Laporan Praktek Drainase [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ali
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN



PRAKTEK KERJA DRAINASE



Oleh : Hilmy Yahya Siregar 1531310172 9/1C



PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALAANG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2016



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan “Laporan Drainase”. Laporan ini bertujuan untuk memberikan data-data hasil praktikum yang telah didapatkan. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan laporan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Moh. Charits yang telah membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan laporan ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini. Saya menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa Politeknik Negeri Malang khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Malang, 14 Oktober 2016



i



Penyusun



ii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang ................................................................................................... 1



1.2



Ruang Lingkup.................................................................................................... 1



1.3



Tujuan Umum .................................................................................................... 1



BAB II DASAR TEORI ......................................................................................................... 3 2.1



Definisi Drainase ............................................................................................... 3



2.2



Fungsi dan Tujuan Pekerjaan Drainase .............................................................. 3



2.3



Penggunaan Drainase ......................................................................................... 5



2.4



Jenis Saluran ...................................................................................................... 6



2.5



Sistem Saluran ................................................................................................... 6



2.6



Penampang Saluran ............................................................................................ 7



2.7



Posisi Saluran ..................................................................................................... 7



2.8



Jenis Air Buangan .............................................................................................. 7



2.9



Klasifikasi Sistem Pembuangan Air .................................................................. 8



2.10 Peralatan yang digunakan untuk Kerja Drainase ............................................... 9 BAB III LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA DRAINASE .............................. 11 BAB IV PRAKTEK KERJA DRAINASE .......................................................................... 14



iii



4.1



Menentukan Kemiringan Galian dengan menggunakan Borning Rod ............ 14



4.2



Pemasangan Stake Out dan Galian Tanah Pasangan Tertutup ......................... 18



4.3



Pemasangan Saluran Tertutup dengan Bak Kontrol ........................................ 24



4.4



Pemasangan Buis Beton Setengah Lingkaran dan Pemasangan Pasangan Bata ........................................................................................................................... 26



BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 29 5.1



Kesimpulan ...................................................................................................... 29



5.2



Saran ................................................................................................................ 29



DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 30 LAMPIRAN ........................................................................................................................... 31



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Pada dasarnya sistem drainase yang kita jumpai ada beberapa jenis, diantaranya yaitu



drainase pertanian yang biasa digunakan untuk pengeringan lahan pertanian. Drainase jalan raya berfungsi untuk menjaga kondisi jalan raya tidak tergenang air hujan sehingga merusak badan jalan bahkan dengan genangan air ini akan merusak badan jalan bahkan dengan genangan air ini akan merusak konstruksi jalan raya itu. Drainase perkotaan berfungsi untuk mengeringkan areal perkotaan dari air limbah rumah tangga dan air hujan yang merupakan prioritas utama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat kota. Drainase gedung yang berfungsi untuk menjaga pengaliran air limbah gedung secara baik dan memenuhi syarat kesehatan.



1.2



Ruang Lingkup Sistem drainase merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pebangunan



gedung oleh karena itu perencanaan dan perancangan sistem drainase haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri. Perencanaan dan perancangan sistem drainase dimulai dengan rencana konsep, rencana dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar pelaksanaan, dengan selalu memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan dan perancangan element lainnya dalam gedung.



1.3



Tujuan Umum



1.3.1 Mahasiswa/i dapat menjelaskan pengertian drainase 1.3.2 Mahasiswa/i dapat menjelaskan sistem drainase 1.3.3 Mahasiswa/i dapat menjelaskan lokasi saluran drainase 1



1.3.4 Mahasiswa/i dapat menentukan dan merancang penampang saluran drainase



2



BAB II DASAR TEORI 2.1



Definisi Drainase Drainase merupakan pekerjaan pembuatan saluran pembuangan. Baik air buangan



hujan, air permukaan maupun air buangan dari kamar mandi, dapur dan wc (buangan domestic). Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengakajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan social budaya yang ada di kawasan kota tersebut. Dengan demikian kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan ada tambahan variabel design seperti keterkaitan dengan tata guna lahan, keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan masalah sosial budaya (kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara fungsi drainase kota) dan lain-lain.



2.2



Fungsi dan Pekerjaan Drainase



2.2.1 Untuk Pengeringan Adakalanya disekitar suatu kompleks perumahan penduduk terdapat rawa-rawa atau suatu lapangan yang digenangi air. Keadaan lingkuangan yang seperti ini dapat mendatangkan wabah penyakit bagi penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Oleh karena genangan air tersebut atau rawa-rawa pada umumnya terdapat sarang nyamuk dan menyebabkan berrbagai penyakit, seperti malaria, cholera, demam berdarah dengue dan lain-lainya. Untuk menghindari hal itu diperlukan suatu sistem pengeringan yang baik, agar penduduk yang mendiami kompleks itu sehat, aman dan sejahtera. 2.2.2 Untuk Pencegahan Banjir Ada daerah-daerah tertentu yang hujanya turun sering berlebihan, dan ini bisa menimbulkan malapetaka banjirbagi penduduk daerah tersebut. Lebih parah lagi kalau daerah



3



tersebut tidak terdapat saluran-saluran pembuangan atau kalau ada tetapi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mencegah suatu banjir yang disebabkan curah hujan dapat dibuat suatu sistem saluran pembuangan yang memenuhi syarat, yaitu sesuai dengan debit air yang akan mengaliri saluran tersebut dan kemiringannya merupakan suatu kesatuan. Pokoknya untuk itu semua memang dibuat suatu sistem pencegahan banjir dengan ruang lingkup : 



Pembuatan salauran yang baik pada kiri kanan badan jalan, begitu pula saluran pembuangan dari rumah penduduk.







Dibangun bak-bak control pada saluran tersebut, guna untuk pemisah sampah dan pengendap lumpur.







Dibuat saluran-saluran pelimpah ditempat yang dipandang perlu.



2.2.3 Untuk Pembuangan Air Kotor Air buangan dari industri adalah penyebab tercemarnya lingkungan, karena air buangan ini mengandung berbagai macam bahan kimia, sampah-sampah pabrik, dll. Banyak ikan-ikan dan ternak piaraan penduduk mati disebabkan air dilingkungan mereka tercemar oleh air buangan dari industri. Untuk mencegah agar di lingkungan tempat tinggal penduduk tidak tercemar, maka air bunagan dari industry harus dialirkan secara khusus, atau saluran yang terpisah dan di buang ke : 



Bak pengolahan air limbah, lalu dialirkan keperesapan yang baik saringannya.







Septictank dan dialirkan ke peresapan yang baik dan saringannya.



2.2.4 Pensuplaian Air Untuk Penduduk Dalam suatu kota pada umumnya, air yang dibutuhkan penduduk didatngkan dari suatu tempat di luar kota dan dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa yang diinstalasi sedemikian rupa. Tetapi karena tidak sempurna pengejaannya, sering pipa-pipa tersebut bocor dan air megalir kemana-mana. Air yang berasal dari pipa yang bocor tersebut dapat merusak jalan raya, bangunan, lingkungan dan air terbuang percuma. Untuk hal tersebut diperlukan teknologi yang baik dalam hal penyambungan pipa-pipa saluran serta perletakkannya.



4



2.3



Penggunaan Drainase Pemakaian atau pekerjaan drainase digunakan pada berbagai keperluan perawatan



bangunan secara berkesinambungan sejauh hal tersebut masih berhubungan dengan pekerjaan pengeringan atau pembuangan zat cair (air) yang dapat mengurai umur pakai maupun merusak fungsi bangunan tersebut. Bangunan-bangunan tersebut adalah : 



Rumah tinggal. 



Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman.







Perkantoran. 



Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman, tempat parkir.







Asrama.







Hotel.







Kampus/Sekolah. 



Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman, tempat parkir, limbah bengkel/Laboratorium.







Rumah Sakit. 



Pekerjaan penyaluran/pembuangan air hujan dan limbah domestic (buangan dari kamar mandi/WC, dapur, cucian, kulkas, AC), garasi, halaman, tempat parkir, limbah bengkel/Laboratorium.







Pabrik-pabrik/Industrial Estate.







Stadion/Kompleks Olahraga.



5







Kompleks Perumahan/Real Estate.







Padang/Lembah Golf.







Jalan Raya.







Lapangan Terbang/Bandara.







Pelabuhan Laut.







Bendungan/Waduk.







Bumi Perkemahan.







Tempat-tempat rekreasi.







Tempat Pengolahan dan Pengelolaan Akhir Sampah (TPPA), dll.



2.4



Jenis Saluran Saluran drainase pada umumnya terbuka atau tertutup. Tetapi selayaknya pada saluran



terbuka hanya untuk mengalirkan air buangan yang relative tidak berbau, seperti air hujan maupun air permukaan (rembesan sistem irigasi, mata air, dll). Sedangkan saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air buangan dari kamar mandi, WC, dapur, cucian maupun buangan hasil proses industri.



2.5



Sistem Saluran



Jenis saluran yang ada merupakan jaringan instalasi Sistem Terpisah yaitu satu saluran hanya mengalirkan air kotor dari rumah tangga/industry, sedangkan saluran lainnya hanya mengalirkan buangan air hujan. Sistem Kombinasi atau Sistem Gabungan merupakan satu saluran yang membawa air buangan rumah tangga/industry dan buangan air hujan. Pada 6



sistem ini (sistem Kombinasi) sering dijumpai pada kota-kota di Negara berkembang, ooleh karena factor ekonomi, tetapi pada daerah perdagangan dan pariwisata yang bertaraf internasional di negara berkembang sudah menerapkan sistem terpisah. Sedangkan Sistem Terpisah Sebagian hanya dipasang pada daerah tertentu saja, yaitu pada titik tertentu pada saluran yang membawa air hujan yang dipasang Valve (Katub/Klep) atau pintu air yang dihubungkan dengan saluran yang membawa limbah domestic untuk penggelontoran terhadap endapan pada dasar saluran limbah ddomestik yang sewaktu-waktu dibutuhkan, yang dioperasikan pada waktu air hujan cukup untuk penggelontoran (Flushing).



2.6



Penampang Saluran Ada berbagai macam penampang saluran yang digunakan, tetapi pada saluranterbuka



banyak digunakan saluran berpenampang segi empat maupun trapezium. Untuk penampang saluran tertutup, banyak digunakan pipa saluran berpenampang bulat.



2.7



Posisi Saluran Sebagaimana seperti yang sering kita jumpai, posisi saluran du luar halaman rumah atau



gedung, yaitu di kedua sisi jalan, biasanya juga disebut drainase jalan. Oleh karena saluran tersebut juga melayani bunagan limpasan hujan dari genting/atap rumah maupun bangnan lainnya serta halaman, maka secara umum kita sebut saluran draunase.



2.8



Jenis Air Buangan Jenis air buangan atau limbah baik yang mengandng kotoran manusia, hewan, bekas



tumbuhan dibagi menjadi4 golongan : 2.8.1 Air kotor : yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat saniter lainnya. 2.8.2 Air bekas : air yang berasal dari baka mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur dan sebagainya.



7



2.8.3 Air hujan : dari atap, halaman. 2.8.4 Air buangan : yang berasal dari pabrik, aboratorium rumah sakit, tempat pemotongan hewan dan air buangan yang bersifat radioaktif.



2.9



Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam bebrapa klasifikasi menurut jenis air



buangan, cara membuang air, dan sifat-sifat lain dari lokasi dimana saluran itu dipasang. 2.9.1 Klasifikasi menurut jenis air buangan 



Sistem pembuangan air kotor







Sistem pembuangan air bekas







Sistem pembuangan air hujan







Sistem pembuangan air khusus







Sistem pembuangan air dapur



2.9.2 Klasifikasi menurut cara pembuangan air 



Sistem pembuangan air campuran







Sistem pembuangan terpisah







Sistem pembuangan tak langsung



2.9.3 Klasifikasi menurut cara pengaliran 



Sistem grafitasi







Sistem bertekanan



2.9.4 Bak Kontrol Bak kontrol di pasang dimana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya, bercabang atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lobang pembersih. Ukuran bak 8



kontrol harus sesuai dengan ukuran pipa dan cukup besar untuk memudahkan pembersihan. Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setabal 15cm atau lebih. Jarak antara bak kontrol sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter dalam pipanya. Dibawah ini diperlihatkan contoh bak kontrol dengan pasangan batu bata



2.10 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air 2.10.1 Alat ukur dan pengatur a.



Meteran lipat



b.



Baja ukur



c.



Benang



d.



Waterpass



e.



Unting-unting



f.



Siku siku



g.



Meteran gulung



2.10.2 Alat pemukul dan pemutar a.



Obeng



b.



Palu besi



c.



Palu kayu



d.



Palu kayu bundar



e.



Pembentk timah hitam



2.10.3 Alat galian tanah dan pasangan manual a.



Blincok



b.



Linggis 9



c.



Sekop runcing



d.



Sekop ujung rata



e.



Sendok semen



f.



Skrap



g.



Ruskam kayu



10



BAB III LAPORAN KEGIATAN HARIAN PRAKTIK KERJA DRAINASE



No.



Hari/tanggal



Praktikum



Keterangan



 Senam  Pemberian materi tentang penentuan 1.



Senin, 3



kemiringan dengan Boning-Rod



Oktober 2016  Menyiapkan kayu untuk patok praktek.  Praktik drainase  Senam



2.



Selasa, 4 Oktober 2016



 Pemberian materi tentang Bouw plank  Membuat rencana pemangan patok untuk rencana galian  Senam



3.



Rabu, 5 Oktober 2016



 Melanjutkan pekerjaan pemasanga Bouw plank  Pemberian materi tentang pemasangan Bouw plank



4.



Kamis, 6 Oktober 2016



 Senam  Memulai penggalian tanah sesuai rencana



11



 Senam 5.



Jumat, 7 Oktober 2016



 Menguras galian yang terendam air  Melanjutkan penggalian tanah  Senam  Pemberian materi tentang perhitungan



6.



Senin, 10 Oktober 2016



elevasi galian tanah terhadap permukaan tanah  Menguras galian yang terendam air  Melanjutkan galian tanah  Senam



7.



Selasa, 11 Oktober 2016



 Menguras galian yang terendam air  Melanjutkan galian tanah  Senam



8.



Rabu, 12 Oktober 2016



 Menyiapkan tempat bak kontor dan alat bahan yang digunakan untuk pembuatan saluran tertutup dan bak kontrol  Senam



9.



Kamis, 13 Oktober 2016



 Membongkar hasil praktek saluran tertutup dan bak kontrol  Membuat saluran terbuka dan dinding pembatas



10



Jumat, 14 Oktober 2016



 Senam



12



 Membongkar dan membersihkan lapangan kerja



13



BAB IV PRAKTEK KERJA DRAINASE 4.1



MENENTUKAN KEMIRINGAN GALIAN DENGAN MENGGUNAKAN BORNING ROD



4.1.1 Tujuan Pelajaran 



Mahasiswa/i mampu menerangkan cara penggunaan Boning Rod.







Mahasiswa/i mampu menentukan kemiringan dasar galian untuk pembuatan saluran dengan Boning Rod.



4.1.2 Dasar Teori Bila kita ingin membuat sebuah saluran baik terbuka atautertutup, maka perlu terlebih dahulu diketahui kemana arah air yang akan dialirkan supaya air yang akan dibuang mengalir. Lalu kita perlu menentukan perbandingan kemiringan dasar saluran yang akan dibuat. Pelaksanaan praktek ini bertujuan bagaimana menentukan kemiringan dasar saluran dengan menggunakan alat yang paling sederhana yaitu Boning Rod. Alat ini terbuat dari papan yang berukuran lebar 7 cm, panjang horizontal 40 cm, dan batang tegak 70 cm, dipaku berbentuk T dengan sudut 900.



4.1.3 Peralatan a.



Meteran (5 m)



b.



Rol Meter (50 m)



c.



Selang plastik (waterpass air)



d.



Martil besar (10 kg)



e.



Kaca cermin



14



f.



Gergaji potong



g.



Pensil



h.



Waterpass



i.



Benang



j.



Boning Rod



4.1.4 Bahan Kayu Meranti 5/7 x 70 cm sejumlah 13 buah.



4.1.5 Langkah Kerja a.



Membuat patok dari dolken atau usuk sejumlah 13 buah. 70 cm



b.



Menentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan patok.



c.



Mentukan penurunan galian sesuai dengan kemiringan yang sudah ditentukan sebelumnya. Diketahui :



Panjang galian



= 600 cm



Kemiringan galian



= 2%



Ditanyakan :



Perbedaan ketinggian galian



Jawab



Perbedaan ketinggian galian = 600 cm x 2% = 12 cm



:



Angka ini ditandai pada tiang ujung B, yaitu 12 cm turun dari tanda pertama tadi.



15



d.



Memasang sebuah patok pada ujung-ujung galian dengan ketinggian yang sama (waterpass). Jarak patok A ke patok B = 6 meter. Slang plastik (Waterpass)



A



B



e.



Menghitung penurunan saluran berdasarkan angka kemiringan yang sudah ditentukan.



f.



Menandai pada patok B=12 cm turun dari puncak atas patok, lalu tancapkan sebuah lagi patok pendamping (patok C) dari patok B itu, tingginya tepat sama dengan garis tanda yang sama pada patok B. (turun 12 cm terhadap patok B). Slang plastik (Waterpass)



A



g.



12cm



B C



Memukul patok B hingga permukaan patok tersebut sama (selevel) dengan patok C.



12cm



A



h.



B C



Memasang patok-patok antara pada tiap jarak 1 (satu) meter diantara patok A – B dengan lurus menggunakan waterpass. Ketinggian patok-patok antara ini dibuat lebih tinggi sedikit atau sama tinggi dengan patok A.



16



A TAMPAK SAMPING



B



B



A TAMPAK ATAS



i.



Mendirikan boning-rod diatas patok A dan patok B, masing-masing dipegang oleh satu orang, Boning-rod harus tegak lurus. Dan satu orang berdiri kira-kira 1 (satu) meter dibelakang patok A lalu membidik permukaan atas Boning-rod pada patok A dan patok B (dimana kedua permukaan Boning-rod harus betul-betul horisontal dan satu garis). Dan satu orang lagi memegang Boning-rod dan mendirikannya di atas salah satu patok antara.



A



j.



B



Memukul patok hingga sejajar dengan garis kemiringan.



A



B



17



A



4.2



B



PEMASANGAN STAKE OUT DAN GALIAN TANAH PASANGAN TERTUTUP



4.2.1 Tujuan Pelajaran 



Mahasiswa/i mampu menerangkan fungsi dan penggunaan Stake-Out (Bouw plank).







Mahasiswa/i mampu memasang Stake-Out (Bouw plank) dengan konstruksi yang kokoh dan ukuran tepat.







Mahasiswa/i mampu menggali tanah dengan lebar yang sesuai ukuran pipa saluran yang akan dipasang.







Mahasiswa/i mampu mebuat dasar galian tanah dalam suatu kesatuan miring dan mengontrolnya dengan Boning Rod.







Mahasiswa/i mampu mengontrol elevasi Stake-Out (Bouw plank) dan elevasi dasar galian pada tiitk-titik tertentu sesuai dengan gambar rencana kerja dnegan tepat.



4.2.2 Dasar Teori Stake out merupaka papan duga (Bouwplank). Dingunakan untuk titik pedoman yang menentukan letak pemasangan jalur pipa yang dilengkapi dengan penentuan arah aliran air dan penentuan kemiringan pemasangan pipa/roil.sehingga dengan adanya stake out ini menjadi tolok ukur semua pekerjaan yang dilaksanakan. Stake out dibuat dari papan yang berukuran lembar 2 cm, panjang berkisar 120 cm dipaku pada dua batang patok kayu dolken



18



ataupun kayu meranti 5/7cm dengan panjang patok 100 cm. Stake out dipasang pada daerah hulu saluran dan dihilirnya, dengan pajang saluran menurut gambar kerja. Galian tanah merupakan pekerjaan selanjutnya setelah stake out dipasang. Galian tanah untuk saluran tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan pada stake out, tanah digali mempuyai talud yang sesuai dengan karakter tanah. Bila tanah cadas (keras) talud galian bisa tegak, namun bila tanah berpasi maka talud ukuran dalam 1 juga ukuran miring. Sifat tanah dan karakteristiknya perlu diketahui agar pada saat digali tidak terjadi longsoran yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.



4.2.3 Alat Kerja a.



Meteran



b.



Pensil



c.



Waterpass



d.



Martil besar (bobot 10 – 20 kg)



e.



Palu cakar



f.



Gergaji potong



g.



Ember



h.



Unting-unting



i.



Slang plastik



4.2.4 Bahan a.



Usuk Meranti 5/7 x 100 cm sejumlah 4 buah.



b.



Papan 2/20



c.



Paku 5 cm.



19



d.



Benang.



e.



Kapur / cat / meni.



4.2.5 Prosedur Kerja a.



Membuat patok dari dolken atau usuk sejumlah 4 buah. 100 cm



b.



Menentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan patok.



c.



Memasang tiang dolken ½ (setengah) meter di luar ujung sisi galian (A –B).



A



½m



B Rencana galian



½m



TAMPAK SAMPING



Rencana galian TAMPAK ATAS



d.



Menandai salah satu tiang dengan pensil pada ketinggian 80 cm dari tanah, lalu tanda itu dipindahkan pada seluruh tiang-tiang dengan datar menggunakan slang plastik yang diisi air.



20



Slang plastik (Waterpass) A



½m



e.



B ½m



Rencana galian



Memasang papan Stake-Out tepat pada salah satu ujung A dan memberi tanda dengan pensil.



A



½m



f.



B ½m



Rencana galian



Menentukan penurunan galian sesuai dengan kemiringan yang sudah



ditentukan



sebelumnya.



A



½m



B Rencana galian



½m



6m



21



g.



Menandai pertengahan panjang papan Stake-Out sebagai sumbu ( as ) saluran dengan membidik as/patok dibawah papan Stake-Out menggunakan unting-unting.



PAPAN DUGA



Unting-unting As galian / pipa



Patok trase saluran



h.



Menandai 38,215 cm kiri kanan as untuk diameter pipa 6” dan 36,310 cm kiri kanan as untuk diameter pipa 4”.



i.



Menandai garis garis tanda dengan memasang 2 (dua) buah paku sebagai pengikat benang nantinya.



LEBAR GALIAN



PAPAN DUGA



Unting-unting As galian / pipa



Patok trase saluran



j.



Menarik benang dari Stake-Out A ke Stake-Out B , yaitu benang tepi keduanya , memindahkan benang ke tanah tegak lurus dan menandai dengan bubuk kapur atau pasang patok dan 1 (satu) paku diatasnya dan benang diikat, maka garis inilah sebagai garis tepi galian.



22



PAPAN DUGA



LEBAR GALIAN



Unting-unting



Patok trase saluran



k.



Menggali tanah menggunakan cangkul dan sekop ( jika tanah terlalu keras penggalian menggunakan belincong, jika trase saluran terdapat bekas bangunan misalnya, dibongkar menggunakan mesin pahat/hammer beton ) . Tanah bekas galian harus kita tempatkan pada salah satu sisi galian.



l.



Menggali selapis demi selapis sampai sedalam 50 cm dan mengontrol kemiringan dasar galian dengan Boning-rod , dengan mendirikannya di dasar galian dan membidik pada kedataran kedua papan Stake Out tersebut . PAPAN DUGA



LEBAR GALIAN



AS GALIAN / PIPA Minimal 30 cm



23



4.3



PEMASANGAN SALURAN TERTUTUP DENGAN BAK KONTROL



4.3.1 Tujuan Pelajaran 



Mahasiswa/i mampu membuat saluran drainase tertutup dengan baik dan benar.







Mahasiswa/i mengetahui dan fungsi saluran dan bak kontrol.







Mahasiswa/i mengetahui kebutuhan bahan dan alat yang diperlukan.







Mahasiswa/i mampu membuat salura sesuai dengan gambar kerja.







Mahasiswa/i dapat memahami aplikasi pembuatan saluran drainase.



4.3.2 Dasar Teori Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota. Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak. Bak kontrol di pasang dimana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya, bercabang atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lobang pembersih. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan ukuran pipa dan cukup besar untuk memudahkan pembersihan. Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setabal 15cm atau lebih. Jarak antara bak kontrol sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter dalam pipanya. Dibawah ini diperlihatkan contoh bak kontrol dengan pasangan batu bata.



4.3.3 Peralatan a.



Meteran lipat



b.



Meteran gulung panjang 50 m



24



c.



Selang plastic



d.



Waterpass



e.



Cetok kecil



f.



Bak spesi



g.



Ember



h.



Cangkul



4.3.4 Bahan a.



Semen



b.



Kapur



c.



Pasir pasang



d.



Pipa PVC Ø6” dan Ø4”



e.



Bata



f.



Benang



4.3.5 Prosedur Kerja a.



Memasang benang pada as papan duga untuk menetukan posisi pipa.



b.



Meletakkan pipa pada pinggir galian yang sudah disiapkan secara teratur dan pada posisi yang benar.



c.



Menghamparkan pasir urug pada dasar saluran dengan tebal 3-5 cm secara merata, siram sedikit dengan air agar padat.



d.



Memasukkan pipa ke dalam galian lalu beri tanda sebagai acuan membuat bak kontrol yang sesuai dengan rencana. 25



e.



Meletakkan pipa pada bak kontrol pada pondasi yang sudah terpasang di atas pasangan batu bata pada bak kontrol di salah satu ujungnya, serta di atas pondasi di ujung pipa lainnya.



f.



Memasang pasangan batu bata bak kontrol dan bak penampung agar saling terkunci.



4.4



PEMASANGAN BUIS BETON SETENGAH LINGKARAN DAN PEMASANGAN PASANGAN BATA



4.4.1 Tujuan Pelajaran 



Mahasiswa/i mampu memasang buis beton setengah lingkaran untuk saluran terbuka dengan ukuran dan kemiringan tertentu secara baik dan benar.







Mahasiswa/i mampu menyambung buis beton setengah lingkaran dengan benar.







Mahasiswa/i mampu memasang buis beton setengah lingkaran dengan posisi yang benar.







Mahasiswa/i mampu melakukan pasangan bata, baik setengah bata dan pasangan satu bata.







Mahasiswa/i mampu membuat pasangan bata untuk memperkuat sisi sisi drainase agar tidak jadi kelongsoran.



4.4.2 Dasar Teori Buis beton setengah bulat merupakan jenis saluran yang sering digunakan sebagai bahan dasar saluran terbuka. Ukuran ini berfariasi dari ukuran 10 cm hingga berdiameter 50 cm, namun bila pipa beton mencapai diameter 1 m bahkan lebih. Cara menyambung buis ini yaitu menggunakan mortal /adukan semen spesi dengan campuran 1 : 2 ( 1 semen : 2 pasir ) yang kedapair dengan cara ditempelkan pada daerah sambungan buis benar- benar sudah lurus serta rapi. Penyambugan dilakukan bila posisi buis benar-benar sudah lurus serta kemiringan yang benar. Letak mortal ditempatkan dibagian luar dari buis atau dibagian bawah, selain sebagai penguat sambungan juga berfungsi sebagai pondasi per letekan buis beton. 26



Pasangan bata digunakan untuk menahan gaya lateral dari tanah dan samping jalan bila drainase ada dipinggir jalan. Pasangan bata dipinggir jalan selalu dierbesar untuk menghindari kelongsoran. Jika pasangan drainase yyang jauh dari jalan mengguakan pasangan setengha bata maka disebelah jalan pas pasangan yang digunakan adalah satu bata.



4.4.3 Peralatan a.



Meteran lipat



b.



Meteran gulung panjang 50 m



c.



Selang plastik



d.



Waterpass



e.



Cetok kecil



f.



Bak spesi



g.



Ember



h.



Cangkul



4.4.4 Bahan a.



Semen



b.



Kapur



c.



Pasir pasang



d.



Buis beton Ø30 cm



e.



Bata



27



4.4.5 Prosedur Kerja a.



Memasang benang pada as papan duga untuk menetukan posisis buis beton.



b.



Meletakkan buis beton pada pinggir galian yang sudah disiapkan secara teratur dan pada posisi yang benar.



c.



Menghamparkan pasir urug pada dasar saluran dengan tebal 5 cm secara merata, siram sedikit dengan air agar padat.



d.



Menyusun buis beton pada dasar saluran dalam posisi terlentang, secara bertahap satu persatu dengan cara memberikan mortal (semen spesi) yang sudah diaduk secara homogen pada bak pengaduk.



e.



Meletakkan Buis beton berikutnya hingga terpasang lurus dengan kemiringan aliran yang sudah ditentukan pada benang yang ada pada stake out.



f.



Mengukur kemiringan pasangan Buis beton yang sudah dipasang dengan cara menjinjingkan unting-unting pada jalur benang as saluran,beri tanda pada pertemuan antara benang unting –unting dan benang as saluran.



g.



Menimbun sisi kiri dan kanan buis beton yang tealh terpasang dengan tanah urug/timbun dan memadatkan tanah urug tersebut hingga mencapai tinggi 5 cm di bawah bibir Buis beton.



h.



Memasang pasangan batu bata pada hulu dan hilir buis beton sepanjang 1 (satu) meter dengan tinggi sejajar permukaan tanah.



28



BAB V PENUTUP 5.1



Kesimpulan Dalam kerja drainase sangat diperlukan ketelitian dimana saat menentukan ukuran-



ukuran yang harus kita patokan. Kerja drainase merupakan saah satu sifat yang harus dilaksanakan di dalam teknik sipil karena pada pembuatan denah/bangunan harus dapat pastikan dimana posisi kedudukannya. Karena apabila tidak melakukannya dengan baik maka akan berakibat yang fatalkarena dalam pembuatan instalasi ini harus benar dan tepat, supaya air yang ingin dibuang mengair ketempat yang telah kita tentukan terlebih dahulu.



5.2



Saran Dalam kerja drainase untuk dapat elakukan pekerjaan yang sesuai dengan rencana baca



dan pahami teori atau langkah kerja dengan baik. Hati hati ketika memindahkan atau menaruh pipa saluran baik saluran drainase atau gorong gorong dan mengutamakan keseamatan ketika di lapangan. Mengecek elevasi saluran dengan Boning Rod agar hasil sesuai dengan yang direncanakan dan utamakan kerja sama tim.



29



DAFTAR PUSTAKA Charits, Mohammad dkk, 2012. Modul Praktek Drainase. Malang : Politeknik Negeri Malang. ________, 2011. Contoh Laporan Kerja Pipa dan Drainase. Medan :Politeknik Negeri Medan – Teknik Sipil 09. http://polmed-tekniksipil.blogspot.co.id/2011/05/contohlaporan-kerja-pipa-dan-drainase.html. (di akses 13, Oktober 2016. Pukul 4.10 WIB). Zakiah, Salma ST, 2011. Laporan Praktikum Plambing dan Drainase. Bandung : Politeknik Negeri Bandung. https://www.academia.edu/9398527/LAPORAN_PLAMBING_and_DRAINASE .( diakses 22 April 2016. Pukul 4.44 WIB). Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta LAMPIRAN



30



31



32



33



34



35



36