Laporan Praktikum Biokimia Nutrisi Ternak (Vitamin) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA NUTRISI TERNAK (VITAMIN)



Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Biokimia Nutrisi Ternak pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar



Oleh :



MUHAMMAD FATHUL KHAIR 60700117022



LABORATORIUM PETERNAKAN JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Vitamin merupakan salah satu senyawa yang mempunyai peran penting



bagi pertumbuhan makhluk hidup dikarenakan vitamin memiliki komponen yang berfungsi untuk penunjang pertumbuhan dan pertahanan pada tubuh makhluk hidup karena tanpa vitamin organ pada makhluk hidup tidak dapat berkembang dengan baik dan mudah terserang penyakit. Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup manusia yang secara alami tidak mampu untuk mensintesis senyawa-senyawa tersebut melalui proses anabolisme yang tidak tergantung faktor lingkungan kecuali udara. Senyawa-senyawa tersebut diperlukan dan efektif dalam jumlah sedikit, tidak menghasilkan energi dan tidak digunakan sebagai unit pembangunan sruktur tubuh organisme, tetapi sangat penting untuk



transformasi



energi



dan pengaturan metabolisme tubuh



(Mubarokah, 2008). Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2009).



Pakan ternak memiliki kandungan nutrisi, vitamin dan mineral yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan. Namun demikian pakan ternak dapat mengandung racun alami yang disebut sebagai faktor antinutrisi. Faktor antinutrisi tersebut



memiliki



potensi



membahayakan



kesehatan



ternak



yang



mengkonsumsinya. Faktor anti nutrisi adalah zat yang baik secara langsung atau melalui produk metabolisme mereka, mengganggu pemanfaatan pakan dan mempengaruhi kesehatan serta produksi hewan melalui mekanisme penurunan asupan nutrisi, gangguan pencernaan dan penyerapan serta mengakibatkan efek samping merugikan lainnya (Akande, et al., 2010). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara mengetahui daya pelindung asam askorbin terhadap oksidasi pada buah pisang ? 2. Bagaimana cara mengetahui daya pelindung asam askorbin terhadap oksidasi pada buah apel ? C. Tujuan Praktikum Tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui daya pelindung asam askorbin terhadap oksidasi pada buah pisang. 2. Untuk mengetahui daya pelindung asam askorbin terhadap oksidasi pada buah apel.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Ruang Lingkup Vitamin Istilah Vitamine pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri–beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari–hari. Zat ini dibutuhkan untuk hidup (Vita) dan mengandung unsur nitrogen (Amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis Vitamine yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh karena itu, istilah “Vitamine” kemudian diubah menjadi vitamin (Almatsier, 2009). Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus



didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur



pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organic maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2009). Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit (Mikronutrien). Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, vitamin berperan penting dalam fungsi-fungsi tubuh seperti pertumbuhan, pertahanan tubuh dan metabolisme. Sebuah vitamin dapat mempunyai beberapa fungsi. Vitamin diklasifikasikan menjadi vitamin yang larut



dalam air (vitamin B dan C) dan larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) (Ruslie, 2012). Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya bahan pangan karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan tersebut. Vitamin ini dalam proses metabolisme dapat berperan sebagai koenzim dan lainnya. Dalam proses pengolahan pada umumnya vitamin ini akan mengalami perubahan sehingga kadarnya menjadi berkurang. Sebaliknya dengan proses fermentasi akan dapat meningkatkan kandungan vitaminnya yang dihasilkan oleh miroorganisme (Khamidinal, 2009). Mengkonsumsi terlalu sedikit vitamin dapat menyebabkan gangguan gizi. Oleh karena itu, orang yang makan berbagai macam makanan tidak mungkin kekurangan banyak vitamin.Kekurangan vitamin D merupakan pengecualian. Hal ini sering terjadi pada kelompok orang tertentu (seperti orang tua) meskipun mereka memakan berbagai macam makanan.Untuk vitamin yang lainnya, kekurangan vitamin dapat terjadi jika seseorang mengikuti diet ketat yang tidak memiliki cukup vitamin tertentu (Dian, 2012). Penambahan vitamin dan mineral juga sangat berperan penting bagi ternak walaupun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit. Jika ternak kekurangan vitamin dan mineral maka akan berdampak pada pertumbuhan dan produksinya karena vitamin adalah zat gizi yang dibutuhkan untuk membantu proses pembentukan atau pemecahan zat gizi lain di dalam tubuh. Mineral dibutuhkan untuk membantu pencernaan dan metabolisme dalam sel serta untuk pembentukan kerabang (kulit) telur. Salah satu mineral yang dapat digunakan yaitu selenium (Se). Nutrisi yang



sinergis dengan selenium adalah vitamin E. Vitamin E adalah pengikat non-enzim radikal bebas yang berfungsi sebagai antioksidan lipid yang spesifik larut dalam membran sel (Lubis et al, 2015). Vitamin sangat berguna dan bermanfaat bagi tubuh sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl/16: 11



                  Terjemahnya: 11.Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Makna ayat tersebut tersebut yaitu Air yang diturunkan dari langit itu dapat menumbuhkan tanaman-tanaman yang menghasilkan biji- bijian, zaitun, kurma, anggur, dan jenis buah-buahan lainnya. Sesungguhnya di dalam penciptakan hal-hal di atas terdapat tanda bagi kaum yang menggunakan akalnya dan selalu memikirkan kekuasaan pencipta-Nya. B. Jenis-jenis Vitamin 1. Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin A atau retinal merupakan senyawa poliisoprenoid yang mengandung cincin sikloheksenil. Senyawa-senyawa tersebut adalah retinal, asam retinoat dan retinol.Vitamin A mempunyai provitamin yaitu karoten. Pada sayuran



vitamin A terdapat sebagai provitamin dalam bentuk pigmen berwarna kuning ß karoten, yang terdiri atas dua molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya. Retinal merupakan komponen pigmen visualrodopsin, yang mana rodopsin terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas penglihatan pada saat cahaya kurang terang. Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas antikanker.ß–karoten merupakan zat antioksidan dan mungkin mempunyai peranan dalam menangkap radikal bebas peroksi di dalam jaringan dengan tekanan parsial oksigen yang rendah. (Anditya et al, 2013). Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai mekanisme seluler yang di dalamnya turut berperan senyawa-senyawa retinoid. Defisiensi vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari (buta senja). Ini terjadi karena ketika simpanan vitamin A dalam hati hampir habis. Kerusakan jaringan mata, yaitu seroftalmia akan menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A terjadi terutama dengan dasar diet yang jelek dengan kekurangan komsumsi sayuran, buah yang menjadi sumber provitami A (Anditya et al, 2013). Vitamin D adalah nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) dan kolekalsiferol (vitamin D3). Prekursor vitamin D adalah ergosterol (tumbuhan) dan 7-dehidrokolesterol (hewan). Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit dimana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari, konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, maka vitamin D



perlu dipenuhi melalui makanan. Fungsi utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormon hormon paratiroid dan kalsitonin, protein kolagen, serta mineral mineral kalsium, fosfor, magnesium dan fluor. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang (Mubarokah, 2008). Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan (Putri, 2015). Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh (Putri, 2015). 2. Vitamin larut dalam air



Vitamin B merupakan nutrisi yang esensial, termasuk di dalamnya ialah tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, biotin dan asam pantotenat. Vitamin B kompleks berfungsi sebagai koenzim dalam banyak jalur metabolik yang berhubungan satu sama lain (Ruslie, 2012). Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C dikenal sebagai antioksidan terlarut air paling dikenal, vitamin C juga secara efektif memungut formasi ROS dan radikal bebas (Iswara, 2009). Vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak dan larut dalam air. Vitamin ini dapat disintesis secara alami dari hewan dan tumbuhan. Vitamin C dapat terbentuk sebagai L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat. Vitamin C dapat diserap dengan baik dari alat pencernaan dan masuk ke saluran darah lalu dialirkan ke seluruh tubuh. Secara umum tubuh menyimpan vitamin C dalam jumlah yang sedikit dan kelebihannya dibuang melalui urin. Vitamin larut air ini mudah teroksidasi oleh sinar matahari dan tereduksi membentuk asam askorbat. Jika terkena sinar matahari (UV) secara langsung maka akan terjadi proses oksidasi fotolisis yang mampu mengubah asam askorbat tereduksi menjadi dehidroaskorbat (Wahyuni, 2016). C. Daya Pelindung Asam Askorbin terhadap Oksidasi Produk buah-buhan dan sayur-sayuran sesudah dipanen mengalami proses hidup meliputi perubahan Fisiologis, Enzimatis, dan kimiawi. Perubahan Fisiologi yang dapat mempengaruhi sifat dan kualitas produk setelah dipanen adalah



Fotosintesa, Respirasi, Tranpirasi dan proses menuanya produk setelah dipanen. Proses-proses tersebut menyebabkan perubahan-perubahan kandungan berbagai macam zat dalam produk, ditandai dengan perubahan warna, tekstur, rasa dan bau. Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar vitamin C pada buah. vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang (Helmiyesi, 2008). Asam askorbat adalah asam yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai Antioksidan dalam reaksi-reaksi Hidroksilasi. Beberapa turunan vitamin C (seperti Asam eritrobik dan Askorbik palmitat) digunakan sebagai antioksidan di dalam industri pangan untuk mencegah proses tengik, perubahan warna (Browning) pada buah-buahan dan untuk mengawetkan daging (Haslindah, 2017). Kandungan Asam askorbat tertinggi pada buah ialah selama proses pembentukan atau pertumbuhannya di pohon dan akan menurun selama pematangan atau penyimpanan, hal ini berkaitan dengan respirasi buah. Selama penyimpanan asam askorbat mudah terdegradasi karena pengaruh suhu, konsentrasi gula, pH, Oksigen, Enzim, katalisis logam, Konsentrasi Asam Askorbat serta perbandingan Asam askorbat dan Asam dehidroaskorbat. Penurunan kandungan asam askorbat ini dapat menyebabkan kualitas buah tersebut turun. Pada Pasca panen atau saat penyimpanan, buah dapat mengalami susut fisik (penurunan bobot buah), susut kualitas (terjadi perubahan bentuk, warna, dan tekstur biah), serta susut nilai gizi (penurunan kadar asam organik dan vitamin) (Rahmawati, 2011).



Vitamin C merupakan suatu zat gizi yang luar biasa, telah dikenal sebagai suatu senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting, mulai dari pembentukan Kolagen, karnitin pengangkut lemak, Hormone adrenalin dan Kortison, pengangkut Elektron dalam berbagai reaksi Enzimatik, pelindung Integritas pembuluh darah, memelihara kesehatan gusi, pelindung terhadap Radiasi, pengatur kadar Kolesterol, Pendetoksifikasi radikal bebas, senyawa Antibakteri dan Antivirus serta memacu imunitas. Vitamin C juga berperan sebagai anti oksidan atau agen pereduksi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang sistem reproduksi jantan (Kaspul, 2011).



BAB III METODE PRAKTIKUM



A. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari Kamis, 06 Desember 2018, pukul 13.30-15.00 WITA bertempat di Laboratorium Animal Basic Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. B. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut: 1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan petri, cutter, erlenmayer 100 ml dan 250 ml dan gelas kimia 100 ml, pipet tetes, spatula. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buah pisang, buah apel, vitamin C, aquades, dan tissue C. Prosedur Kerja Adapun perosedur kerja dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut: 1. Daya pelindung Asam Askorbin terhadap oksidasi pada buah pisang a. Menyiapkan alat dan bahan. b. Memotong satu buah pisang menjadi dua bagian. c. Mengambil satu bagian untuk dipotong menjadi empat lempeng dengan tebal 1,5 cm tanpa mengupas kulitnya.



d. Mengambil satu bagaian untuk dipotong menjadi empat kemuadian dikupas dan dihaluskan. e. Membagi buah pisang masing-masing 4 tumpukan pada buah yang tidak dikupas dan pada buah yang dihaluskan, 2 tumpukan ditetesi aquades sebanyak 2 ml dan 2 tumpukan ditetesi vitamin C 2 ml. f. Mendiamkan selama 5 menit. g. Mencatat hasilnya. Diagram Alir: Menyiapkan alat dan bahan



Memotong buah pisang menjadi 2 bagian



Tanpa dikupas



Dengan dikupas



Memotong setebal 1,5 cm



Menghaluskan



Membagi menjadi 4 tumpukan



Menetesi 2 tumpukan dengan aquades 2 ml



Mengamati



Menetesi 2 tumpukan dengan Vitamin C 2 ml



5 menit



Mencatat hasil Gambar I. Diagram Alir Daya Pelindung Asam Askorbin terhadap Oksidasi buah pisang.



2. Daya pelindung Asam Askorbin terhadap oksidasi pada buah apel: 3. Menyiapkan alat dan bahan. 4. Memotong buah apel menjadi dua bagian. 5. Mengambil satu bagian untuk dipotong menjadi empat lempeng dengan tebal 1,5 cm tanpa mengupas kulitnya 6. Mengambil satu bagaian untuk dipotong menjadi empat kemuadian dikupas dan dihaluskan. 7. Membagi buah apel masing-masing 4 tumpukan pada buah yang tidak dikupas dan pada buah yang dihaluskan, 2 tumpukan ditetesi aquades sebanyak 2 ml dan 2 tumpukan ditetesi vitamin C 2 ml. 8. Mendiamkan selama 5 menit. 9. Mencatat hasilnya.



Diagram Alir: Menyiapkan alat dan bahan



Memotong buah apel menjadi 2 bagian



Tanpa dikupas



Dengan dikupas



Memotong setebal 1,5 cm



Menghaluskan



Membagi menjadi 4 tumpukan



Menetesi 2 tumpukan dengan aquades 2 ml



Mengamati



Menetesi 2 tumpukan dengan Vitamin C 2 ml



5 menit



Mencatat hasil Gambar I. Diagram Alir Daya Pelindung Asam Askorbin terhadap Oksidasi buah pisang.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Pengamatan 1. Daya pelindung asam askorbat terhadap oksidasi pada buah pisang Tabel 1. Hasil Pengamatan No Larutan Gambar



Keterangan



1.



1.Pisang yang di kupas



Dengan aquadest



1. Pisang yang dikupas a



b



c



d



a. Kuning b. kuning c.Cokelat d.Cokelat



Sebelum



Sesudah



Mengalami perubahan



2. Pisang yang tidak dikupas a



b



c



d



2.Pisang yang tidak di kupas a. Kuning b. Kuning c.Cokelat



Sebelum



Sesudah



d.Cokelat Mengalami perubahan



2.



Dengan vitamin C



1. Pisang yang dikupas a



b



c



1.Pisang yang di kupas d



a. Kuning b. kuning c.kuning d.kuning



Sebelum



Sesudah



tidak mengalami perubahan



2. Pisang yang tidak dikupas a



b



c



d



2.Pisang yang tidak di kupas a. Kuning b. Kuning c.Kuning



Sebelum



Sesudah



d.Kuning Tidak mengalami perubahan



Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.



2. Daya pelindung asam askorbat terhadap oksidasi pada buah apel Tabel 2. Hasil Pengamatan No Larutan Gambar



Keterangan



1.



1.Apel yang di kupas



Dengan aquadest



1. Apel yang dikupas a



b



c



d



a. Kuning b. kuning c.Cokelat d.cokelat



Sebelum



Sesudah



Mengalami perubahan



2. Apel yang tidak dikupas a



b



c



d



2.Apel yang tidak di kupas a. Kuning b. Kuning c.Cokelat d.Cokelat



Sebelum



2.



Dengan vitamin C



Sesudah



Mengalami perubahan



1. Apel yang dikupas a



b



c



1.Apel yang di kupas d



a. Kuning b. kuning c.kuning d.kuning



Sebelum



Sesudah



tidak mengalami perubahan



2. Apel yang tidak dikupas a



b



c



d



2.Apel yang tidak di kupas a. Kuning b. Kuning c.Kuning d.Kuning



Sebelum



Sesudah



Tidak mengalami perubahan



Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar. .



A. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pertama yaitu pisang. Pisang yang dibagi menjadi 4 potongan, 2 bagian diberi aquades dan 2 bagian diberi vitamin c tanpa dikupas kulitnya.Pisang tersebut dicampur dengan Aquades dan warnanya menjadi cokelat yang terlihat mengalami perubahan warna, pisang yang dicampur dengan vitamin C warnanya menjadi kuning terang sehingga pada buah pisang tersebut tidak mengalami perubahan warna. Dan untuk pengamatan pisang yang dikupas yang sebelumnya dihaluskan menjadi bubur dibagi 4 bagian 2 bagian ditetesi aquades dan 2 bagian ditetesi vitamin c. Pisang yang ditetesi aquades warnanya menjadi coklat yang terlihat mengalami perubahan warna dan untuk pisang yang ditetesi vitamin c warnanya tetap kuning yang terlihat tidak mengalami perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pendapat Helmiyesi (2008), lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar vitamin C pada buah. vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang.



Pada percobaan kedua, bahan yang digunakan adalah sebuah apel. Apel yang dibagi menjadi 4 potongan, 2 bagian diberi aquades dan 2 bagian diberi vitamin c tanpa dikupas kulitnya. Apel tersebut dicampur dengan Aquades dan warnanya menjadi coklat yang mengalami perubahan, lalu percobaan berikutnya apel yang dicampur dengan vitamin C warnanya menjadi Kuning terang tidak mengalami perubahan pada warna tersebut. Dan untuk pengamatan apel yang dikupas yang sebelumnya dihaluskan menjadi bubur dibagi 4 bagian 2 bagian ditetesi aquades dan 2 bagian ditetesi vitamin c, pada buah apel yang ditetesi aquades warnanya menjadi coklat pucat sehingga mengalami perubahan warna, dan untuk bauh apel yang ditetesi vitamin c warnanya kuning tidak mengalami perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pendapat (Febrianti, 2016), yang menyatakan bahwa fungsi utama vitamin C ialah mempertahankan keadaan zatzat intersel jaringan Cartilage, dentin dan tulang sehingga tidak ada yang mengalami perubahan dan ada yang tidak mengalami perubahan.



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah 1.Daya pelindung askorbin terhadap oksidasi



pada buah pisang



yang dicampur dengan aquadest akan berwarna coklat karena telah mengalami proses oksidasi dengan udara, sedangkan pisang yang dicampur dengan vitamin C tetap berwarna kuning, hal ini karena pisang yang dicampur vitamin C tidak mengalami proses oksidasi dengan udara dan vitamin C yang dicampur dengan pisang tersebut berfungsi sebagai anti oksidant yang dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi. 2. Daya pelindung askorbin terhadap oksidasi pada buah Apel



yang



dicampur dengan aquades akan berwarna coklat karena telah mengalami proses oksidasi dengan udara, sedangkan pisang yang dicampur dengan vitamin C tetap berwarna kuning, hal ini karena apel yang dicampur vitamin C tidak mengalami proses oksidasi dengan udara dan vitamin C yang dicampur dengan tersebut berfungsi sebagai anti oksidant yang dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi. B. Saran Adapun saran dari praktikum ini adalah sebaiknya dalam melakukan praktikum uji vitamin ini sebaiknya dilakukan dengan teliti agar menghidari kesalahan pengamatan yang sesuai diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Akande, K. E., Doma, U. D., Agu, H. O. and Adamu, H. M. 2010. Major antinutrients found in plant protein sources: their effect on nutrition. Pakistan J. Nutr, 9 (8), 827-832. doi: 10.3923/pjn.2010.827.832 Dian. 2012. Reaksi Uji Asam Amino. Universitas Indonesia UI-Press. Jakarta. Febrianti, Yunianto dan Dianaputri. 2016.Jurnal Kandungan Antioksidan Asam Askorbat pada buah-buahan tropis. Jurnal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. F.N.L. Lubis*, R. Alfianty, & E. Sahara. 2015. Pengaruh Suplementasi Selenium Organik (Se) dan Vitamin E terhadap Performa Itik Pegagan. Vol. 4, No. 1, Juni 2015, pp. 28-34. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Haslindah. 2017. “Hubungan Body Image, Asupan Gizi Mikro dan Protein dengan Kadar HB pada Remaja Putri di SMAN 21 Makassar Tahun 2017”. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar. Helmiyesi, Hastuti, Rini B, Prihastati, Erma. 2008. pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula dan vitamin C pada buah jeruk siam (citrus nobilis var, microcarpa) P. 33-37. Jurnal. Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Online. https://ejournal.undip.ac.id /index.php/janafis/article/view/2620. Diakses 8 desember 2018. Iswara, arya. 2009. pengaruh pemberian antioksidan vitamin C dan E terhadap kualitas spermatozoa tikus putih terpapar allethrin. jurusan biologi fakultas metematika dan ilmu pengetahuan alam universitas negeri semarang. Semarang. Kaspul. 2011. Pengaruh Megadosis Vitamin C (Asam Askorbat) Terhadap Kadar testosteron tikus putih (rattus norvegicus l.) Pradewasa. Jurnal sains dan terapan kimia, 1 januari 2011, 26 – 33. Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Mubarokah. 2008. hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dari anak taman kanak-kanak terhadap pemilihan multivitamin. Skripsi. fakultas farmasi universitas muhammadiyah surakarta surakarta. Online. http://eprints.ums.ac.id/1469/. Diakses 8 Desember 2018.



Putri, nuraina. 2015. Macam-macam Vitamin dan Fungsinya dalam Tubuh Manuasia. Universitas Negeri Medan. Medan. Rahmawati Ita Setiani, Endah Dwi Hastuti, Sri Darmanti. 2011. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi Kalsium Klorida (CaCl2) dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Asam Askorbat Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIX, No. 1, Maret 2011. Rusli. 2012. Peranan Vitamin sebagai Nutrisi pada Bayi Prematur. Jurnal. Januari - Juni 2012. Online. http://sainsmedika.fkunissula.ac.id/index.php/sains medika/article/view/136. Diakses 8 Desember 2018. Satriani, A, C. Trisna, B. Syarif, A, N. Martha, R, H. Khatulistiwa, L. Musthafa, L. Putri, S, R. Insani, A, N. Setiawan, H. Sari, W, A. 2013. Review jurnal vitamin. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Wahyuni, leny eka tyas. 2016. Pengaruh Pengolahan Terhadap Kadar Vitamin C Serta Kandungan dan Aktivitas Antioksidan Apel (malus sylvestris mill) varieta rome beauty. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manu sia Institut Pertanian Bogor. Bogor