditentukan dengan baik. 2. Memudahkan guru dalam menyelesaikan materi disekolah karena para siswa mudah mengetahui keadaan dilapangan. 3. Sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan industri yang dikunjungi untuk tahuntahun yang akan datang.



1.4.3



Manfaat bagi Siswa Adapun manfaat bagi siswa sebagai berikut. 1. Siswa dapat mengetahui proses apa saja yang terjadi di dalam industri. 2. Siswa dapat membandingkan antara teori yang sudah dipelajari di sekolah dengan praktik langsung di industri. 3. Siswa dapat memperoleh pengalaman dasar sebagai modal kerja. 4. Siswa dapat memperoleh informasi tentang proses pembuatan kain di PT Mermaid Textile (MERTEX) Indonesia.



BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI



2.1 Profil Industri Pada tanggal 5 April 1972 PT Mermaid Textile Industry Indonesia resmi didirikan dengan dasar Keputusan SK Presiden RI No.B-31/Pres/4/1972. Pada bulan Oktober 1974 masa Trial Production berakhir atau dengan kata lain telah memasuki masa Saat Mulai Berproduksi (SMB) dengan dasar keputusan SK KIP Mojokerto No.04/PK/PMA-PMDN/1974 tertanggal 18 Desember 1974. PT Mermaid Textile Industry Indonesia mengalami masa Bebas Pajak (Tax Holidays) selama 5 tahun yaitu sejak bulan Oktober 1974 sampai dengan bulan September 1979. Pada tanggal 06 Agustus 1975 PT Mermaid Textile Indonesia diresmikan oleh Presiden RI Soeharto. 2.2 Struktur Organisasi Industri Struktur organisasi di PT Mertex Indonesia, dikendalikan oleh presiden direktur dibantu wakil presiden dir. Dalam menjalankan tugas operasional, mereka dibantu direktur keuangan, direktur pemasaran, direktur produksi, direktur teknik, dan direktur muda. Dalam proses produksi mereka juga dibantu manajer akutansi, manajer Quality Control, manajer pengembangan sumber daya manusia. Berikut ini



akan dijelaskan tugas dan tanggung jawab pemegang jabatan dalam industri. Adapun skema struktur organisasi industri dapat dilihat di lampiran ke-1.



2.2.1. Presiden Direktur Presiden direktur mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Menetapkan dan mengambil keputusan dalam menjalankan kebijakan industri. 2. Melaksanakan dan menentukan kebijakan industri yang digariskan oleh dewan direktur. 2.2.2 Wakil Presiden Direktur Wakil presiden direktur mepunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada presiden direktur. 2. Menerima tugas yang diberikan oleh presiden direktur bila berhalangan. 3. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. 2.2.3 Direktur Keuangan Direktur keuangan mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Mengatur perencanaan keuangan. 2. Membuat kebijakan, mengawasi, dan memeriksa keuangan industri. 3. Membuat laporan-laporan keuangan setiap bulan dan setiap tahun sebagai pertanggung jawaban kepada presiden direktur. 4. Bekerja sama dengan direktur lainnya untuk menyusun anggaran keuangan industri. 2.2.4 Direktur Pemasaran Direktur pemasaran mempunyai tugas sebagai berikut.



1. Merencanakan penjualan sesuai target yang ditetapkan. 2. Membuat rencana dan peninjauan harga pada waktu tertentu. 3. Membuat rencana pengolahan anggaran dalam hal perongkosan dan biaya penjualan. 4. Menjalin kerja sama dengan direktur lainnya. 2.2.5 Direktur Produksi Tugas direktur produksi hanya bertanggung jawab dalam hal upaya meningkatkan hasil produksi. 2.2.6 Direktur Teknik Direktur teknik mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Mempunyai perencanaan dan mengawasi segala kegiatan didalam pabrik sesuai dengan instruksi presiden direktur. 2. Bekerja sama dengan direktur lainnya untuk menentukan rencana produksi. 3. Membantu presiden direktur dalam membuat kebijakan masalah produksi. 2.2.7 Direktur Muda Direktur muda mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada direktur. 2. Mengkoordinasikan dan mengontrol aktivitas dan proses produksi yang terjadi di bagiannya masing-masing. 3. Membuat rencana kerja dan target produksi. 4. Mengkoordinasi aktivitas di bagian kantor dan manajemen. 2.2.8 Manajer Akutansi Manajer akutansi mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Mengatur dan memelihara catatan-catatan keuangan.



2. 3. 4. 5.



Membuat kalkulasi harga pokok barang-barang hasil produksi industri. Membuat laporan keuangan industri. Membuat laporan perpajakan. Bertanggung jawab kepada direktur keuangan.



2.2.9 Manajer Quality Control Manajer Quality Control mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada direktur teknik. 2. Bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin, peralatan produksi, gedung dan mess, instalasi listrik, dan transportasi gudang teknik. 3. Bekerja sama dengan bagian lain. 2.2.10 Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Membuat rencana kebutuhan tenaga kerja. 2. Mengadakan seleksi dan penempatan tenaga kerja sesuai dengan bidang dan keahliannya. 3. Mengadakan hubungan baik dengan organisasi buruh, instansi pihak pihak lain yang berhubungan dengan industri. 4. Bekerja sama dengan bagian yang lain. 2.2.11 Manajer Produksi Manajer produksi mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada direktur produksi. 2. Bertanggung jawab atas proses produksi yang berlangsung pada departemen masing-masing. 3. Membuat rencana atau target produksi. 4. Bekerja sama dengan bagian lain terutama bagian yang berkaitan



langsung dengan input atau output proses produksi. 2.2.12 Kepala Seksi Kepala Seksi mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada manajer. 2. Bertanggung jawab atas proses produksi yang berlangsung pada seksi atau sub bagian di suatu bagian. 2.2.13 Foreman Foreman mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada kepala bagian. 2. Mengawasi kinerja suatu kelompok kerja yang oleh pimpinan pemindahan kelompok. 3. Melaporkan segala aktivitas suatu kelompok kerja kepada bagian kepala. 2.2.14 Pemimpin Sub Kelompok Pemimpin Sub Kelompok mempunyai tugas sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab kepada Foreman. 2. Mengawasi kinerja karyawan secara langsung. 3. Mengkoordinasi dan memotivasi karyawan dalam melakukan aktivitas kerja. 2.3 Visi Industri Menjadikan perusahaan tekstil terkemuka di Indonesia. 2.4 Misi Industri Memproduksi tekstil dengan kualitas yang memenuhi kepuasan pelanggan dan ramah lingkungan. BAB III



ANALISIS PROSES INDUSTRI



3.1 Gambaran Umum PT Mermaid Textile Industry Indonesia adalah pabrik tekstil yang merupakan cabang salah satu anak perusahaan dari Jepang yang saat ini masih beroperasi di Indonesia. Bahan atau produk yang dihasilkan dari PT Mermaid Textile Industry Indonesia berupa kain yang sesuai dengan permintaan buyer. Pada proses pengolahan textile dalam prosedur melalui rangkaian produksi yang terbagi atas spinning, weaving, dan finishing. Di dalam rangkaian ketiga proses tersebut unit finishing merupakan unit akhir dalam rangkaian pengolahan dari kain mentah untuk menjadi produk akhir yang siap dipasarkan.



3.2 Finishing Process Permintaan kain katun tetoron diperdagangkan sebagai kain ekspor serta lokal terbesar di Asia Tenggara .Untuk memperoleh sebuah kain dengan kualitas terbaik maka selama proses pencelupan dan pencampuran berbagai macam chemical haruslah dengan ketelitian yang benar dan sesuai dengan prosedur yang ada serta distandarkannya melalui proses-proses berikut. Adapun diagram proses finishing di PT Mertex dapat dilihat di lampiran ke-2. 3.2.1. Preparatory Preparatory merupakan proses mempersiapkan greige (kain mentah ) yang akan masuk pada proses bleaching. Proses tersebut



sangatlah penting sebelum



melanjutkan ke proses A-1 (gas singeing), dikarenakan kain yang telah disiapkan sudah dilihat terlebih dahulu dan sudah dipastikan kain yang akan digunakan memiliki nilai komersial yang tinggi, oleh sebab itu nilai sangat berpengaruh akibat kain mentah (greige) memiliki banyak cacatnya, walaupun sedemikian rupa telah



dilakukan proses pencelupan dan pencampuran dengan sempurna. Hal ini bertujuan mendapatkan kualitas kain yang bagus dan melaporkan pada bagian penentuan agar diadakan pengontrolan kain mentah . Selain untuk menentukan kualitas kain, preparatory juga berfungsi menentukan kain yang akan masuk proses sesuai daftar delivery yang ditentukan oleh Produksi Control (PC). Apabila persiapan pada kain mentah telah siap dan memenuhi kriteria, maka dilanjutkan pada A-1 (gas singeing). 3.2.2. Gas Singeing (A1)/ Keyak Gas Singeing (A1)/ Keyak merupakan proses pembakaran bulu-bulu pada kain mentah dengan menggunakan gas LPG. Proses A-1 sangatlah cocok dilakukan untuk langkah pertama. Pertama-tama kain disikat yaitu sikat nilon agar bulu-bulu yang melekat bisa tegak/ berdiri sehingga pada waktu pembakaran bisa dilakukan secara sempurna. Proses ini bertujuan menghindari pencelupan yang tidak rata yang disebabkan migrasi dyestuff yang mana karena adanya bulu-bulu tersebut. Supaya permukaan menjadi halus dan menambah daya serap kain. Kain dimasukkan proses A-1 bukan untuk mengerutkan dengan pemanasan juga bukan untuk meredahkan grade serat polyester. Singeing harus dilakukan dengan hati-hati karena kondisi yang berlebihan/ yang tidak rata menyebabkan hilangnya kekuatan kain/ kekuatan parsial pada kain T/ C. Pada umumnya kain T/ C di singeing pada kedua bagian (atas dan bawah). Bila pada kain terdapat banyak bulu-bulu maka pengguntinganya bulu-bulu dilakukan terlebih dahulu sebelum masuk proses A-1 untuk mencegah terbentuknya tetesan serat polyester yang mencair. Adapun besar kecilnya api tergantung pada tebal tipisnya kain, juga kerapatan atau design kain yang akan diproses. Kain yang telah melalui proses A-1 akan dingin melalui pendinginan (cooling cylinder). Jika kain telah dingin maka proses A-1 akan dilanjutkan pada proses A-2. 3.2.3. A-2 Range



Scouring (A-2 Range)/ Noriyaki merupakan proses membersihkan sisa pembakaran bulu-bulu kain pada proses A-1. Kain yang sudah dingin dari cooling cylinder dan masuk pada bak pencucian yang berisi air dengan temperatur 90°C sebanyak 5 bak pencucian. Proses ini akan memudahkan



terlepasnya kanji dan



kotoran-kotoran pada kain. 3.2.4. Dizezing Scouring (A-3 Range) Apabila kotoran dan kanji masih ada yang belum terlepas, dimasukkan pada bak saturator yang berisi obat/ chemical yang berfungsi tiga hal. Pertama, pencucian pada kain untuk memudahkan lepasnya kotoran. Kedua, oksidator penghancur kanji pada kain sehingga kain terbuka pori-porinya. Ketiga, menambah pecucian pada kain dan daya serap kain. Setelah proses ini selesai dilanjutkan pada boiling box yang mengalami proses pemanasan dengan sistem penguapan dan perendaman



dengan menggunakan



chemical. Untuk menjaga kestabilan konsentrasi obat pada saturator maka harus dicheck (analisis). Pengecekkan ini penting untuk menghindari cacat pencelupan seperti perbedaan warna antara awal, tengah, dan akhir kain (tealing). Untuk menentukan apakah proses ini sudah sempurna atau belum, maka dapat digunakan larutan kalium iodida (KI). Apabila warna violet kecoklatan berarti kanji/ PVA masih ada. 3.2.5. Pemutihan (A4 Range) Pemutihan (A4 Range) merupakan proses untuk memperoleh pengelantaran atau pemutihan. Tujuannya adalah memperoleh kain yang sangat putih untuk T/ C dan juga bagi kain yang akan dicelup. Dalam proses ini kain dimasukkan pada chemical yang sudah disediakan. Kain tersebut diharapkan putih, bersih dari kotoran. Pada proses bleaching penambahan chemical memiliki tiga fungsi. Pertama, untuk menurunkan pH pada



kain agar menjadi asam. Kedua, untuk memutihkan kain. Ketiga, untuk pencuci dan daya serap kain. Pada proses ini biasanya kain yang sudah putih tetapi masih kurang sempurna untuk diwarna, karena pada proses bleaching, chemical yang digunakan adalah Sodium Chlorid (NaClO) yang mengandung gas chlor maka untuk menghilangkan chemical pada kain perlu dinetralisasikan. 3.2.6. Netralisasi Cara untuk menghilangkan chemical yang ada pada kain karena proses bleaching adalah netralisasi. Kain setelah dari bleaching ini masih mengandung gas chlor (ClO2) yang sangat berbahaya dan perlu dihilangkan atau dinetralisasi dengan Sodium Metabesulfite (Na2S2O5) Selanjutnya dicuci dengan air panas temperatur 80 o Celcius setelah itu dicuci sampai bersih dan dikeringkan pada dryer cylinder. Untuk hasil yang baik perlu dilakukan empat pengecekan. Pertama, apakah kondisi kain sesuai dengan yang diharapkan. Kedua, kandungan kanji. Ketiga, cacat pada kain. Keempat, kandungan chemical. Dari proses A-4 kain akan dimasukkan pada proses B range (Mercerizing) 3.2.7. B-range (Mercerizing) B-range (Mercerizing) merupakan proses penyutraan dan pengaturan lebar kain. Proses ini bertujuan



untuk menambah kemampuan daya serap terhadap



dyestuff & handling serta merubah cotton menjadi seperti sutra (silk). Disamping itu juga diperoleh empat keuntungan. Pertama, daya serap bertambah baik dan warna kain celupan lebih terang. Kedua, kualitas kain bertambah baik dan lebih mengkilap. Ketiga, kestabilan ukuran kain bertambah. Keempat, handling bertambah baik. Tujuan mercerization bagi T/ C (65/ 35) untuk merubah serat cotton. Pada umumnya mercerization kain cotton dilakukan dengan menggunakan chemical dengan dilakukan pada temperatur ruangan. Menetralisir dan mencuci setelah



mercerization adalah sangat penting bagi dyeing yang lengkap untuk menghilangkan alkali dan garam-garam. Setelah proses ini dilanjutkan pada proses Heat setter (C) untuk memberikan pemerataan panas. 3.2.8. Heat setter (D-/ C –Range) Heat setter (D-/ C –Range) merupakan proses pengaturan dan penyesuaian lebar kain dan memberikan pemerataan panas. Proses ini sangatlah penting guna mendapatkan kain yang berkualitas lebih baik dan memiliki nilai komersial yang tinggi. Ada empat tujuan proses tersebut. Pertama, menghilangkan ketidak rataan benang-benang. Kedua, menambah kestabilan ukuran-ukuran. Ketiga, menambah ketahanan menjadi satunya bulu-bulu (pilling). Keempat, menambah daya tahan kusut, kondisi normal mempunyai suhu T/ C dan Polyester: 210oC, Cotton 100% : 140°C. Pada akhir proses kain warna putih langsung diproses pada mesin. Pad dryer, mesin K1-K2-L Range (Pad dry-Baking). Setelah proses heat setter kain akan masuk ke proses dyeing dan resin, tergantung permintaan buyer. 3.2.9. Pad Dryer (G Range) Dyeing Pad dryer adalah proses pencelupan zat warna dengan termosol dyeing. Pada umumnya teknik pencelupan ditentukan oleh derajat taraf pencelupan yang diperoleh termosol dyeing. Cara ini dikatakan sebagai proses yang lebih baik untuk memperoleh taraf pencelupan, bila dyeing mengalami kesukaran yang berhubungan dengan cacat dyeing, sebagai berikut. 1. Penyerapan yang tidak sempurna 2. Sukar mencelup bagian di bawah naps dan fluffs atau bulu-bulu kain 3. Adanya bintik-bintik di permukaan kain atau spel 4. Perbedaan warna antara awal,tengah dan akhir Untuk menghindari kesukaran-kesukaran di atas, haruslah diperhatikan seperti melakukan pigment pad dryer dengan hati-hati.



Mesin dryer terdiri atas empat alat. Pertama, chemical Bath, yang isinya adalah dyestuff yang telah dicampur sesuai dengan resep. Kedua, chemical Menjel, berfungsi memeras kain yang telah tercelup pada chemical bath. Ketiga, room Dryer, berfungsi mengeringkan kain. Keempat, dryer silinder, fungsinya sama dengan room dryer yaitu untuk mengeringkan kain. Kain yang keluar dari mesin pad dryer harus dalam keadaan kering, baik kain white maupun colour. Sedangkan pada waktu baking ada waktu dan temperaturnya sendiri sesuai dengan recipe/ standar yang ada. Sedang untuk proses kain warna yang perlu dilakukan Light, Medium, Dark (L/ M/ D). Adapun warna muda (light) zat warna yang digunakan adalah jenis Unitron atau Vat. Maka warna medium dapat memakai zat warna Disperse sedang untuk warna gelap dapat memakai zat warna Disperse dan Reactive. Setelah proses ini dilakukan, proses selanjutnya adalah proses Baking. 3.2.10. Baking (H Range) Dyeing Baking adalah proses menancapkan warna pada kain dengan cara pemanggangan dan pengeringan. Proses baking dilakukan apabila pada proses pencelupan pad dryer ada unsur dyestuff baik itu disperse ataupun unithron. Baking adalah proses pemberian chemical resin atau obat-obatan dengan teknik pemanggangan supaya kain tidak mudah kusut dan untuk memasukkan zat warna tetoron ke dalam pori-pori kain. Pada proses ini temperatur yang digunakan maksimal (205°C), untuk baking resin tergantung jenis kain. 3.2.11. Pad Steamer (J Range) Pad Steamer (J Range) merupakan proses penguatan warna dengan cara pemberian chemical dan pencucian sisa-sisa zat warna supaya tidak lekas pudar dengan metode tertentu. Pada proses ini, pemberian zat warna tergantung dari pewarnaan atau golongan dyestuff yang dipakai. Pad Steamer memiliki dua fungsi. Pertama, pencucian pada kain after bleaching bila terkena cacat. Kedua, pengurangan berat pada kain spunpully (all tetoron).



3.2.12. Resin Finish (K-L Range) Resin Finish (K-L Range) merupakan proses terakhir dalam pengolahan kain yang berfungsi memberikan rasa pada kain seperti lembut, kasar, halus, dan keras sesuai dengan permintaan buyer di PT Mertex ada beberapa macam produk untuk resin finish, sebagai berikut : 1. Water proof (WP) 2. Weight Reduce (WR) 3. Wrinkle free (HF) 4. RB 5. Deodorant (SC) 6. Soil Release (SR) 7. Chiku-Chiku (CK) 8. Non stack (NS) 9. Water Absorption (NDR) 10. Stiff finish (STF) 11. Nomos (NMS) 12. FLUTECT 13. AB



:



: Anti air Pengurangan berat kain : Anti kusut : Anti bakteri : Anti bau : Anti kotor : Permukaan halus : Anti bakteri : Daya serap : Untuk kaku dan keras : Anti bakteri : Anti flu burung : Anti blood



Resin Heat Tenter adalah proses penarikan memanjang dan melebarkan agar chemical resin dapat meresap kedalam pori-pori kain. Resin Pad dryer adalah proses pemberian chemical resin & white optical bright agent, sedangkan Resin pada proses ini untuk kain yang banyak mengandung cotton menggunakan suhu di bawah 150°C karena chemical flourcent yang dipakai bisa develope pada 150°C. Sebaliknya, untuk kain yang banyak mengandung tetoron suhu yang digunakan harus lebih dari 170°C karena warna putih pada tetoron bisa muncul bila suhu lebih dari 170°C. Dalam proses finishing menggunakan chemical resin. Pada pewarnaan white lebih sering menggunakan beberapa zat warna (bluing) dan florecent, sedang mesin resin yang digunakan yaitu pad dryer, heat tenter, baking. 3.2.13. Celender ( R ) Celender ( R ) merupakan proses pengkilatan kain. Proses ini kain yang masuk pada mesin celender hanya tertentu saja karena tergantung pada permintaan



buyer, biasanya untuk jenis kain Spoon polyester. Setelah proses ini dilanjutkan dengan Heat Cutting. 3.2.14. Heat Cutting (HC) Heat Cutting (HC) merupakan proses pemotongan pinggir kain untuk penghilangan bekas lubang jarum pada saat tenter. Pada proses pemotongan ini, kain yang masuk hanya tertentu saja, tergantung pada pesanan buyer. 3.2.15. Sanforized Sanforized merupakan proses penyusutan secara mekanis untuk membuat stabilitas ukuran kain agar tidak terjadi penyusutan pada saat pencucian. Dan untuk menghaluskan permukaan kain. Setelah proses ini dilanjutkan Quality Control. 3.2.16. Quality Control Quality Control merupakan suatu metode untuk mengecek kualitas pada kain dengan menggunakan dua metode. Pertama, fast colour kain. Kedua, daya tes kain. A. Fast colour terdiri atas. 1. Laundry test Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh pencucian dengan sabun antara kain test dan kain cotton 100% . 2. Standart fade meter Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh sinar matahari dengan memakai pembakaran ultra violet carbon cored dan solid . 3. Friction durability Mesin ini untuk mengetahui perubahan karena pengaruh gesekan antara kain test dengan kain cotton 100% baik kering maupun basah . 4. Prespiration test Alat ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh keringat manusia dengan menggunakan chemicals asam dan chemicals basah . 5.



Thermo test



Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh panas yang menggunakan kompor penjepit antara kain tes dengan kain tetoron dan kain cotton 100% . 6. Chloride test Dengan menggunakan chemical Sodium Clorite 25% dan setelah itu dikerjakan dengan thermotest kain akan terjadi perubahan dari warna semula . B. Daya test terdiri atas : 1. Tention /Elangation Mesin ini untuk mengetahui berapa kilogram ketegangan dan berapa millimeter kemulurannya dari kain dengan cara penarikan dengan mesin. 2. Tearing Alat ini untuk mengetahui berapa gram daya sobek dari kain. 3. Wrikle recovery Alat ini untuk mengetahui berapa persen dan berapa derajat daya kusutnya kain dengan cara ditekuk serta dijepit dengan plat . 4. Softness Alat ini untuk mengetahui berapa millimeter daya lemasnya kain dengan cara dijepit antara dua roller lalu diputar sampai 90°. 5. Abrasion Mesin ini digunakan untuk mengetahui berapa second kikisan dari kain sampai lubang dengan cara dikikis memakai kertas abras (kertas gosok) bergeser diatas kain test secara otomatis 6. Spray tester Alat ini digunakan untuk mengetahui berapa persen kebasahan kain karena semprotan air dengan suhu antara 28°C secara dituangkan dalam waktu 30 second 7. Filling tester



Mesin ini untuk mengetahui perbandingan bulu kain yang keluar karena putaran secara otomatis sebanyak 36.000 putaran dalam waktu kurang lebih 3/ 4 jam. Quality Control juga mengukur daya susut kain dengan melakukan proses Shringkage dan mengukur daya kusut kain khusus untuk kain Hf (Anti Kusut) dengan proses Wash and Wear. 3.2.17. Inspection Inspection merupakan proses pemeriksaan hasil kain untuk menentukan grade kain atau kualitas. Dalam proses ini kain diteliti apakah terdapat cacat kain lalu inpection selesai dan dinilai dengan bagus maka akan dilakukan proses penggulungan kain setelah inspection sesuai panjang standart dan grade kain (Winding) dan packing. 3.2.18. Packing Packing merupakan proses pembungkusan dan pemberian label identitas hasil produksi. Pada proses ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, seluege Stamping merupakan pemberian cap atau inisial pada tepi kain yang akan dikirim. Kedua, cloth Winding merupakan proses penggulungan kain sesuai dengan panjang yang akan dikehendaki. 3.2.19. Gudang Gudang merupakan tempat pembungkusan hasil dari packing dalam bentuk karton box dan sebagai tempat penyimpanan barang sebelum dikirim ke buyer .



3.3 Instruksi Kerja Colour Matching Colour Matching memiliki tujuan untuk membuat lab dip untuk sample ke buyer atau untuk membuat resep proses sesuai dengan sample yang ada, jika sudah lalu membuat resep proses. Ruang lingkupnya berada pada saat melakukan colour



matching di laboratorium. Langkah kerja colour matching ada dua yaitu colour matching putih dan warna seperti berikut. 3.3.1. Colour Matching Putih Colour matching putih memiliki tiga tujuan. Pertama, menentukan jenis kain sesuai dengan permintaan (TC/ C, CVC, tetoron 100%, cotton 100%, dan lain-lain). Kedua, menentukan handfeeling (halus, kasar, lemas, tebal, keras). Ketiga, colour matching whiteness seperti kadar fluorescent (optical bright agent), bluing (dyestuff yang dipakai ) dengan microflash, toleransi untuk whiteness (± 2.00) dan toleransi untuk T (± 0.25). Perhatikan perubahan antara laborat dan proses turunnya berapa persen (saigen). 3.3.2. Colour Matching Warna Colour matching warna memiliki tiga tujuan. Pertama, lihat warna pada contoh kain yaitu warna T/ C celup (bath shade), atau celup tetoron saja atau cotton saja (cross dye). Kedua, tentukan kode proses dan pemakain zat warnanya dengan pertimbangan harga/ cost murah dan kualitas baik. Ketiga, contoh kain dilihat menggunakan lampu black light apakah pakai Optical Bright Agent (OBA) dan bila ada OBA (fluorescent) harus ditambah pada proses resin finish. 3.3.3. Cara Colour Matching Cara melakukan colour matching sebagai berikut. Pertama, menentukan jenis kain sesuai permintaan. Kedua, menentukan cara proses pemakain zat warna dan komposisinya. Ketiga, bila T/ C celup yang pertama-tama dikerjakan adalah colour matching tetoron, tetoron shade harus sama, setelah itu baru cotton shade. Untuk komposisi warna : 1. Misalnya ada contoh warna blue, pertama harus pakai zat warna blue sebagai warna pokok lalu ditambah green, yellow, atau red dicocokkan dengan sampelnya. 2. Bila zat warna tidak ada harus memakai 3 zat warna pokok (blue, yellow, dan red).



3. Perhatikan sifat-sifat dari tiap-tiap zat warna. Pada temperature tertentu, warna akan mengalami penurunan. 4. Untuk warna tua misalnya black, navy, wine, dark red, dark green, harus memakai dua kali proses. Proses I, tetoron celup melalui pad dry (G range 110-140°C)  baking (H range 205°)  steaming (105°C). Proses II, cotton celup melalui pad dry (G range 110-140°C )  steaming (J range 105°C). 3.4 Pengujian dan Analisis Bahan Pembuatan larutan untuk analisis pada proses bleaching. Pada proses dalam unit finishing terdapat juga proses pembuatan larutan stok KMnO4 (0,1 N) dan Na2S2O3 (0,1 N ) pada proses ini dilakukan pembuatan larutan stok yang berguna sebagai penunjang kelancaran dalam kegiatan laboratorium finishing. 3.4.1. Pembuatan Larutan H2C2O4 3.4.1.1. Alat 1. Neraca analitik. 2. Kertas perkamen. 3. Beaker gelas. 4. Mixer. 5. Magnetik Stirrer. 6. Sendok takar. 3.4.1.2 Prosedur Kerja 1. Ditimbang H2C2O4 7 gram. 2. Di-drayer selama 2 jam denagan temperatur 100-1100C. 3. Dimasukkan ke dalam desikator (didinginkan).



4. Ditimbang sebanyak 5 gram. 5. Dilarutkan dengan aquades. 6. Diencerkan sampai volume 500 ml lalu mixer. 3.4.2. Pembuatan Larutan K2 Cr2 07 3.4.2.1. Alat 1. Neraca analitik. 2. Kertas perkamen. 3. Beaker gelas. 4. Magnetik Stirrer. 5. Sendok takar . 6. Mixer 3.4.2.2. Prosedur Kerja 1. Ditimbang. K2 Cr2 07 6 gram. 2. Di-drayer selama 2 jam dengan temperatur 100-1100C. 3. Dimasukkan ke dalam desikator (didinginkan). 4. Ditimbang sebanyak 5 gram. 5. Dilarutkan dengan aquades 150 ml. 6. Diencerkan sampai volume 1000 ml, lalu mixer. 3.4.3. Pembuatan Larutan KI 50 % 3.4.3.1. Alat



1. Neraca analitik. 2. Kertas perkamen. 3. Beaker gelas. 4. Magnetik Stirrer. 5. Sendok takar. 6. Mixer. 3.4.3.2. Prosedur Kerja 1. Ditimbang KI 50 gram. 2. Dilarutkan dengan aquades. 3. Diencerkan samai volume 100 ml lalu mixer. 3.4.4. Pembuatan Indikator PP 1% 3.4.4.1. Alat 1. Neraca analitik. 2. Kertas perkamen. 3. Beaker gelas. 4. Magnetik Stirrer. 5. Sendok takar. 6. Mixer. 3.4.4.2. Prosedur Kerja 1. Ditimbang PP 5 gram.



2. Dilarutkan dengan 800 ml alkohol. 3. Ditambah 200 ml aquades. 4. Di-mixer. 3.4.5. Analisis HCl ( Cek Fakta 1 ) 3.4.5.1. Alat 1. Buret 50 ml. 2. Beaker Gelas. 3. Pipet tetes. 4. Erlenmeyer. 5. Statif. 3.4.5.2. Prosedur Kerja 1. Diambil larutan HCl 10 ml, masukkan ke dalam erlenmeyer. 2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator pp. 3. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna Red. 3.4.6. Analisis NaOH ( Cek Fakta 1 ) 3.4.6.1. Alat 1. Buret 50 ml. 2. Beaker Glass. 3. Pipet tetes. 4. Erlenmeyer.



5. Statif. 3.4.6.2. Prosedur Kerja 1. Diambil larutan NaOH 10 ml masukkan kedalam erlenmeyer. 2. Ditambahkan 3-5 tetes indikator pp. 3. Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai tidak berwarna. 3.4.7. Analisis K2Cr2O7 ( Cek Fakta 1 ) 3.4.7.1. Alat 1. Buret 50 ml. 2. Statif. 3. Pipet volume. 4. Beaker glass. 3.4.7.2. Prosedur kerja 1. Diambil K2Cr2O7 25 ml lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer. 2. Ditambahkan 2 gram KI dan H2SO4 90 % sebanyak 5 ml. 3. Ditutup dengan penyumbat karet selama 10 menit. 4. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai tidak berwarna. 3.4.8. Analisis Na2S2O3 ( Cek Fakta 1 ) 3.4.8.1. Alat 1. Buret. 2. Statif. 3. Erlenmeyer.



4. Pipet volume. 5. Beaker glass. 3.4.8.2. Prosedur Kerja 1. Diambil K2Cr2O7 25 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. 2. Ditambahkan 50 ml aquades, 2 gr KI dan HCl 97% sebanyak 5 ml. 3. Ditutup dengan penyumbat karet selama 10 menit. 4. Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna green. 3.4.9. Analisis KMnO4 ( Cek Fakta 1 ) 3.4.9.1. Alat 1. Buret. 2. Statif. 3. Erlenmeyer 4. Beaker glass. 3.4.9.2. Prosedur Kerja 1. Diambil H2C2O4 20 ml, masukan ke dalam erlenmeyer. 2. Ditambahkan H2SO4 94-100% sebanyak 7 ml. 3. Dititrasi dengan KmnO4 0,1N sampai warna transparan red Pada proses pembuatan larutan stok ini merupakan salah satu dari bagian proses finishing untuk menyediakan larutan-larutan yang dibutuhkan untuk kelancaran dalam finishing process laboratory, dalam proses ini selain dilakukan proses penimbangan bahan, proses pelarutan, tetapi juga dilakukan proses titrasi untuk keperluan cek fakta. Apabila dalam hasil cek fakta telah didapatkan kesesuaian



dengan prosedur dan hasil perhitungan yang benar, maka dapat dikatakan bahwa pembuatan larutan stok itu benar.



V 1 x F1 = V 2 x F2 Keterangan : V1 = Volume titran V2 = Volume titrat



F1 = Fakta titran F2 = Fakta titrat



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan



Dari hasil praktik kerja industri di PT Mertex Indonesia dapat disimpulkan halhal sebagai berikut. 1. Prakerin



merupakan



sebuah



sarana



pembelajaran



di



luar



sekolah



bagi



siswa SMK untuk mengetahui kondisi bekerja dalam dunia usaha maupun dunia industri. 2. Di bagian laboratorium di analisis berbagai macam larutan dan membuat resep-resep warna untuk proses colour matching yang sesuai dengan sampel atau permintaan buyer. 3. Di bagian physical



test



dapat



mengetahui



bahwa



kemuluran



kain,



keasaman kain, daya sobek kain, dan kelenturan kain pada alat yang sesuai dengan physical test yang akan dilakukan. 4. Skill dalam menentukan warna yang digunakan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi hasil colour matching. Oleh karena itu, skill ini dapat mempersingkat waktu proses percobaan colour matching. 5. Proses pencelupan warna pada kain haruslah memiliki keterampilan agar hasil yang didapat bisa maksimal.



4.2 Saran 4.2.1 Saran bagi Sekolah 1. Lebih ditingkatkan kualitas dan sumber daya manusia agar pada masa mendatang lebih baik dan unggul 2. Lebih ditingkatkan lagi proses pendidikan agar para siswa mempunyai keterampilan dan skill bersaing di dunia usaha. 3. Meningkatkan sumber daya manusia agar di masa mendatang SMK Putra Indonesia Malang akan lebih baik dan lebih unggul di masyarakat luas. 4. Lebih ditingkatkan lagi hubungan kerjasamanya denga dunia industri dan dunia usaha.



4.2.2 Saran bagi Industri 1. Dapat menyesuaikan diri dan menggunakan waktu dengan tepat dalam dunia industri. 2. Para laboran harus lebih teliti dalam melakukan analisis supaya tidak terjadi kesalahan yang fatal. 3. Lebih memberi kesempatan lebih pada siswa Prakerin untuk memperoleh pengetahuan arau wawasan yang luas dalam dunia usaha maupun dunia industri. 4. Peralatan di laborat hendaklah dirawat dengan baik agar didapat hasil yang akurat. 5. Menerapkan Standart Operasional Procedure (SOP) saat bekerja di duai industri. 6. Sebaiknya para laboran menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) apapun kondisinya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 4.2.3 Saran bagi Siswa 1. Siswa hendaknya memiliki inisiatif untuk melakukan Prakerin. 2. Siswa hendaknya dapat bekerjasama dengan karyawan industri. 3. Siswa hendaknya berlaku sopan didalam industri dan dapat memberikan kesan yang baik. DAFTAR RUJUKAN



Iqbal, Novita, dkk. 2013. Laporan Praktik Kerja Industry Di PT Mermaid Textile Indonesia Mojokerto. Laporan tidak diterbitkan. Malang: SMK Putra



Indonesia Malang.



Prawoto, Anna S. 2015. Pedoman Penulisan Laporan Praktik Kerja Industry SMK Putra Indonesia Malang Tahun Pelajaran 2015-2016. Malang: SMK Putra Indonesia Malang.



Lampiran 1 Skema Struktur Organisasi PT Mertex Indonesia



PRESIDEN DIREKTUR



WAKIL PRES. DIREKTUR



DIREKTUR TEKHNIK



DIREKTUR KEUANGAN



CHIEF MANAGER



ASISTEN CHIEF MANAGER



ASISTEN MANAGER



SECTION CHIEF



ASISTEN SECTION CHIEF



FOREMAN



GROUP LEADER



SUB GROUP LEADER



KARYAWAN



Lampiran 2 Diagram Proses Finishing PT Mermaid Textile Indonesia PREPARATION



GAS SINGEING



DESIZING + SCOURING



BLEACHING



NETRALISASI



MARCERIZING



QUALITY INSPECTION GUDANG PACKING CONTROL



SANFORIZE



HEAT CELENDER CUTTING KAIN PAD STEAMER BAKING DRAYER WARNA



BAKING



HEAT PAD HEAT KAIN DRAYER TENTER SETTER PUTIH