Laporan Praktikum Biokimia Percobaan Urine [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE



Disusun Oleh: Nur Alif Fitriasih



24030116120037



Bintang Septiyani W.



24030116120038



Lifiany Annisa



24030116120039



Arini Khoiriyah



24030116120040



Siti Hartinah



24030116120041



M. Faisol Fahmi



24030116120042



Nunung Lailatul Kh



24030116120043



DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktikum Biokimia



Judul Praktikum



: Urine : Identifikasi Senyawa dalam Urine Semarang, 23 Oktober 2018 Praktikan



Nur Alif F.



Bintang Septiyani W.



24030116120037



24030116120038



Lifiany Annisa



Arini Khoiriyah



24030116120039



24030116120040



Siti Hartinah



Nunung Lailatul Kh.



24030116120041



24030116120042



M. Faisol Fahmi 24030116120043 Menyetujui, Asisten Praktikum



Ita Redyaningsih 24030114120029



PERCOBAAN III URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE I. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Urine Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Iqbal Ali, 2008). Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obatobatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-zat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat (Anonim, 2008).



2. 2 Jenis-jenis Urine Jenis-jenis urine adalah sebagai berikut : a) Urine sewaktu Urine



yang



dikeluarkan



sewaktu-waktu



bilamana



diperlukan pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan. b) Urine pagi Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli malnini dan sebagainya. c) Urine pasca prandial Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai untuk pemeriksaan reduksi. a. Urine 24 jam Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk analisa kuantitatif (Tim DepKes RI, 1994).



2.3 Komponen Utama Urine Manusia Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari : Komponen



Garam per 24 jam



Perkiraan nisbah kons.



Glukosa



< 0,05



Urine < 0,05



Asam amino



0,80



1,0



Amoniak



0,80



100



Urine



25



70



Kreatinin



1,5



70



Asam urat



0,7



20



H+



pH 5-8



Sampai 300



Na+



3,0



1,0



K+



1,7



15



Ca2+



0,2



5



Mg2+



0,15



2



Cl-



6,3



1,5



HPO42-



1,2 g P



25



SO42-



1,4 g S



50



HCO3-



0,3



0,2



Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam spesimen dengan total volume 1.200 mL (Harper, 1961) 2.4 Sifat- Sifat Urine Sifat-sifat urine diantaranya adalah a. volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari b. volume urine berkurang pada iklim panas c. berat jenis antara 1,003 – 1,030



d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0 e. urine menjadi alkali bila dibiarkan f. urine berwarna kuning pucat apabila normal g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada dalam makanan (Harper, 1961). 2.5 Ciri- ciri Urine Normal Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia cukup aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028 (Harper, 1961). 2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine a. Protein Proteinuria (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin dalam urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekstraksi setiap hari dalam urine. b. Glukosa Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat menunjukkan adanya diabetes. c. Benda-benda keton Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak



3-15



mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis (Harper, 1961).



2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine a. Urea Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia. Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah, protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau aktivitas korteks berlebih (Harper, 1961). b. Amonia Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat tinggi (Harper, 1961). c. Kreatin dan kreatinin Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan menambahkan alkali pikrat dalam urine (Harper, 1961). d. Asam urat Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat (Harper, 1961). e. Asam amino Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas urine untuk zat ini sangat tinggi (Harper, 1961).



2.8 Pemeriksaan pada urine 2.8.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang berpenyakit atau



tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai reagen benedict, tablet khusus dan tes pita. Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut : Perubahan Warna Warna biru (tidak berubah) Warna biru kehijauan Warna hijau (kekuningan) Warna kuning kemerahan Warna merah bata



Keterangan (-) (+) (+ +) (+ + +) (+ + + +)



2.8.2 Pengambilan bahan urine Pengambilan



urine



sebagai



bahan



pemeriksaan



untuk



mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine secara bertahap untuk pemeriksaan ureum. 2.8.3 Pengumpulan urine selama 24 jam Meliputi:  Pengukuran berat jenis urine  Pemeriksaan jumlah dalam urine  Pengujian pemekatan  Pengambilan bahan creatinin clearence test (Tim DepKes , 1994) 2.8.4 Penentuan kadar kreatinin urine Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat (Harper , 1961).



2.8.5 Uji adanya protein Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik, setelah disentrifus untuk menghilangkan sedimen, kemudian ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara kolorimetri maupun analisis (Harper , 1961) 2.9 Komposisi urine Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat (Anonim, 2008). 2.10 Penyakit pada urine Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria. Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung



kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih. Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan dinding saluran kencing (Anonim, 2008). 2.11 Ginjal Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah, yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH (Bettelhem, 1995) Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan (Anonim, 2008).



2.12 Sistem Ekskresi Sistem ekskresi merupakan proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme. Organ-organ ekskresi pada manusia meliputi ginjal, kulit, paru-paru, dan hati. 2.12.1 Ginjal Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah, yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH (Bettelhem, 1995). Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan (Anonim, 2008). 2.13 Mekanisme Pembuangan Urine Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. 1. Penyaringan (filtrasi) Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,



natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya. 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. 3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine (Anonim, 2008).



2.13 Analisa Bahan 2.13.1 Aquades Sifat fisik : berat molekul 18 g/mol titik beku 00C titik didih 1000C berwarna jernih Sifat kimia : bersifat polar larut dalam dimetil alkohol dan etil etanoat mempunyai ikatan hidrogen mempunyai tetapan dielektrik tinggi (Basri , 1996) 2.13.2 Phenolphtalein Sifat fisik



: kristal tak berwarna dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan



Sifat kimia



: rumus molekul C20H14O4 larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya tak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda dalam larutan basa perubahan pH



8,2-10,0 (Mulyono, 2001)



2.13.3 Fenol merah Sifat fisik



: titik leleh 42 0C titik didih 182 0C densitas 1,1 g/mL



Sifat kimia :



senyawa yang bersifat asam C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink) bila terkotori atau terkena cahaya (Mulyono, 2001)



2.13.4 Natrium karbonat (Na2CO3) Sifat fisik



:



padatan kristal putih titik leleh 851 0C (anhidrous) densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)



Sifat kimia



:



larut dalam air mudah melapuk oleh udara sebagai soda pembersih (Mulyono, 2001).



2.13.5 Reagent benedict Sifat fisik



: menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi



Sifat kimia



: reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula pereduksi terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri sulfat dan air (Pringgodigdo, 1973).



2.13.6 Asam asetat (CH3COOH) Sifat fisik



: merupakan asam tak berwarna bau menyengat kemurniannya 99,52 % titik didih 118,5 0C titik beku 117 0C



Sifat kimia



: larut dalam air dan asam pekat (Pringgodigdo, 1973)



2.13.7 Natrium hidroksida (NaOH) Sifat fisik



: titik leleh 318 0C titik didih 139 0C densitas 2,1 g/mL padatan putih



Sifat kimia



: senyawa



basa



kuat



higroskopis,



korosifmudah



menyerap CO2 membentuk Na2CO3 (Mulyono, 2001)



2.13.8 Asam nitrat (HNO3)



Sifat fisik



: zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan titik leleh – 41 0C titik didih 83 0C density 1,5 g/mL



Sifat kimia



: asam anorganik berasap dan korosif sebagai oksidator kuat (Mulyono, 2001)



2.13.9 NH4OH Sifat fisik



: titik leleh -78 0C titik didih -33,5 0C berbentuk cairan tidak berwarna, berbau tajam



Sifat kimia



: merupakan senyawa basa (Mulyono, 2001)



2.13.10 AgNO3 Sifat fisik



: titik leleh 212 0C densitas 4,3 g/mL padatan kristal tak berwarna



Sifat kimia



: menghasilkan cermin perak dan debagai reagen analitik (Mulyono, 2001)



2.13.11 HCl Sifat fisik



: titik leleh 114 0C titik didih -85 0C densitas 1,27 (udara = 1) gas tak berwarna, berbau tajam



Sifat kimia



: asam kuat sangat larut dalam air



merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4 (Mulyono, 2001).



2.13.12 Amonium sulfat padat Sifat fisik



:



merupakan padatan kristal orthorombik berwarna putih berat molekul 132,4 g/mol densitas 1,67 g/mL



Sifat kimia



:



sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Basri, 1996)



2.13.13 Urine Sifat fisik



:berwarna agak kekuningan, berbau berat jenis antara 1,003-1,030



Sifat kimia :bersifat agak asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0 (Harper, 1961) 2.13.14 Sodium nitroprusid Sifat fisik



: cairan jernih, garam Na (Basri, 1996)



2.13.15 BaCl2 Sifat fisik



: kristal putih titik leleh 963 0C titik didih 1560 0C



Sifat kimia



: digunakan dalam ekstraksi barium melalui elektrolisis dibuat dengan melarutkan BaCO3 dalam asam hidroklorida dan mengkristalkan hidrat (Daintith, 1990)



. 2.13.16 Tepung kedelai Sifat fisik



: berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan



Sifat kimia



: merupakan produk olahan dari kacang kedelai sebagai sumber protein (Anonim, 2008)



2.13.17 K2C2O4 Sifat fisik



: berbentuk krista, tidak berwarna



Sifat kimia



: beracun, dapat menyebabkan iritasi, larut dalam air, senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan bahan pembersih (Basri, 1996).



2.13.18 Amonium molibdat Sifat fisik



: berbentuk cairan bening



Sifat kimia



: senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam molibdat rumus molekul (MH4)6MoO7O24.H2O) (Arora, 2004).



2.13.19 Reagent benedict Sifat fisik



: menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi



Sifat kimia



: reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula pereduksi terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri sulfat dan air (Pringgodigdo, 1973).



III.



METODE PERCOBAAN



3.1



Alat dan Bahan 3.1.1



Alat -Tabung reaksi



-gelas ukur



-pipet tetes



-spatula



-pengaduk



-pemanas listrik



-penangas air



-kaki tiga



-gelas Beaker 250 mL



-drop plate



3.1.2



3. 2



-kertas saring



-corong



-erlenmeyer



-cawan porselin



Bahan : -sampel urine



-akuades



-phenolftalein



-fenol merah



-reagen Benedict



-CH3COOH 0.1 M



-tepung kedelai



-amonium sulfat padat



-amonium molibdat



-NaOH 2 M



-HNO3 pekat



-NaCO3



-NH4OH



-BaCl2



-K2C2O3



-HCl pekat



Skema Kerja 3.2.1



Senyawa Organik dalam urine 3.2.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease 1.5 mL urine Tabung reaksi I -



Penambahan 4 tetes indikator fenol merah



-



Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda



-



Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan berwarna kuning



-



Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC



-



Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai



hasil



-



Pengocokan dan pendiaman beberapa saat



-



Pengamatan perubahan



1.5 mL akuadesTabung reaksi II-



Penambahan 4 tetes indikator fenol merah



-



Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda



-



Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan berwarna kuning



-



Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC



-



Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai



-



Pengocokan dan pendiaman beberapa saat



-



Pengamatan perubahan



hasil



3.2.1.2



Tes Adanya Gula Pereduksi



0.5 mL urine Tabung reaksi -



Penambahan 5 mL reagen benedict



-



Pemanasan sampai terjadi perubahan warna



-



Penambahan tetes demi tetes CH3COOH



-



Pengamatan perubahan



hasil



3.2.1.3



Tes Adanya Kreatinin



a. Percobaan JAFFE 2.5 mL urine Tabung reaksi -



Penambahan 1 mL asam pikrat jenuh



-



Penambahan 1 mL NaOH 2M



-



Pengamatan perubahan warna



hasil



2.5 mL Aquades Tabung reaksi - Penambahan 1 mL asam pikrat jenuh - Penambahan 1 mL NaOH 2M - Pengamatan perubahan warna hasil



b. Percobaan WEYL 2.5 mL urine Tabung reaksi -



Penambahan 5 tetes sodium nitroprusid



-



Penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis



-



Penambahan tetes demi tetes CH3COOH



-



Pengamatan perubahan warna



hasil



2.5 mL urine Tabung reaksi



-



Penambahan 5 tetes sodium nitroprusid



-



Penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis



hasil



-



Penambahan tetes demi tetes CH3COOH



-



Pengamatan perubahan warna



3.2.1.4



Tes adanya Asam Urat dan Garamnya a. Percobaan Muroksid 0,25 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat Cawan petri -



Pemanasan di atas penangas air sampai kering



-



Pengamatan perubahan



hasil b. Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF) 2.5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2% Drop plate



Kertas saring - Pembasahan dengan AgNO3



Hasil



-



Penambahan dengan campuran dalam drop plate



-



Pengamatan perubahan warna



Hasil



3.2.1.5



Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten) 5 mL urine Tabung reaksi - Penambahan (NH4)2SO4 padat (sambil pengocokkan) hingga larutan jenuh - Penambahan 3 tetes larutan Na-nitroprusid 5% + 2 mL NH4OH jenuh - Pengocokkan hingga bercampur rata - Pendinginan selama 30 menit - Pengamatan perubahan warna



hasil



3.2.1.6



Tes Adanya Protein 5 mL urine penyaringan



residu



Filtrat urine pengambilan 5 ml filtrat 2.5 ml filtrat urine Tabung reaksi - pemanasan diatas penangas air -



penambahan 3-5 tetes CH3COOH 2M



-



hasil



pengamatan perubahan



3.2.2



Senyawa Anorganik dalam Urine 3.2.2.1



Tes Adanya Asam Amino 1 mL urine Tabung reaksi - Penambahan 2 tetes indikator PP + 2 tetes Na2CO3 2% hingga terbentuk warna merah muda -



Pemanasan di atas penangas air hingga mendidih



-



Peletakkan kertas saring basah oleh indikator PP di atas mulut tabung reaksi (tidak menutupi semua mulut tabung)



-



Pengamatan perubahan warna pada kertas saring



hasil



3.2.2.2



Tes Adanya Klorida 1 mL urine Tabung reaksi - Penambahan 2 tetes HNO3 pekat + 2 tetes larutan AgNO3 -



Pengamatan perubahan warna



-



Penambahan NH4OH berlebihan



-



Pengamatan



hasil



3.2.2.3



Tes Adanya Fosfat dan Kalsium



5 mL urine Tabung reaksi



-



Penambahan 1 mL NH4OH hingga larutan bersifat alkalis



-



Pemanasan larutan di atas penangas air hingga ada endapan putih



-



filtrat



Penyaringan dengan kertas saring



residu (endapan putih)



-



tabung I



Pencucian dengan akuades Pelarutan dalam 1 mL CH3COOH 2% Pembagian dalam 2 tabung tabung II



tabung I - Penambahan 1 tetes HNO3 pekat - Penambahan 3 tetes amonium molibdat



tab ung II Penambahan 3 tetes K2C204 Pengamatan perubahan



- Pemanasan hasi l



- Pengamatan perubahan hasil



3.2.2.4



Tes Adanya Sulfat 1 mL urine Tabung reaksi - penambahan dengan 1 tetes HCl pekat -



penambahan 3 tetes BaCl2 0,1 M



-



pengamatan perubahan



hasil



IV. DATA PENGAMATAN No 1



Perlakuan



Hasil



Ket



Pemecahan Ureum menjadi Urease -3 mL urine + 4 tetes fenol merah + Pada sampel urine menghasilkan Na2CO3 2%



larutan berwarna kuning keruh agak



-penambahan CH3COOH



pudar, dan terdapat endapan putih



-pemanasan hingga 60oC



kotor sedangkan pada akuades larutan



-penambahan tepung kedelai



keruh dan terdapat endapan putih



+



-pengocokan, pendiaman Aquades -3 mL akuades + 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2% -penambahan CH3COOH -pemanasan hingga 60oC -penambahan tepung kedelai -pengocokan, pendiaman 2



3



Tes Adanya Gula pereduksi - 1 mL urine + 5 mL Benedict



terjadi perubahan warna biru



- pemanasan



kehijauan dan terdapatnya sedikit



- pendinginan dengan cepat



endapan merah bata



+



Tes Adanya Kreatinin a.Percobaan JAFFE -5 mL urine + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M -5 mL akuades + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M



Setelah ditambahkan NaOH urine menghasilkan warna yang berubah



+



menjadi merah kejinggaan dan pada aquades berwarna kuning bening.



b. Percobaan WEYL -5 mL urine + 5 tetes Nanitropusid



warna menjadi jingga kecoklatan saat ditambahkan larutan basa dan kembali



+



-penambahan NaOH hingga alkalis -penambahan beberapa tetes



memudar menjadi warna jingga saat penambahan asam. Dan warna pada hasil akhirnya adalah kuning.



CH3COOH 4



Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya a. Percobaan Muroksid



setelah pemanasan, larutan menjadi



-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3



kecoklatan dan lama kelamaan



pekat



mengering (timbul kerak)



+



-pemanasan sampai kering b. Percobaan Reduksi Perak -pembasahan kertas saring dengan terbentuk endapan hitam pada sisi AgNO3



+



kertas saring dari sampel urine.



-penetesan dengan campuran 5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2% 5



Tes Adanya Senyawa Keton -10 mL urine + (NH4)2SO4 padat



sampel urine menunjukkan perubahan



-pengocokan



warna menjadi jingga.



+



-penambahan 3 tetes Na-nitropusid 5% + 2 mL NH4OH jenuh 6



-pengocokan, pendiaman 30 menit Tes Adanya Protein -penyaringan 10 mL urine -pemanasan



tidak terbentuk endapan



-penambahan 3-5 tetes CH3COOH -pengamatan 7



Tes Adanya Amino -2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes Tidak berubah warna menjadi pink Na2CO3 2%



-



-pemanasan sampai mendidih -peletakkan kertas saring basah oleh PP di atas mulut tabung reaksi



kertas saring tidak terbentuk warna



-



merah muda



-pengamatan perubahan pada 8



kertas saring Tes Adanya Klorida -2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+



sampel urine terbentuk endapan dan



2 tetes larutan AgNO3



warna merah muda yang



-pengamatan



kemudian larut dengan adanya penambahan NH4OH berlebih.



9



Tes Adanya Fosfat dan Kalsium -10 mL urine + 1 mL NH4OH



terbentuknya endapan dan keruh



+



hingga alkalis -pemanasan -penyaringan -pencucian endapan dengan akuades -pelarutan endapan dalam 1 mL CH3COOH 2% -pembagian ke dalam 2 tabung -tabung I + 1 tetes HNO3 pekat + 3 tetes amonium molibdat -pemanasan -tabung II + 3 tetes K2C2O4 10



-pengamatan Tes Adanya Sulfat -2 mL urine + 1 tetes HCl pekat + 3 tetes BaCl2 -pengamatan



V. PEMBAHASAN



terbentuknya endapan



+



Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui unsur – unsur yang terkandung dalam urine. Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Sampel yang digunakan adalah urine 2 jam setelah makan. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi khas pada masing – masing percobaan. Metode yang digunakan tes pemecahan ureum oleh urease, tes adanya gula pereduksi, tes adanya kreatinin (JAFFE dan WEYL), tes adanya asam urat dan garamnya (Muroksid dan Schiff), tes adanya keton, tes adanya protein, tes adanya amoniak, tes adanya klorida, tes adanya fosfat dan kalsium dan tes adanya sulfat. 5.1 Identifikasi Senyawa Organik 5.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease Tujuan dari percbaan ini adalah untuk megetahui adanya ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Pada percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah tepung kedelai. Pertama – tama penambahan indikator fenol yang bertujuan untuk menandai perubahan pH pada larutan pada sampel urine dan akuades sebagai pembanding. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6.0 – 8.4, pada suasana asam membentuk warna kuning (Underwood,1986). Selanjutnya dilakukan penambahan natrium karbonat yang berfungsi agar tercapainya pH yang diinginkan, enzim urease bekerja optimum pada pH 7.4 (Kusnawidjaya, 1987). Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan warna pada larutan. Kemudian penambahan asam asetat berfungsi untuk memberikan suasana asam yang akan menghasilkan larutan warna kuning pada sampel urine maupun pada akuadesnya. Lalu dipanaskan agar mencapai suhu optimal enzim urease yaitu 37oC (Kusnawidjaya, 1987). Pada suhu optimum, enzim akan bekerja secara optimal pada proses pemecahan ureum. Kemudian penambahan tepung kedelai pada sampel urine dan akuades berfungsi sebagai sumber enzim urease. Pada sampel urine menghasilkan larutan berwarna kuning keruh agak pudar, dan terdapat endapan putih kotor sedangkan pada akuades larutan keruh dan terdapat endapan putih, yang menandakan hasil uji positif (+). Reaksi yang terjadi:



O



urease H 2N



C



2NH3



CO2



H2O



NH 2



(



Kusnawidjaya, 1987) 5.1.2. Tes adanya gula pereduksi Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi Cu 2+ menjadi Cu2O. Sampel yang digunakan adalah urine perokok aktif. Selanjutnya dilakukan penambahan reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: O



O



C



C H



H



C



OH



HO



C



H



H



C



H



C



OH H



C



OH



HO



C



H



OH



H



C



OH



OH



H



C



OH



CH 2OH



Cu2+



H 2O



Cu2O



CH2 OH



(Martoharsono, 1993) Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Hal itu dikarenakan adanya penambahan energi kinetik partikel sehingga parikel lebih cepat bergerak dan mengakibatkan tumbukan terjadi.



H+



Dari hasil percobaan didapatkan sampel urine menunjukkan uji positif mengandung gula pereduksi karena terjadi perubahan warna biru kehijauan dan terdapatnya sedikit endapan merah bata.



Sampel urine adanya gula pereduksi 5.1.3. Tes Adanya Kreatinin 5.1.3.1. Percobaan JAFFE Uji ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam urine. Kreatinin disintesis dalam tubuh untuk simpanan tenaga penting bagi sintesis ATP. Bila kreatinin meningkat maka berdampak infusidensi ginjal yang akut atau kronis dan ganngguan fatal ginjal yang diakibatkanoleh beberapa jenis obat. Kreatinin sendiri merupakan zat racun dalam darah yang terdapat pada ginjal seseorang yang sudah tidak berfungsi dengan normal. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin menjadi kreatin dan garam asam pikratnya. Sampel yang digunakan adalah urine diatas perokok dan aquades sebagai pembanding. Selanjutnya



sampel



urine ditambah



dengan asam



pikrat



jenuh,



penambahan asam pikrat untuk memecah kreatinin menjadi kreatin untuk memprotonkan hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah:



H N C



OH HN



N



C



O



O2 N



H N



NO 2



NH2 +



C CH 2



N



CH3



NO 2



NH 2



C



O



CH 2



CH 3



OH



C



NH



N



CH3



CH2 COOH



H2 N



NO 2



NO 2



(Martoharsono, 1993) Setelah ditambahkan asam pikrat, urine dan aquades menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH untuk memprotonkan Nitrogen dalam suasana basa untuk membentuk rantai lurus kreatinin. Setelah ditambahkan NaOH urine menghasilkan warna yang berubah menjadi merah kejinggaan dan pada aquades berwarna kuning bening. Terbentuknya warna merah kejinggaan ini menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah terpecahnya kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam pikrat(Harper, 1961). Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa urine mengandung kreatinin. 5.1.3.2. Percobaan WEYL Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urine. Kreatinin disintesis dalam tubuh untuk simpanan tenaga penting bagi sintesis ATP. Bila kreatinin meningkat maka berdampak infusidensi ginjal yang akut atau kronis dan ganngguan fatal ginjal yang diakibatkanoleh beberapa jenis obat. Kreatinin sendiri merupakan zat racun dalam darah yang terdapat pada ginjal seseorang yang sudah tidak berfungsi dengan normal. Sampel yang digunakan adalah urine perokok. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa untuk menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan NaOH bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa. Didapatkan perubahan warna



menjadi warna jingga Perubahan warna menunjukan hasil yang didapat positif dan larutan bersifat alkalis. Selanjutnya pada penambahan asam asetat berfungsi agar kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda terhadap suasana asam yaitu kembali memudar seperti semula menjadi warna kuning. Uji positif yang menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna menjadi jingga kecoklatan saat ditambahkan larutan basa dan kembali memudar menjadi warna jingga saat penambahan asam. Dan warna pada hasil akhirnya adalah kuning. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: H N C



H N HN



N



C



O



Na2Fe(CN) 5NO .2H2O CH 2



CH 3



HN C



C



H+



HN N



C



O



CH2



CH 3



Fe(CN)5NO.2H2O NH



2Na+



NH CH2COOH



(Martoharsono, 1993) 5.1.4 Test adanya Asam Urat dan Garamnya 5.1.4.1 Percobaan Muroksid Percobaan ini bertujuan untuk mengindentifikasi keberadaan senyawa asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip dari percobaan ini adalah pemutusan ikatan rangkap pada asam urat. Pada percobaan ini urine ditambahkan HNO3 pekat yang bertujuan untuk memutus ikatan rangkap pada asam urat (C=O) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan tunggal C-H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan senyawa berwarna kuning kecoklatan. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu :



H



N



C



O



O



C



C



H N



H



N



C



N H



HNO3 C



HO



N



C



OH



C



C



N



O



H



NO2 C



N



C



OH



N



(Martoharsono, 1993). Setelah itu dilakukan pemanasan diatas penangas air sampai kering yang bertujuan untuk mempercepat reaksi. Hasil yang diperoleh yaitu setelah pemanasan, larutan menjadi kecoklatan dan lama kelamaan mengering (timbul kerak). Hal ini menunjukkan hasil positif yaitu pada sampel urine yang digunakan mengandung asam urat.



Gambar Uji Muroksid pada Sampel Urine Perokok 5.1.4.2. Percobaan Reduksi Perak Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion Ag+ menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan seperti cermin perak yang menempel pada kertas saring. Penambahan larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam urat. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mereaksikan AgNO3 tersebut dengan garam dari asam urat dan membentuk lapisan warna perak



pada kertas saring akibat adanya reduksi Ag+ menjadi Ag oleh garam sodium (Na+) dari asam urat tersebut. Berikut reaksi yang terjadi adalah: 2AgNO3 + Na2CO3 →



Ag ↓ + 2NaNO3 + CO3 + O2 (Martoharsono, 1993)



Dari percobaan diperoleh hasil terbentuk endapan hitam pada sisi kertas saring dari sampel urine. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel urine tersebut mengandung asam urat. Namun, dalam jumlah yang sedikit. 5.1.5. Tes adanya Senyawa Keton Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip percoban ini adalah pengoksidasian gugus keton. Uji positif adanya keton ditandai dengan terbentuknya warna jingga setelah berlangsungnya



reaksi.



Penambahan



(NH4)2SO4



mengkondisikan larutan urine yang asam



padat



bertujuan



untuk



menjadi netral. Selanjutnya,



ditambahkan dengan larutan nitroprusid dan larutan NH4OH jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi gugus keton dapat berlangsung dalam suasana basa. Reaksi yang terjadi:



O



CH3 C



OH



Fe(CN)5NO2-



OH-



NH4OH



(NC) 5Fe



N



O C H



C



4CH 3



N 2O



CH3



(Kusnawidjaya,1987) Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine menunjukkan perubahan warna menjadi jingga. Hal ini menandakan bahwa sampel urine tersebut positif mengandung gugus keton.



Sampel urine adanya gugus keton 5.1.6 Test adanya Protein Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi protein dalam urine. Prinsip dari percobaan ini adalah denaturasi akibat adanya pemanasan dan penambahan asam. Hasil positif dari percobaan ini adalah terbentuk endapan yang menandakan adanya protein. Percobaan ini diawali dengan penyaringan urine agar terpisah dari residu atau pengotor yang ada dalam sampel urine. Selanjutnya filtrat dipanaskan dan ditambahkan dengan CH3COOH 2 N. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi, sedangkan penambahan CH3COOH bertujuan agar protein dalam urine terdenaturasi. Adanya penambahan asam, garam ataupun pemanasan akan menyebabkan protein terdenaturasi sehingga strukturnya menjadi pecah. Oleh karena itu, adanya protein dalam urine ditandai dengan adanya endapan. Reaksi yang terjadi yaitu : R H



C NH 2



H2O,H+ COOH



CHCHO2NH2 R



NH2CHCOOH R



(Kusnawidjaja, 1987).



Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu tidak terbentuk endapan yang berarti bahwa dalam sampel urine yang digunakan tidak mengandung protein.



Gambar Uji Kandungan Protein pada Sampel Urine Perokok



5.2 Senyawa Anorganik dalam Urine 5.2.1 Tes adanya Amonia Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa amonia yang terdapat dalam urine. Prinsip pada percobaan ini adalah reduksi NH4+ menjadi NH3. Langkah awal ialah pada Urine ditambahkan indicator pp yang bertujuan untuk menunjukan perubahan pH dan asam menjadi basa. Karena pada suasana basa reaksi reduksi dapat terjadi, kemudian



dilakukan



membentuk NH3.



penambahan



Na2CO3 yang



bertujuan



untuk



Reaksi phenolftalein (PP) adalah: OH



OH



C



O



OH



H 2O



C



C



C



O



O



H2In, tidak berwarna Fenolftalein



OH



OH



H 3O+



O



HIn- tidak berwarna



O-



C C



O



H 3O+



O



O



In2-, merah (Underwood, 1986) Saat penambahan PP terbentuk warna merah muda pada larutan. Hal tersebut menunjukan bahwa dalam larutan sudah bersuasana basa, karena PP akan memberikan warna bening pada suasana asam. Selanjutnya dilakukan pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah muda. Pada percobaan ini menghasilkan uji negative dimana kertas saring tidak terbentuk warna merah muda tetapi seharusna percobaan ini menghasilkan uji positif. Hal ini mungkin dikarenakan pengaruh penambahan PP yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. dan juga kemungkinan dikarenakan larutan yang didalan tabung tidak menguap dan tidak mengenai kertas lakmus sehingga menyebabkan kertas saring tidak berwarna merah muda (uji negative). Reaksi yang terjadi:



Na2CHO 3



NH4HCO3



NaCH2O3



(NH4)CO3



2NH3 ↑ + CO2 ↑ + H2O



2NH4 + CO32- →



(Martoharsono, 1993) 5.2.2 Tes adanya Klorida Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida dalam urine. Sampel yang digunakan adalah urine perokok. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks dan reaksi pengendapan. Pada percobaan ini urine ditambah dengan HNO 3 pekat dan AgNO3. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl- menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada sampel urine terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut positif mengandung klorida. Reaksi yang terjadi: NaCl + HNO3 →



NaNO3 + HCl



HCl + AgNO3 →



AgCl ↓ + HNO3



AgCl ↓ + NH4OH →



[Ag(NH4OH)]+ + Cl(Martoharsono, 1993)



5.2.3 Tes adanya Fosfat dan Kalsium Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat dan kalsium dalam urin. Prinsip dari percobaan ini adalah pengendapan. Sampel urin yang kita gunakan adalah urin perokok. Uji positif adanya fosfat dalam urin ditandai dengan



terbentuknya endapan kuning, sedangkan uji positif adanya kalsium ditandai dengan terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada percobaan ini di tambah dengan larutan ammonium hidroksida yang berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis yaitu bersifat basa. Kemudian larutan tersebut dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Pada saat pemanasan larutan disaring kemudian endapan ditambah larutan asam asetat 2% yang berfungsi untuk melarutkan endapan sehingga berwarna agak bening. Lalu bagi dalam 2 tabung, tabung pertama tambah HNO 3 pekat dan ammonium molibdat lalu dipanaskan. HNO 3 pekat digunakan untuk membuat suasana menjadi asam, sehingga pada saat suasana asam lalu di tambah dengan ammonium molibdat, fosfat akan bereaksi dengan ammonium molibdat membentuk kompleks ammonium fosfomolibdat yang ditandai dengan timbulnya endapan kuning, sehingga hasilnya positif bahwa sampel urin tersebut mengandung fosfat. Kemudian tabung yang kedua ditambah kalium oksalat yang berfungsi untuk mengendapkan kalsium, hasil yang diperoleh yaitu timbulnya endapan /keruh disebabkan terbentuknya garam Ca-Oksalat yang tidak larut, hal ini menunjukkan hasil positif yaitu adanya ion kalsium dalam urin. Reaksi yang terjadi: HPO42- + 12MoO42- + 3NH4+ + 23H+ →



(NH3)



[P(Mo3O4)4] ↓ + 12H2O Ca2+ + K2C2O4 →



CaC2O4 ↓ + 2K+ (Kusnawidjaya,1987)



Gambar 1 uji positif adanya fosfat



Gambar 2 uji positif adanya kalsium



5.2.4 Tes adanya Sulfat Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut. Reaksi yang terjadi: SO42- + 2H+ →



H2SO4



H2SO4 + BaCl2 →



BaSO4 ↓ + 2HCl (Kusnawidjaya,1987)



Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada sampel mengandung sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan. Dampak bagi tubuh adalah gangguan otak dan gangguan kulit (Anonim, 2008).



VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan Unsur yang terkandung dalam sampel urine perokok adalah senyawa organik seperti, ureum, kreatinin, asam urat dan garamya dan keton, serta senyawa anorganik seperti, klorida, kalsium dan sulfat. Adapun protein dan amonia tidk terkandung dalam sampel (uji negatif) 6.2 Saran 1) sebelum prakktikum mencuci alat yang akan digunakan sebersih mungkin agar terhindar dari kontaminasi zat lain yang dapat mempengaruhi hasil praktikum. 2) Lakukan praktikum sesuai panduan yang ada



DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata, www.ilmupedia.com, 2008, Ginjal, www.wikipedia.com. Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors (Regd.), Delhi. Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta. Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby Year Book Inc, Missouri. Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta. Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada. Iqbal, Ali., 2008. Biologi dasar dunia ilmu, Jakarta Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung. Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung. Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta. Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.