Laporan Praktikum Biokimia Vitamin - Iis Sugiarti - S1.2.1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN Dosen Pengampu: Mareetha Zahra S, M. Farm., Apt



Di susun oleh Iis Sugiarti 12118017 S1-2.1



Kode : B



LABORATORIUM BIOKIMIA SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2020



PERCOBAAN I ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN



A. TUJUAN Menentukan kadar vitamin C (Asam Askorbat) dengan menggunakan titrasi iodimetri.



B. PRINSIP PERCOBAAN Reaksi redoks antara zat reduktor dengan I2 sebagai oksidator dalam suasana asam encer, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator dari tidak berwarna menjadi warna biru.



C. DASAR TEORI Iodimetri



adalah



oksidasi



kuantitatif



dari



senyawa



pereduksi



dengan



menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu a.



Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.



b.



Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit (Rahma G.M, 2010). Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromide. Perak, merkurium



(1), merkurium (II), tembaga (I), dan timbel iodide adalah garam- garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan kalium iodide KI 0,1 N(G.Svehla, 1987:350). Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin adalah tiosulfat, arsenic (III), antimon (III), sulfide, sulfit, timah (II), dan ferosianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh beberapa dari substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang repot (Underwood. 2002 : 296).



Iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134 mol/liter pada 25◦C) namun larut dalam larutan – larutan yang mengandung ion iodide. Iodin ebentuk kompleks triiodida dngan iodide. I2 + I- → I3Dengan konstanta kesetibangan sekitar 710 pada 25◦C. Suatu kelebihan kalium iodide ditabahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodin. Biasanya sekitar 3 sampai 4% berat KI ditambahkan kedalam larutan 0,1 N dan botol yang mengandung larutan ini disumbat dengan baik (Underwood. 2002 : 296). Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,13 g/mol). Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971) disebut prakoenzim (procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit difisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi, 1994). Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 – 192oC. Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang



dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat (Sudarmadji, 1989).



O



C



HO



C



HO a



C



H



C



a



a



HO



O



C



H



C



H2OH



-2H +2H



O



C



O



C



O



C



H



C



a



a



HO



O



C



H



C



H2OH



Asam Askorbat



Asam Dihidroaskorbat



Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi. Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan. Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka, matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentukan kalogen tersebut (Poedjiadi, 1994). Vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata yang dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90 mg/hari. Tetapi masih bisa melebihi dosis yang dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya tahan tubuh masing-masing orang yang berbeda-beda (Sudarmadji, 1989).



Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti : 1.



Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,



2.



Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,



3.



Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan



4.



Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang



tidak reversible (Poedjiadi, 1994). Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya. AReduksi + I2  AOksidasi + IIod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak berwarna menjadi biru. Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Harjadi, 1990) O



C



O



C



OH



HO



C



O



C



I



O



C



I



H



C



OH



a



a



HO a



C



H



C



a



a



HO



O



C



H



C



H2OH



+ I2



HO



C



H



C



H2OH



Kandungan vitamin C dalam buah ataupun dalam tablet vitamin C dapat ditentukan dengan cara menitrasi langsung dengan I2 (Iodimetri). Metode tersebut memanfaatkan sifat vitamin C yang dapat dioksidasi oleh I2 dengan reaksi sebagai berikut:



Pada titrasi iodimetri, digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktorreduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Metode titrasi langsung iodimetri dengan larutan standar iodium digunakan untuk menentukan vitamin C. Metode ini sangat efektif sebab vitamin C mudah teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodide, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Pada Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsure tertentu dalam cuplikan adalah jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada iodimetri, larutan bakunya adalah larutan I2 . Dalam metoda analisis ini , analat dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida : A ( Reduktor ) + I2 →



A ( Teroksidasi ) + 2 I -



Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran . I2 + 2 e - → 2 ID. REAKSI



1. C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2H+ + 2I 2. I2 + amilum → I2- amilum (biru) I2 + amilum + vitamin C → 2I-+ amilum



E. ALAT DAN BAHAN Alat



9. Kaca Arloji



1. Erlen meyer 2. Gelas ukur



10. Mortir dan Stemper Bahan



3. Pipet volume 10ml



1. Na2S2O3 0,1 N



4. Pipet tetes



2. Puritan’s Pride Vitamin C



5. Labu ukur



3. H2SO4 encer



6. Buret dan Statif



4. I2



7. Botol coklat



5. Aquadest



8. Corong



6. Indikator Amylum



F. PROSEDUR PERCOBAAN (Sampel: Puritan’s Pride Vitamin C ) Massa 1 tablet = 2500 mg a.



Pembakuan







Pipet 10ml Na2S2O3 0,1 N dengan menggunakan pipet volume, masukan ke dalam erlenmeyer







Tambahkan 12,5ml H2SO4 encer dan 0,5ml amilum







Titrasi dengan larutan I2 dengan sampai terjadi perubahan warna menjadi biru stabil







Catat volume I2 yang diperlukan







Ulangi pekerjaan ini sebanyak 3 kali. Hitung normalitas I2



b. Penetapan Kadar ▪



Untuk sampel padat, sampel dihaluskan terlebih dahulu, kemudian 1 gram dilarutkan dengan aquadest hingga 50ml







Sampel yang telah siap uji, diambil sebanyak 5ml, kemudian ditambahkan dengan larutan H2SO4 sebanyak 2,5ml dan 3 tetes indikator amilum







Sampel kemudian dititrasi dengan larutan iodin dan dicatat volume I2 yang diperlukan







Ulangi pekerjaan ini sebanyak 3 kali.



G. DATA HASIL PENGAMATAN



a. Pembakuan V1 . N1



= V2 . N2



Titrasi



Volume I2



1



9,75



9,75 . N1 = 10 . 0,1



2



9,8



N1



3



9,7



Rata-rata



9,75



= 0,102 N



b. Penghitungan kadar Titrasi



Volume I2



1



4,65



2



4,6



Mr Vitamin C = 176,13



3



4,55



BE Vitamin C = 1/2



Rata-rata



4,6



Kadar Vitamin C = V Iodium x N Iodium x BE x Mr x FP = 4,6 x 0,102 x



1 2



x 176,13 x



50 5



= 413,200 mg ~ 0,4132 gram Satu tablet Puritan’s Pride Vitamin C memiliki massa sebesar 2,5 gram, maka Massa vitamin C dalam 1 tablet = kadar vitamin C x 2,5 gram = 0,4132 x 2,5 = 1,033 gram %kadar vitamin C dalam tablet Puritan’s Pride = =



𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 Puritan’s Pride (𝑔𝑟𝑎𝑚) 1,033 gram 2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚



x 100%



= 41,32 % b/v Dalam 1 tablet Puritan’s Pride mengandung 41,32 gram vitamin C



x 100%



H. PEMBAHASAN Pada praktikum ini dilakukan uji kuantitatif terhadap vitamin C dengan menggunakan sampel Puritan’s Pride tablet. Menggunakan metode iodimetri. Iodimetri (titrasi langsung) adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku. Jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk kadar-kadar zat oksidator secara langsung, seperti kadar yang yang terdapat pada serbuk vitamin c. Indikator yang umum digunakan suatu larutan kanji. Warna yang terjadi biru tua hasil reaksi I2 . titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral , maka iodin dapat mengalami reaksi diproporsionisasi menjadi hipordat, tetapi kanji juga mempunyai kekurangan sebagai indikator : 1.



Kanji tidak dapat larut dalam air dingin



2.



Suspensinya dalam air tidak stabil



3.



Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan membentuk kompleks iod-amilum. Jika dalam titrasi menggunakan indikator kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati titik ekuivalen. Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan larutan I2 sebagai



larutan peniter. Fungsi larutan iodium ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat sehingga akan berwarna biru karena pereaksi yang berlebih. Sebelum dititrasi, sampel ditambahkan 2 tetes larutan kanji yang berperan sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Larutan kanji tidak boleh ditambahkan tepat sebelum titik akhir dicapai. Jika larutan kanji ditambahkan ketika konsentrasi iod tinggi, sedikit iod akan tetap teradsorpsi bahan pada titik akhir titrasi. Standar jumlah yang dibutuhkan tubuh sudah dibuat oleh USA Academy of Sciences. Jumlah kebutuhan vitamin ini berbeda-beda menurut umur dan jenis kelaminnya. Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 75-90 mg, untuk wanita hamil 85-120 mg, remaja usia >12 tahun 50-90 mg, anak-anak 12 tahun 50-90 mg, anak-anak